Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KORUPSI DAN INTEGRITAS

Dosen: Elizabeth Purba, SPd., SST., M.Kes

KELOMPOK 1

Aprilia Rugian Maria Mangelo

Anisa porajow Nadiah Lumentah

Argin Rumende Tesalonika Lampa

Distefano Gontah Meysi Sumual

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah “Korupsi dan Integritas”.

Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ‘Pendidikan
Budaya Anti Korupsi’ di Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon. Oleh karena itu,
sebagai penulis, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen Suster Elizabeth
Purba, SPd., SST., M.Kes yang telah memberikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar belakang...................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

2.1 Pengertian Korupsi............................................................................... 3


2.2 Ciri-ciri Korupsi.................................................................................... 4
2.3 Penyebab terjadinya Korupsi................................................................ 7
2.4 Dampak Korupsi................................................................................... 9
2.5 Pengertian Integritas............................................................................. 10
2.6 Karakteristik dan Nilai Integritas.......................................................... 10
2.7 Strategi pemberantasan Korupsi........................................................... 15

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Korupsi di Indonesia sudah menjadi suatu persoalan yang kronis. Ibarat
suatu penyakit, korupsi telah menyebar ke pelosok negri dari tahun ke tahun
yang cenderung semakin meningkat dengan modus yang beragam.
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
yang oleh karena itu memerlukan upaya yang luar biasa pula untuk
memberantasnya. Dalam gelombang demokratisasi yang juga terjadi akibat atau
implikasi dari globalisasi, kian meningkat pula tuntutan warga di masing-masing
Negara bagi terwujudnya good governance ‘tata kelola pemerintahan yang baik’,
yang ditandai tiga karakter pokok: integritas, transparansi, dan akuntabilitas
dalam pemerintahan dan kepejabatan public.
Indonesia yang telah selama hampir dua dasawarsa mengalami dan
menjadi Negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan AS harus diakui
sekali lagi belum berhasil dalam penguatan integritas penyelenggara Negara
baik eksekutif, legilatif dan yudikatif. Bahkan, bukan integritas yang kelihatan
menguat, tetapi korupsi yang merupakan antithesis integritas kian merajalela.
Meski ada perbaikan pemberantasan korupsi di Indonesia bahkan pernah
dianggap sebagai salah satu Negara paling progresif di Asia berkat masyarakat
sipil, media dan KPK yang terus memerangi korupsi, tetapi korupsi tetap masih
merajalela. Karena itu selain berharap pada KPK, masyarakat harus
meningkatkan gempuran terhadap korupsi, perlu pula integritas aparatur Negara.
1.2 Rumusan masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Korupsi?
b) Apa saja ciri-ciri dari Korupsi?
c) Apa penyebab terjadinya Korupsi?
d) Apa dampak yang ditimbulkan oleh Korupsi?

1
e) Apa yang dimaksud dengan integritas?
f) Apa saja Karakteristik integritas dan Nilai integritas?
g) Bagaimana strategi pemberantasan korupsi?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari Korupsi
b) Untuk mengetahui ciri-ciri dari Korupsi
c) untuk mengetahui Dampak Korupsi
d) Untuk mengetahui penyebab terjadinya Korupsi
e) Untuk mengetahui pengertian dari integritas
f) Untuk mengetahui Karakteristik integritas dan Nilai integritas
g) Untuk mengetahui strategi pemberantasan korupsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok.. Arti
kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,
kebejatan dan ketidakjujuran”(S.Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978).
Pengertian lainnya, Korupsi sebagian besar melibatkan 2 aktor yakni pemerintah
dan sector swasta dan masyarakat sipil yang jadi korban (TI – Jeremy Pope).
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa:
1) Menurut UU 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara.
2) Menurut ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan
jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan
oleh diri sendiri maupun orang lain,yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat
umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
3) Menurut ahli ekonomi, korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang
menguntungkan (antara prestasi dan kontrapestasi, imbalan materi atau

3
nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar
norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan
jabatan atau wewenag yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam
bidang umum dan swasta.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan
instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
2.2 Ciri-ciri Korupsi
Korupsi merupakan istilah yang sering kita jumpai saat ini, berbagai
media masa, elektronik hampir setiap saat melaporkan adanya korupsi. Korupsi
berasal dari perkataan bahasa latin “corruptio” yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Inggris “corruption” dan Perancis “corruption” yang
berarti perbuatan atau kenyataan yang menimbulkan keadaan yang bersifat
buruk, perilaku yang jahat yang tercela atau kebejatan moral.
Korupsi menurut Syed Hussein Alatas dalam Sumarwani S 2011,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.
2) Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat
umumnya.
3) Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus.
4) Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang
yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu.
5) Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak.
6) Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau
yang lain.
7) Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan
yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya.

