Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASKEB PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi Balita, Dan Pra Sekolah

Dosen Pengampu : Ibu Indah Soelistiawaty, S.ST, M.K.M

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8

Dila Apriliany

Jualinnurraissa S

Nawal nur azizah R.A

Putri Amelia

Seli Yamanda

PRODI D III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

Jl. Benteng No. 32, Benteng, Kec. Ciampea, Kab. Bogor, Jawa Barat 16620

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan kebidanan
Neonatus, Bayi Balita, dan Pra Sekolah

Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh berbagai bantuan oleh


karena itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indah
Soelistiawaty, S.ST, M. Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan
kebidanan Neonatus, Bayi Balita, dan Pra Sekolah dan semua pihak yang sudah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih terdapat berbagai kesalahan, oleh


karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pada kita semua.

Bogor, 17 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hiperbilirubinemia……………………………………………….4


2.2 Etiologi/penyebab Hiperbilirubinemia .........................................................5
2.3 Patofisiologi Hiperbilirubinemia ..................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis Hiperbilirubinemia .........................................................6
2.5 Klasifikasi Hiperbilirubinemia .....................................................................7
2.6 Pemeriksaan Fisik Hiperbilirubinemia .........................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperbilirubinemia ..............................................10
2.8 Penatalasanaan Hiperbilirubinemia ............................................................11
2.9 Komplikasi Hiperbilirubinemia..................................................................12
2.10 Askeb Hiperbilirubinemia........................................................................13
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................18

3.2 Saran .........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperbiliirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubiin
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern-ikterus, jika
tidak ditanggulangi dengan baik. Sebagian besar hiperbilirubin ini proses
terjadinya mempunyai dasar yang patologik. Angka kejadian bayi
hiperbilirubin berbeda di satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan dalam faktor penyebab seperti umur kehamilan, berat badan
lahir, jenis persalinan dan penatalaksanaan.
Hiperbilirubinemia yaitu bertambahnya nilai bilirubin dalam darah
>5mg/dL yang disebabkan oleh faktor fisiologi maupun non-fisiologi.
Hiperbilirubinemia biasanya normal terjadi, namun dapat berpotensi menjadi
patologis (ensefalopati bilirubin) yaitu sebesar 10% (Mathindas et al., 2013;
Rohsiswatmo, 2013; Suradi dan Letupeirissa, 2013). Bayi didiagnosa
hiperbilirubinemia apabila memiliki nilai bilirubin total lebih dari 12 mg/dL
(>205 μmol/L) saat 25-48 jam kehidupan bayi aterm dan lebih dari 10 mg/dL
(>171 μmol/L) pada bayi preterm (Sulistijono dkk., 2010; Sriram and
Paramahamsa, 2019). Apabila kadar bilirubin total > 20mg/dL, bilirubin
mampu menembus sawar otak, akibatnya bisa berupa toksik pada sel otak
(Porter & Dennis, 2002).
Faktor-faktor yang menyebabkan hiperbilirubinemia pada neonatus
dapat berasal dari faktor maternal maupun neonatal. Menurut Ullah et al.,
(2016) hiperbilirubinemia neonatus dipengaruhi oleh inkompatibilitas ABO-
Rh, asupan ASI. Garosi et al., (2016) dipengaruhi oleh jenis persalinan, jenis
kelamin bayi, prematuritas dan induksi persalinan. Sriram and Krishna
Paramahamsa (2019) dipengaruhi oleh berat badan lahir, inkompatibilitas
ABO, usia gestasional, komplikasi kehamilan. Rafi et al., (2019) dipengaruhi
oleh paritas, komplikasi kehamilan, jenis persalinan, jenis kelamin bayi.
Boskabadi et al., (2020) dipengaruhi oleh komplikasi saat hamil dan bersalin,
jenis persalinan, menyusui yang tidak adekuat.

