M
DENGAN “HIPERBILIRUBIN” DI RUANGAN HANNA
RSU GMIM BETHESDA TOMOHON
Disusun oleh
Dennis Walangare
Stevania Pasumiin
Tesalonika Lampa
Triana Lolowang
Valenia Kilis
Meysi Sumual
Angelica Kambong
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan limahnya kami boleh menyelesaikan tugas praktik klinik
keperawatan anak ASUHAN KEPERAWATAN BAYI RISIKO TINGGI
DENGAN “HIPERBILIRUBIN” .
Dalam penyusunan tugas ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dan penyusunan materi ini, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
sempurna bahkan banyak kekurangan. Untuk itu, kepada pembaca, kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang
i
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Manfaat................................................................................................. 2
A. Konsep Teori........................................................................................ 3
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 5
A. Pengkajian............................................................................................. 8
B. Diagnosis Keperawatan........................................................................ 12
C. Intervensi Keperawatan........................................................................ 13
D. Implementasi Keperawatan.................................................................. 15
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam
darahyang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani,2010).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan saundice pada neonates di sclera
mata, membrane mukosa dan cairan tubuh.(Ayu, niwang 2016). Penyebab
hiperbilirubin pada eonates yaitu disebabkan oleh beberapa factor
menurut (Ngastiyah, 2011) Produksi bilirubin yang berlebihan : golongan
darah ibu dan bayi tidak sesuai, hematoma, memar, spheratisosis
congenital, enzim G6Pd rendah, Gangguan konjugasi hepar : enzim
glukoronil tranferasi belum adekuat (premature), Gangguan transportasi
albumin rendah, ikatan kompetitif dengan albumin, kemampuan mengikat
albumin rendah, Gangguan eksresi : obstruksi saluran empedu, obstruksi
usus,obstruksi pre neonates.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi,
meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan
sirkulassi enterohepatik. Pada drajat tertentu, bbilirubin ini akan bersifat
toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada
bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam
lemak.(Yulianti & Rukiyah, 2010).
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Bayi Risiko Tinggi dengan
Hiperbilirubin di Ruangan Hanna RSU GMIM Bethesda Tomohon?
C. Manfaat
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang
perkembangan ilmu keperawatan, khususnya untuk Asuhan
Keperawatan Bayi Risiko TInggi “Hiperbilirubin”
2. Bagi Perawat
Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi
perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan Bayi Risiko TInggi
“Hiperbilirubin”
3. Bagi Keluarga Pasien
Dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan
tentang penyakit hiperbilirubin
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman berharga dalam meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam bidang asuhan keperawatan serta menambah
wawasan penulis mengenai Bayi Risiko Tinggi dengan
Hiperbiloirubin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Pengertian Hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam
darahyang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani,2010).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin
dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan saundice pada neonates
di sclera mata, membrane mukosa dan cairan tubuh.(Ayu, niwang
2016).
2. Penyebab Hiperbilirubin
Penyebab hiperbilirubin pada eonates yaitu disebabkan oleh
beberapa factor menurut (Ngastiyah, 2011) :
a) Produksi bilirubin yang berlebihan : golongan darah ibu dan bayi
tidak sesuai, hematoma, memar, spheratisosis congenital, enzim
G6Pd rendah.
b) Gangguan konjugasi hepar : enzim glukoronil tranferasi belum
adekuat (premature)
c) Gangguan transportasi albumin rendah, ikatan kompetitif dengan
albumin, kemampuan mengikat albumin rendah.
d) Gangguan eksresi : obstruksi saluran empedu, obstruksi
usus,obstruksi pre neonates.
3. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit
janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulassi enterohepatik. Pada drajat tertentu, bbilirubin
ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini
3
terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak.(Yulianti & Rukiyah, 2010).
4. Pathway
4
l
sb
u
d
tro
ka
ig
n
e
p
Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk
mencegah kadar total bilirubin serum meningkat.
2. Tranfusi tukar
Tranfusi tukar adalah cara yang paling tepat untuk mengobati
hiperbilirubin pada eonates. Indikasi untuk melakukan tranfusi
tukar adalah kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg% kenaikan
kadar bilirubin indirek cepat, yaitu 0,3 – 1 mg%/ jam (Surasmi,
2013).
7. Komplikasi
a. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius)
b. Kernicterus : kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi
mental, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking.
c. Gangguan pendengaran dan penglihatan
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
1. Pengkajian
a. Anamnesa
b. Riwayat Keperawatan :
1) Riwayat Kehamilan
2) Riwayat Persalinan
3) Riwayat Postnatal
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
5) Riwayat Kesehatan Psikososial
6) Pengetahuan Keluarga
c. Kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Istirahat
4) Aktifitas
5) Personal hygiene
6) Neurosensori
7) Pernapasan
5
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Terapi saat ini
2. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d efek samping terapi radiasi,
kelembaban d.d warna kulit kuning/ikterus, kulit tampak
terkelupas, bayi sementara fototerapi
b. Ikterik neonates b.d kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin,
usia kurang dari 7 hari d.d warna kulit kuning/ikterus, sclera mata
berwarna kuning, bilirubin total 21,9 mg/dl, bilirubin direk 0,37
mg/dl, bilirubin indirek 21,53 mg/dl, bayi sementara fototerapi
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d efek samping terapi radiasi,
kelembaban d.d warna kulit kuning/ikterus, kulit tampak
terkelupas, bayi sementara fototerapi
Tujuan : Integritas kulit membaik
Intervensi Keperawatan : Perawatan integritas kulit
b. Ikterik neonates b.d kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uterin, usia kurang dari 7 hari d.d warna kulit kuning/ikterus,
sclera mata berwarna kuning, bilirubin total 21,9 mg/dl,
bilirubin direk 0,37 mg/dl, bilirubin indirek 21,53 mg/dl, bayi
sementara fototerapi.
Tujuan : Adaptasi neonatus membaik
Intervensi Keperawatan : Fototerapi Neonatus
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah langkah keempat melaksanakan
strategi keperawatan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari setiap proses
keperawatan untuk menilai keefektifan dan keberhasilan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Yang terdiri dari:
6
a. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil aktivitas pelayanan asuhan keperawatan
b. Evaluasi sumatif (hasil) adlah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
8
D. LK : 33 cm
E. LD : 32 cm
F. Komplikasi kelahiran : tidak ada
G. Imunisasi : HB-0
V. Pengkajian fisik
A. Refleks-refleks
1. Menangis : kuat
2. Sucking (menghisap) : kuat
3. Rooting (menoleh) : kuat
4. Graps (menggenggam) : kuat
5. Babinski : kuat
6. Moro : kuat
7. Tonic neck : kuat
B. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, distribusi rambut merata namun
masih melekat, tidak ada cepal hematoma, fontanel lunak, wajah
simetris.
C. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, sclera mata
berwarna kuning, terdapat alis, terdapat bulu mata dan merata.
D. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, terdapat lanugo.
E. Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak terdapat secret, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
F. Mulut
9
Inspeksi : bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak sianosis.
G. Leher
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, refleks tonic neck kuat
H. Thoraks
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, terdapat puting, tidak ada
retraksi dada, respirasi 45x/menit
Auskultasi : bunyi jantung normal s1 (lup) s2 (dup), HR
142x/menit
I. Abdomen
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tali pusat mulai kering
terbungkus kasa alcohol
Palpasi : teraba lunak.
J. Genetalia
Inspeksi : jenis kelamin perempuan, terdapat labia mayora dan
minora
K. Anus
Inspeksi : terdapat lubang anus
L. Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, 10 jari-jari tangan lengkap,
tidak ada edema pergerakan aktif
b. Bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, 10 jari-jari tangan lengkap,
tidak ada edema, pergerakan aktif
M. Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning (Ikterus), kulit tampak
terkelupas, kulit tampak kering.
