Anda di halaman 1dari 23

Tradisi Kelahiran dan Merawat Bayi di

Indonesia, Amerika dan India

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Akhir


Mata Kuliah Cross Cultural Understanding
Dosen Pengampu: Drs. Much. Khoiri, M.Si.

Oleh :
Esa Nur Oksialviyanti
14020154061

PRODI SASTRA INGGRIS


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................1
1.4 Teori..................................................................................................2
1.5 Metode Penelitian.............................................................................3
Bab 2 Pembahasan ..................................................................................5
2.1 Tradisi Kelahiran Bayi di Indonesia, Amerika, dan India....................5
2.1.1 Indonesia ....................................................................................5
2.1.1.1 Tradisi Pingitan......................................................................5
2.1.1.2 Tradisi Sambang Bayi
..5
2.1.1.3 Tradisi Penguburan Ari-
Ari.6
2.1.1.4 Tradisi Penamaan Sang
Bayi.7
2.1.2 Amerika.......................................................................................7
2.1.2.1 Tradisi Setelah
Melahirkan.8
2.1.2.2 Tradisi
Berbaring.8
2.1.2.3 Tradisi Penguburan Ari-Ari dan Tali
Pusar.9
2.1.2.4 Tradisi Penamaan Sang
Bayi.9
2.1.3 India ............................................................................................9
2.1.3.1 Tradisi Pemberian Nama Sang
Bayi..10
2.1.3.2 Tradisi Setelah
Pingitan11
2.2 Tradisi Merawat Bayi.........................................................................12
2.2.1 Indonesia ....................................................................................12
2.2.2 Amerika.......................................................................................14
2.2.3 India ...........................................................................................15
Bab 3 Penutup .........................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................17
Daftar Pustaka .........................................................................................18

2
Lampiran
.19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia, India, dan Amerika merupakan Negara yang memiliki


penduduk terbanyak di dunia. India menempati peringkat kedua, disusul oleh
Amerika menduduki peringkat ketiga dan Indonesia menempati peringkat
keempat. Semakin kaya akan jumlah penduduk atau masyarakat, semakin
kaya akan budaya. Dalam kehidupan bermasyarakat,tentunya tidak lepas dari
suatu kebudayaan, dimana kebudayaan tersebut dihasilkan oleh masyrakat
itu sendiri. Dalam kebudayaan terdapat tradisi. Salah satu tradisi yaitu tradisi
kelahiran bayi dan tradisi merawat bayi yang baru lahir. Kelahiran bayi
merupakan keajaiban yang selalu ditunggu oleh orang tua. Setelah bayi
keluar dari rahim ibu dengan selamat tidak jarang orang tua mengadakan
tradisi upacara syukuran yang akan dibahas oleh penulis. Penulis di makalah
ini juga akan fokus terhadap tradisi seperti penguburan ari-ari dan pemberian
nama sang bayi. Bayi merupakan anugerah Tuhan yang ditipkan ke orang
tua. Maka dari itu, orang tua merawat sang bayi dengan baik dan benar.
Begitu pula orang tua di Indonesia, India, dan Amerika mempunyai tradisi
kelahiran bayi dan tradisi merawat bayi supaya sang bayi tetap sehat dan
bahagia selalu. Di makalah ini penulis akan membahas tradisi kelahiran bayi
dan tradisi merawat bayi di Negara Indonesia, India, dan Amerika.

1.2 Rumusan masalah


1. Tradisi apa yang dilakukan setelah bayi lahir selain penguburan ari-ari
dan
pemberian nama sang bayi di Indonesia, India, dan Amerika?

3
2. Bagaimana cara merawat bayi yang baru lahir di Indonesia, India, dan
Amerika?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Cross Cultural Understanding (CCU).
Selain itu bertujuan untuk:
1. Mengetahui tentang tradisi kelahiran bayi dan merawat bayi di
Indonesia, India, dan Amerika
2. Mengetahui perbedaan dan persamaan terhadap tradisi tersebut di tiga
Negara itu.
3. Menambah wawasan terhadap tradisi tersebut di tiga Negara tersebut.
4. Pembaca makalah ini agar tidak mengalami culture shock ketika
berkunjung ke Negara tersebut.

1.4 Teori

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang


yang masih dijalankan oleh masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia.

Menurut ilmu biologi, melahirkan atau persalinan adalah proses


keluarnya janin dari dalam rahim ke dunia luar. Proses persalinan dapat
dilakukan melalui jalan lahir atau vagina (persalinan pervaginam) atau
persalinan melalui sayatan pada dinding rahim atau dikenal dengan bedah
sesar. Bayi adalah manusia yang lahir dengan umur kehamilan 37-42
minggu, memiliki berat lahir 2500 sampai 4000 gram.

Tradisi kelahiran adalah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu


setelah melahirkan bayi. Tradisi tersebut turun temurun dari nenek
moyang. Tidak hanya ibu yang melakukan tradisi, ketua suku atau orang
tua di suku tersebut turut melakukan serangkaian upacara.

Perawatan bayi adalah suatu tindakan merawat dan memelihara


kesehatan bayi dalam bidang preventif dan kuratif. Cara memandikan
sang bayi termasuk salah satu perawatan bayi yang akan dibahas oleh
penulis di makalah ini.

