Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TATA KELOLA YANG BAIK DALAM BINGKAI


PEMERINTAHAN YANG BERSIH

Dosen pengampu: Elly, S.h M.h

Disusun oleh :

Aldi Pradana Muhammad C73219049

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM PIDANA ISLAM

2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT. Yang mana telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa shalawat beriring salam kami sanjungkan atas nabi besar kita
Muhammad s.a.w.
Rasa hormat juga ingin saya sampaikan kepada dosen yang
telah mengasih tugas dan membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Hukum
Indonesia” Adapun makalah yang saya susun ini, saya sangat berharap
kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini agar bisa
menjadi lebih baik.

Surabaya, 26 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN GOOD AND CLEAN GOVERNACE ........................... 5
B. PRINSIP POKOK DALAM GOOD AND CLEAN GOVERNECE ...... 5
C. GOOD AND CLAN DAN KONTROL SOSIAL ...................................... 9
D. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN KINERJA
BIROKRASI PELAYANAN BAIK ................................................................ 10
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIROKRASI ........ 11
BAB III................................................................................................................... 13
PENUTUP.............................................................................................................. 13
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 13
3.2 SARAN ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemerintah merupakan oraganisasi yang memiliki kewenangan
untuk membuat dan menerapkan hokum serta undang- undang diwilayah
tertentu.
Menurut KBBI, pemerintah merupakan system yang menjalankan
wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan social, ekonomi dan
politik suatu negara atau bagian-bagiannya.
dalam ilmu politik

dalam ilmu politik Istilah good and clean governance merupakan


wacana baru dalam kosakata ilmu politk. Istilah itu muncul pada tahun
1900-an. Secara umum istilah good clean and governance memiliki
pengertian akan segala hal yang berkaitan atau mempengaruhi urusan public
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan sehari-hari.1

1.2 RUMUSAN MASALAH


Melihat dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut :

A. Bagaimana pengertian Good and clean Government?


B. Bagaimana prinsip pokok dalam Good and clean Governence?
C. Bagaimanakah good and clean governance dan control social?

D. Bagaimana tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi


pelayanan public?
E. Apa saja kah factor yang mempengaruhi kinerja birokrasi?

Tujuan

Untuk mengetahui tata kelola pemerintahan yang baik dalam bingkai


pemerintahan yang bersih.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GOOD AND CLEAN GOVERNACE

Good and clean governance merupakan istilah baru dalam kosakata ilmu
politik dan muncul pada awal 1900-an. Secara umum istilah ini memiliki
pengertian akan segala hal yang yang terkait dengan tindakan atau tingkah
laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan
publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. .
Pengertian good governance tidak terbatas pengelolaan lembaga
pemerintahan semata, namun menyangkut semua lembaga baik pemerintah
maupun non pemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan istilah good
corporate. Dalam manifestasinya, pemerintahan yang bersih adalah model
pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.2

B. PRINSIP POKOK DALAM GOOD AND CLEAN


GOVERNECE
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang
bersandar pada prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administr1asi
Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yiatu:
1. Partisipasi (Participation)
2. Penegakan hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsive)
5. Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
6. Kesetaraan (equity)
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
8. Akuntabilitas (accountability)
9. Visi strategis (strategic vision)22

1
Irma Riyanti, “Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih”,
https://www.academia.edu/12579920/TATA_KELOLA_PEMERINTAHAN_YANG_BAIK_DAN
_BERSIH, hlm,1.
2
Ibid., hlm 6
1. PARTISIPASI

Asas partisipasi merupakan bentuk keikutsertaan warga masyarakat


dalam pengambilan ketentuan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Untuk
mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek.

