Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Sumber Ajaran Agama Islam”

Dosen Pembimbing :

Syahril, SS., MA

Di Susun Oleh:

Dara Yusra Sebbiana 2316010063


Mutiara Safitri 2316010064
Rosdiana 2316010054
Mutia Amanda 2316010071
Widia Sukma 2316010052
Evi Maulina 2316010053

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam semesta Yang

Maha Esa saya panjatkan untuk terselasaikannya tugas makalah mata kuliah pendidikan

agama islam bahwa tentu oleh karena Ridho dan RahmatNyalah maka makalah ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya sehingga kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata

kuliah yang di ikutinya dapat tertunaikan.

Makalah ini adalah makalah untuk matakuliah pendidikan agama islam dengan judul

"Sumber Ajaran Agama Islam" yang membahas mengenai apa saja tentang sumber ajaran

agama Islam tersebut sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca

akan topik yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung

mulai dari pihak keluarga, dosen, teman-teman, serta kondisi lingkungan yang ada. Semoga

tuhan membalas segala amal perbuatan baik yang telah membantu dalam menyelesiakan

makalah ini.

Kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang

disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini. Kami sebagai insan

manusia yang mempunyai rasa kelalaian dan keterbatasan yang berbeda dengan hasil apa

yang dilakukan oleh malaikat maka dari itulah Kami memohon maklum yang sebesar-

besarnya kepada pembaca dan beserta hal tersebut saya meminta kritik dan saran untuk

kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang.

Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.......................................................................................................................1

2.1 Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam.....................................1

2.2 Pengertian sumber ajaran agama Islam.......................................................................3

2.3 Penjelasan sumber ajaran agama Islam.......................................................................4

2.4 Jenis-jenis ijtihad yaitu:.............................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................15

PENUTUP...............................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15

3.2 Saran dan Kritik.........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mata kuliah metodologi studi Islam akan diajarkan bagaimana seseorang baik

muslim maupun non muslim yang ingin berpengetahuan tentang agama Islam dapat

memperoleh suatu cara untuk mengetahui agama Islam dengan baik dan benar dan terhindar

dari kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui ajaran agama Islam tersebut. Dengan

mempelajari metodologi studi Islam maka nantinya seseorang akan memperoleh kemudahan

dan menghemat waktu dan tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan

tentang agama islam secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak sebagian-

sebagian dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu keadaan kesalah pahaman yang

fatal sebagai idealnya.

Cara-cara tersebut dilakukan dengan pemahaman awal tentang ideology agama Islam

yang pada umumnya ada dalam pandangan umum masyarakat social yang ada mulai dari

universalime, exclusivisme, pluralism, inklusivime dan idealism. Kemudian dilakukan

pendekatan-pendekatan dalam berbagai bidang yang ada mulai dari pendekatan textual

hermeneutic, pendekatan historis, pendekatan social dan budaya, pendekatan filosofis,

pendekatan psikologis, pendekatan teologis, pendekatan anthropologis, pendekatan feminis,

dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan-pendekatan tersebut akhirnya menjadi suatu

pendekatan multi hingga inter disipliner untuk pada awalnya adalah hanya dengan

pendekatan textual historikal saja.

Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari objek yang

akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan jujukan dari sumber

pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut

1
yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu

malaikat jibril dan darimana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga

komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.

Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya sumber ajaran

agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama Islam baru setelah itu kita

dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total. Dengan sumber ajaran agama Islam

tersebut nantinya seseorang akan terarah dalam mempelajari agama Islam yang tidak akan

menyimpang ke segala arah sehingga akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut.

Tanpa sumber ajaran agama Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam

dengan baik dan benar.

Pada kenyataanya bila studi Islam hanya mengandalkan pemikiran manusia saja tanpa

didasari oleh bukti-bukti sumber dari ajaran agama Islam maka akan menjadi sebuah keadaan

anthroposentris meskipun manusia mungkin saja memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran

agama Islam dalam mempelajari agama Islam dengan kemampuan intelektual manusia dalam

menalarkan tentang agama Islam sesuai yang dibudayakan oleh bangsa Arab.

