Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI DALAM PRAKTEK KEAGAMAAN

Dosen Pengampu :

Yulian Dwi Putra,M,Sos

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Irma Hayati (22691008)


2. Lia Novita (22691010)
3. Lala Florenda (22691011)
4. Putri Setyawati (22691014)

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi dan
Antropologi ini dengan berjudul “Sosiologi dan Antropologi dalam Praktek Keagamaan”
dengan dosen pengampu Bapak Yulian Dwi Putra, M.Sos.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam memahami Sosiologi dan Antropologi dalam Praktek
Keagamaan terkhusus mengenai asumsi dasar, pendekatan sosiologi dan antropologi dalam
studi islam, objek kajian sosiologi dan antropologi Islam dan signifikasi dan kontribusi
pendekatan sosiologi dan antropologi dalam studi Islam serta agama dalam perspektif
sosiologi dan antropologi.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar kedepannya
bisa lebih baik.

Curup, 15 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Asumsi Dasar Sosiologi dan Antropologi Islam.......................................................... 3
B. Pengertian Pendekatan Sosiologi dan Antropologi dalam Studi Islam...................... 3
C. Pendekatan Sosiologi dan Antropologi dalam Studi Islam......................................... 4
D. Objek Kajian dalam Pendekatan Sosiologi dan Antropologi ...................................... 5
E. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dan Antropologi dalam Studi
Islam............................................................................................................................. 7
F. Agama dalam Perspektif Sosiologi dan Antropologi .................................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyataan merangsang timbulnya minat para ahli untuk
mengamati dan mempelajari agama, baik sebagai ajaran yang diturunkan
melalui kewahyuan maupun sebagai bagian dari masyarakat. Minat orang
untuk mengamati dan mempelajari agama itu didasarkan atas anggapan
dan pandangan bahwa agama merupakan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan pribadinya dan untuk manusia.
Berkenaan dengan pemikiran tersebut, kehadiran agama secara
fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya, tanpa
mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi
sulit dipahami masyarakat, tidak fungsional dan akhirnya masyarakat
mencari pemecahan masalah kepada selain agama dan hal ini tidak boleh
terjadi. Religi dan upacara religi memang merupakan suatu unsur dalam
kehidupan masyarakat suku-suku bangsa manusia di dunia yang telah
banyak menarik perhatian pengarang-pengarang etnografi.
Islamisasi tidaklah berarti menempatkan berbagai tubuh ilmu
pengetahuan dibawah masing-masing dogmatis atau tujuan yang berubah-
ubah, tetapi membebaskannya dari belenggu yang senantiasa
mengungkungnya. Islam memandang semua ilmu pengetahuan sebagai
sesuatu yang kritis, yakni universal, penting dan rasional. Ia ingin melihat
setiap tuntutan melampaui teks hubungan internal, akan sesuai dengan
realitas, meninggikan kehidupan manusia dan moralitas. Karenanya,
bidang-bidang yang telah kita islamisasikan akan membuka halaman baru
dalam sejarah semangat manusia dan lebih menekatkan kepada
kebenaran.1

1
Dedi Mahyudi, Pendekatan Antropologi Dan Sosiologi Dalam Studi Islam, UIN Sumatera Utara
Medan: Al Ihya Arabiyah, Vol.8, Hal. 205