2. PENEGAKAN HUKUM

Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang


profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good and clean governance,
harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum
yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan
negara, dan peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang
jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar serta
independen. Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya
tindakan pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak berdasarkan
pada kewenangan yang dimilikinya).
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara
diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak
bertentangan antara suku dengan lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun
berdasarkan aspirasi masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi
berbagai kebutuhan publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni
penegakan hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu.
Untuk itu, diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas moral
dan bertanggung jawan terhadap kebenaran hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari
pengaruh penguasa atau kekuatan lainnya.
3. TRANSPARANSI

Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya


good and clean governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini,
Indonesia telah terjerembab de dalam kubangan korupsi yang sangat parah.
Dalam pengelolaan negara terdapat delapan unsur yang harus dilakukan
secara transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b. Kekayaan pejabat politik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui


mekanisme test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga independen yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi
independen, seperti komisi yudisial, kepolisian dan pajak.

4. RESPONSI

Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and


clean governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah
harus memiliki dua etika, yakni etika individual dan sosial. Kualifikasi etika
individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki kriteria
kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik sosial menuntut mereka
agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
5. KONSENSUS
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui
proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan
konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak,
cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang bermusyawarah dan
memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
secara partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan
masyarakat yang terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan
serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi
tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin
dipertanggungjawabkan.

6. KESETARAAN
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk
bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal
perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.

7. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI


Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang
dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan sosial. adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang
terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan
yang efisien.

8. AKUNTABILITAS
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik
terhadap masyakarat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas
akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

9. VISI STRATEGIS
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam
rangka realisasi good and clean governance. 3

C. GOOD AND CLAN DAN KONTROL SOSIAL


Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi
good and clean governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan
bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance,
setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.

Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah


memberikan kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan
memajukan masyakarat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam
kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian tingkat kesejahteraan dapat
diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong
kemandirian yang berada masyarakat.44

3
Ibid,. hlm 5.

4
Ibid,. hlm 5.
D. TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN
KINERJA BIROKRASI PELAYANAN BAIK
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma
ataupun disertai dengan pembayaran ataupun imbalan. Pelayanan publik yang
bersifat cuma-cuma sebenarnya kompensasi dari pajak yang telah dibayar
oleh masyarakat. Adapun, pemberian pelayanan publik yang disertai dengan
penarikan bayaran, penentuan tarifnya didasarkan pada harga pasar ataupun
didasarkan menurut harga yang paling terjangkau bukan berdasarkan
ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah.

Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik


konsentrasi untuk memulai pengembangan dan penerapan good and clean
governance di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang
diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah.
Keberhasilan dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya
dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and
clean governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu
pemerintah, maysarakat, dan mekanisme pasar.

Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang


menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan
dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator sebagai berikut:

1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi


mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi
sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang
diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun
nonfisik.
3. Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.5
5

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIROKRASI


Faktor-faktor yang memperngaruhi kinerja birokrasi sebagai berikut :
manajemen organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan
birokrasi; budaya kerja dan organisasi pada birokrasi; kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki birokrasi; dan kepemimpinan birokrasi yang efektif
dan koordinasi kerja pada birokrasi. Faktor-faktor ini kemudian akan
menentukan lancar tidaknya birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Selain itu, kinerja birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan
fungsi yang menjalankan aktivitas birokasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan
dalam perencanaan strategis pada birokrasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan
kapasitas diri untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan
database dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.

5
Ibid,. hlm 6.
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan birokrasi pada setiap
aktivitas birokrasi.66

6
Ibid,. hlm 7.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Good and clean governance merupakan hal yang sangat pokok dalam
system birokrasi yang ada dalam pemerintahan dewasa ini. Tanpa Good and
clean governance tidak dapat mejudkan system birokrasi yang baik dan
bersih.
3.2 SARAN
Saya sebagai penulis memohon maaf kepada pembaca apabila ditemukan
kata ataupun ejaan yang tidak sesai EYD, atas perhatian terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/12579920/TATA_KELOLA_PEMERINTA
HAN_YANG_BAIK_DAN_BERSIH?auto=download.

http://mutiarabidadarisurga.blogspot.com/2013/04/tata-
kelolapemerintahan-yang-baik-dan.html

Anda mungkin juga menyukai