4
8) Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk
pengesahan

Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku
yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi.

1) Kerugian keuangan Negara


Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau korporasi, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau saran yang ada.
2) Suap menyuap
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya.
 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
Negara karena atau berhubungan dengan kewajiban dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
 Memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan
atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap
melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima
pemberian atau janji.
 Bagi Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan sesuatu atau tindakan melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

3) Gratifikasi

5
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya
4) Penggelapan dalam jabatan
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan sesuatu jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya atau uang/surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
 Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalakan jabatan umum secara terus-menerus atau
untuk sementara waktu dengan sengaja memalsukan buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalakan jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu dengan sengaja menggelapkan, merusak atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya.
5) Pemerasan
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan Sesuatu, membayar atau menerima
pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri.
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang pada waktu
menjalakan tugas meminta atau menerima pekerjaan atau
penyerahan barang seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.

6
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang pada waktu
menjalakan tugas, meminta, atau menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang lain atau kepada kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang
6) Perbuatan curang
 Pembarong ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan
atau penjual bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan Negara dalam keadaan perang. Setiap orang
bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang.
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang
dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.
7) Konflik kepentingan dalam pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara Negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan pengadaan atau
persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan untuk keseluruhan atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya
2.3 Penyebab terjadinya Korupsi
1. Faktor Internal
Factor internal merupakan factor pendorong korupsi dari dalam diri,
yang dapat dirinci menjadi:
a) Aspek perilaku individu
1) Sifat tamak/rakus manusia
2) Moral yang kurang kuat
3) Gaya hidup yang konsumtif
4) Penghasilan yang kurang mencukupi
5) Kebutuhan hidup yang mendesak

7
6) Malas atau tidak mau bekerja
7) Ajaran agama yang kurang diterapkan
b) Aspek sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dukungan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang
secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya.
2. Faktor Eksternal
Factor eksternal ialah pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh factor
diluar diri pelaku.
a) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi
yang dilakukan oleh segelintir oknum. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.
Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan
tindak korupsi terjadi karena:
Nilai nilai dimasyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
1) Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat
2) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarakat sendiri.
3) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi
b) Aspek ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan
ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas di antaranya dengan melakukan korupsi.
c) Aspek politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses
yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah
laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut

8
dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan
penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang
diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi
menyebabkan perilaku korupsi.
d) Aspek organisasi
1) Kurang adanya sikap keteladanan kepemimpinan
2) Tidak adanya kultur organisasi yang benar kurang memadainya
kultur organisasi yang benar
3) Kurang memadainya system akuntabilitas
4) Kelemahan system pengendalian manajemen
5) Lemahnya pengawasan
2.4 Dampak korupsi
Berbagai studi komprehensif mengenai dampak korupsi terhadap
ekonomi serta variabel-variabelnya telah banyak dilakukan hingga saat ini. Dari
hasil studi tersebut jelas terlihat berbagai dampak negatif akibat korupsi.
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro: 1995).
Selanjutnya, dalam penelitian yang lebih elaboratif dilaporkan bahwa korupsi
mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui
berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan raya (Tanzi dan Davoodi: 1997).
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.
Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi
ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang
buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan
suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan
yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-sendi
kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan
negara pun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.

9
2.5 Pengertian Integritas
Integritas (berasal dari kata inggris, integrity) secara definisi berarti:
kepengikutan dan ketundukan kepada prinsip-prinsip moral dan etis (adherence
to moral and ethical principles); keutuhan karakter moral (soundness of moral
character); kejujuran (honesty); tidak rusak secara moral (moral unimpaired)
atau keadaan moral sempurna tanpa cacat (moral perfect condition). Pengertian
lain menyebutkan bahwa integritas adalah kesatuan antara pikiran, perasaan,
ucapan, tindakan dengan hati nurani.
Untuk melengkapi, PBB mendefinisikan ‘integritas’ sebagai “sikap jujur,
adil, tidak memihak [dalam urusan public, pemerintahan, dan birokrasi].
Integritas mengacu kepada kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Integritas adalah
‘kepaduan, dan keutuhan karakter diri berdasarkan prinsip-prinsip etika dan
moral dalam kehidupan dan pekerjaan pribadi maupun publik”.
Integritas dalam konteks pemerintahan dan birokrasi adalah penggunaan
kekuasaaan resmi, otoritas dan wewenang oleh para pejabat publik untuk tujuan-
tujuan yang sah (justified) menurut hukum. Integritas dengan demikian adalah
keteguhan diri aparatur birokrasi dan pejabat publik untuk tidak meminta atau
menerima apapun.
Dengan demikian, integritas merupakan antitesis dari korupsi yang
merupakan penggunaan kekuasaan untuk tujuan-tujuan yang tidak sah atau
ilegal baik oleh individu maupun kelompokyang memegang kekuasaan, otoritas
dan wewenang.
2.6 Karakteristik integritas dan Nilai integritas
Karakteristik integritas (Adrian Gostik & Dana Telford):
1) Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting.
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak. Biasanya
dimulai dengan menurunnya standar integritas secara perlahan hingga sulit
disadari dan sukar dihentikan sampai akhirnya mencapai akhir yang
mematikan. Seperti seorang anak, orang memulainya dengan mencuri
permen dan bukan mobil. Dalam kaitan dengan integritas, hal kecil itu
penting. Oleh karena itu, untuk memiliki keunggulan integritas, orang tidak