1
Di kemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60 % bayi
cukup bulan dan 80 % pada bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian lagi
mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan menetap atau
menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat
perhatian terutama bilaikterus di temukan dalam 24 jam pertama kehidupan
bayi. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari
satu minggu serta bilirubin direk lebih dari1 mg/dl juga keadaan yang
menunjukan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan harus di lakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus
dapat di hindarkan.
Berdasarkan data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee,
WHO (World Health Organization) pada tahun 2003, kematian bayi terjadi
pada usia neonatus dengan penyebab infeksi 33%, asfiksia/ trauma 28%,
BBLR 24%, kelainan bawaan 10%, dan lain-lain 5%. Salah satu penyebab
mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati biliaris (lebih dikenal
sebagai kernikterus). Ensefalopati biliaris merupakan komplikasi ikterus
neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi,
juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi,
paralysis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Ikterus adalah suatu keadaan kulit dan membran mulkosa yang warnanya
menjadi kuning akibat peningkatan jumlah pigmen empedu di dalam darah
dan jaringan tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari hiperbilirubin ?
b. Apa penyebab timbulnya hiperbilirubin pada anak ?
c. Bagaimana proses terjadinya hiperbilirubin pada anak ?
d. Bagaimana tanda dan gejala yang timbul dari hiperbilirubin pada anak ?
e. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk mengetahui kadar bilirubin ?
f. Bagaimana penatalaksanaan hiperbilirubin pada anak ?
g. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus di lakukan pada pasien anak
yang terkena hiperbilirubin ?

2
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari hiperbilirubin
b. Mengetahui penyebab timbulnya hiperbilirubin pada anak
c. Mengetahui proses terjadinya hiperbilirubin pada anak
d. Mengetahui tanda dan gejala yang timbul dari hiperbilirubin pada anak
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk mengetahui kadar bilirubin
f. Mengetahui penatalaksanaan hiperbilirubin pada anak

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hiperbilirubinemia


Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang
dihadapidalam jangka bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen
berasal ari studitentang toksisitas bilirubin pada dengan penyakit hemolitik.
Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi yang kurang
intensif dalam jangka bayi yangsehat dengan sakit kuning.
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah
sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat
mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama setelah kelahiran.
Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh
meningkatnya produksi bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya
albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan
konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan
sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin
dalam darah secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada
bayi baru lahir yaitu warna kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa
disebut dengan jaundice. Hiperbilirubinemia atau penyakit kuning adalah
penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada darah
sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada
bagian putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017).
Bilirubin diproduksi oleh kerusakan normal sel darah merah. Bilirubin
dibentuk oleh hati kemudian dilepaskan ke dalam usus sebagai empedu atau
cairan yang befungsi untuk membantu pencernaan (Mendri dan Prayogi,
2017). Jadi hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada bayi yang tidak cukup bulan
sehingga menyebabkan kernikterus dan ditandai dengan adanya joundice pada
kulit, skela mukos, dan urine.

4
2.2 Etiologi/penyebab Hiperbilirubinemia
Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek pada tali pusat 1-3
mg/dL dan meningkat kurang dari 5 mg/dL/24 jam sehingga biasanya baru
tampak pada hari kedua dan hari ketiga dan memuncak pada hari kedua
sampai ke empat dengan kadar 5-6 mg/dL dan turun tiga sampai kelima dan
turun kurang dari 2 mg/dL pada hari ke lima sampai ke tujuh. Ikterus yang
berhubungan dengan ini disebut sebagai ikterus fisiologis. Ikterus
dipertimbangkan non fisiologis bila timbul dalam 24 jam pertama kehidupan ,
kadar bilirubin meningkat lebih dari 0.5 mg/dL/jam, ikterus yang
menetapsetelah 8 hari pada bayi aterm atau 14 hari pada bayi preterm.
Hiperbilirubinemia menyebabkan neonatus terlihat berwarna kuning, keadaan
ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin ( 4Z , 15Z bilirubin IX alpha )
yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit. Isomer bilirubin ini berasal dari
degradasi heme yang merupakan komponen hemoglobin mamalia.
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena
keadaan sebagai berikut;
a. Polychetemia
b. Isoimmun Hemolytic Disease
c. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
d. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid,
kloramfenikol)
e. Hemolisis ekstravaskuler
f. Cephalhematoma
g. Ecchymosis
h. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi
empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI
i. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya
ikatan albumin; lahir prematur, asidosis.

