Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR STUDI ISLAM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata kuliah Pengantar
Studi Islam Program studi Hukum Ekonomi Syariah 2 Semester 1

DOSEN PENGAJAR

Hj. Andi Darna, S.HI., M.

Oleh:

KELOMPOK 1

WANDA SAFITRI 742342021043

SUKALDI 742342021034

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT ISLAM AGAMA NEGERI (IAIN) BONE 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, dan harapan

penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah

isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang di miliki,

kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini ke depannya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................

DAFTAR ISI...................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................

B. Tujuan................................................

C. Rumusan Masalah.......................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pengantar studi Islam......................

B. Sasaran dan Perkembangan studi Islam..................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................

B. Saran.................................................

DAFTAR RUJUKAN

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dirosah Islamiyah atau “Studi ke- Islaman” Di Barat dikenal dengan
istilah (ISLAMIC STUDIES), Yang dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Agama Islam. Dengan kata
lain”Usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta
membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan Agama Islam, baik ajaran ajarannya, sejarahnya
maupun praktek praktek pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan pemikiran diatas, maka disini kita akan mengkaji berbagai
pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami Agama, agar
kedepannya agama tidak lagi disalah artikan. Karena melalui pendekatan
pendekatan itu, agama akan lebih mudah untuk dipahami atau dirasakan
fungsinya oleh penganut agama islam begitupun dengan sebaliknya jika
tidak ada pendekatan pendekatan ini, tidak mustahil apabila agama
menjadi sulit dipahami oleh masyarakat dan lebih parahnya masyarakat
menjadi tidak mengerti mengenai apa fungsi dari agama, dan hal itu tidak
semestinya terjadi.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat oleh pemakalah dengan tujuan memenuhi kewajiban
Mahasiswa dan menjawab permasalahan permasalahan tentang Pengertian
pengantar Studi Islam.

C. Rumusan Masalah
 Pengertian Pengantar Studi Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengantar Studi Islam

Kata studi merupakan sinonim dengan dirasah islamyah (bahasa arab) dan
Islamic studies (bahasa inggris). Studi Islam secara harfiah adalah kajian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum sehingga
perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian
yang sistematis dan terpadu. Sehingga yang dimaksud studi Islam dalam
pengertian terminology adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk
mengetahui, memaknai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan.Adapun pengertian Islam dari segi istilah,
banyak para ahli yang mendefinisikannya, di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution.
Islam adalah adalah nama agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad untuk diajarkan kepada seluruh umat manusia yang mengandung
ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah), ibadah dan muamalah (syariah). Oleh
karena itu, studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada 3
hal:

1. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri. Berserah diri


artinya pengakuan yang tulus bahwa Tuhan adalah satu-satunya
sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa adanya
pemahaman bahwa orang yang tidak patuh dan tunduk merupakan
wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
2. Islam dapat dimaknai dengan keselamatan dunia dan akhirat, sebab
ajaran Islam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia
untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam
kehidupannya.
3. Islam bermuara pada kedamaian, sehingga manusia harus hidup
berdampingan dengan makhluk hidup yang lain bahkan berdampingan
dengan alam raya. Dengan demikian kedamaian harus dilakukan secara
utuh dan multi dimensi.

Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang


pemikiran yang bernuasan pada kedudukan pada Tuhan, selamat di dunia dan
akhirat dan berdamai dengan makhluk lain. Dengan demikian studi Islam tidak
hanya bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada praktis kehidupan yang
berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan. Tujuan Studi Islam

• Untuk mempelajari hakikat agama Islam secara mendalam dan


bagaimana posisi serta hubungan Islam dengan agama-agama lain.

• Untuk mempelajari pokok-pokok isi ajaran agama Islam secara


mendalam dan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan budaya dan
peradaban Islam.

• Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam


dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarah.

• Untuk memahami prinsi-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran Islam dan


bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern.

B. Sasaran Studi Islam

Sasaran Studi Islam meliputi dua hal, yaitu sasaran keagamaan dan sasaran
keilmuan.