Rasionalisme menjadi fondasi ilmu-ilmu pengetahuan modern yang bercorak

antroposentris sebagai antitesa terhadap filsafat abad tengah yang bercorak teosentris. Dalam

antroposentrisme, manusia menjadi pusat kebenaran, etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan,

sehingga terjadi diferensiasi (pemisahan) dengan wahyu Tuhan. Kebenaran ilmu tidak

terletak di luarnya yaitu kitab suci, tetapi terletak dalam ilmu itu sendiri yaitu korespondensi

(kecocokan ilmu dengan obyek) dan koherensi (keterpaduan) di dalam ilmu, antara bagian-

bagian keilmuan dengan seluruh bangunan ilmu. Ilmu sekuler dengan demikian menganggap

dirinya sebagai ilmu yang obyektif, value free, dan bebas dari kepentingan lainnya. Alur

pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan modern adalah sebagai berikut:

2
Filsafat ---- antroposentrisme ---- diferensiasi ----- ilmu sekuler

Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern, pada perkembangan

terakhirnya, tumbuh dari yang semula mengagungkan manusia menjadi penguasa atas

manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan, bahkan

ilmu itu sendiri yang diramalkan akan menggantikan agama.1

Keadaan di atas menggambarkan bahwa studi agama Islam yang menitik beratkan

pada rasionalime atau pemikiran manusia saja adalah kurang memenuhi akan kebutuhan

pemahaman yang lebih obyektif dan mendalam dari studi agama Islam sehingga dibutuhkan

lebih lanjut akan bukti-bukti otentik dari sumber ajaran agama Islam untuk kita pelajari lebih

mendalam. Hubungan subyek-obyek mengenai siapa itu manusia yang menjadi subyek dari

pengetahuan dan apa itu realitas sumber ajaran agama Islam sebagai obyek dalam konstruksi

studi agama Islam haruslah secara jelas saling mempunyai keterikatan yang menjadikan

hingga menghasilkan bentuk pemahaman, pengertian dan pengetahuan yang diharapkan yang

kemudian tampak secara ilmiah adalah aktivitas manusia dalam mencari hakikat apa-apa

yang ada di dunia ini melalui ajaran agama Islam. Meskipun nantinya akan timbul suatu

resiko dari studi tersebut yaitu Umat Islam sering terjebak pada apologi khususnya para

ilmuwan di lingkuangan religious studies. Mereka berangkat dari wilayah normative sehingga

memiliki asumsi bahwa hanya wahyu yang mutlak benar, dan sains modern bersifat nisbi.

Dari melihat idealitas dan realitas kenyataan dalam metodologi studi agama Islam

dapat diperoleh kesenjangan sebagai suatu permasalahan yang akan mejadi focus dalam

kajian pembahasan makalah ini yaitu bagaimana bentuk sumber ajaran agama Islam dalam

melakukan metodologi studi Islam sehingga dapat dilakukan studi agama Islam secara

sytematis metodologis yang akan tercapainya tujuan dalam mempelajari agama Islam.

1
Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan, 2004), 51.

3
Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan

aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan

menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber

ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. 2

Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam

metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk mengetahui secara garis besar

bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam di mana mempunyai

manfaat secara teori yaitu dapat memberikan manfaat bagi akademik bagaimana pengetahuan

sumber ajaran Islam dalam metodologi studi Islam dari sudut pandangan penulis dalam

makalah ini. Kemudian manfaat secara khusus yaitu dapat menambah pengetahuan dan

memberikan informasi bagi penulis yang menempuh mata kuliah metodologi studi Islam

2
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-makalah-sumber-
ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam
Allah telah menetapkan sumber ajaran agama Islam yang wajib diikuti oleh setiap

muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَمُنوا َأِط يُعوا الَّلَه َو َأِط يُعوا الَّر ُس وَل َو ُأوِلي األْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإ ْن‬

‫ِم‬
‫َتَناَزْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّدوُه ِإَلى الَّلِه َو الَّر ُس وِل ِإْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبالَّلِه َو اْلَيْو اآلِخ ِر َذِلَك‬

٥٩ ‫َخ ْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو يال‬

yang artinya:

” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak)

Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.

Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak

Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan penguasa) mereka sendiri. Kehendak

Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam Al Hadist,

kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang

memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan. Selanjutnya

ketaatan kepada ulul Amri atau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak karena

betapa hebatnya ulul amri itu ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak

dikultuskan. Atas dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional. Jika produk dari ulul

1
amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya maka wajib diikuti jika sebaliknya

maka wajib untuk ditinggalkan atau malah di lakukan peringatan.

