Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH METODE STUDI ISLAM II

"ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DAN PENELITIAN"

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metode Studi Islam II
Dosen Pengampu : Dra. Rokiba Hasibuan, MA

Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
Putriya Dani (21.02.0060)
Devi Anyelir Ramayani (21.02.0101)
Hanieda (21.02.0053)
Hariono Andri (21.02.0090)

Semester 4-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”
PEMATANGSIANTAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Islam Sebagai sasaran Studi Penelitian”. Salawat dan salam semoga
tetap limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen Metode Studi Islam II dan saran dari teman-
teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat
berguna bagi saya dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Metode Studi Islam dan
semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah
ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang
membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna. Ucapan terima kasih juga
saya sampaikan kepada: Dosen Pembimbing mata kuliah Sejarah dan Peradaban
Islam, Ibu Dra. Rokiba Hasibuan, MA.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua,
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata terimakasih.

Pematangsiantar, Februari 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL ........................ 3
1. Ruang Lingkup Doktrin Islam ........................................................ 4
2. Model Penelitian Islam Sebagai Doktrin ........................................ 4
B. ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI SOSIAL ................................. 8
1. Pandangan Islam Terhadap Ilmu Sosial .......................................... 8
2. Ilmu Sosial Beruansa Islam ............................................................ 8
C. ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA ............................... 9
D. METODOLOGI ILMU AGAMA ISLAM ........................................... 10
E. DIMENSI ISLAM SEBAGAI SASARAN PENELITIAN .................... 13
F. OBYEK DAN PEMBIDANGAN KAJIAN ISLAM ............................. 19

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 21


A. Kesimpulan ......................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sangat multidimensial, oleh karena itu masing-masing
orang sangat mungin memandang memahami islam secara berbeda-beda. Apabila
islam dipandang dari gejala budaya dan sosial maka yang terlihat adalah corak
keberagaman suatu masyarakat. Salah satu contoh kehidupan keberagaman orang
muslim didesa sangatlah berbeda-beda. Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. diyakini menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin. Ajaran Islam menunjukkan gambaran yang ideal tentang
bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih bermakna.
Di dalam penyampaian arti dari agama islam tersebut tentu tidak akan terlepas
dari ajaran agama itu sendiri (Doktrinal), dan juga di dalam perjalananya terdapat
hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat yakni masyarakat
mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat (Sosial). Tak hanya
itu, pemahaman masyarakat tentu tak selalu melalui pemahaman tekstual, atau
pemahaman dari sumber agama islam itu sendiri namun juga melewati realitas sosial
yang berupa perilaku masyarakat yang memerlukan agama bersangkutan (Budaya).
Namun dewasa ini terdapat banyak penyimpangan yang terjadi didalam
memahami Islam dengan sudut pandang yang sempit, sehingga terkadang
mengesampingkan keadaan sosial dan budaya masyarakat tempat agama itu
didakwahkan yang mungkin disebabkan kurangnya pemahaman studi islam secara
mendalam, yang kemudian menyebabakan islam tak lagi terlihat sebagai agama yang
‘rohmatan lil-‘alamin’, karena dipandang sebagai agama yang hanya memerhatikan
kelompok dan kepentingan sendiri.
.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana islam sebagai sasaran studi doktrinal, sosial dan budaya?
2. Apa saja metodologi ilmu agama islam?
3. Aspek apa dalam islam yang dapat digunakan sebagai sasaran
penilitian?
4. Objek dan pembidangan kajian islam

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui islam sebagai sasaran doctrinal, sosial dan budaya
2. Agar mengetahui metodologi ilmu agama islam
3. Agar mengetahui islam yang dapat digunakan sebagai penelitian
4. Agar mengetahui objek dan pembidangan kajian islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam Sebagai Sasaran Studi Doktrinal


Kata doktrin berasal dari bahasa Inggris doctrine 1 yang berarti ajaran. Dari
kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktrinal yang berarti yang dikenal
dengan ajaran atau bersifat ajaran. Sedangkan studi doktrinal berarti studi yang
berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam
arti tidak praktis. Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek
studi doktrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doktrinal kali ini yang dimaksud
adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang
dikemukakan oleh Islam.
Islam didefinisikan oleh sebagian ulama adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama
sebagai doktrin, agama sebagai teologi tidak terbatas hanya sekedar
menerangkan hubungan antara manusia dengan tuhan (transendental) saja, tetapi
tidak terelakan adalah melibatkan kesadaran berkelompok (sosiologis),
kesadaran pencairan asal usul agama (antropologi), pemenuhan kebutuhan untuk
membentuk kepribadian yang kuat dan ketenangan jiwa (psikologis) bahkan
ajaran agama tertentu dapat di teliti sejauh mana keterkaitan ajaran etikanya
dengan corak pandangan hidup yang memberi dorongan yang kuat untuk
memperoleh derajat kesejahteraan hidup yang optimal (ekonomi). Namun
apabila pandangan agama sebagai doktrin yang sakral, suci dan tabu, maka
tertutup untuk kajian-kajian atau penelitian.
Sebelum mendekati agama, memang amat perlu mengetahui sasaran yang