1. Sasaran Keagamaan

Dari aspek sasaran ini, wacana keagamaan dapat ditransformasikan


secara baik dan menjadikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa
melepaskan kerangka normatif. Pertama, Islam sebagai dogma juga
merupakan pengalaman universal dari kemanusiaan. Kedua, Islam tidak
hanya terbatas pada kehidupan di dunia, tetapi orientasi utama adalah
kehidupan setelah mati.

2. Sasaran Keilmuan

Studi keilmuan memerlukan pendekatan yang kritis, analitis,


metodologis, empiris dan historis. Oleh karena itu, konteks ilmu harus
mencerminkan ketidak berpihakan pada satu agama, tetapi lebih mengarah
pada kajian yang bersifat obyektif. Dengan demikian, studi Islam sebagai
aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan.

Dalam studi Islam, kerangka pemikiran ilmiah di atas ditarik dalam


konteks keislaman. Pengkajian terhadap Islam yang bernuansa ilmiah tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek yang normative dan dogmatis saja, tetapi juga
pengkajian yang menyangkut aspek sosiologis dan empiris.Agama bisa didekati
secara kuantitatif dan kualitatif sekaligus, atau salah satunya tergantung pada
agama yang sedangditeliti itu dilihat sebagai gejala apa. Ada lima bentuk
gejalaagama yang perlu diperhatikan kalau kita hendak melakukanpenelitian atas
agama:

1. Scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol


agama
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama yaknisikap, perilaku
dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, sepertisholat, haji,
puasa, perkawinan dan waris.
4. Alat-alat seperti masjid dan semacamnya.
5. Organisasi-organisasi keagamaan, tempat para penganut

agama berkumpul, dan berperan, seperti Nahdlatul


Ulama,Muhammadiyyah, Persis, Syi'ah, dan lain lainnya.Dalam mempermudah
peta penelitian agama, kita dapatmemahaminya melalui beberapa hal :
1. Agama yang terwujud dalam bentuk pengetahuan danpikiran manusia
merupakan bagian dari budaya. Oleh karena itu, ia termasuk obyek
penelitian Filsafat atau kebudayaan. Dalam Agama Islam terdapat
gagasan para ahli filsafat,ahli kalam, ahli hukum (Fikih), dan para sufi.
Itu semuatermasuk wilayah budaya atau filsafat.
2. Agama yang terwujud dalam bentuk tindakan dan sikapmanusia
merupakan produk interaksi sosial. Oleh karenaitu, ia merupakan
bagian dari ilmu sosial dan ilmu sejarah.Hubungan kyai santri dalam
lingkungan lembaga Pesantren,interaksi antara ulama dan umara dalam
kehidupan politik,interaksi antara kyai dan masyarakat sekitarnya
merupakanwilayah kajian dari ilmu ini.
3. Agama yang terwujud dalam bentuk benda-benda suci ataukeramat,
seperti bangunan Masiid yang bernilai historistinggi, bangunan candi
borobudur, dan beduk sunan-sunanyang dipamerkan dalam festival
Istiqlal misalnya merupakan wilayah kajian antropologi dan
arkeologi.

Dalam Islam juga terjadi hal yang sama, di dunia ini sebenarnya tidak ada
yang sakral, di dalam konsep Islam benda-benda sakral sebenarnya tidak ada.
Mengenai hubungan seorang Muslim dengan hajar Aswad, misalnya Umar bin
Khattab mengatakan "Kalau saya tidak melihat Nabi menciummu, saya tidakakan
menciummu". "Kamu hanya sebuah batu, sama denganbatu-batu yang lain". Maka
nilai haiar Aswad bagi seorang pengamat agama terletak dalam kepercayaan
orang Islam mengenainilai yang ada di dalamnya. Islam tentu mensakralkan
wahyuTuhan, tetapi ada perdebatan, apakah wahyu itu tulisan, yangdibaca
ataukah isinya. Jika yang disebut wahyu itu adalah isidan bacaannya, maka
bentuk-bentuk tulisan al-Qur'an (rikhahatau penggambaran titik dan harkat apalagi
kaligrafi al-Qur'an)adalah jelas merupakan gejala budaya yang dapat
dijadikanobyek penelihan.