10
C. Istirahat tidur : saat dikaji bayi sedang tidur
D. Personal hygiene : saat dikaji bayi sudah dimandikan, bayi
dimandikan setiap pagi
E. Psikososial : hubungan bayi dengan orang tua baik,
orang tua sering menengok bayinya, memeluk dan menyentuh
bayi, orang tua tampak cemas melihat keadaan bayinya
VII. Pemeriksaan penunjang
1. Pemerksaan laboratorium tanggal 26 mei 2022
Indirek 21,53
Indirek 18,57
VIII. Terapi
Fototerapi
IX. Pengelompokkan data
1. Data subjektif :-
2. Data objektif : -warna kulit kuning/ikterus
11
-Bilirubin direk 0,37 mg/dl
X. Analisa Data
12
warna kulit kuning/ikterus, jaringan meningkat dengan -Identifikasi penyebab gangguan
kulit tampak terkelupas, kriteria hasil: integritas kulit
bayi sementara fototerapi. -Hidrasi meningkat Terapeutik
-Elastisitas meningkat -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
-Kerusakan jaringan baring
menurun -Lakukan pemijatan pada area
-Kerusakan lapisan kulit penonjolan tulang, jika perlu
menurun -Bersihkan perineal dengan air
-suhu kulit membaik hangat,terutama selama periode
diare
-Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
-Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
-Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
-Anjurkan menggunakan pelembab
atau lotion (mis.lotion,serum)
-Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
-Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
-Anjurkan menghindari terpapar
suhu yang ekstrem
-Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
13
sclera mata berwarna -Berat badan meningkat -Identifikasi kebutuhan cairan
kuning, bilirubin total 21,9 -Membran mukosa kuning sesuai dengan usia gestasi dan
mg/dl, bilirubin direk 0,37 menurun berat badan
mg/dl, bilirubin indirek -Kulit kuning menurun -Monitor suhu dan tanda vital
21,53 mg/dl, bayi -Sklera kuning menurun setiap 4 jam
sementara fototerapi -Aktivitas ekstermitas -Monitor efek samping fototerapi
membaik Terapeutik
-Respon terhadap stimulus -Siapkan lampu fototerapi dan
sensorik membaik incubator atau kotak bayi
-Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok
-Berikan penutup mata pada bayi
-Ukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi (30 cm atau
tergantung spesifikasi lampu
fototerapi)
-Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
-Ganti segera alas dan popok bayi
jika BAB/BAK
-Ganti linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak
mungkin
Edukasi
-Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-
30 menit
14
11.46 gangguan integritas kulit samping fototerapi
12.15 2.Mengubah posisi bayi tiap 2 jam 2. Untuk memaksimalkan area yang
terpapar cahaya fototerapi
12.25 II 1.Mengidentifikasi ikterik pada sklera 1. Sklera mata berwarna kuning dan
dan kulit bayi kulit berwarna kuning/ikterus
12.28 2.Monitor efek samping fototerapi 2. Kulit tampak kering dan tampak
terkelupas
10.11 2. Menggunakan minyak pada kulit 2. Tampak kulit bayi mulai membaik
bayi yang kering
10.20 3. Menganjurkan kepada orang tua 3. Orang tua bayi mengatakan akan
untuk meningkatkan nutrisi pada bayi mengikuti anjuran
11.00 II 1. Memonitor kembali ikterik pada 1. sclera mata tidak kuning,warna kulit
sclera dan kulit bayi sawo matang
11.08 2. Memonitor efek samping fototerapi 2. Kulit sudah tidak tampak kering,dan
sudah tidak terkelupas
15
30 mei 2022 I S:-
13.40 O:
- Warna kulit kuning/ikterus
- Sklera berwarna kuning
- Bayi sementara fototerapi
A : Gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
13.54 II S:-
O:
- Warna kulit kuning/ikterus
- Sklera berwarna kuning
- Bilirubin total 21,9 mg/dL
- Bilirubin direk 0,37 mg/dL
- Bilirubin indirek 21,53 mg/dL
- Bayi sementara fototerapi
A : Ikterik neonates belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
31 mei 2022 I S:-
13.50 O:
- Warna kulit sawo matang
- Kulit sudah tidak tampak terkelupas
- Fototerapi sudah dihentikan
A : Gangguan integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
13.58 II S:-
O:
- Warna kulit sawo matang
- Sklera mata tidak kuning
- Fototerapi sudah dihentikan
A : Ikterik neonates teratasi
P : Intervensi dihentikan
16
DAFTAR PUSTAKA
17