Segala puji penulis ucapkan kepada Allah SWT., yang telah menjadikan
langit dan bumi beserta isinya sebagai pertanda kebesaran-Nya dan menjadi rahmat
bagi sekalian alam. Yang telah diberikan kepada setiap makhluknya khususnya
kesehatan dan kesempatan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Shalawat dan salam marilah kita berikan kepada Rasulullah Saw., yang
telah mengajakan umat manusia kepada jalan kebenaran, menjadi suri tauladan
yang baik untuk menyempurnakan akhlak dalam kehidupan sehingga umat manusia
menjadi umat yang berakhlak al-karimah untuk menggapai kebahagiaan hidup di
dunia maupun di akhirat.
Akhirnya makalah ini dapat penulis sajikan kepada para pembaca, semoga
dapat menambah wawasan pengetahuan, untuk itu penulis mengharapkan kritik
daan saran yang positif kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada Allah Swt penulis mohon ampun kepada pembaca sekalian mohon maaf.
(Pemakalah)
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .......................................................................... 5
BAB III
PENUTUP ................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari
objek yang akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan
jujukan dari sumber pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang
sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian
sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril dan darimana
sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah
awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.
1
Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya
sumber ajaran agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama Islam
baru setelah itu kita dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total. Dengan
sumber ajaran agama Islam tersebut nantinya seseorang akan terarah dalam
mempelajari agama Islam yang tidak akan menyimpang ke segala arah sehingga
akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut. Tanpa sumber ajaran agama
Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam dengan baik dan benar.
Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern, pada
perkembangan terakhirnya, tumbuh dari yang semula mengagungkan manusia
menjadi penguasa atas manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan
2
sebagai petunjuk kehidupan, bahkan ilmu itu sendiri yang diramalkan akan
menggantikan agama. 1
Dari melihat idealitas dan realitas kenyataan dalam metodologi studi agama
Islam dapat diperoleh kesenjangan sebagai suatu permasalahan yang akan mejadi
focus dalam kajian pembahasan makalah ini yaitu bagaimana bentuk sumber ajaran
agama Islam dalam melakukan metodologi studi Islam sehingga dapat dilakukan
studi agama Islam secara sytematis metodologis yang akan tercapainya tujuan
dalam mempelajari agama Islam.
Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan
dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. 2
1
Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan,
2004),
3
Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran agama Islam
dalam metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk mengetahui secara
garis besar bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam di
mana mempunyai manfaat secara teori yaitu dapat memberikan manfaat bagi
akademik bagaimana pengetahuan sumber ajaran Islam dalam metodologi studi
Islam dari sudut pandangan penulis dalam makalah ini. Kemudian manfaat secara
khusus yaitu dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi bagi penulis
yang menempuh mata kuliah metodologi studi Islam .
B . Rumusan Masalah
C . Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dani.k, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Putra Harsa : Surabaya, 2002) Hal 540.
5
kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran islam adalah Alquran sebagai kalamu
Allah yang merupakan manifestasi dari wahyu dan AlHadist sebagai bimbingan dan
keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam
degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari AlQuran dan
AlHadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan
yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai
sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran
agama Islam adalah ada tiga yaitu:
1. AlQuran AlKarim
2. AlHadist dan AsSunnah Rasulullah
3. Ijtihad para Ulama
Ketiga sumber ajaran agama Islam tersebut termasuk metodologi studi islam
dengan pendekatan aspek textual Hermeneutik metodologi yang paling mendasar
dalam studi agama islam sebelum melangkah kepada metode studi Islam yang lain.
AlQuran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr.