Mengenai agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada


konsep sosiologi Agama. Pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari
hubungan timbal balik antara agamadan masyarakar. Masyarakat mempengaruhi
agama, dan agamamempengaruhi masyarakat.Belakangan sosiologi agama
mempelajari bukan soal hubungan hmbal balik itu melainkan lebihkepada
pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat. Bagaimanapun juga, adajuga
pengaruh masyarakat terhadap pemikiran keagamaan.

 Perkembangan Studi Islam di Dunia Islam


a. Masa Rasulullah
Studi Islam pada era Rasulullah dilakukan secara sederhana yaitu
melalui tradisi lisan. Kajian keislaman pada fase Mekkah difokuskan pada
masalah-masalah aqidah dan akhlak, sedangkan periode fase Madinah
ditujukan pada penataan sistem politik dan sosial.
b. Masa Sahabat dan Tabi’in

Studi Islam pada masa sahabat sudah mulai muncul tradisi literer,
dimulai dengan pengumpulan al-Qur’an dan berkembang dengan
pengumpulan dan penulisan hadits pada era Dinasti Umayah. Para
Muhadditsin menyusun kriteria ilmiah bagi penerimaan hadits dan
mengklasifikasikan hadits menjadi tiga, yaitu: hadits dengan kategori
shahih, hasan, dan da’if.

Pada saat itu muncul pusat-pusat kajian keislaman, seperti Hijaz (Makkah
& Madinah), Iraq (Kufah & Basrah), dan Syria. Perkembangan studi Islam
mencapai puncaknya pada era pemerintahan Bani Abbasiyah. Studi Islam yang
dikembangkan meliputi beberapa bidang keilmuan, yaitu:
1. Ilmu yang berbasis pada teks keagamaan (al-Qur’an dan Hadits),
seperti:
 Tafsir dan ulumul Qur’an. Kitab Tafsir yang tertua ditulis oleh at-
Thabari (w. 301 H) yang dikenal dengan sebutan Tafsir at-Tabari.
 Tata Bahasa Arab dengan tokoh utamanya: Al-Khalil ibn Ahmad (w.
786 M) menyusun kamus bahasa Arab (Kitab Al’Ayn), Sibawaih (w.
793 M) menyusun buku teks sistematis tentang tata bahasa Arab
yang dikenal dengan al-Kitab.
 Hadits dan Ulumul Hadits yang dipelopori oleh Syihabuddin az-
Zuhri, dan dikembangkan oleh Bukhari dan kawan-kawan. Hasilnya
adalah Kutub as-sittah: Kitab Sahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan
Abu Dawud, Sunan at-Tirmizi, Sunan an-Nasai, dan Sunan Ibnu
Majah.
 Sejarah Nabi seperti Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq
(w. 767 M).
 Fiqh dan Usul Fiqh yang dipelopori oleh para imam mazhab seperti
Abu Hanifah, Malik ibn Anas, Muhammad ibn Idris asy Syafi’i, dan
Ahmad ibn Hanbal.
 Ilmu yang berbasis rasionalitas dan realitas empirik.
 Ilmu Astronomi, merupakan hasil kontak dengan India, dengan
tokoh Ibrahim Al-Fazari (w. 796 M).
 Ilmu Astrologi dengan tokoh Abu Ma’syar (w. 886 M).
 Matematika dengan tokoh Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi
(w.850 M).
 Kimia dengan tokoh Jabir Ibn Hayyan (w. 776 M).
 Kaligrafi, sebagai akibat sentuhan dengan budaya Persia.
 Zoologi, dengan tokohnya Abu Usman ‘Amr Ibn Bahr al-Jahiz (w.
868 M).
 Filsafat, dengan tokoh Al-Kindi (w. 873 M), al-Farabi (w. 950 M),
dan Ibnu Sina (w. 1037).
 Sosiologi dengan tokoh Abdurrahman Ibn Khaldun (1332-1406 M)
dengan bukunya Mukaddimah.