Negara Indonesia dan India terletak di benua Asia. Indonesia


berada di bagian tenggara yang merupakan Negara kepulauan karena

4
Indonesia memiliki pulau yang banyak yaitu 13.466 pulau. Dalam makalah
ini, penulis akan fokus terhadap pulau Jawa dan Bali.

Negara Amerika merupakan Negara yang dikenal dengan


banyak warga imigran atau pengungsi dari Negara asal menuju Amerika.
Tetapi, dalam kajian ini, penulis akan fokus terhadap tradisi warga asli
Amerika yaitu suku Shawnee, Picuris Pubelo, Hopi, Navajo, Midewiwin,
Plain, dan Tilamook.

Gambar 1 peta suku-suku di Amerika

India berada di bagian Asia selatan. India merupakan Negara


yang masih memegang erat nilai-nilai leluhur-leluhurnya. Jadi banyak
tradisi kelahiran dan merawat bayi yang menarik untuk didiskusikan.

1.5 Metode Peneltian

Penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif untuk lebih


mudah menguapas rumusan masalah pada tulisan ini. Dalam pencarian
data penulis melakukan studi pustaka dan wawancara. Untuk
mendapatkan data tradisi di India dan Amerika, penulis melakukan studi
pustaka. Penulis mencari data di internet lalu, dianalisis dan hasil
analisis tersebut menjadi data makalah ini. Penulis juga menggunakan
metode studi pustaka untuk Indonesia khususnya di Bali sedangkan di
Jawa, penulis menggunakan metode wawancara. Untuk mencari data

5
tradisi di Indonesia menggunakan metode wawancara. Penulis
mewawancarai seorang ibu dari Jawa menggunakan mobile recording.
Setelah mewancarai narasumber, penulis melakukan pendataan dan
menuliskan hasil dari pendataan menjadi laporan.

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tradisi Kelahiran Bayi di Indonesia, Amerika, dan India

Setiap negara memiliki tradisi kelahiran bayi yang telah dilakukan sejak
dahulu mengikuti nenek moyangnya supaya sang bayi sehat dan hidup
bahagia. Dan saat ini tradisi tersebut masih dilakukan. Berikut penjelasan
tradisi kelahiran bayi di Indonesia, India, dan Amerika

2.1.1 INDONESIA

Di Negara Indonesia terdapat banyak suku, ras, dan, agama.


Perbedaan itu membuat Indonesia kaya akan budaya dan tradisi.
Salah satunya yaitu tradisi kelahiran bayi yang baru lahir. Penulis akan
menjelaskan tradisi tersebut khususnya di Jawa dan Bali. Karena
mayoritas pemeluk agama di Jawa dan Bali berbeda jadi, tradisi di
kedua pulau tersebut sangat menarik untuk dipelajari.

2.1.1.1 Tradisi Pingitan

Di Jawa dan Bali terdapat tradisi pingitan. Tradisi tersebut


melarang sang ibu dan sang bayi untuk keluar rumah. Di jawa
mereka dipingit selama 35 hari. Orang jawa percaya jika
mereka keluar rumah, mereka akan diganggu oleh roh halus.

itu kan juga tradisi jawa juga. Masih kecil, masih belum satu bulan
sebelum selapan bisa aja diganggu setan, tutur sang ibu.

Sedangkan di Bali mereka dipingit selama 105 hari atau 3


bulan mengikuti kalender Bali. Menurut tanggalan Bali satu
bulan sama dengan 35 hari.

2.1.1.2 Tradisi Sambang Bayi

Satu hari setelah bayi lahir di Jawa, tetangga dekat dan


sanak saudara berkunjung ke rumah sebagai tanda turut
bahagia atas kelahiran bayi yang dapat berjalan dengan lancar.
Mereka berkunjung tidak dengan tangan kosong. Mereka
membawa bermacam-macam buah tangan berupa
perlengkapan bayi. Tradisi tersebut dinamakan sambang bayi.
7
biasanya tetangga-tetangga itu main ke rumah bawa sabun,
dan perlengkepan bayi yang lain namanya itu
sambang bayi ya, tutur Ibu dari Jawa dalam wawancara.
Jika di Bali, diadakan upacara bayi lahir. Upcara tersebut
merupakan cetusan rasa gembira dan terima kasih serta
angayu Bagia atas kelahiran sang bayi kedunia dan
mendoakan agar bayi tetap selamat serta sehat walafiat.

2.1.1.3 Tradisi Penguburan Ari-ari

Bagi orang Jawa, ari-ari berperan penting yaitu sebagai


batir bayi (teman bayi). Ari-ari memiliki jasa yang begitu besar
yaitu menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin
di dalam rahim. Lewat ari-ari juga zat-zat antibodi, berbagai
hormon dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan
berkembang menjadi bayi. Sejak bayi lahir, ari-ari sudah tidak
berfungsi lagi. Tetapi oleh orang Jawa, ari-ari tidak dibuang
begitu saja. Ari-ari tersebut akan dirawat dan dikubur
sedemikian rupa agar tidak membusuk atau dimakan binatang.

itu biasanya ari-ari dipendam di depan rumah, kata sang ibu.

Upacara mendhem ari-ari (mengubur ari-ari) dilakukan oleh


sang ayah. Ari-ari dikubur di dekat pintu rumah yang utama
lalu, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu selama
35 hari. Selain dipendam, ari-ari juga bisa digantung agar cita-
cita sang bayi tercapai di masa mendatang. Dan ada juga yang
dibuang di laut agar sang bayi bisa merantau berkeliling dunia.

ada lagi yang digantung dan dibuang di laut. Katanya kalo yang
digantung supaya suatu saat anak yang sudah besar mempunyai
wibawa yang tinggi dan derajat tinggi. Kalo yang dibuang ke laut dia
akan merantau kemana-mana berkeliling dunia, jelas sang ibu.

Penguburan ari-ari sang bayi dari Bali dilakukan tradisi


perawatan ari-ari terlebih dahulu. Ari-ari dicuci dengan air
bersih kemudian, di masukkan ke dalam sebutir kelapa yang di
belah dua dengan Ongkara pada bagian atas dan Ahkara pada
bagian bawah. Kelapa tersebut di bungkus dengan kain putih

8
kemudian dipendam atau dikubur di muka pintu rumah (bayi
laki-laki di sebelah kanan dan bayi perempuan di sebelah kiri).
Setelah di tanam pada bagian atasnya hendaknya di isi daun
pandan yang berduri dengan tujuan untuk menolak gangguan
dari kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif. Kemudian, diberi
penerangan lampu selama 42 hari dan ditutup dengan
kurungan ayam.

2.1.1.4 Tradisi Penamaan Sang Bayi

Di Jawa pemberian nama oleh orang tua dilakukan ketika


bayi berada dalam kandungan biasanya 8-9 bulan. Jadi, bayi
lahir sudah mempunyai nama. Tradisi sepasaran yaitu tradisi
pemberian nama sang bayi di Jawa. Sepasaran sendiri
dilakukan bersamaan dengan putusnya tali pusar yang
dinamakan tradisi Puputan. Dalam acara ini pihak keluarga
membagikan bubur merah putih dan beberapa jajan pasar ke
tetangga dan anak-anak kecil. Upacara tersebut merupakan
selamatan atau syukuran atas bayi yang baru lahir.

tapi upacara sepasaran itu digabung sama lepasnya tali pusar. Itu
biasanya kita mengadakan syukuran. Syukurannya itu pakai bubur
merah putih sama jajan pasar yang biasanya kita bagikan ke
tetangga dan anak kecil., tutur sang ibu.

Berbeda dengan Jawa, pemberian nama sang bayi dilakukan


pada hari ke-105 setelah lahir. Nama dari upacara tersebut
yaitu Bajong Colong. Setelah sekian lama dipingit (tidak boleh
keluar rumah), akhirnya sang bayi dapat melihat sinar matahari
untuk pertama kali. Dengan disaksikan puluhan warga, orang
tua dari bayi tersebut mendaftarkan nama bayinya secara
sekala dan niskala. Pada upacara ini, sang bayi baru
ditetapkan nama dan disiarkan kepada warga, keluarga, dan
leluhur dengan semua sarana upacara yang dihaturkan.

2.1.2 AMERIKA

9
Di Amerika terdapat banyak suku yang melakukan ritual terhadap
bayi baru lahir, yaitu, Shawnee, Picures Pueblo, Hopi, dll. Suku-suku
tersebut memiliki ritual yang berbeda terhadap bayi baru lahir dari hal
yang harus dilakukan ibu setelah melahirkan, penamaan dan tali pusar
sang bayi.

2.1.2.1 Tradisi setelah melahirkan

Wanita suku Amerika setelah melahirkan banyak yang


menkonsumsi tonik ergot untuk mengeluarkan plasenta dan
menambah darah setelah banyak kehilangan darah akibat
melakhirkan. Wanita dari daerah lain juga mengkonsumsi tonik
terbaik dari daerah mereka. Banyak penduduk wanita asli
Amerika yang setelah melahirkan tidur diatas tempat tidur yang
hangat yang terbuat dari batu yang dipanaskan atau
menggunakan uap di pondok khusus uap. Terdapat kebisaan
atau tradisi yang menguntungkan wanita-wanita tersebut. Setiap
masyarakat di daerah tempat wanita melahirkan, mereka
diwajibkan untuk menjenguk dan bekerja sama untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memanjakan wanita
tersebut seperti mencuci, mengukus, dan memijat. Sang ibu dan
sang bayi dibiarkan untuk berbaring dan beristirahat.

2.1.2.2 Tradisi Berbaring

Di suku Shawnee, Picuris Pubelo, Hopi, dan Tilamook


mengharuskan sang ibu berbaring selama waktu yang
ditentukan. Wanita di suku Shawnee berbaring bersama bayinya
selama 10 hari dimana sang ayah tidak boleh menemani
bahkan melihat mereka. Berbeda dengan suku Shawnee,
wanita suku Picuris Pubelo wajib ditemani oleh suami dan
pengurus rumah tangga. Dia berbaring selama 30 hari setelah
sang bayi diberi nama. Wanita suku Hoppi berbaring selama 20
hari sebelum sang bayi diberi nama. Orang suku Tillamook
mewajibkan sang ibu berbaring selama 15 hari, sedangkan sang

10
ayah kehilangan waktu untuk tidur selama 10 hari karena
mengikuti restriksi pasca persalinan.