5
2.3 Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan
pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi
Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan
saluran empedu.

Derajat Area Kadar bilirubin total


1 Kepala dan leher 5 mg/dl

2 Kepala, leher dan bagian 9 mg/dl


• atas
3 Kepala, leher, badan 11 mg/dl
• bagian atas dan bawah
tungkai
4 Kepala, leher, badan 12mg/dl
bagian atas dan bawah
tungkai dan lutut
5 Kepala, leher, badan 16 mg/dl
bagian atas dan bawah
tungkai, lutut. Dan kaki
serta tangan

2.4 Manifestasi Klinis Hiperbilirubinemia


Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin
serumnya kira-kira 6mg/dl. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin
indirek pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning
muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuningkehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini
hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat.
Gambaran klinis ikterus fisiologis :

6
• Tampak pada hari 3,4
• Bayi tampak sehat (normal)
• Kadar bilirubin total <12mg%
• Menghilang paling lambat 10-14 hari
• Tak ada faktor resiko
Gambaran klinik ikterus patologis :
• Timbul pada umur <36 jam
• Cepat berkembang
• Bisa disertai anemia
• Menghilang lebih dari 2 minggu
• Ada faktor resiko
Tampak ikterus pada sklera, kuku, dan sebagian besar kulit serta
membran mukosa. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama sejak bayi
lahir disebabkan oleh penyakit hemolitik, sepsis atau ibu dengan diabetik
dan infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ke-2 atau ke-3 dan mencapai
puncak pada hari ke-3 sampaike-4 serta menurun pada hari ke-5 sapai hari
ke-7 biasanya merupakan jaundice fisiologis.
Gejala kernikterus berupa kulit kuning kehijauan, muntah, anorexia,
fatique, warna urine gelap, warna tinja seperti dempul, letargi (lemas),
kejang, tak mau menetek, tonus otot meninggi dan akhirnya opistotonus.
(Ngastiyah, 2005).

2.5 Klasifikasi Hiperbilirubinemia


Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sebagai berikut:
- Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
- Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang
Bakteri)
- Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

7
2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
- Biasanya Ikterus fisiologis, timbul pada hari ke 2 atau ke 3, tampak
jelas pada hari ke 5-6 dan menghilang pada hari ke 10.
- Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
- Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg %,
pada BBLR 10 mg %, dan akan hilang pada hari ke 14.
- Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein Y
dan Z, enzim Glukoronyl transferase yang belum cukup jumlahnya.
- Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
- Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
- Polisetimia.
- Hemolisis perdarahan tertutup (pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).

3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu


pertama.
- Sepsis.
- Dehidrasi dan Asidosis.
- Defisiensi Enzim G6PD.
- Pengaruh obat-obat.
- Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:


- Karena ikterus obstruktif.
- Hipotiroidisme
- Breast milk Jaundice.
- Infeksi.
- Hepatitis Neonatal.
- Galaktosemia.

8
2.6 Pemeriksaan Fisik Hiperbilirubinemia
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir
atau setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar
yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak
terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit
gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar (Etika et al, 2006).
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis,
mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer(1969).
Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan
akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing
tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar
bilirubinnya (Mansjoer et al, 2007).
Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer :

No. Zona bagian yang kuning Rata-rata serum

1 Kepala dan leher 100

2 Pusat-leher 150

3 Pusat-paha 200

4 Lengan+tungkai 250

5 Tangan+kaki >250

Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam


diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus
mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.