1
John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990
3
4

akan didekati, yaitu agama atau kepercayaan yang terjadi karena adanya di
pandang maha kuasa menjadi sumber segala sesuatu
Masalah keagamaan, merupakan masalah yang selalu hadir dalam sejarah
kehidupan manusia sepanjang zaman dan sama dengan masalah kehidupan
lainnya. Fenomena keagamaan yang berakumulasi pada pola prilaku manusia
dalam kehidupan beragama adalah perwujudan dari “sikap” dan “prilaku“
manusia yang menyangkut dengan hal-hal yang di pandang sakral, suci, keramat
yang berasalan dari suatu kegaiban.
1. Ruang Lingkup Doktrin Islam.
Ruang lingkup Islam sebagai doktrin dapat dijelaskan berdasarkan
lingkup, yaitu :
a. Tuhan : berkenaan dengan doktrin tentang Tuhan, Islam datang
sebagai wahyu.2
b. Manusia : sementara berkenaan dengan dpktrin tentang manusia,
Islam memandang sebagai makhluk termulia. Allah berfirman.
‫ِير ِ ِّم َّم ْن‬ َ ‫ط ِيِّبَتِ َوفَض َّْلنَ ُه ْم‬
ٍ ‫علَى َكث‬ َّ ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِى َءادَ َم َو َح َم ْلنَ ُه ْم فِى ْألبَ ِ ِّر َو ْألبَحْ ِر َو َرزَ ْقنَ ُهم ِ ِّمنَ أل‬

ِ ‫خَ َل ْقنَا تَ ْف‬


‫ضيلا‬
Terjemah: “dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,
kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihin yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.3
Adapun doktrin tentang manusia, islam membicarakannya secara
lengkap, seperti perjalanan hidup manusia, tujuan manusi, fitrah manusia,
dan hakikat manusia.
c. Alam : berkenaan dengan doktrin tentang alam, Islam membagi alam
menjadi dua. Alam syahadah (alam yang dapat di indra) dan alam
ghaib (alam yang tidak dapat di indra).

2
Rosihan Anwar, Pengantar Studi Islam, 40
3
Al-Qur'an ,17:70
5

2. Model Penelitian Islam sebagai Doktrin.


Kata model yang dimaksud di sini adalah contoh, acuan, ragam, atau
macam4 Adapun penelitian berarti pemeriksaan, penyelidikan yang dilakukan
dengan berbagai cara secara saksama dengan tujuan mencari kebenaran-
kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data data yang terkumpul.
1. Model Peneletian Tafsir
Tafsir bermakna menjelaskan hal-hal yang masih samar yang
dikandung dalam ayat al-Qur’an sehingga dengan mudah dapat
dimengerti, mengeluarkan hukum yang terkandung di dalamnya untuk
diterapkan dalam kehidupan sebagai suatu ketentuan hukum. Objek
pembahasan tafsir, yaitu al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam.
Syekh Muhammad Al-Ghazali meempuh cara penelitian tafsir yang
bercorak eksploratif, deskriptif dan analitis dengan berdasarkan pada
rujukan kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu.5
2. Model Penelitian Hadis
Penelitian terhadap hadis baik dari segi keontikannya maupun
turunnya ayat al-Qur’an diyakini secara mutawattir berasal dari Allah.
Model penelitian yang bisa dilakukan yaitu :
a. Takhrij hadis
Takhrij adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis
pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab yang di dalamnya
dikemukakan hadis tersebut secara lengkap dengan sanadnya masing-
masing, kemudian untuk kepentingan kritik sanad, dijelaskan kwalitas
sanad dan para periwayatnya dari hadis yang bersangkutan. 6

4
J.S. Poerdawadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pusataka, 1991), 653
5
Abuddin Nata, Metode Studi Islam (Jakarta:Rajawali Press, 2002) 179
6
Muhammad Ahmad , Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2004) 135
6

b. I’tibar
Al-I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad untuk hais tertentu,
yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terapat seorang
periwayatsaja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain
tersebut akan dapat diketahui apakah ada priwayat yang lain ataukah
tidak ada untuk bagian sanad bagian sanad dari sanad hadis dimaksud.
c. Kritik sanad
Ulama’ hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus kritisi
pada diri pribadi periwayat hadis untuk diketahui apakah riwayat
hadis yang dikemukakannya dapat diterima sebagai hujjah ataukah
harus ditolak. Ke dua hal itu adalah keadilan dan kedhabitannya.
Terkait dengan pelacakan terhadap kebersambungan sanad, hubungan
kwalitas periwayat dan metode periwayatan sangat menentukan.
Selain itu ada periwayat yang dinilai tsiqoh oleh ulama’ahli kritik
hadis, namun dengan syarat bila dia menggunakn lambang periwaytan
haddatsani atau samitu, bersambung. Tetapi bila menggunakan selain
dua lambang tersebut, sanadnya terdapat tadlis (penyembunyian
cacat)..7
d. Kritik matan
Metode kritik matan, menurut al-A’zhami, banyak terfokus pada
metode mu’aradhah. Versi lain menyebutkan metode muqaranah
(perbandingan) atau metode muqabalah.8

B. Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial


Islam sebagai sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang
Islam sebagai gejala sosial. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut

7
M. Syuhudi Ismail, kaedah keshahihan Sanad Hadis (Jakarta: PT. Karya Unipress, 19950, 139.
8
Musthofa al-A’zhami, Manhaj al-Naqd ‘inda Al-Muhadditsin (Riyadl: al-Umariyah,
1982), 183.
7

agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang
saling berkaitan. Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan
Islam sebagai sasaran studi sosial adalah Islam yang telah menggejala atau yang
sudah menjadi fenomena Islam.
Menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala sosial pada dasarnya
bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari
hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat
mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi masyarakat. Jika Islam
dijadikan sebagai sasaran studi sosial, maka harus mengikuti paradigma
positivisme yaitu dapat diambil gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi. 9
Dari pandangan tentang agama sebagai gejala budaya dan sebagai gejala
sosial, elemen-elemen yang harus di ketahui dalam Islam adalah persoalan
teologi, komsmologi, dan antropolgi, yang tentu menyangkut dengan persoalan
sosial kemanusian dan budaya. Ilmu sosial yang dianggap dekat dengan ilmu
kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi. 10
a. Letak Ilmu Sosial
Umumnya orang berpendapat bahwa ilmu sosial terletak diantara ilmu lam
dan ilmu budaya. Hanya saja orang berbeda pendapat mengenai letak yang
sebenarnya apakah ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu alam atau ilmu
budaya. Kaum struktualis memandang begitu pentingnya nilai itu, sehinga
mereka lupa bahwa nilai itu sendiri merupakan produksi interakasisosial
juga. Dalam hal ini mereka melihat metode verstehenjuga sebagai perbuatan
menduga-duga yang tak berdasarkan secara ilmiah. Ilmu sosial menunjukkan
kepada penerapan metode ilmiah untuk mempelajari jaringan-
jaringanhubungan manusia yang pelik dan rumit, dan bentuk-bentuk

9
Mudzhar, M.Atho, Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 1998
10
Jujun S, Suriasumatri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan 2007), 126.
8

organisasi yang dimaksudkan agar orang dapat hidup bersama dalam


masyarakat.11
b. Ilmu sosial dan teori
Perbedaan pandangan antara kaum struktualis dan kaum positivis ini perlu
dikemukakan karena mempunyai dampak langsung terhadap perbedaan
tingkat penggunaan teori dan pmilihanmetode penilaian.menurut Prof.
Goode dan Hatt, teori sedikitnya berfungsi untuk :
1) Mendefinisikan orientasi utama dari suatu cabang ilmu dengan
mengarahkan bentuk-bentuk data mana yang perlu aiabstraksikan.
2) Menawarkan suatu kerangka konseptual untuk mngarahkan fenomena
mana yang perlu disistematisasikan, diklarifikasikan, dan dihubungkan
satu sama yang lain.
3) Meringkaskan sejumlah fakta mrngrnsi generalisasi dan sistem
generalisasi.
4) Meramal fakta
5) Menunjukkan kesenjangan yang ada dalam pengetahuan. 12
2. Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada
kehidupan ritual.ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu
pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijoyo menyebut
sebagai ilmu sosial profetik 13
3. Ilmu Sosial Beruansa Islam
Menurut Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial proteltif yaitu, ilmu sosial
yang
tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga
memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan

11
Atho Mudzhar, Penekatan Stusi Islam., 43-44.
12
Ibid
13
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafino Persada, 2012),54
9

oleh siapa.14 Ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-
cita didasarkan pada tiga hal :
1. Cita-cita kemanusiaan
2. Liberasi
3. Tansendesi
C. Islam Sebagai Sasaran Studi Budaya
Pada awalnya, ilmu hanya ada dua yaitu: ilmu kealaman dan ilmu budaya.
Ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan
utama mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan-keteraturan pada alam.
Sebaliknya ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang tetapi unik.
Menurut M.Antho Mudzar, di antara penelitian kalaman dan budaya,
terdapat penelitian-penelitian ilmu-ilmu sosial. Suatu penemuan, baru dikatakan
atau dianggap sebagai ilmu apabila memenuhi syarat yaitu :
a. Dapat di amati (observable)
b. Dapat diukur (measurable)
c. Dapat dibuktikan (verifiable) 15
Menurut beberapa para ahli, ada 5 (lima) bentuk gejala agama yang perlu
diperhatikan, apabila kita hendak mempelajari atau meneliti suatu agama, yaitu:
1. Scripture, naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol- sombol agama.
2. Para penganut, pimpinan, pemuka agama, menyangkut dengan sikap,
perilaku dan penghayatan para penganut nya.
3. Ritus-ritus, lembaga–lembaga, ibadat-ibadat, seperti sholat, haji, puasa,
perkawinan dan waris.
4. Alat-alat, seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.

14
Kuntowijoyo, Paradigma Islam : Interprestasi Untuk Aksi (Bandung: Penerbit
Mizan,1991), 168
15
Mudzhar, M.Atho, Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta
Pustaka Pelajar, 1998
10

5. Organisasi-organisasi keagamaan, tempat para penganut agama berkumpul


dan berperan, seperti Nahdatul Ulama Muhammadiyah, gereja katholik,
Protestan, Syi’ah, Sunni dan sebagainya. 16
Dalam penelitian naskah atau sumber-sumber ajaran agama yang pernah
diteliti adalah persoalan filologi dan kemudian adalah isi dari naskah yang ada.
Misalnya saja, membahas Al-Qur’an dan isinya, kritik atas terjemahan orang
lain, kitab tafsir atau penafsiran seseorang, kitab hadis, naskah-naskah sejarah
agama dan sebagainya. Dalam konsep Islam sebenarnya tidak ada hal-hal atau
benda-benda yang dianggap sakral atau suci.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui
dua model yaitu tekstual dan konstekstual. Tekstual artinya memahami Islam
melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan konstekstual berarti
memahami Islam lewat realitas sosial yang berupa perilaku masyarakat yang
memerlukan agama bersangkutan. Studi budaya diselenggarakan dengan
penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan
yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai
oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat
model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan mengiterprestasi lingkungan yang dihadapi, dan untuk
mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan.

D. Metodologi Ilmu Agama Islam


Dalam mempelajari dan mengetahui Islam kita kenal metode yang dipakai
oleh orang-orang Barat yang meneliti Islam, yaitu metode (1) naturalistic, (2)
psikologis, dan (3) sosiologis. Dalam mepalajari atau meneliti agama, satu
metode saja tidak dapat dipilih untuk mempelajari Islam, karena Islam adalah
agama yang bukan mono-dimensi.

16
Sanaky, Hujair. AH, http://sanaky.com/islam-sebagai-sasaran-studi-dan-penelitian/, di
tambahkan pada tanggal 17 Oktober 2010, pukul 13:09
11

Islam adalah bukan agama yang hanya didasarkan kepada institusi mistis dari
manusia dan terbatas pada hubungan antara manusia dengan Tuhan dan ini
hanya merupakan satu dimensi dari agama Islam. Untuk mempelajari dimensi :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan harus menggunakan metode filosofis,
karena hubungan manusia dengan Tuhan dibahas dalam filsafat, dalam arti
pemikiran metafisis yang umum dan bebas.
2. Dimensi yang lain dari agama Islam adalah “masalah kehidupan manusia di
bumi ini dan untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-
metode yang selama ini dipergunakan dalam ilmu alam.
3. Islam suatu agama yang membentuk masyarakat dan peradaban dan untuk
mempelajari dimensi metode yang digunakan adalah metode sejarah dan
sosiologi.
Mukti Ali, 17 menyatakan dalam meneliti Islam sebagai agama
menggunakan metode filosofis, metode-metode ilmu alam, metode histories dan
sosiologis harus ditambah dengan metode doktriner. Demikian juga dalam
memahami Islam dengan segala aspeknya, tidak dapat hanya dengan jalan
doktriner saja. Menurut Mukti Ali, pendekatan ilmiah dan doktriener harus
digunakan bersama.
Selama ini, para ahli-ahli ilmu pengetahuan, termasuk para orientalis,
mendekati Islam dengan metode ilmiah saja. Akibatnya ialah penelitiannya itu
menarik, tetapi sebenarnya mereka tidak mengerti Islam secara utuh dan yang
diketahui hanya eksternalitis [segi-segi luar] dari Islam saja. Para ulama, sudah
terbiasa memahami ajaran Islam dengan cara doktriner dan dogmatis yang tidak
dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat dan
akibatnya penafsirannya tidak dapat diterapkan di masyarakat dan inilah
sebabnya orang lalu mempunyai kesan bahwa Islam adalah sudah ketinggalan
jaman dan tidak sesuai dengan alam pembangunan atau kemajuan jaman. Maka