2.1.2.3 Tradisi Penguburan Ari-ari dan tali pusar

Banyak suku asli Amerika mempercayai jika plasenta


atau tali pusar itu sakral. Tradisi tali pusar dari pemotongan
hingga penguburan dilakukan oleh suku Picuris Pubelo, Navajo,
Midewiwin, dan Plain. Masyarakat suku Navajo mewajibkan tali
pusar sang bayi dikuburkan dalam tanah Sacred Four Corners,
pada dasarnya pengikatan sang bayi ke tanah dan nenek
moyang. Sedangkan penguburan tali pusar oleh suku Pueblo
dibedakan berdasarkan gender atau alat kelamin. Jika sang bayi
perempuan maka, tali pusar akan dikuburkan di lantai rumah
sedangkan tali pusar bayi laki-laki, akan dikubur di ladang
jagung. Pemotongan tali pusar dilakukan oleh suku Midewiwin.
Ritual tersebut disebut juga dengan Nitaawigwin berlokasi di
Anishinaabeg. Di suku Plain, bayi diberi kantong manik-manik
berukuran kecil berisi ujung tali pusar untuk dibawa selama
hidupnya sebagai jimat dan di saat berumur senja tali pusar
tersebut dikubur. Jimat tersebut dianggap berhubungan dengan
suku, keluarga dan berfungsi sebagai perlindungan.

2.1.2.4 Tradisi Penamaan Sang Bayi

Suku Picuris, suku Hopi, dan suku Midewiwin mempunyai


tradisi dalam pemberian nama sang bayi. Sang bayi dari suku
Picuris akan dinamai oleh dukun atau orang pintar dibawah
sinar terik matahari. Kemudian sang bayi disajikan ear of corn
jika perempuan. Jika sang bayi laki-laki akan disajikan mata
panah yang terbuat dari batu api.

11
Gambar2 mata panah batu api

Dalam pemberian nama sang bayi oleh suku Midewiwin terdapat


orang khusus yang meberikan nama kepada sang bayi.
Penamaan pada sang bayi di suku tersebut dinamakan
Waawiindaasowin. Bagi suku Hopi penamaan sang bayi dan
ritual setelah ibu melahirkan merupakan ritual permurnian hopi.
Jadi penamaan bayi suku Hopi lebih banyak yang harus
dilakukan daripada suku-suku lain. Pada malam hari, yang ke -19
(setelah ibu melahirkan), diadakan sebuah pesta besar yang
dipersiapkan untuk menghormati untuk ibu dan anak. Lalu
mereka mandi dengan hati-hati dan melakukan beberapa ritual.
Bayi itu digosok dengan abu dan keluarganya mengurapi bayi
sambil menyarankan nama pada sang ayah. Pada pagi esok
hari, ayah mengumumkan nama-nama yang disarankan oleh
keluarga. Dan nenek dari suku tersebut memutuskan nama bayi
itu. Bersamaan dengan diumumkan nama bayi tersebut, sang
bayi untuk pertama kalinya diperlihatkan cahaya matahari.
Kemudian semua orang melanjutkan berpesta kecuali sang ibu
menyelesaikan tradisi pemurnian.

2.1.3 INDIA

India merupakan Negara yang sangat menjunjung tinggi


nilai leluhur maka warga India masih melakukan tradisi-tradisi dari para
leluhur mereka. Salah satunya yaitu tradisi kelahiran bayi di India yaitu
upacara Namakarana dan Niskarmana.

2.1.3.1 Tradisi Pemberian Nama Sang Bayi

12
Upacara Namakarana merupakan upacara pemberian
nama terhadap sang bayi. Sebelum diberi nama, terdapat
pergantian nama terhadap catur sanak. Dalam lontar Angastia
Prana, catur sanak merupakan empat saudara sebagai
pelindung dan pemelihara sang jabang bayi dalam kandungan
serta menjadi penolong bayi pada saat lahir. Kemudian,
mempersiapkan nama baru untuk sang bayi yang dilaksanakan
ketika bayi berumur 12 hari.Tujuan dari upacara ini adalah
untuk keselamatan bayi karena terpisah dangan catur sanak
dan memperkuat kedudukan Atman atau roh sang bayi dengan
sekaligus membersihkan badan halus bayi itu dari kotoran
yang dibawa dari rahim ibu. Upacara pemberian nama di India
sama halnya dengan di Bali yaitu Bajong Colong,
menggunakan lilin dan lidi berisi kapas.

2.1.3.2 Tradisi Setelah Pingitan

Upacara Niskarmana merupakan upacara membawa bayi


keluar rumah untuk pertama kalinya setelah sang bayi berumur
tiga bulan. Dalam upacara ini,di sekitar pekarangan rumah
dibuatkan bentuk segi empat yang di dalamnya disebarkan
beras oleh sang ibu bayi tersebut, di atas tebaran beras itu
dibuatkan gambaran swastika.Dari tempat tersebut sang bayi
diajak melihat mentari pagi.Sebelum ditebari beras, persegi
empat itu diolesi seluiruhnya dengan lumpur tanah liat, lalu
sang ayah menggendong bayinya dengan muka bayinya itu
diarahkan ke matahari. Bayi itu dipakaikan pakaian yang layak
dan bagus lalu, diajak ke tempat pemujaan rumah itu (sanggar
keluarga). Menuju pemujaan di tempat tersebut diantar oleh
pendeta serta diiringi oleh bunyi-bunyian musik,lalu sang
pendeta mengucapkan mantra weda kehadapan Tuhan dengan
disaksikan oleh para dewa penjaga kedelapan penjuru angin
serta dewa matahari, dewa bulan, dan dewa angkasa. Ayah
sang bayi tidak berhenti-hentinya mengucapkan mantra Wisnu-
dharmottar. Setelah upacara berakhir, sang bayi diberikan

13
kepada pamannya dari pihak ibu yang terus memangkunya,
serta diberikan hadiah-hadiah.