9
2.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperbilirubinemia
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb
indirek menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B
dalam darah ibu. Hasil positif dari tes Coomb direk menandakan adanya
sentisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) sel darah merah dari neonatus.
2. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-
1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek
(tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24
jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15
mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada berat badan).
4. Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan
kapasitas ikatan, terutama pada bayi praterm.
5. Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari
14 g/dl) karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih
besar dari 65 %) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan.
6. Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah
lengkap kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40
mg/dl bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan
simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
7. Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan
penentuan bilirubin seru.
9. Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan
produksi SDM dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan
dengan penyakit Rh.
10. Smear darah perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur,
eritroblastosis pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas .
11. Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit
janin.

10
2.8 Penatalasanaan Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan Medis
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital : Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan
memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil
transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan
clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu
sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi : Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin
patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui
tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar. : Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat
ditangani dengan foto terapi.
8. Terapi Obat-obatan : Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk
meningkatkan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect
menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
Penatalaksanaan non medis :
1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi
• Beri minum sesuai kebutuhan, karena bayi malas minum, berikan
berulang-ulang, jika tidak mau menghisap dot berikan pakai sendok.
Jika tidak dapat habis berikan melalui sonde.
• Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak cocok
(jika bukan ASI) mungkin perlu ganti susu.

11
2. Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus
• Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi (sekitar
pukul 1- 8 selama 30 menit)
• Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah7 mg%
ulang esok harinya.
• Berikan banyak minum
• Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg% lebih segara
hubungi dokter, bayi perlu terapi
3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan
• Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan
• Memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
• Mencegah terjadinya infeksi ( memperhatikan cara bekerja aseptik).

2.9 Komplikasi Hiperbilirubinemia


1. Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi
kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan
kerusakan otak (keadaannya disebut kern ikterus). Kern ikterus adalah
suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di dalam otak,
sehingga terjadi kerusakan otak.
2. Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang abnormal, cerebral
palsy), tuli dan mata tidak dapat digerakkan ke atas dan kematian.

12
2. 10 Asuhan kebidanan heperbilirubinemia

FORMAT
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
HIPERBILIRUBINEMIA

Bayi baru lahir 1 jam


Tanggal/Waktu pengkajian : 12 Agustus 2019
Tempat : Ruang Bayi RS Medika Dramaga
Pengkajian :

DATA SUBYEKTIF
1. Biodata Bayi
Nama Bayi A
: 6 Agustus 2019
Tanggal Lahir :
Jam : 20. 30 WITA
Jenis kelamin : L

Anak ke : Satu

2. Biodata Orang Tua


Klien Suami
Nama : Ny. F : Tn. D
Umur : 22 : 25
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Wiraswasta
Alamat : Jl. Caringin : Carimgin
3. Alasan masuk / kunjungan
Memeriksakan kesehatan bayi

13
4. Keluhan Utama
Ibu Mengatakn bayinya kuning, malas minum, tidak kuat menghisap dan
kadang suhunya hangat.
5. Riwayat Antenatal

a. Kehamilan ke : 1 ( Satu )
b. Riwayat ANC
Frekuensi : 7 Kali
Tempat : Bidan
Ke;uhan : Mual, Muantah, Pusing
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Fe, Kala
c. Kenaikan BB sealama hamil : 14 kg
d. Kebiasaan merugikan : Ibu mengatakan tidak Memiliki kebiasaan seperti
,merokok, minum jamu, ackohol

6. Riwayat Intranatal

a. Usia gestasi : 39 minggu


b. Tanggal/Pukul : 6 Agustus 2019
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Penolong : Bidan
e. Komplikasi : Ibu tidak ada hipertensi, KPD,
perdarahan janin tidak ada gawat
janin, tidak ada lilitan tali pusat.
f. Keadaan bayi baru lahir : Menangis spontan, gerakan aktif,
warna kemerahan