Dalam haji wada’ yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW beliau mengungkapkan

bahwa “ Telah kuwariskan kepada kalian semua wahyu Allah yang berupa lembaran-

lembaran Alquran sebagai petunjuk bagimu yang membedakan mana yang hak dan mana

yang bathil dan juga bersama itu aku tinggalkan sunna-sunnahku semasa aku menjadi

rasulullah. Berpeganglah pada keduaa hal tersebut maka kalian semua termasuk orang yang

selamat di dunia dan di akhirat”. Maka dapat dikatakan bahwa wahyu yang kemudian

menjadi Alquran dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam yang setelah itu adalah

Sunnah Rasulullah SAW.

Menteri agama dalam pidato sambutannya pada penutupan MTQ DAN HADIST

SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN menyatakan

bahwa “Keberadaan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW sebagai sumber ajaran agama Islam

yang tetap terpelihara keutuhan dan kemurniannya sejak 15 abad yang lalu sampai sekarang

merupakan suatu kebanggaan yang hanya terdapat di dunia Islam. Karena itu kewajiban umat

Islam berkaitan dengan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW tidak boleh berhenti sebatas

mempercayai kebenarannya dan tekun membacanya, tapi haruslah diikuti dengan

kesungguhan untuk mempelajari, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan

seharihari. Sumber kekuatan dan jati diri umat Islam terdapat dalam kitab suci Al Qur'an dan

Hadist atau Sunnah Nabi SAW. Al Qur'an dan Hadist adalah sumber ajaran Islam yang tidak

akan pernah kering digali sepanjang masa. Nilai kebenarannya tidak akan pernah "lapuk

karena hujan, lekang karena panas". Al Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak pantas

dibandingkan dengan hasil pemikiran dan karya manusia. Dalam hal ini Hadist atau Sunnah

Nabi SAW yang dijadikan dasar penjelasan dan penafsiran otentik atas maksud ayat-ayat Al

Qur'an. Bagi umat Islam, kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas bukanlah

2
ancaman terhadap keyakinan beragama, dan karena itu tidak perlu ditakuti atau disikapi

secara apriori. Benturan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas terhadap keyakinan

beragama terjadi ketika manusia tidak memposisikan dan memfungsikan secara tepat dan

benar antara wahyu dan akal, antara dzikir dan pikir, dalam menghadapi dan mengatasi

realitas kehidupan sehari-hari. Keadaan yang lebih parah terjadi di masyarakat bila keadaan

tersebut menarik manusia kepada dua kutub ekstrimitas, yaitu terpaku dalam keberagamaan

yang jumud (beku, statis) atau hanyut dalam arus kemoderenan yang liberal dan lepas dari

bingkai keberagamaan.”.3

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran agama Islam yang

utama adalah Al Quran dan As Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat

untuk memahami Al Quran dan As Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama islam itu

sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT yang penjabaranya dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW.4

2.2 Pengertian sumber ajaran agama Islam


Pengertian sumber ajaran agama islam adalah bila diurai menurut kata pembentuknya

adalah sebagai berikut : kata yang pertama adalah sumber yaitu bila menurut kamus Bahasa

Indonesia adalah perigi atau asal.5 Kemudian kata kedua adalah yaitu ajaran bila menurut

kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diajarkan, petuah, nasihat. 6 Seterusnya

kata ketiga yaitu agama adalah system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian

atau kehambaan yang bertalian denga kepercayaan itu. 7 Dan yang terakhir adalah Islam

adalah suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci

Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. Maka bila diartikan secara

3
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23
JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN
4
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 66-67.
5
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 540.
6
Ibid; Hal 22.
7
Ibid; Hal 19-20.

3
lengkap akan menjadi “perigi atau asal dari segala sesuatu yang diajarkan yang berupa

petuah, nasihat dalam wujud atau bentuk system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran

kebaktian atau kehambaan yang bertalian dengan kepercayaan itu sebagai suatu agama yang

diajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang

diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT”.

Terdapat perbedaan antara sumber ajaran agama Islam dengan sumber hukum ajaran

Islam yaitu bahawa sumber ajaran Islam adalah asal di mana kaidah-kaidah pengetahuan

pelaksanaan tentang agama Islam diperoleh sedangkan sumber hukum agama Islam yaitu

asala di mana peraturan -peraturan yang mengatur kehidupan umat muslum diperoleh.