2.2 Tradisi Merawat Bayi

Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya hidup sakit-sakitan,


tidak beruntung, dan tidak bahagia. Jadi, semua orang tua merawat anaknya
sejak lahir dengan sangat telaten dan baik. Baik di Negara Indonesia,
Amerika, dan India, mereka mempunyai tradisi tersendiri untuk merawat
sang bayi.

2.2.1 INDONESIA
Di Indonesia, khususnya di Jawa, para ibu memakaikan kain
gurita kepada tubuh sang bayi untuk menyangga punggungnya supaya
kalau digendong tidak keseleo, menghangatkan tubuh, dan
mengurangi kembung pada perut bayi. Pemakaian kain tersebut pada
waktu pagi, sore dan malam. Sang bayi dipakaikan kain gurita selama
tiga bulan.

Gambar 3. Sang bayi saat memakai kain gurita


kalau orang Jawa biasanya pakai gurita. Gurita itu untuk menyangga
punggungnya bayi supaya kalo diangkat-angkat nggak ketekuk
gitu..kayak keseleo, jelas sang ibu.

setelah pakai baju, pakai popok, nggak pakai celana dulu..kalau


pakai popok di double-i pakai kain supaya lebih tebal, lanjut sang ibu.

Kemudian, sang bayi dipakaikan popok kain berbentuk segi dan juga
didalam popok itu ditambahi kain kecil lipatan agar lebih tebal. Sang

14
bayi tidak dipakaikan pampers atau celana supaya kulitsang bayi tidak
iritasi. Lalu, sang bayi dipakaikan kain bedong agar jalannya bisa lurus
dan normal. Dan pemakaian untuk kain bedong sendiri dari pagi hingga
siang. Jika pemakaian kain tersebut dari pagi hingga malam, sang bayi
tidak bisa bergerak bebas. Sang bayi dipakaikan gedong dan
dipakaikan popok selama 35 hari atau hingga tiba upacara selapan.
Jadi, selesai itu sang bayi dapat memakai celana. Pernyataan berikut
dari penjelasan sang ibu.

Gambar 4. Sang bayi dalam kain bedong


Sang ibu dari Jawa mempunyai cara agar lidah sang bayi
berwarna putih bisa hilang. Sang ibu menggunakan cotton bud atau
pembersih telinga, popok, atau kain. Satu dari alat tersebut dibasahi
dengan air lalu, lidah sang bayi dijulurkan dan dioleskan perlahan-
lahan. Menurut tradisi Jawa, bulu mata sang bayi dipotong dua kali,
supaya bulu mata sang bayi bisa tumbuh dengan lentik di masa kelak.

biasanya lidah bayi itu putih, putih kayak kena susu gitu jadi waktu
mandi itu dibersihkan sama cotton bud pelan-pelan. Jadi lidah bayi
dijulurkan itu juga sih kalau orang Jawa, kata sang ibu.

ini juga tradisi Jawa juga masalah bulu mata. Biasanya bulu mata bayi kalau
masih kecil itu dipotong dua kali supaya nanti besarnya bisa lentik, kata sang
ibu juga.

Di tradisi Jawa terdapat peringatan untuk sang ibu. Dia harus


menggendong sang bayi ketika maghrib tiba sekitar jam 5, supaya
tidak didekati atau digoda oleh setan atau makhluk halus.

15
kalau semisal maghrib-maghrib itu juga harus digendong karena bayi itu
supaya tidak digoda sama setan kata orang Jawa dulu. Jadi maghrib itu
mulai jam 5 sudah harus digendong tidak boleh ditinggal, jelas sang ibu.

Selepas tali pusar, tali pusar bisa dipendam bersama ari-ari atau
disimpan. Tetapi sebagian orang Jawa, tali pusar disimpan dan
dijadikan obat panas bagi sang bayi. Tali pusar ditaruh dalam segelas
air lalu, diminumkan kepada sang bayi supaya sembuh. Untuk
penyembuhan sendawa pada sang bayi, menggunakan benang pada
popok bayi. Benang tersebut diambil lalu, ditaruh di dahi sang bayi.

biasanya kalau yang disimpan itu. Kata orang Jawa itu, kalau misalnya
anaknya panas, tali pusar itu dimasukkan ke dalam gelas. Lalu airnya
diminumkan ke anak itu lalu anaknya tidak panas lagi., jelas sang ibu.

2.2.2 AMERIKA
Pada tahun pertama sang bayi, wanita di suku Amerika merawat
bayi mereka secara eksklusif. Mereka tidak ingin jauh-jauh dari bayi
mereka supaya lebih mudah untuk mengawasi, memberi kehangatan
dan menjamin bayi mereka aman, terhindar dari bahaya (terjatuh,
tergores, terkena luka tusukan, tenggelam dan gigitan serangga) dan
memberi perawatan segera jika terjadi sesuatu. Mereka juga tidur
seranjang dengan sang bayi untuk alasan yang sama.