10
boleh mengabaikan hal kecil, seperti berbohong untuk hal sederhana atau
mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin (mencuri), sekecil apa pun itu.
Membangun integritas diri berarti memulainya dan memperlihatkannya dari
hal kecil.
2) Menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat abu-abu)
Di sini yang dibutuhkan bukanlah kemampuan super untuk mengetahui
dengan pasti yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Hal yang
terutama dibutuhkan adalah komitmen untuk menghabiskan waktu dan
energi untuk menemukannya. Setelah memahami semua fakta, telah
mendengar masukan dari berbagai pihak yang dapat dipercaya (penasehat),
dan yakin dapat jujur dengan keputusan Anda itu, dengarlah intuisi Anda.
Anda harus merefleksikan keputusan yang diambil.
Untuk mengambil keputusan yang benar dapat juga dengan cara
melihatnya dari pihak yang terpengaruh oleh keputusan tersebut. Hal itu
berarti menempatkan diri pada posisi pihak yang kena pengaruh keputusan
itu.
Ukuran lain untuk meyakinkan kebenaran suatu keputusan yang diambil
adalah bertanyalah kepada diri sendiri apakah Anda ingin dikenang sebagai
orang yang turut serta dalam pengambilan keputusan itu. Kalau Anda ingin
dikenang sebagai pengambil keputusan atau yang turut serta dalam
pengambilan keputusan itu maka besar kemungkinan keputusan itu benar.
Jadi, orang berintegritas tidak akan bertindak sembarangan, tanpa didahului
pertimbangan yang luas dan dalam
3) Bertanggung jawab
Kata “Tanggung jawab” berkaitan dengan “jawab”, berarti dapat
menjawab, bila ditanyai mengenai perbuatan yang dilakukan. Orang yang
bertanggungjawab bukan saja ia dapat menjawab, melainkan harus
menjawab, dalam arti harus memberi dan tidak dapat mengelak mengenai
perbuatannya dan apa yang dilakukannya. Jawaban itu harus dapat dia
berikan kepada pihak yang membutuhkan jawabannya dan itu dapat kepada

11
dirinya sendiri, kepada masyarakat luas, dan bahkan kepada Tuhan, kalau dia
orang beragama dan beriman (Berten, 1997:125).
Kita dapat dianggap juga bertanggungjawab apabila pekerjaan tidak
selesai namun kita dapat memberi penjelasan yang masuk akal dan dapat
diterima mengapa sebenarnya pekerjaan itu tidak selesai. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi tanggung jawab adalah
mengundurkan diri dari jabatan. Orang yang memiliki integritas diri tidak
pernah lari dari tanggung jawabnya.
4) Menciptakan budaya kepercayaan
Suatu hal tertentu hanya dapat bertahan apabila telah dibudayakan.
Kepercayaan merupakan tali pengikat dalam kehidupan bersama, baik dalam
komunitas kecil seperti keluarga dan teman dekat, maupun dalam komunitas
besar seperti organisasi bisnis dan kelompok masyarakat lainnya. Orang
yang dapat memperlihatkan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya,
itulah yang memiliki integritas diri. Seorang pimpinan bukan saja hanya
konsisten menerapkan aturan kelompok dengan baik tetapi dia sendiri harus
dapat memperlihatkan hal itu dalam dirinya. Dia sendiri menjadi
embodiment of values bagi bawahan dan kelompoknya.
Orang akan semakin dapat dipercaya apabila dia membuang segala
kepalsuan dan kepura-puraan dalam dirinya. Dia tampil apa adanya, namun
tetap bijaksana dalam bertindak. Orang seperti itu dapat memancarkan
pengaruh positif pada lingkungan sekitarnya sehingga orang-orang di
sekitarnya akan mengalami suasana yang mendorong mereka untuk
menjadikan mereka orang-orang yang dapat dipercaya juga. Lama kelamaan
kondisi itu akan menciptakan lingkungan, yaitu kepercayaan (saling percaya)
menjadi budaya, menjadi pola hidup yang sudah terinternalisasi.
5) Menepati janji
Janji atau perjanjian dapat terjadi antara satu individu dengan individu
lain, antara individu dengan kelompok, atau sebaliknya antara satu kelompok
dengan individu, dan juga antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Namun, yang mendapat perhatian utama disini adalah janji seorang pribadi

