Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, mempelajari Metodologi Studi Islam

diharapkan dapat mengarahkan kita untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan

dalam pemikiran ajaran-ajaran islam yang merupakan warisan doktriner yang

dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman, agar mampu

beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia

dengan tetap berpegang terhadap sumber agama Islam yang pertama, yaitu al-

Qur’an dan hadis. Mempelajari Metodologi Studi Islam diharapkan mampu

memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi

Muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman

modern maupun era-globalisasi sekarang ini.

Islam merupakan sebuah sistem universal yang mencakup seluruh aspek

kehidupan manusia. Dalam Islam, segala hal yang menyangkut kebutuhan

manusia, dipenuhi secara lengkap. Semuanya diarahkan agar manusia mampu

menjalani kehidupan yang lebih baik dan manusiawi sesuai dengan kodrat
kemanusiaannya (Hasan al-Banna, 1976: 2). Jika hal itu dilakukan, maka akan

selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai sebuah sistem, Islam

memiliki sumber ajaran yang lengkap, yakni al-Quran dan hadit. Rasulullah

menjamin, jika seluruh manusia memegang teguh al-Quran dan hadit dalam

kehidupannya, maka ia tidak akan pernah tersesat selama-lamanya.

Al-Quran dipandang sebagai sumber ajaran dan sumber hukum Islam

yang pertama dan utama, sedangkan hadit merupakan sumber hukum kedua

setelah al-Quran. Seiring dengan perkembangan zaman yang selalu berubah dan
disertai dengan munculnya berbagai persoalan baru dalam kehidupan manusia,

maka menjadi sebuah keniscayaan untuk memahami agama sesuai dengan

zamannya. Oleh karena itu, berbagai pendekatan dalam memahami agama yang

bersumber dari al-Quran dan hadit memiliki peran yang sangat strategis. Dengan

demikian pemahaman umat Islam dan pemerhati agama akan semakin

komprehensif dan akan bersikap sangat toleran dengan perbedaan pemahaman.

Saat ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif

di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama

tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar

disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-

cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa dalam melakukan studi

terhadap Islam diperlukan metodologi yang tepat agar dihasilkan suatu

kesimpulan mengenai Islam dalam keseluruhan aspek ajarannya secara tepat pula.

Baik mengenai Islam sebagai sumber ajaran, Islam sebagai pemahaman, maupun

Islam sebagai pengamalan. Termasuk di dalamnya ialah bagaimana cara yang

cepat dan tepat mempelajari sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan hadis.
Selain itu, dalam memahami masalah-masalah agama tidak saja diperlukan

pendekatan kaidah-kaidah ilmiah, tapi juga diperlukan pendekatan imaniah, yakni

yang berdasar pada keyakinan dan keimanan.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana definisi metodologi studi Islam?

2. Bagaimana signifikasi metodologi Islam?

3. Bagaimana objek Studi Islam?

4. Bagaimana pendekatan metodologi studi Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Metodologi Studi Islam

Secara etimologi, metodologi berasal dari kata method dan logos.

Method artinya cara dan logos artinya ilmu. Secara sederhana metodologi adalah

ilmu tentang cara. Istilah metode (method) di sini mengandung arti tentang suatu

prosedur atau rencana sistematis yang digunakan untuk sebuah.

Study berasal dari bahasa Inggris, study artinya mempelajari atau

mengkaji, yang berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam

sebagai sumber ajaran, pemahaman, maupun pengamalan (Supiana, 2012:4).

Istilah Studi Islam, yang di dunia Barat dikenal dengan istilah Islamic

Studies adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami

serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan dengan agama

Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya, maupun praktek-praktek

pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya

(Djamaluddin, 1999:127).
B. Signifikasi Metodologi Islam

Metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah

pertumbuhan ilmu. Metode diperlukan agar dapat menghasilkan pemahaman

Islam yang utuh dan komprehensif (Nata, 1998:98).

Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam

mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai

aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam

menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat


Muslim Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman

yang luas. Dari sikap yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap

toleran tidak berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad

Tafsir (2008:63) dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting. Akidah adalah

bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya ialah

keyakinan kepada Tuhan. Akidah merupakan fondasi ajaran Islam secara

keseluruhan, di atas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan.

Karena kedudukan akidah demikian penting, maka akidah seseorang

muslim harus kuat. Dengan kuat akidahnya akan kuat pula keislamannya secara

keseluruhan. Untuk memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua

hal:

1. Mengamalkan keseluruhan ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh-

sungguh.

2. Mempertajam dan memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah

dapat diperkuat dengan pengamalan, pengalaman dan pemahaman.

C. Objek Studi Islam

Objek studi Islam adalah ajaran Islam itu sendiri dalam berbagai
aspeknya dan berbagai madzhab alirannya. Ajaran Islam tidak hanya sebatas

ibadah dalam arti sempit, tetapi meliputi interaksi sosial kemasyarakatan.

Harun Nasution telah merancang objek kajian Islam yang membaginya

menjadi beberapa aspek, melalui dua buah bukunya yang berjudul Islam Ditinjau

dari Berbagai Aspeknya, Dalam perkembangan berikutnya Studi Islam diarahkan

pada delapan bidang sesuai dengan pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) pada tahun 1982 yakni meliputi:

1. Sumber ajaran yakni Alquran dan Hadits


2. Pemikiran Dasar Islam, yang meliputi Kalam, Falsafat dan tasawuf

3. Fikih dan Pranata Sosial

4. Sejarah Kebudayaan Islam

5. Dakwah

6. Pendidikan Islam

7. Bahasa dan Sastra Arab

8. Pembaharuan Pemikiran dalam Islam (khusus nomor delapan sejak tahun

1997 direkomendasikan oleh kelompok pakar untuk dimasukan kedalam

setiap bidang dari nomor 1 hingga nomor 7).

D. Pendekatan Metodologi Studi Islam

Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam

suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.

Sedangkan metode dipahami lebih sempit dari pendekatan. Metode memiliki arti

cara atau jalan yang dipilih dalam upaya memahami sesuatu. Dalam hal ini,

memahami ajaran agama yang bersumber dari al-Quran dan hadits.

1. Pendekatan yang lazim digunakan

Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris,


approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landsan

sebuah studi penelitian yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan mencapai

tujuan (Sahroni, 2008:38). Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalm

studi islam, antara lain : Pendekatan Teologis, Pendekatan Antropologis,

Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Sosiologis, Penndekatan Filosofis,

Pendekatan Historis, Pendekatan Politis, Pendekatan Ekonomis dan lain

sebagainya.
a. Pendekatan Teologis

Pendekatan Teologis merupakan upaya memahami agama

dengan menggunakan kerangka Ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu

keyakinan dari suatu agama dianggap sebagai yang paling benar

disbanding dengan yang lainnya (Nata, 2000:28). 

Pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan  adalah

pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol

keagamaan yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling

benar sedangkan yang lainya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin

dan fanatic bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan paham lainnya

salah, sehingga memandang bahwa paham yang lainnya salah, sehinnga

memandang bahwa paham orang lain itu sesat, kafir, murtad.

Dengan demikian antara satu aliran dan aliran lainnya tidak

terbuka atau tidak saling menghargai, yang ada hanyalah ketertutupan,

sehingga terjadi adalah suatu pemisahan.

Saat ini muncul apa yang disebut dengan istilah teologi masa
kritis, yaitu suatu usaha manusia memahami penghayatan imannya atau

penghayatan agamanya, suatu sumber-sumber aslinya dan tradisinya.

Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritisnya.