Subhi Al Shalih mempunyai arti "Bacaan" asal kata Qara'a. kata AlQuran itu
berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu maqru (dibaca). Di dalam Alquran
terdapat pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian tersebut dalam Ayat 17 dan
18 Surat AlQiyammah yang berbunyi:
4
Departemen Agama RI, AlQur'an dan Terjemahannya, (Surya Cipta Aksara : Surabaya , 1989)
Hal 16
6
Terdapat pengertian Al Quran yang lain dari segi bahasa, As Syafii misalnya Al
Quran bukan berasal dari akar kata apa pun dan bukan pula ditulis dengan
menggunakan hamzah lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian
kalamullah ( firman Allah ) yang diturukan kepada nabi Muhammad SAW.
sementara itu Al Farra berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain
jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan
kandungannya ayat-ayat alquran itu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Asy
Sya'ari dan pengikutnya mengatakan bahawa lafal Al Quran diambil dari kata qarn
yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain, karena ayat-ayat alquran satu
sama yang lain saling saling bergabung dan berkaitan. 5
Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi mengenai
agama Islam terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan ajarannya yang
menghasilkan kitab-kitab tafsir yang disusun dengan menggunakan berbagai
pendekatan baik dari segi coraknya yang sangat bervariasi sebagaimana yang kita
jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu terdapat para ulama yang menyebutkan
secara khusus mengkaji metode menafsirkan Al Quran yang pernah digunakan para
ulama mulai dari metode tahlili ( analisis ayat per ayat ) sampai dengan metode
maudhu'i (tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar belakang
sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan apa yang
disebut ilmu asbabul nuzul.
Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi kemu'jizatannya dan
keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya. Mulai dari segi keluasan
kandungannya yang tidak akan habis-habisnya digali, susunannya kalimat yang
mengandung unsur balaghah dan sastra yang tinggi serta tidak dapat ditandingi oleh
karya manusia, mempunyai pengaruh yang menalam bagio yang membacanya, dan
belakangan muncul kemu'jizatan yang Al Quran dari segi jumlah kata-katanya yang
mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik jumlah kata-kata yang saling
bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata yang saling berlawanan (
antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti jumlah kata al mu'min dengan
kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al har dengan kata al bard, dan
sebagainya.
5
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam ( PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2014) Hal 67
7
Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji
petunjuk cara membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu qiraat
termasuk pula ilmu tajwid. Dan ada pula yang mengkaji alquran dari segi sejarah
penulisannya, nama-namanya dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan para
ulama agar ummat Islam dapat mengenal secara menyeluruh berbagai aspek yang
berkenaan dengan Al Quran. Dan dari sini pula tidak mengherankan muncul satu
jurusan di salah satu fakultas di IAIN dan fakultas Universitas lainnya di dunia yang
secara khusus mengkaji tentang Al Quran.
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dari Al Quran diyakini
berasal dari Allah dan mutlak benar maka keberadaan Al Quran sangat dibutuhkan
manusia. Di dalam Al Quran terdapat petunjuk hidup tentang berbagai hal
walaupun petunjuk itu bersifat umum. Yang menghendaki penjabaran dan
perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist. Dalam kaitan ini kita membawa ayat yang
artinya: tidak ada yang kami bengkalaikan di dalam alkitab ini dari sesuatu ( surat
Al An'am ayat 38 ). Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran itu
terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang
datang dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran
adalah kitab yang belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu adanya
pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula Al Quran diturunkan
untuk manusia yang berakal, kita misalnya disuruh shalat , puasa, haji, dan
sebagainya tetapi cara-cara mengenai mengerjakan ibadah tersebut tidak dijumpai
dalam Al Quran melainkan dalam hadist Nabi yang selanjutnya dijabarkan oleh
para ulama sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih. 6
Selanjutnya Al Quran dapat juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang
mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketiak
umat Islam berselisih dalam segala urusannya hendaknya ia berhakim kepada Al
Quran. Al Quran selanjutnya memerankan fungsi sebagai pengontrol dan
pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia di masa lalu. Berbagai
penyimpangan yang dilakukan oleh bani israil terhadap ayat-ayat Allah telah
dikoreksi. Dalam kaitan inilah di dalam Al Quran terdapat dijumpai ayat yang
menyatakan celaka bagi orang-orang yang menulis kitabnya dengan tangannya
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam( PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2014) Hal 68
8
sendiri lalu menyatakan bahwa kitab tersebut adalah firman Allah SWT. Apa yang
dinyatakan oleh Al Quran telah dibuktikan kebenarannya dalam sejarah bahwa bani
Israil memang telah menggelapkan Firman Allah SWT yang sebenarnya dengan
menukarkan dengan kitab sendiri dengan tujuan untuk menyesatkan manusia.