17
A.Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
12

Mukti Ali, menawarkan pendekatan ilmiah-cum doktriner harus dipergunakan


dan inilah yang dimaksud Mukti Ali dengan metode sisntesis.
Jadi, ilmu-ilmu agama, pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial,
yakni menjadi bagian yang dapat diteliti, diamati dengan menggunakan piranti
ilmiah, atau metodologi ilmiah dan metodologi ilmiah tentu ditentukan oleh
obyak yang dikaji. Oleh karena itu, apabila segi-segi tertentu agama, katakanlah
Islam itu berada pada posis fenomena sosial, maka niscaya metode pengkajian
terhadap fenomena itu adalah metode ilmu-ilmu sosial.
Adapun terhadap segi-seginya yang lain yang berpangkal pada postulat-
postulat yang lebih bersifat “normatif dan dogmatic”, sesuai dengan ajaran
Islam yang bersumber pada wahyu dan iman, tidak dapat dijaungkau oleh
metode ilmiah yang harus mempertahankan obyektivitas berdasarkan konsep-
konsep pemikiran logis dan bukti-bukti emperis. Tentu saja, siapapun akan
mengatakan, bahwa “kebenaran agama” dalam norma dan dogama
mendambakan “kebenaran mutlak” , sedangkan kebenaran ilmiah, hanyalah
kebenaran relatif, berdasar pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu
pengetahuan yang tidak bersifat mutlak. Maka, setiap pernyataan ilmiah
haruslah selalu tetap bersifat mesentara.18
Dengan uraian ini, maka baik ilmuan sosial, maupun ilmuan Islam (pada
aspek normatif-dogmatif), hendaknya mengikuti secara sadar, bahwa kedua
aspek dalam ilmu-ilmu Islam itu adalah postulat-postulat yang walaupun diakui
terletak pada konsepsi yang berbeda, namun keduanya menyatakan diri dalam
perilaku kehidupan manusia terutama pada manusia yang beriman. Maka dalam
konsepsi keilmuan Islam, hendaknya dapat dibangun pengertian bahwa ilmuwan
Islam adalah ilmuwan yang beriman. Ilmuwan tersebut, akan memandang
kenyataan emperik tidak terlepas dari sesuatu yang terletak dalam “alan
metafisik”. Maka, “obyekyivitas” yang setinggi-tingginya dapat dicapai, adalah

18
Mattulada, hlm. 4
13

kemampuan menyadari “peranan subyektivitas” dalam menentukan sikap atau


pilah. Oleh karena itu, “sikap ilmiah seorang ilmuwan yang beriman, adalah
kedaran yang mendalam, bahwa pada batas terakhir kemampuan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan sesuatu, maka disitulah bermula ilmu yang
berpangkal pada “Iman Islam”, diharapkan mampu memberikan jawabannya". 19
Dari uraian ini, maka metode yang pertama-tama harus ditemukan,
bukanlah “metode penelitian agama” (Islam), melainkan metode pembinaan
ilmuwan Islam. Dalam pengertian ini maka meluruskan pengertian apa yang
dimaksud dengan ilmu-ilmu agama; menjadi hal yang amat esensial. Dalam
konsepsi Islam, ilmu-ilmu Islam adalah semua ilmu yang dikenal dalam tradisi
pengetahuan [Barat] kita menyebutnya ilmu-keimanan. 20

E. Dimensi islam sebagai sasaran penelitian


Menurut Syafiq Mughni, Islam seperti agama-agama yang lain memiliki
dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu dimensi esoterik dan eksoterik.
Pada dimensi esoteriknya agama melampaui ruang dan waktu, bersifat
transenden dan mutlak. Dalam dimensi ini agama tidak memberi peluang untuk
dijadikan sasaran penelitian21 Sementara dalam dimensi eksoteriknya, agama
berwujud dalam bentuk yang terstruktur, ada dalam ruang dan waktu,
rasionalitas, terbatas dan relatif. Menurut Abuddin Nata, Islam sebagai agama
memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran,
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, sejarah, perdamaian, sampai pada
kehidupan rumah tangga22 Kenyataan tersebut menjadikan Islam merupakan
agama yang lengkap ajarannya. Islam mengatur sisi ibadah kepada Tuhan, cara