Terlihat bahwa pendekatan teologi dalam memahami agama

cenderung bersikap tertutup, tidak ada dialog, saling menyalahkan, saling

mengkafirkan, tidak ada kerja sama dan tidak terlihat adanya  kepedulian

social. Dengan  pendekatan demikian, maka agama cenderung hanya

merupakn keyakinan dan pembentuk sikap keras dan Nampak a social.


Melalui pendekatan teologi ini agama menjadi buta terhadap masalah-

masalah social dan cenderung menjadi lambang atau identitas yang tidak

memiliki makna (Nata, 2000:32).

Dari uraian di atas terlihat bahwa pendekatan teologi dalam

memahami agama menggunakan berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang

berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlaq adanya, karena

ajaran berasal dari tuhan, sudah pasti benar, sehingga tidak perlu

dipertanyakan melainkan diperkuat argumennnya.

Pendekatan teologi memiliki kekurangan dan kelebihan.

Kekurangannya adalah tidak mau mengakui kekurangan agama

lain,sehingga perlu adanya proses sosiologis untuk mengatasinya.

Sedangkan kelebihannya adalah melalui pendekatan teologi, seseorang

dapat sikap militansi terhadap agama, yakni berpegang teguh terhadap

agama yang diyakininya sebagai yang benar, tanpa memandang dan

meremehkan agama lainnya. Dengan pendekatan ini seseorang akan

mempunyai sikap fanatik terhadap agama yang dianutnya.

b. Pendekatan Antropologis

     Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat

diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat

wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat. Melalui pendekatan ini agama Nampak lebih dekat dengan

masalah yang dihadapi manusia dan berupa menjelaskan dan memberikan

jawabannya.
Dengan pendekatan antropologis dapat dilihat bahwa agama

ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi

masyarakat. Dalam hubungan ini, maka kita ingin mengubah pandangan

dan sikap etos kerja dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.

Melalui penekatan ini juga, kita dapat melihat hubungan antara

agama dan Negara. Misalnya membandingkan Negara Republik

Indonesia, yang mayoritas pendudukanya agama islam, tetapi menjadikan

pancasila sebagai dasar negaranya (Nata, 2000:37).

Dengan demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan

dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut

terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu

antropologis.

c. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan

masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta dengan gejala social.

Pendekatan sosiologis sangat penting dalam memahami agama, karena


dalam ajaran agama banyak yang berkaitan dengan masalah social. Ilmu-

ilmu social mendorong pemeluknya untuk belajar memahami agamanya.

Dalam ajaran islam, bahwa ibadah mengandung segi

kemasyarakatan dibanding ganjaran ibadah perorangan, terutama dalam

hal shalat. Bili kita tidak mampu mengerjakan puasa pada bulan ramadhan

dikarenakan suatu hal, misal orang tua yang tak mampu puasa, maka ia

diwajibkan membayar fidhyah dalam bentuk memberikan makan kepada

orang miskin. Dari segi ini kita dapat melihat proses sosialnya.
Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami

dengan mudah, karena agama itu diturunkan umtuk kepentingan social.

Dalm al-quran banyak terdapat ayat-ayat yang berkenaan tentang

hubungan manu8sia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang

menjadikan kemakmuran suatu bangsa. Semua itu dapat dijelaskan apabila

yang memahaminya mengetahui ilmu sosialnya.

d. Pendekatan Filosofis

     Filsafat adalah berfikir secara mendalam, radikal, sistematik,

universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat

dalam mencari suatu jawaban. Mendalam artinya dilakukan semaksimal

munkgkin hingga batas akal tidak sanggup lagi. Radikal artinya sampai ke

akar permasalahan hingga tidah tersisa lagi. Sistematis artinya dilakukan

secara teratur dengan menggunakan metode berfikir tertentu. Universal

artinya tidak dibatasi hanya pada suatu kepentingan kelompok tertentu,

tetapi menyeluruh (Nata, 2000:43).

Berfikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran

islam, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari agama dapat
dimengerti dan dipaham secara seksama. Ajaran agama misalnya

mengajarkan agar melaksanakan salat berjamaah. Tujuannya antara lain

agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan

orang lain. Dengan mengerjakan puasa agar kita merasakan lapar dan

menimbulkan rasa iba kepada sesama yang hidup serba kekuranngan.

Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada

pengamalan agama yang bersifat formalistic, yakni mengamalkan agama


dengan susah payah tapi tidak dapat makna apa pun, kosong tanpa arti.

Yang mereka dapatkan hanyalah pengakuan formalisti, misalnya sudah

menunaikan ibadah haji, tapi mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai

spiritual yang terkandung di dalamnya.

e. Pendekatan Historis

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamya dibahas

berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek,

dan pelaku peristiwa (Sahrodi, 2008:120).

Pendekatan sejarah sangat penting dalam memahami agama,

karenaagama itu turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan

dengan kondisi social masyarakat. Kita mengenal banyak kosep, baik

konnsep abstrak maupun konsep konkret. Konsep tentang Allah, malaikat,

akhirat, merupakan suatu konsep abstrak. Sementaraitu dibutuhkan suatu

konsep konkret seperti: tentang dhua’fa (orang lemah), orang kafir,

penguasa, serta koruptor-koruptor. Melalui pendekatan sejarah ini

seseorang diajak untuk memahami  dan memasuki keadaan yang

sebenarnya berkenaan tentang suatu peristiwa.

f. Pendekatan Psikologis

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa

seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Menurut Zakiah

Darajat, bahwa perilaku seseorang yang Nampak lahiriyah terjadi karena

pengaruh keyakinan yang di amutnya. Seseorang ketika berjumpa saling

mengucapkan salam, hormat kepada orang tua merupakan gejala

keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa. Dalam ajaran agama
islam banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin

seseorang. Misalnya sikap beriman dan bertaqwa kepada Allah, sebagai

orang saleh, itu gemerupakan gejala-gejala yang berkaitan dengan agama.

2. Metode Studi Islam

Agama sebagai objek kajian keilmuan, bisa didekati dengan berbagi

macam metode. Masing-masing metode bertujuan untuk meneliti dan

mengkaji masalah-maslah yang spesifik dari berbagai masalah keagamaan,

dan juga memiliki metode penelitian yang khas yang disesuaikan dengan

masalah yang ditelitinya. Namun demikian, metode apapun yang digunakan

tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada dasarnya tidak

ada satu metode apapun yang utuh dan sempurna. Dalam menggunakan

metode tersebut dapat terjadi kemelencengan yang bersumber dari

manusianya, baik karena keterbatasan dalam memahami aturan dan

menangkap gejala yang dihadapi, maupun karena acuan yang digunakan.

a. Metode Deskriptif

Deskripsi memiliki arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu

tempat atau tokoh pelaku sebuah peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang
tokoh yang menyangkut pemikirannya. Metode ini digunakan jika peneliti

ingin mengangkat sosok pemikiran yang diteliti. Karena tujuannya yang

seperti itu, maka yang dilakukan hanya menggunakan pemikiran

pengarang dengan cara menjelaskan dan menghubungkan secara cermat

data dalam bentuk-bentuk pernyataan dan rumusan-rumusan pendapat.

Selanjutnya, jika ingin diperdalam pada implikasi-implikasi logis maupun

empirik, maka dilakukan analisis rasional kosa kata atau sosial empirik.
b. Metode Filologi

Pada dasarnya kata filologi berasal dari kata-kata Yunani

”philologia” (philo=cinta, logio=huruf). Phiologica berarti cinta kepada

bahasa, karena huruf membentuk kata, kata membentuk kalimat dan

kalimat adalah inti dari bahasa. Kata ”filologi” dapat ditemukan dalam

khazanah bahasa Belanda dan Inggris, yang masing-masing mempunyai

pengertian yang berbeda-beda.