2.3 Penjelasan sumber ajaran agama Islam.


Dalam latar belakang sebelunya diutarakan mengenai tiga unsur atau komponen dari

sumber ajaran Islam di antaranya seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi

Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat

jibril dan dari mana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen

tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian

ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran islam adalah Alquran

sebagai kalamu Allah yang merupakan manifestasi dari wahyu dan AlHadist sebagai

bimbingan dan keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam

degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari AlQuran dan AlHadist

tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang tidak diragukan

lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi

bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:

1. AlQuran AlKarim

2. AlHadist dan AsSunnah Rasulullah

3. Ijtihad para Ulama

4
Ketiga sumber ajaran agama Islam tersebut termasuk metodologi studi islam dengan

pendekatan aspek textual Hermeneutik metodologi yang paling mendasar dalam studi agama

islam sebelum melangkah kepada metode studi Islam yang lain. AlQuran menurut pendapat

yang paling kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Shalih mempunyai arti

"Bacaan" asal kata Qara'a. kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu

maqru (dibaca). Di dalam Alquran terdapat pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian

tersebut dalam Ayat 17,18 Surat AlQiyammah yang berbunyi:

)١٨( ‫) َفِإَذا َقَر ْأَٰنُه َفٱَّتِبْع ُقْر َءاَن ۥُه‬١٧( ‫َعُه َو ُقْر َءاَن ۥُه‬
‫ِإَّن َعَلْيَنا ْمَج ۥ‬

Yang artinya :

"Sesungguhnya mengumpulkan AlQuran ( di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya

(pada lidahmu) itu (adalah tanggungan kami) karena itu bila kami telah membacanya

hendaklah kamu ikuti bacaannya."

Kemudian dipakai kata "Quran" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini. Adapun

definisi AlQuran ialah: Kalam Allah SWT yang merupakan Mu'jizat yang diturunkan

( diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf yang diriwayatkan

dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. 8 Terdapat pengertian Al Quran yang lain

dari segi bahasa, As Syafii misalnya Al Quran bukan berasal dari akar kata apa pun dan

bukan pula ditulis dengan menggunakan hamzah lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam

pengertian kalamullah ( firman Allah ) yang diturukan kepada nabi Muhammad SAW.

sementara itu Al Farra berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain jamak dari

kata qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat

alquran itu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Asy Sya'ari dan pengikutnya mengatakan

8
Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989; Hal 16.

5
bahawa lafal Al Quran diambil dari kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang

lain, karena ayat-ayat alquran satu sama yang lain saling saling bergabung dan berkaitan. 9

Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi mengenai agama Islam

terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan ajarannya yang menghasilkan kitab-kitab

tafsir yang disusun dengan menggunakan berbagai pendekatan baik dari segi coraknya yang

sangat bervariasi sebagaimana yang kita jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu terdapat para

ulama yang menyebutkan secara khusus mengkaji metode menafsirkan Al Quran yang

pernah digunakan para ulama mulai dari metode tahlili ( analisis ayat per ayat ) sampai

dengan metode maudhu'i (tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar

belakang sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan apa yang

disebut ilmu asbabul nuzul.

Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi kemu'jizatannya dan

keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya. Mulai dari segi keluasan kandungannya

yang tidak akan habis-habisnya digali, susunannya kalimat yang mengandung unsur balaghah

dan sastra yang tinggi serta tidak dapat ditandingi oleh karya manusia, mempunyai pengaruh

yang menalam bagio yang membacanya, dan belakangan muncul kemu'jizatan yang Al Quran

dari segi jumlah kata-katanya yang mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik

jumlah kata-kata yang saling bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata yang saling

berlawanan ( antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti jumlah kata al mu'min

dengan kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al har dengan kata al bard, dan

sebagainya.

Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji petunjuk cara

membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu qiraat termasuk pula ilmu tajwid.

Dan ada pula yang mengkaji alquran dari segi sejarah penulisannya, nama-namanya dan
9
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 67.

6
masih banyak lagi. Semua itu dilakukan para ulama agar ummat Islam dapat mengenal

secara menyeluruh berbagai aspek yang berkenaan dengan Al Quran. Dan dari sini pula tidak

mengherankan muncul satu jurusan di salah satu fakultas di IAIN dan fakultas Universitas

lainnya di dunia yang secara khusus mengkaji tentang Al Quran.

Sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dari Al Quran diyakini berasal dari

Allah dan mutlak benar maka keberadaan Al Quran sangat dibutuhkan manusia. Di dalam Al

Quran terdapat petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk itu bersifat umum.

