Dosen Pembimbing :
Syahril, SS., MA
Di Susun Oleh:
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR
Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam semesta Yang
Maha Esa saya panjatkan untuk terselasaikannya tugas makalah mata kuliah pendidikan
agama islam bahwa tentu oleh karena Ridho dan RahmatNyalah maka makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya sehingga kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata
Makalah ini adalah makalah untuk matakuliah pendidikan agama islam dengan judul
"Sumber Ajaran Agama Islam" yang membahas mengenai apa saja tentang sumber ajaran
agama Islam tersebut sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung
mulai dari pihak keluarga, dosen, teman-teman, serta kondisi lingkungan yang ada. Semoga
tuhan membalas segala amal perbuatan baik yang telah membantu dalam menyelesiakan
makalah ini.
Kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang
disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini. Kami sebagai insan
manusia yang mempunyai rasa kelalaian dan keterbatasan yang berbeda dengan hasil apa
yang dilakukan oleh malaikat maka dari itulah Kami memohon maklum yang sebesar-
besarnya kepada pembaca dan beserta hal tersebut saya meminta kritik dan saran untuk
Hormat Kami
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
2.1 Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam.....................................1
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
muslim maupun non muslim yang ingin berpengetahuan tentang agama Islam dapat
memperoleh suatu cara untuk mengetahui agama Islam dengan baik dan benar dan terhindar
dari kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui ajaran agama Islam tersebut. Dengan
mempelajari metodologi studi Islam maka nantinya seseorang akan memperoleh kemudahan
dan menghemat waktu dan tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan
tentang agama islam secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak sebagian-
sebagian dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu keadaan kesalah pahaman yang
Cara-cara tersebut dilakukan dengan pemahaman awal tentang ideology agama Islam
yang pada umumnya ada dalam pandangan umum masyarakat social yang ada mulai dari
pendekatan-pendekatan dalam berbagai bidang yang ada mulai dari pendekatan textual
pendekatan multi hingga inter disipliner untuk pada awalnya adalah hanya dengan
Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari objek yang
akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan jujukan dari sumber
pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut
1
yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu
malaikat jibril dan darimana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga
komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.
Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya sumber ajaran
agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama Islam baru setelah itu kita
dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total. Dengan sumber ajaran agama Islam
tersebut nantinya seseorang akan terarah dalam mempelajari agama Islam yang tidak akan
menyimpang ke segala arah sehingga akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut.
Tanpa sumber ajaran agama Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam
Pada kenyataanya bila studi Islam hanya mengandalkan pemikiran manusia saja tanpa
didasari oleh bukti-bukti sumber dari ajaran agama Islam maka akan menjadi sebuah keadaan
anthroposentris meskipun manusia mungkin saja memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran
agama Islam dalam mempelajari agama Islam dengan kemampuan intelektual manusia dalam
menalarkan tentang agama Islam sesuai yang dibudayakan oleh bangsa Arab.
antroposentris sebagai antitesa terhadap filsafat abad tengah yang bercorak teosentris. Dalam
sehingga terjadi diferensiasi (pemisahan) dengan wahyu Tuhan. Kebenaran ilmu tidak
terletak di luarnya yaitu kitab suci, tetapi terletak dalam ilmu itu sendiri yaitu korespondensi
(kecocokan ilmu dengan obyek) dan koherensi (keterpaduan) di dalam ilmu, antara bagian-
bagian keilmuan dengan seluruh bangunan ilmu. Ilmu sekuler dengan demikian menganggap
dirinya sebagai ilmu yang obyektif, value free, dan bebas dari kepentingan lainnya. Alur
2
Filsafat ---- antroposentrisme ---- diferensiasi ----- ilmu sekuler
Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern, pada perkembangan
terakhirnya, tumbuh dari yang semula mengagungkan manusia menjadi penguasa atas
manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan, bahkan
Keadaan di atas menggambarkan bahwa studi agama Islam yang menitik beratkan
pada rasionalime atau pemikiran manusia saja adalah kurang memenuhi akan kebutuhan
pemahaman yang lebih obyektif dan mendalam dari studi agama Islam sehingga dibutuhkan
lebih lanjut akan bukti-bukti otentik dari sumber ajaran agama Islam untuk kita pelajari lebih
mendalam. Hubungan subyek-obyek mengenai siapa itu manusia yang menjadi subyek dari
pengetahuan dan apa itu realitas sumber ajaran agama Islam sebagai obyek dalam konstruksi
studi agama Islam haruslah secara jelas saling mempunyai keterikatan yang menjadikan
hingga menghasilkan bentuk pemahaman, pengertian dan pengetahuan yang diharapkan yang
kemudian tampak secara ilmiah adalah aktivitas manusia dalam mencari hakikat apa-apa
yang ada di dunia ini melalui ajaran agama Islam. Meskipun nantinya akan timbul suatu
resiko dari studi tersebut yaitu Umat Islam sering terjebak pada apologi khususnya para
ilmuwan di lingkuangan religious studies. Mereka berangkat dari wilayah normative sehingga
memiliki asumsi bahwa hanya wahyu yang mutlak benar, dan sains modern bersifat nisbi.