Jika dilihat dari efektifitas fungsinya, metode ini dipergunakan

jika sumber data berupa naskah atau manuskrip. Ia dimaksudkan untuk

mendeskripsikan secara cermat pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam

naskah tersebut melalui analisis kosa kata yang digunakan, berikut

nuansa-nuansa yang ada di dalamnya, sehingga dapat terhindar dari

kesalahfahaman pemikiran.

c. Metode Hermeneutika dan Fenomenologi

Metode hermeneutika dimaksudkan untuk menemukan hubungan

pemikiran yang diteliti dengan gelala-gejala sosial yang ada. Hermeneutik

adalah studi tentang prinsip-prinsip metodologi interpretasi dan ekplanasi


khususnya kajian tentang prinsip-prinsip umum interpretasi kitab suci.

Teks bukan sebuah warisan yang hanya bermakna saat dijabarkan secara

harfiyah, tetapi sebuah proses pemaknaan yang amat mengandaikan

subjek sebagai perespons dan konteks sosial yang melingkupinya.

Sedangkan jika yang dicari adalah hubungan-hubungan pemikiran tersebut

dengan kondisi-kondisi sosial yang ada sebelum dan sesudah pemikiran

tersebut muncul, maka yang digunakan adalah metode fenomenologi.


Pendekatan fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang

didasari oleh filsafat fenomenologi. Yakni mengajarkan pada pentingnya

melihat gejala yang tampak dari sebuah entitas untuk menafsirkan alam

pemikiran yang berkembang dalam entitas tersebut. Jika fenomenologi

digunakan dalam mengkaji Islam berarti seorang peneliti memahami dan

menganalisis Islam bukan atas dasar nilai-nilai yang tertuang dlm teks

yang bersift normtif, namun bagaimana seorang peneliti memahami dan

menganalisis Islam berdasarkan apa yang dipahami dan diamalkan oleh

umatnya.

Dengan demikian Islam dipahami bukan dari sumber ajaran atau

doktrin berupa al-Quran dan hadis, tapi Islam dipahami dari praktek yang

ditampilkan oleh penganutnya.

d. Metode Filsafat

Metode filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-

kesimpulan yang universal dengan meneliti akar permasalahannya.

Metode ini bersifat mendasar dengan cara radikal dan integral, karena

memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat sesuatu). Harun


Nasution (1979:36) mengemukakan bahwa berfilsafat intinya adalah

berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak

terikat kepada apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar.

Sekalipun demikian, secara historis filsafat telah menjadi pilihan

banyak komunitas ilmuwan dalam memecahkan berbagai masalahnya.

Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas

segala sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-

dalamnya, sejauh di dalam jangkauan kemampuan akal budi manusia.


Hubungan/kaitan filsafat dengan agama adalah kedua-duanya mencari

kebenaran yang sedalam-dalamnya. Bedanya filsafat dengan akal budi

manusia, sedangkan agama berdasarkan kepada kepercayaan (wahyu).

Untuk mencari kebenaran, diperlukan pendekatan dan metode

ilmiah. Pendekatan ialah suatu sikap ilmiah (persepsi) dan seseorang yang

harus ditunjukkan untuk menemukan kebenaran ilmiah yang hendak

dicapai. Sedangkan metode adalah sarana, atau cara untuk memperoleh

kebenaran ilmiah. Pendekatan dan metode erat hubungannya. Pendekatan

bersifat umum. Dalam suatu pendekatan tertentu dapat dipergunakan

bermacam-macam metode. Filsafat menggunakan pendekatan yang

bersifat radikal, ktitis reflektif, dan integratif.

Adapun metode khusus yang lazim dipakai dalam Filsafat,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Metode Socrates.

Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan

yang dapat menimbulkan pertanyaan berikutnya dan jawabannya

sekali. Semacam dialog secara kritis, si penanya menemukan


jawabannya sendiri.

2) Metode Dialektis.