1
Menurut Bambang dan Husni. Teori dan konsep metode penelitian
sosiologi menawarkan seperangkat alat untuk memikirkan pendidikan.
Sosiologi tidak melihat perilaku manusia sebagai kegiatan manusia, tetapi
mencari keteraturan dan kesamaan dalam perilaku yang mengacu pada
konteks kelompok. Dengan demikian suatu cara yang shahih untuk
menjelaskan kegiatan manusia adalah menganggap kegiatan itu sebagai
hasil dari pengalaman manusia2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah:
1. Apa asumsi dasar sosiologi dan antropologi islam?
2. Apa pengertian pendekatan sosiologi dan antropologi dalam studi
islam?
3. Bagaimana pendekatan sosiologi dan antropologi dalam studi islam?
4. Apa objek kajian dalam pendekatan sosiologi dan antropologi?
5. Bagaimana signifikasi dan kontribusi pendekatan sosiologi dan
antropologi dalam studi islam?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui asumsi dasar sosiologi dan antropologi islam
2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan sosiologi dan antropologi
dalam studi islam
3. Untuk mengetahui pendekatan sosiologi dan antropologi dalam studi
islam
4. Untuk mengetahui objek kajian dalam pendekatan sosiologi dan
antropologi
5. Untuk mengetahui signifikasi dan kontribusi pendekatan sosiologi dan
antropologi dalam studi islam

2
Daimah, Pendekatan Sosiologi Dalam Kajian Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga : Jurnal
Uhamka, Vol.9, Hal.109

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asumsi Dasar Sosiologi dan Antropologi Islam


Sosiologi Islam sebagai bidang studi didasarkan pada sejumlah
prinsip dasar. Ini bukan anggapan yang irasional atau spekulatif. Sejalan
dengan itu, Ilyas BA Yunus dan Farid Ahmad berpendapat bahwa
sosiologi Islam memiliki dua dimensi kritis, yaitu dimensi teoritis dan
dimensi praktis. Kedua segi ini juga dimiliki oleh sosiologi kontemporer,
yang berkembang baik di dunia Barat maupun Islam.
Lebih lanjut, Ilyas BA Yunus dan Farid Ahmad mengatakan hal itu
sangat wajar, karena seseorang tidak dapat memahami masyarakat
secara utuh tanpa terlebih dahulu mengetahui perilaku manusia.
Demikian pula, untuk berdakwah, yaitu menyeru orang kepada Islam,
pertama-tama orang harus memahami sifat masyarakat, budaya, bahasa,
dan sejarahnya. Tanpa itu, tidak mungkin menggunakan teknik
dakwah yang tepat, dan bahkan dakwah akan gagal menjangkau
khalayak yang dituju oleh da'i.
Hal yang sama berlaku dalam hal menginspirasi orang. Sementara
mereka yang berpendidikan informal dapat menginspirasi, mereka yang
berpendidikan formal (sekolah) lebih memenuhi syarat untuk
melakukannya karena mereka biasanya berpikir secara rasional, metodis,
kritis, dan objektif. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, sosiologi Islam
dibangun di atas konsep-konsep logis, teoretis, dan terapan.3

B. Pengertian Pendekatan Sosiologi dan Antropologi dalam Studi Islam


Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat
dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama
dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas
keagamaan yang diungkapkan mempunyai realitas kebenaran sesuai

3
Mohammad Taufiq Rahman, 2021, Sosiologi Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung : Prodi
S2 Studi Agama-Agama, Hal. 7-8

3
dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah
penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau
penelitian filosofis.
Secara etimologis, Antropologi tersusun dari bahasa Latin
anthropos yang Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Balai Pustaka,
antropologi diartikan sebagai: Ilmu tentang manusia khususnya tentang
asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya
pada masa lampau. Depenisi antropologi menurut para ahli yaitu :
1. William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat
manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter: antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3. Koentjaraningrat: antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk
fisik masyarakat serta kebudayaan yang di hasilkan.
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti
kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul
"Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisa dengan
faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta
keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama.4

C. Pendekatan Sosiologi dan Antropologi dalam Studi Islam


Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak
terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal
manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama tersebut telah
4
Dedi Mahyudi, Pendekatan Antropologi Dan Sosiologi Dalam Studi Islam, UIN Sumatera Utara
Medan: Al Ihya Arabiyah, Vol.8, Hal. 207

4
menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari
semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan
goib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka
harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada
kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat
dan sejahtera.
Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan
sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi
dan memohon peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu.
Mereka hanya merasakan adanya da kebutuhan akan bantuan dan
perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari
dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan.
Dengan demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan
kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia,
atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.5
Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu
pengetahuan sosial yang memfokuskan kajiannya pada manusia. Perhatian
serius terhadap antropologi dimulai pada abad 19. Pada abad ini,
antropologi sudah digunakan sebagai pendekatan penelitian yang
difokuskan pada kajian asal usul manusia.
Melakukan penelitian dengan pendekatan antropologi, bisa
memilih contoh yang telah ada atau menggunakan pendekatan baru yang
diinginkan.