2. Pusat-Pusat Kajian Keilmuan.


 Bait al-Hikmah, perpustakaan sekaligus pusat kajian ilmu
pengetahuan (didirikan tahun 1830 M oleh al-Ma’mun).
 Akademi Nizhamiyah, Kajiannya masalah Teologi. Didirikan oleh
Nizhamul Muluk (dari Dinasti Saljuk) pada tahun 1065 M.
 Universitas Granada, pembelajarannya meliputi: teologi, hukum,
kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Didirikan oleh Yusuf
Abu al-Hajjaj (1333-1354) dari dinasti Nashriyyah.
 Universitas al-Azhar, didirikan oleh khalifah al-Aziz (975-996) dari
dinasti Fatimiyah.

3. Studi Islam di Dunia Barat dan Perkembangannya


a. Kontak Islam dengan Barat
 Pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya masa pemerintahan
al-Ma’mun (813-833 M) terjadi gerakan penerjemahan buku-
buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Gerakan ini menimbulkan
adanya adaptasi dan adopsi ilmu pengetahuan dari Barat ke
dunia Islam. Kebudayaan Islam menjadi perantara antara
kebudayaan Yunani Kuno dengan peradaban ilmu pengetahuan
modern.
 Dinasti Umayyah di Timur (756-1031) yang berpusat di
Cordova (Spanyol), juga menjadi media transformasi ilmu dari
Islam ke Eropa. Banyak orang Eropa yang belajar ilmu
pengetahuan di Cordova.
 Peristiwa perang Salib (1096-1192) antara umat Islam dengan
Kristen yang berlangsung selama 200 tahun, menyebabkan
pihak Barat mengkaji ulang khazanah intelektual Islam melalui
karya-karya ilmuwan muslim.
 Abad 16 sampai pertengahan abad 19 merupakan fase
kolonialisme Barat terhadap dunia Islam. Pada fase ini Barat
mengkaji berbagai kemajuan yang pernah di raih umat Islam
selama ± 7 abad.
 Tahun 1789 Napoleon Bonaparte menguasai Mesir dan
membawa antropolog untuk mempelajari bahasa Arab, al-
Qur’an dan Hadits. Peristiwa ini merupakan transformasi
pengetahuan dari Islam ke Barat.
 Kesultanan Turki yang kemudian berubah menjadi Republik
Turki juga mengadakan kontak dengan negara-negara Eropa
dan menghasilkan gerakan pembaruan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengantar Studi Islam (PSI), merupakan sebuah mata kuliah yang


berupaya mengkaji keislaman dengan wilayah telaah materi ajaran agama dan
fenomena kehidupan beragama. Pendekatan yang dilakukan biasanya melalui
berbagai disiplin keilmuan, baik yang bersifat doktrinal-normatif maupun historis-
empiris.Dari disiplin ini kemudian bermunculan berbagai cabang keilmuan seperti
ilmu fikih, ilmu akidah, ilmu tafsir, ilmu Hadits, sejarah Islam, psikologi Islam,
antropologi Islam, sosiologi Islam, dan lain-lain.Pembagian studi tentang Islam
yang bersifat doktrinalnormatif dan historis-empiris memang harus dilakukan,
karena dalam kenyataan, seperti yang dikatakan oleh Jacques Waardenburg, harus
dibedakan antara data dan informasi tentang Islam yang dilakukan oleh
masyarakat Islam dengan data dan informasi tentang Islam yang bersifat
doktrinalnormatif.Kajian tentang Islam yang bersifat historis-empiris biasanya
dilakukan di berbagai perguruan tinggi, tidak saja tentang yang dianggap benar
oleh orang Islam, tetapi juga tentang yang hidup atau terjadi di tengah masyarakat
muslim dalam bentuk ekspresi-ekspresi keagamaan yang faktual.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat menjadi bahan


pembelajaran bersama.makalah ini di susun dengan kemampuan kami, apabila
ada kekurangan kami siap menerima kritik dan saran demi membangun makalah
ini agar lebih sempurnah.

Anda mungkin juga menyukai