Metode ini sudah dipakai sejak Aristoteles. Suatu metode

dengan proses dialektika. Menurut Aristoteles, dialektika merupakan

pemikiran yang togis. Sekarang dialektika dipakai oleh Hegel dalam

arti cara berfikir/pemikiran bertahap melalui trilogi yakni these-anti

these-synthesa.
3) Metode Fenomenologi.

Metode ini terkenal dipergunakan daiam filsafat dan

sosiotogi. Metode ini bertitik tolak dari fenomena-fenomena, dan

berusaha menemukan inti/hakikat yang ditujukan melalui fenomena-

fenomena tersebut.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Islamic Studies adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui dan

memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan

dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya, maupun praktek-

praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang

sejarahnya.

2. Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang ditempuh dalam mempelajari

Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari berbagai aspeknya dan

berbagai alirannya.

3. Objek studi Islam adalah ajaran Islam itu sendiri dalam berbagai aspeknya dan

berbagai madzhab alirannya. Ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah dalam

arti sempit, tetapi meliputi interaksi sosial kemasyarakatan.

4. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu

bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Sedangkan

metode dipahami lebih sempit dari pendekatan. Metode memiliki arti cara
atau jalan yang dipilih dalam upaya memahami sesuatu.

5. Pendekatan yang lazim digunakan

a. Pendekatan Teologis merupakan upaya memahami agama dengan

menggunakan kerangka Ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu

keyakinan dari suatu agama dianggap sebagai yang paling benar dibanding

dengan yang lainnya.


b. Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai

salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek

keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

c. Pendekatan Sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan

masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta dengan gejala social.

d. Pendekatan Filsafat adalah berfikir secara mendalam, radikal, sistematik,

universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat

dalam mencari suatu jawaban.

e. Pendekatan Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamya

dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,

obyek, dan pelaku peristiwa.

f. Pendekatan Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa

seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati.

6. Metode Studi Islam

a. Metode Deskriptif. Deskripsi memiliki arti uraian apa adanya yang berasal

dari suatu tempat atau tokoh pelaku sebuah peristiwa. Bisa juga berasal

dari seorang tokoh yang menyangkut pemikirannya.


b. Metode Filologi. Jika dilihat dari efektifitas fungsinya, metode ini

dipergunakan jika sumber data berupa naskah atau manuskrip. Ia

dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara cermat pemikiran-pemikiran

yang terdapat dalam naskah tersebut melalui analisis kosa kata yang

digunakan, berikut nuansa-nuansa yang ada di dalamnya, sehingga dapat

terhindar dari kesalahfahaman pemikiran.

c. Metode Hermeneutika dimaksudkan untuk menemukan hubungan

pemikiran yang diteliti dengan gelala-gejala sosial yang ada. Hermeneutik


adalah studi tentang prinsip-prinsip metodologi interpretasi dan ekplanasi

khususnya kajian tentang prinsip-prinsip umum interpretasi kitab suci.

Teks bukan sebuah warisan yang hanya bermakna saat dijabarkan secara

harfiyah, tetapi sebuah proses pemaknaan yang amat mengandaikan

subjek sebagai perespons dan konteks sosial yang melingkupinya.

d. Fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang didasari oleh filsafat

fenomenologi. Yakni mengajarkan pada pentingnya melihat gejala yang

tampak dari sebuah entitas untuk menafsirkan alam pemikiran yang

berkembang dalam entitas tersebut.

e. Metode Filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan

yang universal dengan meneliti akar permasalahannya.


DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung:CV Pustaka Setia.

Hasan al-Banna. 1982. al-Ushul al-Isyrun. Dar al-Fikr, Cairo.

Nata, Abuddin. 2000. Metodologi Studi Islam.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Nata, Abudin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tafsir , Ahmad (Ed.), 1992. Metoda Mempelajari Islam. Cirebon :Yayasan Nurjati

Sahrodi, Jamali. 2008. Metodologi Studi Islam.Bandung:Pustaka Setia

Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam.

Anda mungkin juga menyukai