Dari melihat idealitas dan realitas kenyataan dalam metodologi studi agama Islam
dapat diperoleh kesenjangan sebagai suatu permasalahan yang akan mejadi focus dalam
kajian pembahasan makalah ini yaitu bagaimana bentuk sumber ajaran agama Islam dalam
melakukan metodologi studi Islam sehingga dapat dilakukan studi agama Islam secara
sytematis metodologis yang akan tercapainya tujuan dalam mempelajari agama Islam.
1
Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan, 2004), 51.
3
Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber
ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. 2
Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam
metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk mengetahui secara garis besar
bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam di mana mempunyai
manfaat secara teori yaitu dapat memberikan manfaat bagi akademik bagaimana pengetahuan
sumber ajaran Islam dalam metodologi studi Islam dari sudut pandangan penulis dalam
makalah ini. Kemudian manfaat secara khusus yaitu dapat menambah pengetahuan dan
memberikan informasi bagi penulis yang menempuh mata kuliah metodologi studi Islam
2
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-makalah-sumber-
ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam
Allah telah menetapkan sumber ajaran agama Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:
َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَمُنوا َأِط يُعوا الَّلَه َو َأِط يُعوا الَّر ُس وَل َو ُأوِلي األْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإ ْن
ِم
َتَناَزْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّدوُه ِإَلى الَّلِه َو الَّر ُس وِل ِإْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبالَّلِه َو اْلَيْو اآلِخ ِر َذِلَك
yang artinya:
Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak
Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan penguasa) mereka sendiri. Kehendak
Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam Al Hadist,
kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
ketaatan kepada ulul Amri atau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak karena
betapa hebatnya ulul amri itu ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak
dikultuskan. Atas dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional. Jika produk dari ulul
1
amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya maka wajib diikuti jika sebaliknya
Dalam haji wada’ yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW beliau mengungkapkan
bahwa “ Telah kuwariskan kepada kalian semua wahyu Allah yang berupa lembaran-
lembaran Alquran sebagai petunjuk bagimu yang membedakan mana yang hak dan mana
yang bathil dan juga bersama itu aku tinggalkan sunna-sunnahku semasa aku menjadi
rasulullah. Berpeganglah pada keduaa hal tersebut maka kalian semua termasuk orang yang
selamat di dunia dan di akhirat”. Maka dapat dikatakan bahwa wahyu yang kemudian
menjadi Alquran dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam yang setelah itu adalah
Menteri agama dalam pidato sambutannya pada penutupan MTQ DAN HADIST
bahwa “Keberadaan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW sebagai sumber ajaran agama Islam
yang tetap terpelihara keutuhan dan kemurniannya sejak 15 abad yang lalu sampai sekarang
merupakan suatu kebanggaan yang hanya terdapat di dunia Islam. Karena itu kewajiban umat
Islam berkaitan dengan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW tidak boleh berhenti sebatas
seharihari. Sumber kekuatan dan jati diri umat Islam terdapat dalam kitab suci Al Qur'an dan
Hadist atau Sunnah Nabi SAW. Al Qur'an dan Hadist adalah sumber ajaran Islam yang tidak
akan pernah kering digali sepanjang masa. Nilai kebenarannya tidak akan pernah "lapuk
karena hujan, lekang karena panas". Al Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak pantas
dibandingkan dengan hasil pemikiran dan karya manusia. Dalam hal ini Hadist atau Sunnah
Nabi SAW yang dijadikan dasar penjelasan dan penafsiran otentik atas maksud ayat-ayat Al
Qur'an. Bagi umat Islam, kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas bukanlah
2
ancaman terhadap keyakinan beragama, dan karena itu tidak perlu ditakuti atau disikapi
secara apriori. Benturan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas terhadap keyakinan
beragama terjadi ketika manusia tidak memposisikan dan memfungsikan secara tepat dan
benar antara wahyu dan akal, antara dzikir dan pikir, dalam menghadapi dan mengatasi
realitas kehidupan sehari-hari. Keadaan yang lebih parah terjadi di masyarakat bila keadaan