Al Hadist menurut bahasa adalah lawan kata:Qodiim sedangkan menurut
istilah adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
7
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat. Hadist dapat di bedakan
berdasarkan:
1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu' yaitu hadist yang
berasal dari Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu Marfu' Sharih
dan Marfu' Hukmi dan hadist Qudsi yang berasal dari Allah SWT tetapi
terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta Hadist Mauquf yaitu Hadist yang
disandarkan dari para sahabat baik perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang
hanya berhenti pada mereka tidak sampai kepada Rasulullah dan
2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang
diriwayatkan banyak orang dan dari banyak orang, dan yang berikutnya
adalah Hadist Ahad yaitu Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
3. Bila menurut diterima dan di tolaknya yaitu
a. Hadist Maqbul yang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa Hasan
keduanya dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada masing-
masing keduanya dan
b. Hadist Mardud yang terdapat di antaranya
a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat dan
berikutnya
b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya
terbuang satu orang perawi atau lebih, serta
c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat dua
perawi atau lebih yang gugur secara berurutan serta
d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung bila
secara umum dan hadist yang pada sanadnya gugur seorang perawi
baik pada satu tempat atau lebih,serta
7
Wafi Marzuqi Ammar, Ulumul Hadis I (Wastu Lanas Graphika : Surabaya, 2012) Hal 14.
9
e) Hadist Maudhu' yaitu Hadist bohongan yang disandarkan kepada
Rasulullah.
Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya adalah
sama yaitu segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad akan tetapi untuk Sunnah adalah setelah Nabi Muhammad
diutus menjadi Rasulullah atau pada saat Nabi menjalani kerasulannya.
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran As Sunah
memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan As Sunah
tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagaian ayat Al Quran:
1) Yang bersifat Global ( garis besar ) yang memerlukan perincian.
2) Yang bersifat umum ( menyeluruh ) yang menghendaki pengecualian.
3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan dan ada
pula,
4) Isyarat Al Quran yang mengandung makna yang lebih dari satu ( musytarak
) yang menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna
tersebut, bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai
keterangannya di dalam Al Quran yang selanjutnya diserahkan kepada
Hadist Nabi. Selain itu ada pula yang sudah dijelaskan dalam Al Quran,
tetapi Hadist datang pula memberikan keterangan sehingga masalah
tersebut menjadi kuat.8
Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al Quran
yang bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran yang bersifat
umum sebagai pembatas terhadap yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi
informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam Al Quran. Dengan
posisinya demikian itu maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaarn
Islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan hadist.
Banyak sekali contohnya di mana di dalam Al Quran disebutkan tetapi
masih harus melalaui penganalisaan serta rujukan As Sunnah seperti bagaimana
menjalankan shalat bagaimana membayar zakat bagaimana menunaikan haji. Atau
yang saling mengautakan antara Al Quran dengan As Sunnah yaitu larangan
membunuh dan makan daging bangkai atau lain sebagainya.
8
Wafi Marzuqi Ammar, Ulumul Hadis I, (Wastu Lanas Graphika : Surabaya, 2012) Hal 15.
10
Ijtihad para ulama merupakan sumber ajaran agama Islam setelah AlQuran
dan AlHadist di mana oleh karena pada AlQuran dan AlHadist tidak terdapat
hukum atau ajaran tersebut maka kemudian para ulama mengupayakan dengan cara
berijtihad yang telah memiliki syarat-syarat tertentu. Kata Ijtihad berarti " Usaha
sungguh yang dilakukan para ahli agama untuk mencapai suatu putusan atau
kesimpulan hukum syara' mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera
dalam AlQuran dan Assunnah". 9
Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan
lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh
Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya
Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus
berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran
Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru bagi
kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu
maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan
jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka
persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan
dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan
perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist,
pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak
membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-jenis ijtihad yaitu:
1. Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan
suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama
dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyâs
9
Dani.k, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Putra Harsa : Surabaya,2002) Hal 187.