Sang ibu dari berbagai suku di Amerika mempunyai cara


tersendiri untuk merawat bayi mereka. Salah satunya suku Plain,
beberapa perempuan suku tersebut menggunakan kotoran kerbau
yang kering lalu digiling dan digunakan sebagai bubuk penyerap pada
bayi mereka yang sudah di bendung dengan kain atau selimut atau
kain bedong sama halnya dengan di Indonesia. Cara pemakaian kain
pun sama dengan Indonesia. Jika sang bayi basah karena keringat
atau buang air kecil maka bubuk tersebut akan berkurang dan sang ibu
akan menambahkan bubuk tersebut. Suku lain mempraktekkan
Elimination Communication (EC). EC juga disebut pelatihan toilet bayi,
dimana wanita-wanita di suku Amerika melatih bayi untuk bersih alami
dan tidak menggunakan popok.

Selanjutnya, adalah suku Navajo. Orang tua di suku Navajo


mempunyai cara supaya sang bayi nyaman dan aman yaitu

16
menggunakan selimut kayu. Mereka menggunakan papan kayu untuk
menempatkan bayi baru lahir. Mereka mengeratkan sang bayi dengan
lembar kayu. Ide dasar di balik tardisi ini adalah kedekatan
yang membuat sang bayi merasa santai dan nyaman. Saat sang bayi
merasa santai dan tertidur, hal ini dimanfaatkan oleh sang ibu untuk
menyelesaikan tugas mereka.

2.2.3 INDIA
Banyak hal yang harus dilakukan oleh orang tua di India dari
memberikan madu di lidah sang bayi hingga dilempar dari menara
setinggi 50 kaki agar sang bayi tumbuh dengan baik. Berikut
penjelasannya.

Menyapu madu adalah sebuah ritual perawatan bayi yang baru


lahir dengan menggunakan madu yang sudah dicampur minyak
savvennai yang dioleskan pada lidah sang bayi. Minyak savvenai
adalah sebuah campuran minyak lenga, minyak bijan dan mambu yang
dipercaya dapat melembutkan lidah bayi, menghindarinya dari
berbagai penyakit serta memudahkan bayi belajar berbicara.

Upacara Aalati merupakan sebuah prosesi perawatan bayi


sebelum bayi masuk ke rumah dengan tujuan menghilangkan segala
malapetaka atau sebagai tolak bala. Dalam upacara ini menggunakan
serbuk kunyit, kapur sirih, arang, dan kapur barus yang kemudian
diangkat serta diputar sebanyak tiga kali.

Cara memandikan bayi di India juga perlu diperhatikan oleh


para orang tua. Selesai seorang ibu menjalani persalinan, dengan
segera bayi dimandikan ketika petang yang dilakukan oleh wanita yang
telah berpengalaman. Perawatan bayi yang satu ini menggunakan air
suam yang dicampur dengan berbagai ramuan herbal yang nantinya
akan dibasuhkan pada tubuh bayi. Selesai bayi dimandikan, perawatan
bayi selanjutnya adalah dilakukan pengasapan pada bayi di atas
kemenyan yang kemudian sang bayi akan dibedaki dengan tepung
beras agar bayi tidak terserang ruam.

17
Selanjutnya adalah mendodoi bayi. Mendodoi bayi merupakan
teknik perawatan bayi yang sering dilakukan masyarakat India atau
sering juga disebut taalaatu yaitu memberikan nasihat agar sang bayi
kelak menjadi orang yang berguna.

Untuk memperoleh keberuntungan, seorang bayi India


diharuskan untuk dijatuhkan dari sebuah menara yang memiliki tinggi
sekitar 50 kaki. Para bayi akan dibawa ke atas menara untuk
dilemparkan ke bawah dimana di bawah ada pria yang bertugas
menangkap bayi menggunakan sprei yang kemudian sang bayi akan
dioper para penonton untuk dikembalikan kembali kepada ibunya.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

18
Di setiap Negara tentunya mempunyai tradisi yang turun temurun dari
nenek moyang. Salah satunya tradisi kelahiran dan merawat bayi. Biasanya
orang yang masih melakukan tradisi tersebut orang yang berada jauh dari
pusat kota atau di pedalaman. Tradisi penguburan ari-ari dan tradisi
penamaan bayi masih dilakukan oleh orang Jawa dan Bali. Warga asli
Amerika seperti suku Shawnee, Picuris Pubelo, Hopi, Navajo, Midewiwin,
Plain, dan Tilamook masih melakukan tradisi kelahiran dan merawat bayi dari
tradisi berbaring oleh sang ibu, penguburan ari-ari, dan ritual penamaan sang
bayi oleh suku Hopi. Di India pula masih melakukan tradisi dari nenek
moyang dari tradisi penamaan sang bayi hingga tradisi upacara bayi dibawa
keluar dari rumah.

Ada beberapa persamaan dari tradisi kelahiran dan merawat bayi.


Tradisi kelahiran bayi Bali dan India sama hanya yang berbeda adalah
sebutan tradisimya yaitu tardisi penamaan sang bayi di Bali adalah Bajong
Colong tetapi di India dinamakan Namakarana. Ada pula persamaan tradisi
merawat bayi, cara berpakaian. Bayi di Jawa dan di suku Plain sama
menggunakan kain bedong.

Tradisi kelahiran bayi di tiga Negara tersebut tidak ada yang tidak
bagus. Selama tradisi tersebut memiliki tujuan yang bagus dan sesuai dengan
kebiasaan nenek moyang maka, tidak ada masalah dengan tradisi itu.

3.2 Saran

Untuk penulis yang akan menulis makalah dengan topik seperti


makalah ini, penulis menyarankan agar penulis tersebut menganalisis tradisi
kelahiran bayi dan merawat bayi di Papua, Indonesia. Itu akan menarik untuk
didiskusikan. Dan untuk Amerika, penulis menyarankan agar menganalisis
suku-suku yang lain di Amerika dan menganalisis lebih jauh dan lebih fokus
daerahnya di Negara India.

Daftar Pustaka

Adat Kelahiran Bali. 28 Mei 2017. https://raniassi.wordpress.com/2015/04/10/adat-


kelahiran-bali/

19
Ali, Damsuki. Contoh Laporan Penelitian Tradisi Kelahiran Bayi. 29 Mei 2017.
http://alidamsuki.blogspot.co.id/2013/06/contoh-laporan-penelitian-tradisi.html

D, Nicole. A Sacred Journey. 16 Mei 2017.


http://wonderfullymadebelliesandbabies.blogspot.co.id/2010/11/sacred-journey.html

Jenis Ritual untuk Bayi yang Baru Lahir. 28 Mei 2017.


http://www.scotware.net/pengetahuan/jenis-ritual-untuk-bayi-yang-baru-lahir/

Jro, Piaka. Penjelasan Cara Menanam Ari-Ari Menurut Hindu-Bali. 28 Mei 2017.
http://www.mantrahindu.com/penjelasan-cara-menanam-ari-ari-menurut-hindu-bali/
28

Proses Melahirkan/Persalinan pada Manusia. 29 Mei 2017.


http://trixerxes.blogspot.co.id/2010/09/proses-melahirkanpersalinan-pada.html

What is Ellimination Communication. 16 Mei 2017.


https://www.naturalbirthandbabycare.com/elimination-communication/

Lampiran

Wawancara dengan narasumber

Audio 1

20
Penulis: saya mau tanya tentang bagaimana cara merawat anak menurut tradisi
jawa. Bagaimana cara ibu merawat anak ibu menggunakan tradisi jawa?
Narasumber: tradisi jawa. Muali pagi-pagi dimandikan, sambil dipijet pelan-pelan,
setelah itu mandi pakai sabun, pakai shampoo. Setelah itu, kepalanya tetep dipijat.
Biasanya kan, kepalanya kadang ada yang gag bunder jadi, supaya bunder. Kan
kadang ada yang lonjong jadi dipijat pelan-pelan juga kepalanya supaya bunder.
Dipijat-pijat hidungnya biar mancung, biar ganteng dan cantik. Setelah itu,pakai
handuk, pakai minyak telon, bedak, setelah itu pakai minyak rambut cologne.
Biasanya orang Jawa, pakai gurita. Gurita itu untuk menyangga punggung bayi
supaya kalau diangkat-angkat tidak ketekuk-tekuk gitu loh, apa sih biasanya? Orang
bilang kayak kleseo. Jadi, biar nggak keselo. Terus kalau apalagi ya. Setelah pakai
baju, pakai popok, popok itu juga pakai popok segi empat biasa. Jadi, kalo bayi itu
kan pasti pakai popok, nggak pakai celana dulu. Kalau sudah besar baru pakai
celana. Akalu pakai popok itu di-double pakai kain supaya lebih tebal. Setelah itu
pakai baju, popok, gurita, setelah itu bayi digedong. Digedong itu untuk meluruskan
tangan sama kakinya jadi biar nggak bengkok, kalau semisal kakinya lurus supaya
nggak bengkok. Kan kadang ada orang yang jalannya bentuknya O atau X atau apa
itu jadi kalau digedong fungsinya supaya jalannya normal dan tegak. Pemakaian
popok dari pagi sampai malam, kalo dia pipis ya diganti, kalo gedong mungkin
sampai siang karena kalo sampai malam kasian kan tidak bisa gerak. Menurut
pengalaman saya, digedong sampai umur satu bulan waktu selapan. Pemkaian
popok terserah, kenapa kok tidak pakai celana supaya anaknya tidak iritasi biar ada
ventilasi kan terbuka biasanya sampai satu bulan baru pakai celana. Lidah bayi
yang bewarna putih menurut orang jawa dibersihkan menggunakan cotton bud
dengan cara lidah dijolorkan lalu dibersihkan, kalo menurut dokter bisa diberi obat
yang diteteskan.
Penulis: Bagaimana cara menjemur bayi kan biasanya ada waktu tertentu?
Narasumber: kan memang bayi awal lahir, itu memang harus dijemur suapaya
mengatasi kuning biar nggak kena penyakit kuning. Jemur yang baik itu antara jam
7 sampai jam 8, selebihnya itu sudah tidak boleh, nanti takutnya item ya hehehe.
Terus kenapa harus dijemur? Biasanya kan bayi di awal itu terdapat imunisasi, jadi,
kalau jika dia imunisasi, kalau dia masih kuning, dokter akan menolak dan menunda
lagi selama satu minggu setelah bayi itu tidak terlihat kuning. Untuk bayi bisa keluar
rumah setelah 36 hari jadi, ibu sama anaknya selalu dipingit selama 36 hari, setelah
selapan baru boleh keluar rumah, jalan-jalan atau mungkin ke rumah tetangga atau
main-main.ada lagi ini juga termasuk
tradisi Jawa masalah bulu mata bayi. Biasanya kalo bayi masih kecil itu dipotong
dua kali supaya nanti besarnya bisa lentik apa namanya jadi bulu mata anti badai.
Semisal kalu maghrib-maghrib itu harus digendong. Bayi itu supaya tidak, kalo kata
orang Jawa dulu, tidak digoda sama setan. Jadi, maghrib mulai jam 5 itu sudah
harus digendong, tidak boleh sendirian
Penulis: terkait dengan masalah yang dipingit itu biar apa ya?
Narasumber: biar apanya, saya juga nggak tahu ya soalnya itu juga tradisi jawa
juga. Katanya kalo, masih kecil, masih belum satu bulan, sebelum selapan ibu sama
bayinya bisa aja diganggu setan atau apa gitu loh. Apalagi kan ada ya ari-ari yang
disimpen disitu (dipendam), nantinya itu ari-ari setelah selapan akan balik ke ibunya,