12
yang diarahkan, baik kepada individu atau kelompok lain. Entah kepada
siapa pun hal itu diarahkan, hanya berupa lisan atau sudah dituliskan di atas
kertas bermaterai, janji terutama adalah masalah moral.
Ungkapan “Janji harus ditepati” memang merupakan suatu sikap moral
karena janji merupakan sebuah kewajiban moral yang mengikat batin setiap
orang yang mengucapkannya. Janji menuntut pemenuhan, entah kepada
siapa pun janji itu diberikan.
6) Jujur namun rendah hati
Jujur sering diartikan secara negatif, yaitu tidak berbohong. Tidak jujur
berarti berbohong. Arti kata berbohong sebenarnya hanya berarti
mengatakan sesuatu yang tidak benar. Namun, kata bohong sendiri, seperti
halnya kata kejujuran, memiliki konotasi etis. Dengan demikian, berbohong
berarti suatu tindakan sengaja, dengan tujuan buruk, menyampaikan
informasi yang salah kepada pihak lain.
Dengan kata jujur kita diminta untuk mengatakan yang benar dan tidak
menyampaikan informasi yang salah yang didorong oleh tujuan buruk. Kita
didesak untuk harus berkata benar tetapi tidak perlu semua kebenaran harus
kita ungkapkan. Hal yang tidak pernah boleh kita lakukan adalah
menyampaikan informasi palsu yang menyesatkan, terutama bila hal itu
dilakukan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan buruk. Artinya,
informasi palsu yang kita berikan itu kita tahu bahwa menyesatkan dan kita
tahu juga bahwa informasi salah yang kita berikan itu akan digunakan orang
dan ketika digunakan akan membawa akibat buruk.
7) Peduli pada kebaikan yang lebih besar
Orang kadang bahkan sering dihadapkan pada situasi ketika dia harus
mengambil keputusan dan tindakan yang akan membawa konsekuensi tertetu
dalam kehidupan. Masing-masing keputusan dan tindakan yang dilakukuan
membawa konsekuensi, entah konsekuensi baik ataupun konsekuensi buruk,
dengan dampak yang tidak sama besar. Sering muncul konflik antara
kepentingan pribadi dan kelompok, antara kepentingan kelompok, dan
kepentingan orang banyak.

13
Di lingkungan pekerjaan (perusahaan) umpamanya, sering terjadi konflik
antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan, tujuan pribadi dan
tujuan perusahaan. Seseorang disebut memiliki integritas diri apabila dia
menunjukkan kepedulian terhadap kebaikan yang lebih besar,
mengedepankan agenda yang lebih besar dari pada agenda pribadi dan
terbatas. Karakteristik paling nyata dari orang dengan integritas tinggi adalah
tingkat egoismenya yang rendah
8) Bertindak bagaikan tengah diawasi
Kalau kita sedang diawasi oleh orang lain dan bahwa kita benar-benar
menyadari hal itu, kita tentu akan lebih hati-hati dalam semua hal yang akan
kita lakukan. Kita akan selektif dalam mengeluarkan kata yang akan kita
ucapkan, kita akan mengontrol setiap gerakan kita, dan akan berusaha
mengendalikan berbagai dorongan dan tindakan yang menurut kita akan
dicela bila kita melakukannya. Jadi, ketika sedang diawasi, orang akan
memiliki kontrol diri yang baik dan hampir pasti berusaha untuk tidak
melakukan hal yang buruk.
9) Memperkerjakan integritas
Orang yang memiliki integritas diri tidak mudah lepas kontrol atas
berbagai tindakannya, terutama untuk hal yang memiliki dimensi etis (soal
baik-buruk). Dia berlaku dan bertindak seakan-akan sedang diawasi, bukan
saja oleh beberapa pasang mata tetapi juga oleh mata batinnya sendiri dan
bahkan mata Tuhan yang merupakan hakim, yang senantiasa menjatuhkan
penilaian pada dirinya dan pada apa yang dilakukannya. Bagi seorang yang
memiliki integritas diri, ada atau tidak ada orang, dia tetap waspada atas apa
yang akan dilakukannya. Dia selalu merasa sedang bertindak di depan
hakim, yang senantiasa mengetahui dengan baik segala apa yang
dilakukannya.
10) Konsisten
Secara singkat, konsisten dapat dimengerti sebagai kesesuaian antara
perkataan dan tindakan. Orang yang konsisten tidak terpengaruh oleh
perubahan di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan pengaruh lainnya, dapat