11
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu
hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan adalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan
perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-
masa sebelumnya
Beberapa definisi qiyâs (analogi) :
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan
titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu
persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-
Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan oleh
al-qur'an dan hadits. 10
3. Istihsân
Beberapa definisi Istihsan :
a.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa
hal itu adalah benar.
b.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan
olehnya
c.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang
banyak.
d.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
e.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada
sebelumnya.
4. Maslahah Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat
dan menghindari kemudharatan.
5. Sududz Dzariah
10
Dani.k, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Putra Harsa : Surabaya,2002) Hal 188.
12
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan umat.
6. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang
perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di
perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah
keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri orang sehingga
tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas
perceraian keduanya.
7. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-
aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
Tingkatan-tingkatan:
1. Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan
menemukan 'illah-'illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur'an dan
sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara',
serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-
disiplin ilmu. 11
2. Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum
syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh
imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara' yang
tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang
terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk memfatwakan hukum yang
diperlukan masyarakat.
Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:
a) Ijtihad at-Takhrij
11
Dani.k, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Putra Harsa : Surabaya,2002) Hal 189 dan 190.
13
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu
untuk melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad
imam mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-
rumusan hukum imam mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas
hanya pada masalah-masalah yang belum pernah difatwakan imam mazhabnya,
ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid imam mazhabnya.
b) Ijtihad at-Tarjih
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang dipandang
lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat
imam dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara pendapat imam
mazhabnya dan pendapat imam mazhab lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan
ini hanya melakukan pemilahan pendapat, dan tidak melakukan istinbath hukum
syara'. 12
c) Ijtihad al-Futya
Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat
hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan
pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama
pada tingkatan ini terbatas hanya pada memfatwakan pendapat-pendapat hukum
mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan
tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.
12
Dani.k, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Putra Harsa : Surabaya,2002) Hal dan 191.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran
agama Islam adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal mula
pembentuknya yaitu di antaranya seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut
yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu
tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan
Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran
agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari
adanya sumber ajaran Islam adalah Al Quran sebagai Kalamu Allah yang
merupakan manifestasi dari Wahyu dan Al Hadist sebagai bimbingan dan
keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam
degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari Al Quran dan Al
Hadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang
tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai sumber
ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam
adalah ada tiga yaitu:
1. Al Quran Al Karim
2. Al Hadist dan As Sunnah Rasulullah
3. Ijtihad para Ulama
Hal di atas dapat digunakan sebagai bahan dalam metodologi studi Islam,
mempelajari Islam melalui metode dengan bahan untuk mempelajari agama Islam
dari sumber ajaran agama Islam adalah keadaan mempelajari agama Islam yang
paling dasar dilakukan setelah kemudian dipelajari dengan metode pendekatan
dengan aspek-aspek multi-inter disipliner.
B. Saran dan Kritik
Penulis dalam menyusun makalah mempunyai saran dan kritik bahwa dalam
mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari sumber ajaran agama
tersebut di mana di dalam sumber ajaran tersebut terdapat hal yang otentik dan
15
mendasar untuk diketahui sehingga pengetahuan mengenai ajaran agama Islam
tersebut akan dicapai dan diperoleh dengan dengan baik dan benar.
Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang wajib
dilakukan sehingga diperlukan metodologi dalam mempelajarinya maka akan
tercapai pengetahuan akan agama Islam dengan sesuai apa yang diharapkan dan
dapat mencapai tujuan dari studi Agama Islam tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ammar, Marzuqi Wafi . Ulumul Hadis I . 2012 . Wastu Lanas Graphika : Surabaya
Departemen Agama RI. AlQur'an dan Terjemahannya . 1989 . Surya Cipta Aksara
: Surabaya
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam . 2014 . PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
17