14
7. Riwayat kesehatan
a. Faktor ginetik (kelainan bawaan/sindrom genetik) Ibu mengatakan tidak
memiliki riwayat kelainan bawaan baik dari keluarga ibu maupun
keluarga suami.
b. Faktor Maternal (Penyakit Jantung, DM, Hipertensi, Asma, Penyakit
kelamin, RH/isoimunisasi).
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan penyakit seperti
Jantung. DM, Hipertensi, Asma, Penyakit kelamin dan RH/iso imunitas
baik dari keluarga ibu maupun keluarga suami.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan khusus
Keadaan umum : Bayi lemas, warna kulit kuning
2. Tanda vital
Nadi : 133x/menit
Pernapasan : 44x/menit
Suhu : 36,7 %
Berat badan ( BB ) : 2800 gram
Panjanng badan : 49 Cm
3. Eleminasi
Miksi :+
Mekonium :+

4. Pemeriksaan fisik
Kepala : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak
sejajar dengan sudut mata, tulang rawan
teraba lunak dan cepat kembali saat diliput.
Lingkar kepala : 34 cm
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak
sejajar dengan telinga, konjungtiva terlihat
sedikit pucat, sklera kuning

15
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat septum,
tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis,
bibir merah muda, tidak mencucu, gusi
merah muda, lidah merah muda dan tidak
kotor.
Telinga : Tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, warna kulit leher kuning
Dada : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, warna
Payudara : Simetris
Abdomen : Bentuk abdomen cembung, tidak ada
pembesaran hepar, pusar bersih dan kering,
bising usus positif, tampak kuning.
Tali pusat : terlepas
Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari
lengkap, gerakan aktif dan normal, teraba
hangat, kaki kanan dan kiri simetris,
jumlah jari lengkap, gerakan aktif dan
normal, teraba hangat, tampak kuning
sampai telapak tangan. Terpasang infus
D10% 12 tpm di tangan sebelah kanan.

5. Sistem saraf

Refleks glabel (+) : Mata bayi mengedip dengan baik ketika dahi di
sentuh

Refleks rooting (+): Pada saat IMD bayi mampu mencari putting

Refleks sucking (+): Pada saat menyusui bayi menghisap dengan baik

Refleks swallowing : Bayi mampu menelan ASI pada saat menyusui

Refleks babinski (+): Bayi mampu meregangkan jari kaki ketika ada
sentuhan pada telapak kaki ke arah atas

16
ASSESMENT

By A neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 7 hari dengan


Hiperbilirubinemia

PLANNING

1. Memberitahu kepada keluarga bahwa bayi dalam keadaan kuning dan


memerlukan perawatan segera.
2. Mengobservasi TTV setiap 3 jam
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A
4. Advis dokter :
Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar bilirubin,
golongan darah dan jumlah hemoglobin.
Lakukan phototherapy 1x24 jam pukul 17.00 WIB
Lakukan observasi laju jantung, pernapasan dan suhu setiap 1 jam. (lembar
observasi terlampir)
Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK, serta menjaga personal hygiene
5. Mengkaji reflek sucking
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali per hari
untuk beberapa hari pertama.
7. Memberi tahu ibu agar tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti
dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami
dehidrasi.
8. Menjaga kehangatan bayi dengan cara diletakkan di inkubator dengan suhu
32,0 "C
9. Memonitor tetesan infus, memastikan infus menetes dengan baik, tidak ada
darah yang menyumbat aliran infus
10. Melanjutkan terapi sesuai advice dokter Injeksi amoxycilin 85 mg Injeksi
gentamycin 8

17
BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar bilirubin dalam darah pada bayi yang tidak cukup bulan sehingga
menyebabkan kernikterus dan ditandai dengan adanya joundice pada kulit,
skela mukos, dan urine. Penyebab terjadinya hiperbilirubinemia adalah
terjadinya peningkatan produksi bilirubin, peningkatan penghancuran
bilirubin, peningkatan jumlah hemoglobin, peningkatan sirkulasi
enterohepatik, perubahan clerance bilirubin hati.