Yang menghendaki penjabaran dan perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist. Dalam kaitan

ini kita membawa ayat yang artinya: tidak ada yang kami bengkalaikan di dalam alkitab ini

dari sesuatu ( surat Al An'am ayat 38 ). Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran

itu terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang datang

dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran adalah kitab yang

belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu adanya pengolahan dan penalaran akal

manusia, dan karena itu pula Al Quran diturunkan untuk manusia yang berakal, kita misalnya

disuruh shalat , puasa, haji, dan sebagainya tetapi cara-cara mengenai mengerjakan ibadah

tersebut tidak dijumpai dalam Al Quran melainkan dalam hadist Nabi yang selanjutnya

dijabarkan oleh para ulama sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih.

Selanjutnya Al Quran dapat juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur

jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketiak umat Islam berselisih

dalam segala urusannya hendaknya ia berhakim kepada Al Quran. Al Quran selanjutnya

memerankan fungsi sebagai pengontrol dan pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia di

masa lalu. Berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh bani israil terhadap ayat-ayat Allah

telah dikoreksi. Dalam kaitan inilah di dalam Al Quran terdapat dijumpai ayat yang

menyatakan celaka bagi orang-orang yang menulis kitabnya dengan tangannya sendiri lalu

menyatakan bahwa kitab tersebut adalah firman Allah SWT. Apa yang dinyatakan oleh Al

7
Quran telah dibuktikan kebenarannya dalam sejarah bahwa bani Israil memang telah

menggelapkan Firman Allah SWT yang sebenarnya dengan menukarkan dengan kitab sendiri

dengan tujuan untuk menyesatkan manusia.

Al Hadist menurut bahasa adalah lawan kata:Qodiim sedangkan menurut istilah

adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan,

perbuatan, taqrir, atau sifat.10 Hadist dapat di bedakan berdasarkan:

1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu' yaitu hadist yang berasal dari

Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu Marfu' Sharih dan Marfu' Hukmi dan

hadist Qudsi yang berasal dari Allah SWT tetapi terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta

Hadist Mauquf yaitu Hadist yang disandarkan dari para sahabat baik perkataan,

perbuatan, dan ketetapan yang hanya berhenti pada mereka tidak sampai kepada

Rasulullah dan

2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang diriwayatkan

banyak orang dan dari banyak orang, dan yang berikutnya adalah Hadist Ahad yaitu

Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir.

3. Bila menurut diterima dan di tolaknya yaitu

a. Hadist Maqbul yang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa Hasan keduanya

dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada masing-masing keduanya dan

b. Hadist Mardud yang terdapat di antaranya

a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat dan berikutnya

b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya terbuang satu

orang perawi atau lebih, serta

c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat dua perawi atau

lebih yang gugur secara berurutan serta

10
Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012; Hal 14.

8
d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung bila secara

umum dan hadist yang pada sanadnya gugur seorang perawi baik pada satu

tempat atau lebih,serta

e) Hadist Maudhu' yaitu Hadist bohongan yang disandarkan kepada Rasulullah.

Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya adalah sama yaitu

segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad

akan tetapi untuk Sunnah adalah setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah atau

pada saat Nabi menjalani kerasulannya.

Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran As Sunah memiliki

fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan As Sunah tidak dapat

dilepaskan dari adanya sebagaian ayat Al Quran:

1) Yang bersifat Global ( garis besar ) yang memerlukan perincian.

2) Yang bersifat umum ( menyeluruh ) yang menghendaki pengecualian.

3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan dan ada pula,

4) Isyarat Al Quran yang mengandung makna yang lebih dari satu ( musytarak ) yang

menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut, bahkan

terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Al Quran

yang selanjutnya diserahkan kepada Hadist Nabi. Selain itu ada pula yang sudah

dijelaskan dalam Al Quran, tetapi Hadist datang pula memberikan keterangan

sehingga masalah tersebut menjadi kuat.

Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al Quran yang

bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran yang bersifat umum sebagai

pembatas terhadap yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu

kasus yang tidak dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya demikian itu maka pemahaman

9
Al Quran dan juga pemahaman ajaarn Islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa

mengikut sertakan hadist.

Banyak sekali contohnya di mana di dalam Al Quran disebutkan tetapi masih harus

melalaui penganalisaan serta rujukan As Sunnah seperti bagaimana menjalankan shalat

bagaimana membayar zakat bagaimana menunaikan haji. Atau yang saling mengautakan

antara Al Quran dengan As Sunnah yaitu larangan membunuh dan makan daging bangkai

atau lain sebagainya.