19
Ibid, hlm. 5-6.
20
Ibid
21
M. Arfan Muammar,dkk.2013. Studi Islam Perspektif Insider/Outsider.Yogyakarta:
IRCisod. hal. 5
22
Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. hal. 5
14

berhubungan dengan manusia lain dan cara manusia mengatur alam


lingkungannya.
Untuk memahami berbagai dimensi dalam Islam tersebut, jelas memerlukan
berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Di dalam Al-
Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam, terdapat banyak ayat
mengenai ilmu pengetahuan alam. Misalnya proses terjadinya hujan, dan proses
penciptaan manusia. Khoirudin Nasution menyebut pembagian Islam
berdasarkan yang diteliti dengan Islam normatif (sebagai wahyu) dan Islam
Historis (sebagai produk sejarah).23 Islam sebagai wahyu adalah kalam Ilahi
yang diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman hidup bagi manusia agar tercipta kebahagiaan dalam hidup di dunia
akhirat.Sedangkan Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang difahami
dan dipraktekkan kaum muslimin di seluruh dunia, sejak masa Nabi Muhammad
SAW sampai sekarang.
Di kalangan para ahli masih terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah
studi Islam (agama) dapat dimasukkan sebagai ke dalam bidang ilmu
pengetahuan atau tidak , memgingat sifat dan karakteristik antara ilmu
pengetahuan dan agama berbeda. Studi Islam saat ini telah mendapat perhatian
dari para ilmuwan, baik ilmuwan di barat maupun di timur sendiri. Dengan
semakin banyaknya ilmuwan yang tertarik untuk mempelajari Islam ini maka
tidak salah jika studi Islam layak diangkat derajatnya menjadi salah satu ilmu
tersendiri.
Salah satu hal yang cukup penting untuk dipikirkan adalah metodologinya.
Dalam hal terkait metodologi ini telah diakui bahwa metodologi yang digunakan
di barat lebih mapan dibandingkan dengan yang digunakan di dunia timur. Hal
itu pulalah yang merupakan salah satu daya dorong bagi para ilmuwan di timur

23
Khoiruddin Nasution. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA +
TAZZAFA. hal.14
15

untuk belajar Islam di dunia barat meskipun Islam diwahyukan kepada


Muhammad dan tersebar terutama di dunia timur.
Mempelajari Islam sebenarnya dapat didekati dengan berbagai macam
pendekatan, baik pendekatan sosial, hukum, sejarah, bahasa, psikologi, maupun
pendekatan-pendekatan lainnya. Ilmuwan Richard C Martin lebih menekankan
pada pendekatan sejarah. Memang mempelajari Islam tidak mungkin bisa
melepaskan diri dari mempelajari sejarahnya, sehingga ada istilah Islam teori
yaitu Islam sebagaimana disampaikan oleh Allah kepad Rasul Nya, dan Islam
sejarah yaitu sejarah umat beragama dari satu masa tertentu ke masa lainnya24
Menurut Martin, Islam sebagai sebuah studi dibagi menjadi tiga hal, yaitu:
1. Studi Teks yang mencakup studi Al-Qur’an, Studi Al-Sunnah, dan atas
produk studi ( prior research) tentang studi Al-Qur’an dan Al- Sunnah
2. Studi praktek keislaman yang mencakup ritual resmi (authorized rituals) dan
ritual populer ( popular ritual)
3. Realitas sosial, budaya, ekonomi dan politik muslim
Manusia sebagai makhluk Tuhan ( Allah) pasti membutuhkan agama (
Islam ) untuk menjadi pedomandalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian
tidaklah mudah bagi seseorang untuk memberi definisi dengan tepat mengenai
sebuah agama. Halini terungkap dari pernyataan Mukti Ali bahwa “ tidak ada
kata yang paling sulit diberikan pengertian dan definisi selain dari kata agama.”
Setidaknya ada tiga alasan mengapa agama sulit didefinisikan. Pertama;
agama berurusan dengan pengalaman batin yang subyektif dan personal. Kedua;
tidak ada seseorang begitu bersemangat dan emosional dibanding ketika
berbicara agama. Ketiga; konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan orang
yang meneliti agama.
Charles J. Adams mengemukakan, ada dua aspek yang harus dipenuhi
dalam mengkaji dan meneliti permasalah agama termasuk Islam. Pertama: Faith