21
katanya sih gitu. Soalnya setelah kita pendam ari-ari, kita nggak pernah aduk-aduk
lagi. terus ada lagi juga, masalah ari-ari. Kata orang Jawa, ada kan ada beberapa itu
ari-ari dipendam di depan rumah, ada lagi yang dibuang ke laut, ada lagi yang
digantung. Jadi, katanya kalo yang digantung itu, suatu saat anaknya kalo sudah
besar dia punya wibawa yang tinggi, punya derajat yang tinggi. Terus kalo yang
dibunag ke laut dia akan merantau kemana-mana, dia bisa keliling dunia. Tapi kalo
yang didepan rumah, ditanem di depan rumah, yah itu kebiasaan orang aja sih.
Mungkin dia takut kalo seperti yang dua tadi, kalo kebiasaanya di depan rumah yah
di depan rumah. Terus ada lagi masalah tali pusar, kalo tali pusar itu sudah lepas,
biasanya ada tali pusar yang disimpen tapi atau ditaruh lagi ke tempat ari-ari. Kalau
yang biasanya disimpen itu, kata orang Jawa, kalo misalnya anaknya panas nanti
tali pusarnya itu dimasukkan didalam gelas airnya nanti diminumkan ke anak itu,
pasti nggak panas lagi.
Audio 2
Penulis: saya mau tanya lagi tentang tradisi Jawa bayi lahir. Setahu saya nama
pemberian nama tradisi jawa itu sepasaran. Apakah ibu juga melakukan upacara
sepasaran itu, untuk memberiakn nama kepada bayi ibu.
Narasumber: pemberian nama bayi memang pastinya lah umur 8 atau 9 bulan pasti
para ibu sudah mempunyai nama buat anaknya. Tapi setelah lahir memang nama
diberikan, tapi upacara sepasaran itu digabung sama putusnya tali pusar. Jadi waktu
putusnya tali pusar, biasanya kan seminggu atau dua minggu tergantung bayinya
masing-masing. Itu biasanya kita mengadakan syukuran. Syukurannya itu kita pakai
bubur merah putih dan jajan pasar, yang biasanya kita bagikan ke orang, ke
tetangga, ataupun anak kecil.
Penulis: mungkin ada tradisi lain supaya orang tau nama bayi. Nama bayi sendiri
kan semisal ada orang
Narasumber: melahirkan kan pasti tetangga-tetangga itu kan sering main ke rumah,
ada yang bawa sabun, bawa perlengkapan bayi. Biasanya orang ke rumah kan
pasti, namanya itu sambang bayi. Sambang bayi, orang itu pasti tanya, namanya
siapa?. Kalo nggak gitu orang biasanya tahu waktu selametan atau syukuran waktu
selapan atau aqiqoh-an, biasanya kita kasih keratas gitu loh, terima kasih atas
kehadirannya dalam acara syukuran, itu kan selalu ditulis nama anaknya sama
nama anak keluarganya.
Penulis: itu diadakan selapan?
Narasumber: itu diadakan selapan biasa ya bareng sama qiqoh, biar praktis.
Selapan itu setelah 36 hari, ibu sama anak itu sudah bisa mulai jalan-jalan.
Biasanya sebelum 36 hari, ibu sama anak dipingit di rumah.
Penulis: apa di tradisi Jawa dilakukan potong rambut sang bayi?
Narasumber: potong rambut itu dilakukan setelah syukuran selapan. Selain potong
rambut juga potong kuku. Biasanya kan bayi dikasih sarung tangan karena itu kan
menghindari kuku panjang. Pasti bayi kan setelah lahir, kukunya ada yang panjang,
lah dikasih sarung tangan supaya nggak nyakar kemana-mana. Jadi setelah waktu
selapan, selalu potong rambut sama potong kuku. Jadi bayi dipotong rambutnya kan
supaya didalem perut itu kan kotor. Jadi kan memang harus dibersihkan. Biasanya
22
itu bayinya kalo ada kotoran rambut. Kotoran kayak ketome gitu loh. Jadi kan biar
bersih.
Penulis: itu dipotong rambutnya ketika aqiqoh atau selapan?
Narasumber: biasnaya sih setelah, biasanya kalo aqiqah atau selapan itu kan
biasanya cuma syarat. Jadi orang biasanya motong sedikit-sedikit. Tapi besoknya
langsung dipotong gundul.
Penulis: terima kasih
Narasumber : iya sama-sama.

23

Anda mungkin juga menyukai