tersebut menarik manusia kepada dua kutub ekstrimitas, yaitu terpaku dalam keberagamaan
yang jumud (beku, statis) atau hanyut dalam arus kemoderenan yang liberal dan lepas dari
bingkai keberagamaan.”.3
Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran agama Islam yang
utama adalah Al Quran dan As Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat
untuk memahami Al Quran dan As Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama islam itu
sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT yang penjabaranya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW.4
adalah sebagai berikut : kata yang pertama adalah sumber yaitu bila menurut kamus Bahasa
Indonesia adalah perigi atau asal.5 Kemudian kata kedua adalah yaitu ajaran bila menurut
kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diajarkan, petuah, nasihat. 6 Seterusnya
kata ketiga yaitu agama adalah system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian
atau kehambaan yang bertalian denga kepercayaan itu. 7 Dan yang terakhir adalah Islam
adalah suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci
Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. Maka bila diartikan secara
3
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23
JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN
4
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 66-67.
5
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 540.
6
Ibid; Hal 22.
7
Ibid; Hal 19-20.
3
lengkap akan menjadi “perigi atau asal dari segala sesuatu yang diajarkan yang berupa
petuah, nasihat dalam wujud atau bentuk system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran
kebaktian atau kehambaan yang bertalian dengan kepercayaan itu sebagai suatu agama yang
diajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang
Terdapat perbedaan antara sumber ajaran agama Islam dengan sumber hukum ajaran
Islam yaitu bahawa sumber ajaran Islam adalah asal di mana kaidah-kaidah pengetahuan
pelaksanaan tentang agama Islam diperoleh sedangkan sumber hukum agama Islam yaitu
asala di mana peraturan -peraturan yang mengatur kehidupan umat muslum diperoleh.
sumber ajaran Islam di antaranya seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi
Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat
jibril dan dari mana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen
tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian
ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran islam adalah Alquran
sebagai kalamu Allah yang merupakan manifestasi dari wahyu dan AlHadist sebagai
bimbingan dan keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam
degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari AlQuran dan AlHadist
tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang tidak diragukan
lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi
bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:
1. AlQuran AlKarim
4
Ketiga sumber ajaran agama Islam tersebut termasuk metodologi studi islam dengan
pendekatan aspek textual Hermeneutik metodologi yang paling mendasar dalam studi agama
islam sebelum melangkah kepada metode studi Islam yang lain. AlQuran menurut pendapat
yang paling kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Shalih mempunyai arti
"Bacaan" asal kata Qara'a. kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu
maqru (dibaca). Di dalam Alquran terdapat pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian
)١٨( ) َفِإَذا َقَر ْأَٰنُه َفٱَّتِبْع ُقْر َءاَن ۥُه١٧( َعُه َو ُقْر َءاَن ۥُه
ِإَّن َعَلْيَنا ْمَج ۥ
Yang artinya :
(pada lidahmu) itu (adalah tanggungan kami) karena itu bila kami telah membacanya
Kemudian dipakai kata "Quran" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini. Adapun
definisi AlQuran ialah: Kalam Allah SWT yang merupakan Mu'jizat yang diturunkan
( diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf yang diriwayatkan
dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. 8 Terdapat pengertian Al Quran yang lain
dari segi bahasa, As Syafii misalnya Al Quran bukan berasal dari akar kata apa pun dan
bukan pula ditulis dengan menggunakan hamzah lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertian kalamullah ( firman Allah ) yang diturukan kepada nabi Muhammad SAW.
sementara itu Al Farra berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain jamak dari
kata qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat
alquran itu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Asy Sya'ari dan pengikutnya mengatakan
8
Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989; Hal 16.