24
. M. Arfan Muammar,dkk. ibid. hal. 75.
16

( keyakinan ); Yaitu aspek internal, tak terkatakan, orientasi transaenden, dan


dimensi kehidupan beragama. Kedua: Tradition ( tradisi); yaitu aspek eksternal
agama, aspek sosial, aspek historis agama yang dapat diobservasi dalam
masyarakat. Kedua aspek tesebut oleh Charles J. Adams dikategorikan sebagai
inward experience dan outward experience. Maka dari itu para pengkaji agama
harus memiliki kemampuan yang memadai untuk mengungkap kedua aspek
tersebut, baik yang tersembunyi maupun yang tampak sebagai manifestasi dari
studi agama yang dilakukannya 25
Studi agama ini harus berupaya untuk memiliki kemampuan terbaik untuk
melakukan eksplorasi, baik aspek tersembunyi maupun aspek yang nyata dari
fenomena kebeagamaan. Oleh karena itu kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga sesuai dengan tujuan studi agama
yang berorientasi untuk memahami dan mengerti pengalaman pribadi dan
perilaku nyata seseorang. Menurut Atho Mudzar, ada lima bentuk gejala agama
yang perlu diperhatikan apabila hendak mempelajari suatu agama, yaitu : 26
1. Scripture, yaitu naskah-naskah dan sumber ajaran dan simbol-simbol agama.
Seperti Kitab Al-Qur’an tulisan tangan kuno, Kitab-kitab Hadis, Kitab
perjanjian lama
2. Sikap, perilaku, dan penghayatan para penganutnya
3. Ritual-ritual, lembaga-lembaga dan ibadah-ibadah, seperti shalat,
4. haji, puasa, perkawinan dan warisan. Ritual dapat dibedakan menjadi Ritual
sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan pertanian,
perburuan, kelautan dan persembahan pada dewa.
5. Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah bala’ (
hal-hal yang tidak diinginkan )

25
Ibid. Hal. 83
26
M. Atho Mudzar.1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal 13
17

6. Ritual sebagai ideologis mistis, dan ritual yang dimaksudkan untuk


mengendalikan perasaan dan suasana hati, nilai, sentimen, dan perilaku
untuk kelompok yang baik. Seperti upacara inisiasi ( berhubungan dengan
kelahiran, perkawinan dan kematian) yang merupakan konfirmasi kelompok
terhadap status, hak dan tanggung jawab baru
7. Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalya seseorang yang
mempunyai pengalaman mistis, seolah-olah menjadi orang baru yang
terlahir kembali:dia berhubungan dengan dunia ghaib yang
mempengaruhinya.
8. Ritual sebagai revitalisasi ( penguatan atau penghidupan kembali). Ritual ini
sejenis dengan ritual penyelamatan, hanya saja bersifat massal.
9. Alat-alat, seperti masjid, peci, tasbih, sorban, sajadah, mukena, air suci dan
lain-lain.
10. Organisasi-oganisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul,
seperti NU, Muhammadiyah dan Persis.
Peneliti agama dapat mengambil sasaran salah satu atau beberapa dari lima
bentuk gejala ini. Orang bisa mengambil tokohnya seperti Abdurrahman Wahid,
Buya Hamka, atau Syaikhona Kholil.Studi semacam ini biasanya membahas
tentang kehidupan dan pemikiran tokoh tersebut, termasuk bagaimana tokoh itu
mencoba memahami dan mengartikulasi agama yang diyakininya.
Dalam penelitian mengenai naskah atau sumber-sumber ajaran agama, yang
pertama diteliti adalah persoalan filologi, dan yang kedua adalah isi naskah yang
ada. Misalnya membahas Al-Qur’an dan isinya, kritik atas terjemah orang lain,
kitab tafsir atau penafsiran seseorang, kitab hadis, naskah-naskah sejarah agama
dan lain-lain. Dapat pula meneliti ajaran atau pemikiran-pemikiran yang
berkembang sepanjang sejarah agama (Islam).
Apabila meneliti peralatan agama, maka tegantung alat apa yang diteliti.
Jika yang hendak diteliti misalnya adalah Ka’bah, alat ritus dalam Islam, maka
18

peneliti dapat meneliti sejarah ka’bah, kapan didirikan, siapa yang membangun,
bagaimana bentuknya, berapa tinggi, lebar atau panjangnya, dan lain-lain. Alat
agama ada yang betul-betul alat agama, ada yang sebenarnya hanya dianggap
sebagai alat agama. Misalnya peci, ada orang yang mengangggap tidak sah
shalat jika tidak memakai peci. Namun di tingkat nasional, peci selalu dipakai
saat acara sumpah pejabat, baik itu muslim atau non muslim. Jadi peci bisa
termasuk alat agama dan juga untuk nasionalisme.
Ada dua istilah penelitian yang berbeda dalam kajian Islam, yaitu penelitian
agama dan penelitian keagamaan27Penelitian agama sasarannya adalah agama
sebagai doktrin atau substansi agama Islam,seperti Ilmu Kalam, Fiqih, Tasawuf,
dan Akhlak. Metodologi penelitian agama sudah dirintis oleh ulama terdahulu,
seperti ilmu Ushul Fiqih sebagai metode untuk mengambil hukum dalam agama
Islam, serta ilmu musthalah hadis sebagai metode untuk meneliti tingkat akurasi
hadis. Penelitian agama sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial atau
produk interaksi sosial. Metodologi yang dipakai adalah metodologi penelitian
sosial yang telah ada. Praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan manusia
secara individu atau kelompok masuk dalam jenis penelitian ini.Penelitian
keagamaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakatnya yang didasarkan
atas agama yang dianutnya.
2. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya, atau
yang lain yang mengaku dirinya sebagai penganut suatu agama
3. Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak, perilaku dan budaya
masyarakat beragama.