14
datang dan pergi tetapi sikap, perkataan, dan tindakan orang yang konsisten
tidak lepas dari nilai moral yang dianutnya. Orang yang konsisten biasanya
terus terang. Mereka merasa percaya diri dalam mengatakan apa yang
mereka yakini. Tanpa basa-basi. Mereka berani. Hal itu juga menghemat
banyak waktu dan merupakan praktik yang baik.
Orang yang memiliki konsistensi biasanya hampir dapat diduga
(keterdugaan etis), yakni orang dapat menduga dia bertindak atau bereaksi
apa hampir dalam semua situasi. Kita tahu apa yang akan mereka lakukan
dan bagaimana hasilnya. Kalau dia seorang atasan sedang berhadapan
dengan bawahan yang melanggar aturan, kita dapat duga dia akan bertindak
apa. Kita tidak melihat tindakannya yang lain dari apa yang selalu dia
nyatakan dalam banyak kesempatan.

KPK sendiri membagi integritas kedalam tiga komponen nilai-nilai.


Pertama, nilai integritas inti, yaitu jujur, bertanggung jawab, dan disiplin.
Berintegritas jujur adalah lurus hati, tidak curang dan tidak berbohong.
Sementara tanggung jawab memiliki arti siap menanggung akibat dari perbuatan
yangdilakukan alias tidak buang badan. Adapun disiplin merupakan sikap taat
terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Kedua, nilai integritas etos kerja, yaitu mandiri, kerja keras, dan sederhana.
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain. Kerja keras berarti gigih dan
fokus dalam melakukan sesuatu, serta tidak asal-asalan. Sedangkan sederhana
memiliki arti bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketiga, nilai integritas sikap,
yaitu berani memiliki arti mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan dan sejenisnya. Sementara peduli artinya,
mengindahkan, memperhatikan, atau menghiraukan orang lain. Adapun adil
ialah berlaku sepatutnya dan tidak sewenang-wenang.

2.7 Strategi pemberantasan korupsi


1. Penindakan (kuratif)

15
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana.
2. Pencegahan (preventif).
a) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal
dan agama.
b) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan
teknis.
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tanggung jawab yang tinggi.
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.
3. Pendidikan dan peran serta masyarakat
Mengedukasi masyarat/mahasiswa untuk:
a) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan
kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
b) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari
pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
d) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang
penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek
hukumnya.

16
e) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan
berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk
kepentingan masyarakat luas.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi
bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk,
akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu
negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang
buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendisendi kepercayaan
pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun
menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan.
Integritas merupakan antitesis dari korupsi yang merupakan penggunaan
kekuasaan untuk tujuan-tujuan yang tidak sah atau ilegal baik oleh individu
maupun kelompokyang memegang kekuasaan, otoritas dan wewenang.
Bagi seorang yang memiliki integritas diri, ada atau tidak ada orang, dia tetap
waspada atas apa yang akan dilakukannya. Orang yang konsisten tidak
terpengaruh oleh perubahan di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan pengaruh
lainnya, dapat datang dan pergi tetapi sikap, perkataan, dan tindakan orang yang
konsisten tidak lepas dari nilai moral yang dianutnya.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Korupsi dan Integritas | Republika Online

https://www.bing.com/search?q=Konsep+pemberantasan+korupsi
%2C+berbagai+strategi+
+dan+upaya+pemberantasan+korupsi&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=konsep+pemberantasan+korupsi
%2C+berbagai+strategi+dan+upaya+pemberantasan+korupsi&sc=0-
79&sk=&cvid=9DAFB677D80F4A6EB9428B39DDE02367

https://revolusimental.go.id/kabar-revolusi-mental/detail-berita-dan-artikel?
url=aktualisasi-9-nilai-integritas-ala-kpk#:~:text=Pertama%2C%20nilai
%20integritas%20inti%2C%20yaitu,dilakukan%20alias%20tidak%20buang
%20badan

https://core.ac.uk/download/pdf/11517563.pdf

https://www.kpk.go.id/images/pdf/Gratifikasi/materi_pembelajaran_pdf/Mater
i-1-Korupsi-dan-Integritas.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai