Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang memperindah diri tidak hanya dengan pakaian saja, tetapi ada juga yang
berhias dengan hiasan-hiasan lainnya, seperti gelang, cincin, kalung dan anting-anting. Kulit
dirawat, supaya tetap halus dan lembut. Rambut yang sudah memutih disemir (di cat) supaya
kelihatan rapi. Kuku pun diberi warna, supaya kelihatan lebih cantik dan menarik. Manusia
pada umumnya cinta pada keindahan, dan rasa estetika pada diri manusia sebenarnya tidak
bertentangan dengan Islam, asalkan keindahan tidak menjurus pada maksiat.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q. 30 : 30)
Tak asing lagi bagi kita, mendengar atau melihat orang-orang yang tadinya beruban
namun tiba-tiba kembali seperti muda lagi, atau para remaja sampai dewasa yang
mempunyai warna rambut yang ngejreng, mewarnai kuku dengan model dan motif yang
berwarna-warni, serta menindik telinga / memakai anting bagi laki-laki, mulai dari warna
gelap sampai warna yang begitu mencolok. Dewasa ini kita semua telah menyaksikan sendiri
atau bahkan kita pun pernah melakukan hal tersebut.
Hal

yang

memang

terlihat

sepele,

namun

sebenarnya

punya

dasar-dasar

hukumnya,Yakni, masalah menyemir rambut. Banyak motif mungkin yang membuat mereka
melakukan hal seperti itu. Mulai dari motif ingin mempercantik diri, motif ketidaknyamanan
dengan keadaan yang sebenarnya, bahkan motif taqlid yang sekedar ingin dianggap gaul.
Sayangnya, alasan yang terakhir ini adalah alasan yang banyak dilontarkan oleh kaum muda
yang tidak mafhum asal-usul dan dasarnya.

Jika muncul pertanyaan: Bukankah memang dibolehkan oleh Rosul, asalkan jangan
menyemir rambut dengan yang berwarna hitam?. Memang sebenarnya, mewarnai rambut
telah ada semenjak zaman Rosul. Tapi kita tak boleh membayangkan bahwasannya pada
zaman rosul diperbolehkannya mewarnai rambut adalah untuk sekedar gaul atau pun
misalnya, ada yang membayangkan mungkin saja pada saat itu sahabat yang dibolehkan
menyemir rambut untuk tujuan modis.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian mewarnai / menyemir rambut, mengecat kuku ?
b. Bagaimana hukumnya mewarnai / menyemir rambut, mengecat kuku ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan tentang study
hukum, khususnya yang menyangkut aspek hukum tentang mewarnai / menyemir
rambut, mengecat kuku, serta menindik telinga bagi laki-laki ?
b. Untuk menjelaskan dan menjawab masalah, tentang haram atau halal kah mewarnai
/menyemir rambut, mengecat kuku, serta menindik telinga bagi laki-laki menurut
perspektif hukum islam ?
D. Manfaat Penulisan
a. Agar kita mengerti apa yang menjadi tujuan-tujuan seseorang untuk melakukan
pewarnaan rambut, pengecatan kuku, serta penindikan telinga. Yang tentu saja,
dimulai dari sebuah tujuan atau niat itu sendirilah yang membuat adanya suatu
hukum. Bisa makruh, mubah, haram, sunnah, bahkan wajib.
b. Agar kita semua semakin jelas dan mengerti tentang perbedaan para ulama dalam
pandangan hukum dihalalkan atau diharamkannya mewarnai rambut, mengecat kuku,
serta menindik telinga itu.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Menyemir Rambut
Menyemir rambut, merupakan kebiasaan yang sudah menjadi pembicaraan banyak
orang sejak zaman Rasulullah SAW. Menurut suatu riwayat, para ahli kitab baik Yahudi
maupun Nasrani, mereka tidak mau menyemir rambut dan mengubah warnanya. Karena,
orang yang memperindah dan menghias diri bisa lupa atas pengabdiannya kepada Tuhan dan
bahkan meninggalkan agamanya.
Rasulullah SAW melarang umat Islam mengikuti cara mereka itu, penampilan pribadi
umat Islam tidak boleh sama dengan umat lainnya dalam hal-hal yang bersifat lahiriah.
Seperti cara berpakaian, minuman yang menjadi kebiasaan dan gaya hidup mereka. Sebab,
kalau sudah meniru mengenai hal yang bersifat lahiriah, maka lambat laun akan meniru halhal yang bersifat batiniah.
Oleh karena itu identitas umat Islam supaya berbeda dengan identitas umat lainnya
yang terlihat dalam kepribadiannya yang lahiriah sebagai akibat dari ajaran agama yang di
anut.Hal ini berarti bahwa penghayatan akidah Islam, pelaksanaan ibadah, akhlak, muamalat
dan tradisi-tradisi, tidak boleh serupa dengan umat lainnya, dengan tujuan untuk memurnikan
pengamalan ajaran Islam dan menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai ajaran agama lain.
Dalam rangka mengusahakan pembentukan dan pembinaan identitas Islam dan
kepribadian muslim. Maka tahap pertama setelah Nabi hijrah di Madinah, Nabi membentuk
masyarakat Islam dengan tradisi-tradisi yang khas. Untuk sahabatnya agar berbeda dengan
kelompok-kelompok lain (non Islam) dalam penampilan hal-hal yang bersifat lahiriah yang
berkaitan dengan hukum-hukum Islam.

Diantaranya Nabi menyuruh para Sahabatnya menyemir rambut. Nabi bersabda:


Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani (Kristen) tidak mengecat rambutnya. Maka
berbedalah kamu dengan mereka (dengan menyemir rambutnya). (HR.Bukhori)
3

Berlandaskan pada hadits tersebut, maka sebagian sahabat seperti Abu Bakar dan
Umar menyemir rambutnya. Abu bakar memakai warna hitam kemerah-merahan atau warna
merah, sedangkan Umar hanya memakai warna merah saja. Berdasarkan hadits tersebut dan
amalan sahabat maka sebagian besar fuqaha membolehkan menyemir rambut.
Menurut Mahmut Syaltut, Islam tidak menganjurkan dan tidak pula melarang umat
Islam menyemir rambutnya. Demikian pula warna tidak ditentukan, dan diberi kebebasan
kepada masing-masing orang, sesuai dengan usia dan selera.Untuk diketahui, diantara ulama
yang membolehkan Menyemir Rambut dengan Warna Hitam, adalah : Saad bin Abi Waqqas,
Uqbah bin Amir, Hasan, Husin dan Jarir. Sedangkan ulama yang lain tidak menyetujui
kecuali pada saat menghadapi peperangan, agar musuh takut, karena dalam penglihatan
mereka, tentara Islam itu semuanya muda-muda.
Ada ulama yang berpendapat sunnah berdasarkan hadits di atas, dan mereka
menemukan faedah menyemir rambut yaitu ; untuk membersihkan dan memperindah rambut
dan juga untuk mewujudkan ciri khas jamaah Islam dengan kelompok lainnya.Ada juga
ulama, yang menganggap sunnah menyemir rambut yang telah memutih, berbeda tentang
hukum menyemir rambut dengan warna hitam. Ada yang membolehkan warna hitam, ada
yang makruh, bahkan ada yang mengharamkan warna hitam, dengan alasan kasus ayah Abu
Bakar yang rambutnya sudah memutih, lalu nabi memerintahkan:
Ubahlah (semirlah) rambutnya, dan jauhilah warna hitam .
1. Semir Rambut
Termasuk dalam masalah perhiasan, yaitu menyemir rambut kepala atau jenggot yang
sudah beruban. Sehubungan dengan masalah ini ada satu riwayat yang menerangkan, bahwa
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak memperkenankan menyemir

rambut dan

merombaknya, dengan suatu anggapan bahwa berhias dan mempercantik diri itu dapat
menghilangkan arti beribadah dan beragama, seperti yang dikerjakan oleh para rahib dan
ahli-ahli Zuhud yang berlebih-lebihan itu. Namun Rasulullah s.a.w. melarang taqlid pada
suatu kaum dan mengikuti jejak mereka, agar selamanya kepribadian umat Islam itu berbeda,
lahir dan batin.

Untuk itulah maka dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah
s.a.w. mengatakan:
"Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak mau menyemir rambut, karena itu
berbedalah kamu dengan mereka." (Riwayat Bukhari)
Perintah di sini mengandung arti sunnat, sebagaimana biasa dikerjakan oleh para
sahabat, misalnya Abubakar dan Umar. Sedang yang lain tidak melakukannya, seperti Ali,
Ubai bin Kaab dan Anas. Tetapi warna apakah semir yang dibolehkan itu? Dengan warna
hitam dan yang lainkah atau harus menjauhi warna hitam? Namun yang jelas, bagi orang
yang sudah tua, ubannya sudah merata baik di kepalanya ataupun jenggotnya, tidak layak
menyemir dengan warna hitam. Oleh karena itu tatkala Abubakar membawa ayahnya Abu
Kuhafah ke hadapan Nabi pada hari penaklukan Makkah, sedang Nabi melihat rambutnya
bagaikan pohon tsaghamah yang serba putih buahnya maupun bunganya.
Untuk itu, maka bersabdalah Nabi:
"Ubahlah ini (uban) tetapi jauhilah warna hitam." (Riwayat Muslim)
Adapun orang yang tidak seumur dengan Abu Kuhafah (yakni belum begitu tua),
tidaklah berdosa apabila menyemir rambutnya itu dengan warna hitam. Dalam hal ini azZuhri pernah berkata: "Kami menyemir rambut dengan warna hitam apabila wajah masih
nampak muda, tetapi kalau wajah sudah mengerut dan gigi pun telah goyah, kami tinggalkan
warna hitam.Termasuk yang membolehkan menyemir dengan warna hitam ini ialah
segolongan dari ulama salaf termasuk para sahabat, seperti: Saad bin Abu Waqqash, Uqbah
bin Amir, Hasan, Husen, Jarir dan lain-lain. Sedang dari kalangan para ulama ada yang
berpendapat tidak boleh warna hitam kecuali dalam keadaan perang supaya dapat
menakutkan musuh, kalau mereka melihat tentara-tentara Islam semuanya masih nampak
muda.

Dan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar mengatakan:

"Sebaik-baik bahan yang dipakai untuk menyemir uban ialah pohon inai dan katam."
(Riwayat Tarmizi dan Ashabussunan)
Inai berwarna merah, sedang katam sebuah pohon yang tumbuh di zaman Rasulullah
s.a.w. yang mengeluarkan zat berwarna hitam kemerah-merahan. Anas bin Malik
meriwayatkan, bahwa Abubakar menyemir rambutnya dengan inai dan katam, sedang Umar
hanya dengan inai saja.
2. Hukum Menyemir Rambut Dalam Islam
Dalam sebuah riwayat di terangkan bahwa ahlu kitab, Yahudi dan Nasrani tidak mau
menyemir rambutnya, karena bagi mereka anggapan seperti itu telah menghilangkan sikap
taabbudi (peribadatan) dan keberagamaan. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW telah
melarang umatnya untuk mengikuti atau taqlid jejak mereka ( yahudi dan nasrani ), karena
seorang muslim harus memiliki ciri khas tersendiri, atau identitas seorang muslim, baik lahir
maupun batin.
Imam Bukhori telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda;
,
Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mau menyemir rambut, karena itu
berbedalah kamu dengan mereka.
Perintah itu untuk istishab (menunjukkan hukum sunnah), dan itu telah dibuktikan
oleh perbuatan para sahabat, sebagian menyemir rambutnya seperti Abu Bakar dan Umar,
namun sebagian lainnya tidak menyemir rambutnya seperti Ali, Ubay bin Kaab dan Anas
(Fathul bari, bab al Khidhab).

