Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH METODE STUDI ISLAM

PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF,


SOSIOLOGIS FENOMENOLOGIS HISTORIS,
FILOSOFIS, ANTROPOLOGIS

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. HM. Nasor, M.Si.

DISUSUN OLEH :

Imam Abu Hanifa (2041010336)

Anggraini Naftalia Agustina (2041010346)


Syahri Ramadhani (

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG

Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya,
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, kelas
F. disamping itu kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya agar dapat mengetahui tentang memaksimalkan potensi diri untuk menjadi
yang terbaik. kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu kami mengharap kritik
dan saran dari pembaca sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Bandar Lampung, Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
Tujuan Masalah ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian .................................................................................................. 2-1
Macam Macam Pendekatan .....................................................................2-2

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang


Kajian tentang Islam bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, namun juga

dilakukan oleh orang-orang di luar Islam. Di Barat, kajian Islam dikenal dengan

istilah Islamic Studies, secara mendalam dapat dikatakan sebagai usaha untuk

mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Islam merupakan

agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, Islam merupakan

agama Rahmatan lil ‘alamin untuk semua umat. Islam itu dibawakan oleh Nabi

Muhammad Saw yang mendapat wahyu dari Allah.

Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan

Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup

lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama Islam maka dari itu Studi Islam

menimbulkan berbagai permasalahan yang umum di antaranya: apa pengertian studi

Islam, apa ruang lingkup, atau objek studi Islam, apa tujuan studi Islam, bagaimana

pendekatan dan metodologi dalam studi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pendekatan Teologis Normatif

2. Pendekatan Antropologis

3. Pendekatan Sosiologis

4. Pendekatan Filosofis, Historis

1.3 Tujuan Masalah

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pendekatan pendekatan

yang ada dalam pembelajaran Metode Studi Islam.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Pendekatan Metode Studi Islam

Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab:

Dirasah Islamiyah. Sedangkan studi Islam di Barat dikenal dengan istilah Islamic

Studies. Maka studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi

pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis dan

terpadu.

Dengan perkataan lain, studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk

mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang hal-hal

yang berhubungan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah

maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-

hari sepanjang sejarahnya. Ditinjau dari sisi pengertian, studi Islam secara

sederhana dimaknai sebagai “Kajian Islam”. Pengertian studi Islam sebagai

kajian Islam sesungguhnya memiliki cakupan makna dan pengertian yang luas.

Terdapat beberapa istilah yang mempunyai arti hampir sama dan menunjukkan

tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni theoretical framework, conceptual

framework, approach, perspective, point of view dan paradigma. Semua istilah

ini dapat diartikan sebagai cara memandang dan cara menjelaskan sesuatu

gejala atau peristiwa. Pengertian pendekatan memiliki dua orientasi, yakni:

a) Masih terbagi dua, yakni:

a. Berarti ”dipandang” atau ”dihampiri dengan”, artinya menjadi paradigma.


b. Berarti ”cara menghampiri” atau “memandang fenomena (budaya dan

sosial)”, artinya menjadi “perspektif” atau “sudut pandang”.

b) Berarti “disiplin ilmu”, sehingga pendekatan menggunakan teori atau

teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pendekatan.

Dengan melalui pendekatan, maka kehadiran agama (Islam) dapat dipahami

oleh manusia sehingga Islam dapat berfungsi sebagai solusi masalah dan aturan

yang menyelamatkan manusia. Dalam melakukan studi terhadap Islam,

diperlukan pendekatan dan metode yang tepat agar dihasilkan suatu

kesimpulan mengenai Islam dalam keseluruhan aspek ajarannya secara tepat

A. PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah

dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan

kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud

empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar

dibandingkan dengan yang lain. Karena sifat dasarnya yang partikularistik, maka

dengan mudah kita dapat menemukan teologi Kristen-katolik, teologi Kristen

protestan, dan begitu seterusnya.

Menurut pengamatan sayyed hosein nasr, dalam era kontemporer ini ada 4

prototipe pemikiran keagamaan islam, yaitu pemikiran keagamaan


fundamentalis, modernis, mesianis, dan tradisionalis.Dari pemikiran tersebut,

dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan

adalah pendekatan yang menekankan pada pada bentuk forma atau simbol-

simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol

keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan

yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang seperti itu yakin dan fanatik

bahwa pemahamannyalah yang benar sedangkan paham yang lainnya dianggap

salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad,

dan seterusnya.

Pada masa sekarang ini muncul istilah yang disebut dengan teologi masa

kritis, yaitu suatu usaha manusia untuk memahami penghayatan imannya atau

penghayan agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan

tradisinya dalam konteks permasalahan masa kini, yaitu teologi yang bergerak

antara dua kutub : teks dan situasi; masa lampau dan masa kini. Hal yang

demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk dan fungsinya

yang berbeda-beda. Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritisnya.

Sikap kritis ini ditujukan pertama-tama pada agamanya sendiri (agama sebagai

institusi sosial dan kemudian juga kepada situasi yang dihadapinya). Teologi

sebagai kritik agama berarti antara lain mengungkapkan berbagai

kecenderungan dalam institusi agama yang menghambat panggilannya;

menyelamatkan manusia dan kemanusiaan.

Teologi kritis bersikap kritis pula terhadap lingkungannya. Hal ini hanya

dapat terjadi kalau agama terbuka juga terhadap ilmu-ilmu sosial dan

memanfaatkan ilmu tersebut bagi pengembangan teologinya. Penggunaan

ilmu-ilmu sosial dalam teologi merupakan fenomena baru dalam teologi. Lewat
ilmu-ilmu sosial itu dapat diperoleh gambaran mengenai situasi yang ada.