5
bahawa lafal Al Quran diambil dari kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang
lain, karena ayat-ayat alquran satu sama yang lain saling saling bergabung dan berkaitan. 9
Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi mengenai agama Islam
terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan ajarannya yang menghasilkan kitab-kitab
tafsir yang disusun dengan menggunakan berbagai pendekatan baik dari segi coraknya yang
sangat bervariasi sebagaimana yang kita jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu terdapat para
ulama yang menyebutkan secara khusus mengkaji metode menafsirkan Al Quran yang
pernah digunakan para ulama mulai dari metode tahlili ( analisis ayat per ayat ) sampai
dengan metode maudhu'i (tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar
belakang sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan apa yang
Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi kemu'jizatannya dan
keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya. Mulai dari segi keluasan kandungannya
yang tidak akan habis-habisnya digali, susunannya kalimat yang mengandung unsur balaghah
dan sastra yang tinggi serta tidak dapat ditandingi oleh karya manusia, mempunyai pengaruh
yang menalam bagio yang membacanya, dan belakangan muncul kemu'jizatan yang Al Quran
dari segi jumlah kata-katanya yang mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik
jumlah kata-kata yang saling bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata yang saling
berlawanan ( antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti jumlah kata al mu'min
dengan kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al har dengan kata al bard, dan
sebagainya.
Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji petunjuk cara
membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu qiraat termasuk pula ilmu tajwid.
Dan ada pula yang mengkaji alquran dari segi sejarah penulisannya, nama-namanya dan
9
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 67.
6
masih banyak lagi. Semua itu dilakukan para ulama agar ummat Islam dapat mengenal
secara menyeluruh berbagai aspek yang berkenaan dengan Al Quran. Dan dari sini pula tidak
mengherankan muncul satu jurusan di salah satu fakultas di IAIN dan fakultas Universitas
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dari Al Quran diyakini berasal dari
Allah dan mutlak benar maka keberadaan Al Quran sangat dibutuhkan manusia. Di dalam Al
Quran terdapat petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk itu bersifat umum.
Yang menghendaki penjabaran dan perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist. Dalam kaitan
ini kita membawa ayat yang artinya: tidak ada yang kami bengkalaikan di dalam alkitab ini
dari sesuatu ( surat Al An'am ayat 38 ). Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran
itu terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang datang
dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran adalah kitab yang
belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu adanya pengolahan dan penalaran akal
manusia, dan karena itu pula Al Quran diturunkan untuk manusia yang berakal, kita misalnya
disuruh shalat , puasa, haji, dan sebagainya tetapi cara-cara mengenai mengerjakan ibadah
tersebut tidak dijumpai dalam Al Quran melainkan dalam hadist Nabi yang selanjutnya
dijabarkan oleh para ulama sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih.
Selanjutnya Al Quran dapat juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur
jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketiak umat Islam berselisih
memerankan fungsi sebagai pengontrol dan pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia di
masa lalu. Berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh bani israil terhadap ayat-ayat Allah
telah dikoreksi. Dalam kaitan inilah di dalam Al Quran terdapat dijumpai ayat yang
menyatakan celaka bagi orang-orang yang menulis kitabnya dengan tangannya sendiri lalu
menyatakan bahwa kitab tersebut adalah firman Allah SWT. Apa yang dinyatakan oleh Al
7
Quran telah dibuktikan kebenarannya dalam sejarah bahwa bani Israil memang telah
menggelapkan Firman Allah SWT yang sebenarnya dengan menukarkan dengan kitab sendiri
adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan,
1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu' yaitu hadist yang berasal dari
Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu Marfu' Sharih dan Marfu' Hukmi dan
hadist Qudsi yang berasal dari Allah SWT tetapi terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta
Hadist Mauquf yaitu Hadist yang disandarkan dari para sahabat baik perkataan,
perbuatan, dan ketetapan yang hanya berhenti pada mereka tidak sampai kepada
Rasulullah dan
2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang diriwayatkan
banyak orang dan dari banyak orang, dan yang berikutnya adalah Hadist Ahad yaitu
a. Hadist Maqbul yang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa Hasan keduanya
dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada masing-masing keduanya dan
a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat dan berikutnya
b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya terbuang satu
c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat dua perawi atau
10
Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012; Hal 14.
8
d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung bila secara
umum dan hadist yang pada sanadnya gugur seorang perawi baik pada satu
Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya adalah sama yaitu
segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
akan tetapi untuk Sunnah adalah setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah atau
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran As Sunah memiliki
fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan As Sunah tidak dapat
3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan dan ada pula,
4) Isyarat Al Quran yang mengandung makna yang lebih dari satu ( musytarak ) yang
menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut, bahkan
terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Al Quran
yang selanjutnya diserahkan kepada Hadist Nabi. Selain itu ada pula yang sudah
Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al Quran yang
bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran yang bersifat umum sebagai
pembatas terhadap yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu
kasus yang tidak dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya demikian itu maka pemahaman
9
Al Quran dan juga pemahaman ajaarn Islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa
Banyak sekali contohnya di mana di dalam Al Quran disebutkan tetapi masih harus
bagaimana membayar zakat bagaimana menunaikan haji. Atau yang saling mengautakan
antara Al Quran dengan As Sunnah yaitu larangan membunuh dan makan daging bangkai
Ijtihad para ulama merupakan sumber ajaran agama Islam setelah AlQuran dan
AlHadist di mana oleh karena pada AlQuran dan AlHadist tidak terdapat hukum atau ajaran
tersebut maka kemudian para ulama mengupayakan dengan cara berijtihad yang telah
memiliki syarat-syarat tertentu. Kata Ijtihad berarti " Usaha sungguh yang dilakukan para ahli
agama untuk mencapai suatu putusan atau kesimpulan hukum syara' mengenai kasus yang
Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun
Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan
modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-
aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu
masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu
sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka
persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al
11
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 187.
10
Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas
atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang
Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu
perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan adalah
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi
sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang
Beberapa definisi qiyâs (analogi) 1.Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada
2.Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di
antaranya.
12
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
13
Ibid .
11
3.Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau
4.menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan oleh al-qur'an
dan hadits.
3. Istihsân
a.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu
adalah benar.
b.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
c.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
sebelumnya.
4. Maslahah Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan
kemudharatan.
5. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
6. Istishab
12
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang perempuan menikah lagi
apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas
kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan
tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas
7. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat
setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam
Tingkatan-tingkatan:
1. Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan menemukan
'illah-'illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur'an dan sunnah, dengan
menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah lebih dahulu
2. Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara', dengan
menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang
berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam
mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun
Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:
13
a) Ijtihad at-Takhrij
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu untuk
melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya,
Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum pernah
difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid
imam mazhabnya.
b) Ijtihad at-Tarjih
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang dipandang lebih kuat di
antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam dan pendapat murid-
murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab
lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat, dan tidak
c) Ijtihad al-Futya
Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat hukum imam
mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat-pendapat terebut
kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada
memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak
melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam
adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal mula pembentuknya yaitu di antaranya
seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang
kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana
sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari
lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita
ketiga unsur dari adanya sumber ajaran Islam adalah Al Quran sebagai Kalamu Allah yang
merupakan manifestasi dari Wahyu dan Al Hadist sebagai bimbingan dan keteladanan Nabi
Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam degan baik dan benar. Setelah itu
berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah
ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa
1. Al Quran Al Karim
Hal di atas dapat digunakan sebagai bahan dalam metodologi studi Islam,
mempelajari Islam melalui metode dengan bahan untuk mempelajari agama Islam dari
sumber ajaran agama Islam adalah keadaan mempelajari agama Islam yang paling dasar
15
dilakukan setelah kemudian dipelajari dengan metode pendekatan dengan aspek-aspek
multi-inter disipliner.
mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari sumber ajaran agama tersebut di
mana di dalam sumber ajaran tersebut terdapat hal yang otentik dan mendasar untuk
diketahui sehingga pengetahuan mengenai ajaran agama Islam tersebut akan dicapai dan
Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang wajib dilakukan
akan agama Islam dengan sesuai apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dari studi
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
Prof.Dr. H. Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014.
Drs. Dani.K; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya; 2002.
Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989.
Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju
Mizan, 2004).
Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012.
Internet
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-
makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1
17