B. Memakai Cat Kuku (Kuteks)


Mengenai cat kuku ini yang perlu dipertimbangkan adalah cat kuku itu tidak
menghalangi air sampai kepada kulit, termasuk kuku pada saat berwudhu atau mandi wajib.
Pada saat wanita datang bulan; barangkali memakai cat kuku tidak persoalan, karena tidak
6

berwudhu. Tetapi begitu si wanita itu mandi wajib sesudah habis masa haid (datang bulan )
atau mandi wiladah atau mandi nifas, maka cat kuku itu mesti dihilangkan, supaya seluruh
anggata badan kena air.
Memang ada juga beda pendapat ulama yang membolehkan cat kuku itu, karena
dianggap telah menyatu dengan kuku dan kulit seperti memakai daun pacar dan benda
lainnya sejenis daun pacar. Dalam hal ini kami berpendapat, bahwa memakai cat kuku itu
sebaiknya tidak usah dilakukan. Berbeda dengan wanita sedang datang bulan, boleh memakai
cat kuku. Demikian juga halnya dengan memakai daun pacar dapat dibenarkan, karena tidak
menutupi kuku dan hanya merupakan benda pemberi warna, baik pada kuku maupun kulit.
(Allahu alam bishawab).
Kuteks yang dipakai oleh seorang wanita pada kukunya akan menghalangi air
mengenai kuku/jarinya sehingga tidak bisa dikatakan ia telah mencuci tangannya. Dengan
begitu ia telah meninggalkan suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban wudhu atau mandi.
Adapun wanita yang sedang tidak shalat karena haid tidak mengapa memakai kuteks ini.
Hanya saja memakai kuteks termasuk kekhususan wanita-wanita kafir.
Karena alasan ini maka tidak boleh memakainya, agar tidak jatuh dalam perbuatan
tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir. Sebagaimana telah disinggung di atas,
bahwa memperindah dan menghias diri tidak dilarang, asal saja tidak bertentangan dengan
agama Islam. Mengenai cat kuku ini yang perlu dipertimbangkan adalah, apakah cat kuku itu
tidak menghalangi air sampai kepada kulit, termasuk pada saat wudhu atau mandi.
Pada saat wanita datang bulan, barang kali memakai cat kuku tidak ada persoalan,
karena tidak berwudhu, tetapi begitu si wanita mandi wajib sesudah habis masa haid (datang
bulan), maka cat kuku itu mesti dihilangkan, supaya seluruh anggota badan kena air.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Secara kondisional, pada zaman Rasulullah dibolehkannya menyemir rambut adalah
karena keadaan yang sedang dihadapi sahabat yakni untuk menghadapi musuh. Agar musuh
segan.Kemudian, secara fungsional, mengapa Rosul melarang mewarnai dengan warna
7

hitam? Agar yang tadinya beruban, tidak terlihat seperti lebih muda. Karena jika terlihat
seperti lebih muda karena rambutnya yang dihitamkan, otomatis itu mengandung unsur
penipuan. Dan unsur penipuan ini yang menjadi dasar bagi tidak dibolehkannya memakai
semir rambut warna hitam. Tetapi ada titik temu dalam perbedaan ini, dalam sarah bukhori
muslim menyebutkan bila wajah-wajah kami masih kencang maka boleh menyemir rambut,
akan tetapi bila wajah telah keriput dan gigi kami telah tanggal maka menyemir rambut tidak
di sunahkan. :
Pewarna pacar haram bagi laki-laki. Dikecualikan bagi wanita maka ada pemilahan,
jika hendak ihram maka disunahkan baginya baik sudah bersuami maupun belum,dan
penindikan telinga pada lelaki itu haram hukumnya,karna ssuai dengan hadist rasul
bahwasanya hal tersebut menyamakan diri dengan kaum wanita.dan hal itu dalah haram.
Intinya,kembali lagi pada : innamal amalu binniyat Sesungguhnya setiap amalan
itu tergantung kepada niat. Karena walaupun menyemir rambut,mewarnai kuku,tapi niat dan
tujuannya salah, atau kondisional dan fungsionalnya salah, maka itu hanya menghasilkan
perbuatan yang salah juga.

DAFTAR PUSTAKA
H, M.Ali, 1996, Masail Fiqhiyah Al-Hadtsah, Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Zuhdi, Masjukmasail fiqhiyah, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

http://bastianabyjodie.blogspot.com/2009/06/hukum-menyemir-rambut-dan-memakaicat.html
http://paxdhe-mboxdhe.blogspot.com/2009/09/makalah-hukum-menyemir-rambutmemakai_14.html#sthash.3RcoOiQD.dpuf

Anda mungkin juga menyukai