Ijtihad para ulama merupakan sumber ajaran agama Islam setelah AlQuran dan

AlHadist di mana oleh karena pada AlQuran dan AlHadist tidak terdapat hukum atau ajaran

tersebut maka kemudian para ulama mengupayakan dengan cara berijtihad yang telah

memiliki syarat-syarat tertentu. Kata Ijtihad berarti " Usaha sungguh yang dilakukan para ahli

agama untuk mencapai suatu putusan atau kesimpulan hukum syara' mengenai kasus yang

penyelesaiannya belum tertera dalam AlQuran dan Assunnah".11

Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,

tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun

Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan

modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-

aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.

Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu

masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu

sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka

persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al

11
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 187.

10
Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas

atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam

memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang

mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.12

2.4 Jenis-jenis ijtihad yaitu:13


1. Ijma'

Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum

hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.

Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk

kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan

bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyâs

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu

perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan adalah

sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi

sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang

ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Beberapa definisi qiyâs (analogi) 1.Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada

cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.

2.Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di

antaranya.

12
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
13
Ibid .

11
3.Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau

[Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).

4.menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan oleh al-qur'an

dan hadits.

3. Istihsân

Beberapa definisi Istihsân

a.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu

adalah benar.

b.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya

c.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.

d.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.

e.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada

sebelumnya.

4. Maslahah Murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan

kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari

kemudharatan.

5. Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi

kepentingan umat.

6. Istishab

12
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa

mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang perempuan menikah lagi

apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas

kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan

tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas

kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.

7. Urf

Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat

setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam

Alquran dan Hadis.

Tingkatan-tingkatan:

1. Ijtihad Muthlaq

Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan menemukan

'illah-'illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur'an dan sunnah, dengan

menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah lebih dahulu

mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.

2. Ijtihad fi al-Madzhab

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara', dengan

menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang

berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam

mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun

untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:

13
a) Ijtihad at-Takhrij

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu untuk

melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya,

dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam mazhabnya.

Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum pernah

difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid

imam mazhabnya.

b) Ijtihad at-Tarjih

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang dipandang lebih kuat di

antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam dan pendapat murid-

murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab

lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat, dan tidak

melakukan istinbath hukum syara'.

c) Ijtihad al-Futya

Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat hukum imam

mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat-pendapat terebut

kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada

memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak

melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam

adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal mula pembentuknya yaitu di antaranya

seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang

kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana

sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari

lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita

ketiga unsur dari adanya sumber ajaran Islam adalah Al Quran sebagai Kalamu Allah yang

merupakan manifestasi dari Wahyu dan Al Hadist sebagai bimbingan dan keteladanan Nabi

Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam degan baik dan benar. Setelah itu

sahabat Rasulullah mempelajari Al Quran dan Al Hadist tersebut sehingga mereka

berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah

ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa

sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:

1. Al Quran Al Karim

2. Al Hadist dan As Sunnah Rasulullah

3. Ijtihad para Ulama

Hal di atas dapat digunakan sebagai bahan dalam metodologi studi Islam,

mempelajari Islam melalui metode dengan bahan untuk mempelajari agama Islam dari

sumber ajaran agama Islam adalah keadaan mempelajari agama Islam yang paling dasar

15
dilakukan setelah kemudian dipelajari dengan metode pendekatan dengan aspek-aspek

multi-inter disipliner.

3.2 Saran dan Kritik


Penulis dalam menyusun makalah mempunyai saran dan kritik bahwa dalam

mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari sumber ajaran agama tersebut di

mana di dalam sumber ajaran tersebut terdapat hal yang otentik dan mendasar untuk

diketahui sehingga pengetahuan mengenai ajaran agama Islam tersebut akan dicapai dan

diperoleh dengan dengan baik dan benar.

Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang wajib dilakukan

sehingga diperlukan metodologi dalam mempelajarinya maka akan tercapai pengetahuan

akan agama Islam dengan sesuai apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dari studi

Agama Islam tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Prof.Dr. H. Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014.

Drs. Dani.K; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya; 2002.

Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju

Mizan, 2004).

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST

SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN.

Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Internet

http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-

makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

17

Anda mungkin juga menyukai