27
Atang Abd. Hakim & Jaih Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. hlm. 60
19

F. Obyek dan Pembidangan Kajian Islam


Dari paparan diatas yang menjadi obyek kajian dalam penelitian Islam
meliputi seluruh yang dibicarakan dalam agama Islam dan keagamaannya,
mulai dari tingkat wahyu berupa nash , hasil pemikiran para ulama, sampai
pada tingkat pengamalan pengikut agama Islam. Sejumlah ulama tradisional
mengelompokkan ajaran Islam dalam tiga aspek, yaitu:
1. akidah
2. syari’ah
3. akhlak-tasawuf.
Ulama lain mengelompokkan menjadi
1. ilmu kalam
2. ilmu fiqih
3. ilmu akhlak.
Ulama kontemporer mengelopokkan berdasarkan kronologi kelahirannya,
yaitu:
1. ketatanegaraan dan hukum
2. teologi
3. tasawuf
4. filsafat
Charles Adam mengelompokkan studi Islam menjadi sebelas
bidang, yaitu :
1. Nama/istilah dan pengertian Islam
2. Latar belakang kehidupan masyarakat Arab sebelumIslam
3. Kehidupan Nabi Muhammad SAW
4. Al-Qur’an
5. Hadis Nabi
6. Kalam
7. Filsafat
20

8. Institusi Islam,meliputi Syar’ah dan politik/konsep Negara


9. Syi’ah
10. Sufi
11. Periode modern
Fazlur Rahman membagi studi Islam menjadi:
1. Kehidupan Nabi Muhammad SAW, baik hubungannya dengan wahyu
yang diterimanya maupun tantangan dan strategi melawan kaum Kafir
Quraisy, Yahudi dan Kristen
2. Al-Qur’an
3. Sunnah Nabi Muhammad SAW
4. Struktur hukum Islam
5. dialog antar reologi dan perkembangan dogma
6. syari’ah
7. perkembangan filsafat
8. praktik dan ajaran sufi
9. organisasi sufi
10. perkembangan aliran-aliran (sectarian)
11. pendidikan
12. gerakan pembaruan pra-modern
13. Gerakan pembaruan modern
14. warisan dan prospek ke depan (legacy and prospect)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Studi doktrinal berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang
sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Uraian ini berkenaan
dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doktrinal tersebut. Ini berarti
dalam studi doktrinal kali yang dimaksud adalah studi tentang ajaran Islam atau
studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam. Ajaran Islam itu
berupa wahyu dari Allah, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islam sebagai
sasaran studi sosial ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala
sosial. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan
masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi
masyarakat.
Islam sebagai agama dan keagamaan merupakan sebagai sebuah bidang
kajian yang tidak pernah kering untuk diteliti. Mulai dari agama sebagai
doktrin, hingga sebagai gejala sosial dan budaya. Saat umat Islam menghadapi
tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern, studi Islam menjadi sangat
penting. Sudi Islam memerlukan pendekatan-pendekatan yang obyektif dan
rasional agar mampu berkembang dan beradaptasi dengan keadaan sekarang..
B. Saran
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengelaman
kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

A.Mukti Ali, 1991, Metode Memahami Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Atho Mudzhar, 1989, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Fazlur Rahman, 1985, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Intelektual ,
Pustaka, Bandung.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, 1989, Metodologi Penelitian Agama,
Sebuah Pengantar, Tiara Wacana, Yogyakarta.
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta >: PT. Raja Grafindo, 1999.
Sanaky, Hujair. AH, http://sanaky.com/islam-sebagai-sasaran-studi-dan-penelitian/,
di tambahkan pada tanggal 17 Oktober 2010, pukul 13:09.
Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Amin Abdullah. 2013. Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan
Integratif-Interkonektif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Atang Abd. Hakim & Jaih Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
M. Arfan Muammar,dkk.2013. Studi Islam Perspektif Insider/
Outsider.Yogyakarta: IRCisod.
Rosihan Anwar. 2009. Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa
Khoiruddin Nasution. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA +
TAZZAFA. Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa

22

Anda mungkin juga menyukai