4.2. Saran
Diharapkan pada orang tua terutama pada ibu hamil agar bisa menjaga
kesehatannya serta bayi dalam kandungannya sehingga mampu mencegah
terjadinya kelahiran yang prematur, hiperbilirubin, BBLR dan masalah
kesehatan bayi lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

DI RUANG PERINATOLOGI, R. K. S., & DASAR, K. LAPORAN


PENDAHULUAN (LP) HIPERBILIRUBINEMIA.
Irwanto, I., & Adnyana, I. T. (2016). Skrining perkembangan bayi usia 4-6 bulan
dengan riwayat hiperbilirubinemia. Sari Pediatri, 11(3),
184-8.
Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada
Neonatus. Jurnal Biomedik, 5(1).
Putri, R. A., Setiawati, E. M., & Rini, A. E. (2013). Faktor Risiko
Hiperbilirubinemia pada Neonatus (Doctoral dissertation, Faculty of
Medicine Diponegoro University).
Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada
Neonatus.
Jurnal Biomedik (Jbm), 5(1). https://doi.org/10.35790/jbm.5.1.2013.2599

19
TANYA JAWAB

khoerunnisa kel 9
Apakah gen berpengaruh pada hiperbilirubinemia? Nah trs apakah
hiperbilirubinemia bertahan sampai seumur hidup atau bisa di sembuhkan, kalo
bisa disembuhkan bagaimana caranya?

Jawab (seli)
iya bisa penyakit kuning ini bisa diturunkan dalam keluarga. Sebagian kasus
hiperbilirubin pada bayi baru lahir tidak membutuhkan terapi khusus atau
Tindakan medis. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3
minggu. Namun, bila tingkat bilirubin bayi baru lahir sangat tinggi, kondisi ini
perlu mendapat penanganan intensif oleh dokter di rumah sakit.

Siti Rahmah Kel 3


Apabila ibu memberikan asi, Apakah yang di konsumsi ibu dapat berpengaruh
pada hiperbilirubi? Baik, Buruk nya (?)

Jawab ( dila, putri )


hiperbilirubin tidak berpengaruh pada asi jdi tidak tersalurkan ke pada bayi

Nurazizah kel.4
Kenapa bayi bilirubin atau penyakit kuning harus dijemur dibawah sinar matahari
pagi seperti jam 7-9 dan bagaimana jika dijemur lebih dari jam tersebut? Apakah
ada penanganan lain selain dijemur?

Jawab ( dila )
karna cahaya matahari jam tersebut baik untuk bayi yang mengalami
hiperbilirubin maupun tidak karna kaya akan vitamin d dan untuk memperkuat
tulang tetapi jika si bayi mengalami hiperbilirubin itu akan membantu untuk
memecahkan penumpukan bilirubin dan dikeluarkan melalui keringat, jika
dijemur lebih dari jam segitu akan membahayakan bayi karna bisa membakar
kulit dan merusak mata, pengganti cahaya matahari yaitu cahaya lampu tertentu
dibantu asi dan apabila semakin parah dilakukan transfusi darah

20
Selni Sulistiawati Kel 9
Adakah hipobilirubinemia? Jika ada bagaimana ciri ciri bayi yg terkena
hipobilirubinemia tersebut dan bagaimana cara penanganannya/cara
meningkatkan kadar bilirubin bayi tsb kembali menjadi normal

Jawab (nawal)
Jawabannya tidak ada, karena hiperbilirubinemia atau penyakit kuning adalah
penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada darah sehingga
menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian putih
mata,.dan tidak ada kebalikannya

Linlin
Jika kadar bilirubin yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada otak,
nah bagaimana cara penanganannya?

Jawab (dila, raisa)


Kernikterus adalah kerusakan otak pada bayi yang disebabkan oleh tingginya
kadar bilirubin dalam darah. Kondisi ini terjadi ketika penyakit kuning tidak
segera ditangani sehingga kadar bilirubin terus meningkat dan menyebabkan
kerusakan pada otak. maka solusinya Apabila kadar bilirubin dalam darah tetap
meningkat dilakukan transfusi darah. Prosedur ini dilakukan dengan mengganti
darah bayi dengan darah yang mengandung kadar bilirubin normal Perbanyak
konsumsi air putih. Olahraga secara teratur. Batasi konsumsi alkohol dan tidak
merokok.

21

Anda mungkin juga menyukai