D. Objek Kajian dalam Pendekatan Sosiologi dan Antropologi


Berdasarkan uraian tentang perkembangan antropologi di atas,
maka secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua
bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai
organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga
cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik
5
Luthfi Rosyadi, 2018, Sosiologi Dan Antropologi Agama Manusia Dan Agama, Kebumen: IAIN
Nahdatul Ulama

5
menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang
manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi
pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka
yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan
tanpa manusia.6
Menurut anggapan umum, Aguste Comte dan Henri Saint Simon
adalah pendiri sosiologi. Bagi Comte, sosiologi mengikuti jejak ilmu alam.
Observasi empiris terhadap masyarakat manusia akan melahirkan kajian
rasional dan positivistik mengenai kehidupan sosial yang akan
memberikan prinsip-prinsip pengorganisasian bagi ilmu kemasyarakatan.
Dalam pandangan Comte, bentuk positivistik konsepsi sosiologis
akan membawa konsekuensi hilangnya agama dan teologi sebagai model
prilaku dan keyakinan dalam masyarakat modern. Menurut M. Atho
Mudzhar, pendekatan sosiologi agama dapat mengambil beberapa tema
atau obyek penelitian, seperti:
1. Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat;
2. Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat ter-hadap
pemahaman ajaran atau konsep keagamaan;
3. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat;
4. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim;
5. Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat
melemahkan atau menjunjung kehidupan beragama.7
Setiap tema yang dikaji, setidaknya tetap relevan dengan teori
sosiologi, baik teori fungsionalisme, konflik maupun interaksionalisme.
Teori fungsionalisme dan konflik bekerja dengan cara analisis makro
sosiologi yaitu memfokuskan perhatiannya pada struktur sosial. Adapun
teori interaksionalisme dengan cara analisis mikro, yaitu lebih mem-
fokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang
terjalin antar individu

6
Abd. Shomad, 2006, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Lembaga Penelitian
UIN Sunan Kalijaga, Hal. 62
7
M. Atho Mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

6
Aplikasi antropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-
masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang
digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah
digunakan dalm disiplin ilmu agama. Antropologi dalam
kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan
pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.
Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif
yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam
pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan
grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada suatu tempat atau
setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-
teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang
dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang
menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan
kepada penelitian histories.

E. Signifikasi Dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dan Antropologi


Dalam Studi Islam
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-
masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya.
Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin
ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk
memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan

7
Powam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipatif.8
Melalui pendekatan antropologis di atas, maka dapat di lihat bahwa
agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi
suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan
dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara
mengubah pandangan keagamannya.9
Selanjutnya, melalui pendekatan antropologi dapat melihat agama
yaitu hubungannya dengan mekanisasi pengorganisasi (social
organization) juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti
sosial agama.
Khusus di Indonesia, karya Clifford Geertz, the religion of java
dapat dijadikan contoh yang baik dalam bidang ini. Geerts melihat adanya
klasifikasi sosial dalam masyarakat muslim di Jawa; santri, priyayi dan
abangan. Sungguh pun hasil penelitian antropologis di Jawa Timur ini
mendapat sanggahan dari berbagai ilmuwan social yang lain, konstruksi
stratifikasi sosial yang dikemukakannya cukup membuat
orang berfikir ulang untuk mengecek ulang keabsahannya.
Melalui pendekatan antropologis, sebagaimana tersebut di atas,
terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan
manusia, dan dengan itu pula, agama terlihat akrab dan fungsional dengan
berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan demikian, pendekatan
antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena
dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat
dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
Pendekatan sosiologis digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak
bidang kajian agama baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat
apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.
8
Abuddin Noto. 2004. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
9
Soejono Soekamto. 1982. Suatu Pengantar Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali.

8
Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara
terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup itu serta pula kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri
kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Dari defenisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur,
lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Dengan ilmu itu suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan
faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta
keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. Melalui
pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah karena
agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.10

F. Agama dalam Perspektif Sosiologi dan Antropologi


Agama juga menjadi penting dalam keilmuan sosiologi. Bahkan
terdapat satu konsentrasi khusus, yakni sosiologi agama. Namun
sebelum itu, sebagai sesama ilmu yang berhubungan erat dengan
masyarakat, perlu sedikit diketahui mengenai perbedaan antara
antropologi agama dan sosiologi agama. Perbedaan utamanya ialah
wilayah kajian.
Antropologi agama memiliki wilayah kajian agama (sebagai
bagian dari kebudayaan) dan manusia. Sedangkan, sosiologi agama
lebih kepada wilayah agama (sebagai bagian dari realitas sosial yang
berhubungan dengan masyarakat) termasuk seperangkat nilai dan norma
yang ada di dalamnya.
Sosiologi agama muncul sebagai bagian dari sosiologi yang
membahas tentang agama. Agama dalam paradigma fakta sosial
diletakkan dalam struktur sebagai bagian dari norma dalam
masyarakat, yakni norma agama. Meskipun paradigma ini cenderung
menolak bahwa agama yang epifenomena disandingkan dengan
sosiologi yang empiris, namun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka

10
Soejono Soekamto. 1982. Suatu Pengantar Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali.

9
mengakui agama menjadi bagian dari realitas sosial. Alasan paradigma ini
cenderung menolak bahwa agama itu empiris, karena agama bersifat
emosional dan berasal dari suatu hal yang tidak konkret.
Sosiologi menempatkan agama sebagai salah satu bagian dari
fenomena sosial yang hadir dalam masyarakat. Entah itu di luar
individu, sebagai bagian dari struktur, atau dari dalam individu itu
sendiri. Tokoh paradigma kritis, Karl Marx memandang agama sebagai
candu dan melemahkan. Paradigma kritis terutama teori-teori gender,
kadang pesimis jika nilai-nilai dalam ajaran agama dapat membantu
keadilan dan kesetaraan gender. 11
Memahami agama dalam ragam prespektif yang luas menjadi
bagian dari pengkajian keilmuan sosial dan humaniora yang terus
dikembangkan pada perguruan tinggi. Agama sebagai obyek studi ilmiah
tentu bukan sesuatu hal yang mudah diterima oleh sebagian pemeluk
agama. Tetap saja pendekatan studi agama dilekatkan dengan ranah
keyakinan para pengkajinya.
Karena itu penting ditegaskan lebih awal bahwasanya memahami
agama dalam prespektif keilmuan tentu saja berbeda dengan agama
sebagai atau dalam ranah keyakinan pemeluk agamanya. Artinya pengkaji
studi agama hanya mungkin dilakukan jika ia mampu membedakan secara
bijak ranah keyakinan dan ranah ke-ilmiahan suatu kajian, yaitu studi
agama itu sendiri.
Kerumitan meletakan agama sebagai sebuah studi bukan karena
jumlahnya yang sedikit, justru karena jumlah keberadaan agama yang
sangat besar. Hampir di setiap sisi belahan dunia lahir agama-agama
mandiri yang secara konsisten dipertahankan oleh setiap generasinya.
Ketika setiap agama mencetak juru dakwah atau missioner untuk
kemudian ditugaskan menyebarkan agamanya ke wilayah tertentu, bukan
karena pada wilayah dimaksud tidak ada agama.
Tentu bukan hal yang mudah melakukan kegiatan ilmiah dan di sisi
lain tetap berusaha "membela" pemahaman keagamaan pemeluknya secara

11
Agus Machfud Fauzi, 2017, Sosiologi Agama, Surabaya : Universitas Surabaya

10
bersamaan. Pengalaman penulis selama memberikan kuliah antropologi
agama kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa baru) menegaskan
kenyataan dimaksud. Artinya, dialog integrasi keilmuan agama dan ilmu
sosial (seperti sosiologi dan antropologi )bukan hal yang mudah diterima
oleh kalangan masyarakat yang masih berfikir dikhotomis secara
keilmuan. Karena itu pembahasan ini menjadi pengantar awal yang
penting diletakkan secara kokoh sebelum pembahasan berikutnya diulas.
Dengan begitu mengkaji agama dapat didekati selain dengan
pendekatan teologis, juga dengan dengan kajian keagamaan (agama
sebagai objek studi), pendekatan sejarah agama, termasuk memahami
agama dan keberagamaan melalui- pendekatan budaya dalam bingkai
stuktur masyarakatnya.
Namun pendekatan agama melalui kultur masyarakatnya ini tentu
tidak dimaksudkan untuk meletakkan kebenaran- kesesatan suatu
keimanan tertentu, tetapi lebih berupaya meletakan bagaimana manusia
melakukan inkulturasi agama dalam kehidupan kesehariannya. Yakni
bagaimana suatu keyakinan terhadap sesuatu yang irrasional, tak dapat
diverifikasi, difalsifikasi dan mungkin pula tidak dapat dibuktikan, namun
secara rasional mampu membentuk identitas, kesadaran dan perilaku yang
sama dalam sebuah konstruk masyarakat secara lebih luas.12

12
Rusmin Tumanggor, 2014, Antropologi Agama, Jakarta : UIN Press

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Antropologi adalah salah satu
disiplin ilmu dari cabang ilmu pengetahuan sosial yang memfokuskan kajiannya
pada manusia.
Sosiologi menempatkan agama sebagai salah satu bagian dari fenomena
sosial yang hadir dalam masyarakat. Entah itu di luar individu, sebagai
bagian dari struktur, atau dari dalam individu itu sendiri. Pendekatan agama
melalui kultur masyarakatnya ini tentu tidak dimaksudkan untuk meletakkan
kebenaran- kesesatan suatu keimanan tertentu, tetapi lebih berupaya meletakan
bagaimana manusia melakukan inkulturasi agama dalam kehidupan
kesehariannya.

B. Saran
Saran dari kami sebagai penyusun makalah mari bersama-sama kita belajar
mengenai sosiologi dan antropologi dalam prektek keagamaan. Inilah yang dapat
penulis paparkan pada makalah kali ini yang tentunya membahas tentang
sosiologi dan antropologi dalam praktek keagamaan.

Sebagai penulis serta penyusun kami menyadari bahwa dalam pembahasan


makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi untuk
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Shomad, 2006, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Lembaga


Penelitian
Abuddin Noto. 2004. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Agus Machfud Fauzi, 2017, Sosiologi Agama, Surabaya : Universitas Surabaya
Daimah, Pendekatan Sosiologi Dalam Kajian Pendidikan Islam, UIN Sunan
Kalijaga : Jurnal Uhamka, Vol.9, Hal.109
Dedi Mahyudi, Pendekatan Antropologi Dan Sosiologi Dalam Studi Islam, UIN
Sumatera Utara Medan: Al Ihya Arabiyah, Vol.8, Hal. 207
Dedi Mahyudi, Pendekatan Antropologi Dan Sosiologi Dalam Studi Islam, UIN
Sumatera Utara Medan: Al Ihya Arabiyah, Vol.8, Hal. 205
Luthfi Rosyadi, 2018, Sosiologi Dan Antropologi Agama Manusia Dan Agama,
Kebumen: IAIN Nahdatul Ulama
Mohammad Taufiq Rahman, 2021, Sosiologi Islam, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung : Prodi S2 Studi Agama-Agama, Hal. 7-8
M. Atho Mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusmin Tumanggor, 2014, Antropologi Agama, Jakarta : UIN Press
Soejono Soekamto. 1982. Suatu Pengantar Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali.

13
SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DALM PRAKTEK KEAGAMAAN DI
DUSUN CURUP

A. Waktu Dan Tempat Wawancara


Waktu : Jum’at, 11 november 2022
Pukul : 10:00-11.00 wib
Tempat : Kampus IAIN Curup

B. Hasil Wawancara
Narasumber : Gelung
Pewawancara : Irma Hayati
Putri Setyawati
Lia Novita
Lala Florenda

C. Transkip Hasil Wawancara


Pewawancara : Assalamuallaikum kak, map menggangu waktu nya kami
dari Prodi IPII mendapat tuga pembelajaran Sosiologi dan Antropologi
untuk mewawancarai salah satu tokoh yang memahami dibidang
keagaaman
Narasumber : waalaikumsalam iya silahkan

14
Pewawancara : Bagaimana pemahaman masyarakat tantang keagamaan
menurut kakak?
Narasumber : Pemahaman disetiap daerah itu berbeda beda kalua kita lihat
salah satu contoh nya yaitu didaerah aceh karna kenapa kita sudah tau
bahwa diaceh itu keagamaan nya sangat ketat dan banyak ulama ulama.
Masyarakat masyarakat yang kurang ilmu agama karna kurang nya tokoh
tokoh agama dimasyarakat tersebut
Pewawancara : Oke baik kak, nah itu kan kak pemahaman dari daerah
aceh bagaimana ni kak kalua kita lihat dari daerah dusun curup ini?
Narasumber : Kalau kita bandingkan dengan diaceh itu tentu sangat
berbeda kalu diaceh kita sudah tau bahwa hukum terkait dengan
keagaaman itu benar benar dijalankan, tapi kalua didusun curup ini belum
seluruhnya diterapkan salah satu contoh nya itu perzinahan kalua diaceh
hal tersebut dilakukan nya cambuk atau dirajam namun didusun curup ini
itu sudah menjadi hal biasa, dilihat dari sisi hukum agama kalua didusun
curup ini belum kuat karna kurang penindak tegasan dari pihak berwajib,
ini lah yang menjadi kelemahan hukum agama didusun curup.
Pewawancara : Apakah didaerah dusun curup ini sering diadakan nya
kegiatan keagamaan ?
Narasumber : Didusun curup ini sering diadakan nya maulid nabi dan
yasinan ataupun pengajian
Pewawancara : Dari kegiatan tersebut ada gak perubahan yang terjadi di
masyarakat?
Narasumber : Kalo dilihat dari dulu sampai sekarang tentu memiliki
perubahan yang seknifikan yang dulu nya belum tau ritual yasinan
pengajian namun sekarang sudah banyak meningkat kan pemaham
masyarakat terkait keagamaan itu sendiri
Pewawancara : Kegiatan apa yang paling berpengaruh didusun curup ini ?
Narasumber : kalua dilihat dari sekerang yang sangat siknifikan yaitu
adalah yasinan, selain dalam kegiatan keagamaan itu juga dapat
meningkatkan sosialisasi antara masyarakat satu dan lain untuk menjalin
silatirahmi

15
Pewawancara : kalu menurut kakak bagaimana cara menarik agar generasi
muda dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut?
Narasumber : Yang pertama adalah kita harus menggembleng memberi
pengetahuan kepada anak muda untuk mengkaji dan mempelajari ilmu
ilmu keagaaman, mungkin penyebab kurang nya minat dari generasi muda
itu karna malu dan kurang nya pemahan mengenai ilmu keagamaan maka
dari itu kegiatan keagamaan atau organisasi keagamaan harus bias
merangkul anak muda untuk tertarik dalam kegiatan keagamaan.

16

Anda mungkin juga menyukai