Melalui analisi ini dapat diketahui berbagai faktor yang menghambat ataupun

yang mendukung realisasi keadilan sosial dan emansipasi.

B. PENDEKATAN ANTROPOLOGIS

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai

salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik

keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui

pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang

dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.

Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu

antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami

agama.

Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun kelapangan

tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri

dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak

sebagaimana yang dilakukan dibidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang

mempergunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan

kepada penelitian historis. Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam

berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan

positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.

Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada

umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat

mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial


kemasyarakatan.sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk

mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi

lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.

Melalui pendekatan antropologis di atas, kita melihat bahwa agama

ternyata berkolerasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu

masyarakat. Dalam hubungan ini, kita ingin mengubah pandangan dan sikap

etos kerja seseorang, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan

keagamaannya. Melalui pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga

dapat melihat hubungan antara agama dan Negara (state and religion). Dan

juga dapat ditemukan keterkaitan agama dengan psikoterapi. Dengan demikian,

pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,

karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat

dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.

C. PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat

dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang

menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan

serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. sosiologi dapat

digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal

demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru

dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa

bantuan dari ilmu sosiologi. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa yang terjadi di

masyatakat sulit dijelaskan dan sulit pula untuk dipahami maksud dan
tujuannya. Di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam

memahami ajaran agama.

Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana

disebutkan diatas dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang

berkaitan dengan masalah sosial. Jalaluddin rahmat telah menunjukan betapa

besarnya perhatian agama yang dalam hal ini islam terhadap masalah sosial,

dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut.

1) Dalam al-qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua hukum

islam itu berkenaan dengan muamalah.

2) Bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam islam ialah

adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan

urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau

ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan tetap dikerjakan

sebagaiman mestinya.

3) Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih

besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.

4) Dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak

sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu maka kifaratnya

(tebusan) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

5) Dalam islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang

kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah,

karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.


D. PENDEKATAN FILOSOFIS

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada

kebenaran, ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari

hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha

menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dari definisi tersebut dapat

diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau

hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari

sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat di balik yang bersifat

lahiriah. Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam

memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari

ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan

filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli.

Karena demikian pentingnya pendekatan filosofis ini, maka kita menjumpai

bahwa filsafat telah digunakan untuk memahami berbagai bidang lainnya selain

agama. Kita misalnya membaca adanya filsafat hukum islam, filsafat sejarah,

filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi dan lain sebagainya. Melalui pendekatan

filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang

bersifat formalistis, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak

memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Namun demikian, pendekatan

filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengamalan

agama yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat

esoterik, sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat

eksoterik.

Tampaknya pandangan filsafat yang bercorak perenialis ini secara metodologis

memberikan harapan segar terhadap dialog antara umat beragama, sebab


melalui metode ini diharapkan tidak hanya sesama umat beragama

menemukan transcendent unity of religion, melainkan dapat mendiskusikannya

secara lebih mendalam, sehingga terbuka kebenaran yang betul-betul benar,

dan tersingkirlah kesesatan yang betul-betul sesat, meskipun tetap dalam

lingkup langit kerelatifan.

E. PENDEKATAN HISTORIS

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai

peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang,

dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat

dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa

yang terlibata dalam peristiwa tersebut. Melalui pedekatan sejarah seseorang

diajak menukik dari alam idealis kealam yang bersifat empiris dan mendunia.

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena

agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan

kondisi sosial kemasyarakatan.

Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang

dalam hal ini islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-

qur’an, ia menyimpulkan bahwa pada dasarnya kandungan Al-qur’an itu terbagi

menjadi dua bagian. Pertama, berisi konsep-konsep dan bagian. Kedua, berisi

kisah-kisah sejarah dan perumpamaan Dalam bagian pertama yang berisi

konsep-konsep, kita mendapati banyak sekali istilah Al-qur’an yang merujuk

pada pengertian-pengertian normatif yang khusus, doktrin-doktrin etik, aturan-

aturan legal, dan ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya. Dalam bagian ini

kita mengenal banyak sekali konsep, baik yang bersifat abstrak maupun konkret
Konsep tentang Allah, konsep tentang malaikat, tentang akhirat, tentang

ma’ruf, munkar, dan sebagainya adalah konsep-konsep yang abstrak.

Melalui pendekatan ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang

sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka

seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena

pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang akan memahaminya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama

(Islam) dapat difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan

(approach). Pada prinsipnya, masing-masing pendekatan bertujuan untuk

meneliti dan mengkaji masalah-masalah yang spesifik dari berbagai

masalah keagamaan, dan juga memiliki metode penelitian yang khas yang

disesuaikan dengan masalah yang ditelitinya. Namun demikian, dalam

hubungan ini, Hasan Bisri (1997:32) mengemukakan bahwa pendekatan

apapun yang digunakan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing. Jadi dapat difahami bahwa, tidak ada satu pendekatan

pun yang utuh dan sempuma. Hal ini bisa bersumber dari manusianya,
baik karena keterbatasan-keterbatasan dalam memahami peraturan dan

menangkap gejala yang dihadapi, maupun karena kerangka acuan (frame

of reference) yang digunakan.

Daftar Pustaka

http://repositoriy.uinsu.ac.id

https://www.rendrafr.com/2017/08/berbagai-pendekatan-dalam-studi-

islam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai