“HIPERBILIRUBIN”
DISUSUN OLEH:
Ade Irma Samsuddin
NIM. P07224318011
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Hiperbilirubin“.
Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih dan permohonan maaf sebesar-besarnya
dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi sumber inspirasi
terhadap para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1. LATAR BELAKANG..................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
3. TUJUAN........................................................................................................1
1. ........................................................................................................................2
2. ........................................................................................................................3
3. ........................................................................................................................4
4. ........................................................................................................................5
5. ........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN.............................................................................................12
B. SARAN..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
1. Untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi
patologi dengan hiperbilirubin.
2. Guna memahami asuhan yang dapat diberikan pada bayi patologi dengan
hiperbilirubin.
3. Mengetahui cara menganalisa data pada bayi hiperbillirubin.
4. Untuk mengetahui diagnose potensial bayi dengan hiperbilirubin.
5.Untuk mengetahui kebutuhan segera yang di gunakan untuk penanganan bayi dengan
hiperbilirubin.
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi Hiperbilirubin
1. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan
berumur lebih pendek.
b. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil
transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan
ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
c. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim ->
glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
2. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan
oleh faktor/keadaan:
a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi
G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.
b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra
uterin.
c. Polisitemia.
d. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
e. Ibu diabetes.
f. Asidosis.
g. Hipoksia/asfiksia.
h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik
D. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin
mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah
itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat
pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi
Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah
ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir.
Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah)
Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat.
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae (bintik merah di kulit)
Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat.
Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.
F. Pencegahan
Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat
inkompatibilitas ABO sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan
beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut
1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir
cukup bulan yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk
menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.
Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses
menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi
menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat
pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses
menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa)
pada neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah
terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.
2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko
tinggi ikterus neonatorum.
Pemeriksaan Golongan Darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani
pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu
adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah
bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
Penilaian Klinis
Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk
mengawasi terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar
tata laksana ikterus. Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain.
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga
memperlihatkan warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam
ruangan yang cukup terang, paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini
sangat kasar, umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka
kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah, kemudian akan
menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
H. Penatalaksanaan
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah
lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada
pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk
membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk memastikan
keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada neonatus dengan Hiperbilirubin
I. PENGKAJIAN
Tanggal/waktu pengkajian :
Tanggal MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis sampai samnolen
Tanda Vital :
- Tekanan darah :
- Nadi : Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai
batas normal 120-160 kali/menit. (Strigh,2004)
- Pernafasan :
- Suhu : Dinilai untuk mengetahui suhu tubuh bayi.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rectal, axilla dan oral yang digunakan
untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu
menentukkan diagnosis dini suatu penyakit (Hidayat, 2011). Suhu tubuh normal
bayi baru lahir berkisar 36,5ᴼC - 37,5ᴼC.
Antropometri
- Panjang badan : batas normal 45-50 cm
- Berat badan : batas normal 2500-3500 gram
- LILA :-
- Lingkar kepala : batas normal 33-35 cm
- Lingkar dada : batas normal 30-33 cm
- Lingkar perut :-
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit : Hiperbilirubin mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin dalam
darah sehingga menimbulkan warna kuning pada kulit bayi. (Asep,
2012)
Kepala :
Wajah : Simetris atau tidak (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin wajah
bayi terlihat berwarna kuning
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sklera kuning atau tidak (Hidayat,
2009). Pada kasus hiperbilirubin sklera terlihat kuning
Telinga : Hiperbilirubin dapat menyebabkan gangguan pendengaran, apabila
bilirubin tak terkonjugasi melawati bloodbrain barrier, bilirubin tersebut juga
ditimbulkan di daerah gangliabasalis, dan juga pada daerah vestibulecochlear nucleus
dan sebagai akibatnya adalah sebagian terjadi gangguan pendengaran sensorineural.
(Zamia, 2004)
Hidung : Ada cairan atau tidak,ada kotoran yang menyumbat jalan nafas atau
tidak (Kosim, 2009). Pada kasus hiperbilirubin hidung terlihat
kuning.
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstermitas :
Palpasi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstermitas :
Auskultasi :
Dada :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna. Refleks tergantung pada usia gestasi
(Doengoes,2001) ,yaitu :
- Rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32
- Kooerdinasi reflex untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk
pada gestasi minggu ke-32
- Komponen pertama dari reflex moro (ekstensi lateral dari ekstermitas atas dengan
membuka tan,igan) tampak pada gestasi minggu ke 28
- Komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke-32.
Menurut Wiknjosastro, 2005:
- Reflek Morro : Reflek morro pada bayi hiperbilirubin derajat III biasanya
lemah (Farrer, 2007)
- Reflek Rooting : Kalau pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya
ke sisi yang disentuh itu untuk mencari putting susu (Wong, 2004)
- Reflek Sucking : Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk
menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Reflek menelan juga terdapat
(Wong, 2005). Reflek sucking pada bayi dengan hiperbilirubin derajat III biasanya
lemah (Farrer, 2007)
- Reflek Grasping : Respon menggenggam ini berkurang pada bayi premature
karena ada kelainan syaraf di otak.
- Reflek Tonick Neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala di putar ke
satu sisi (Wong, 2004)
- Reflek Walking : Kaki akan bergerak keatas dan kebawah bila sedikit
disentuhkan ke permukaan keras.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diperoleh dari peemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar
bilirubin dalam darah (Wiknjasosto, 2007). Pada bayi dengan hiperbilirubin derajat III hasil
laboratorium kadar bilirubin di atas 10-14 mg% (normal <5 mg%) (Saifuddin, 2002).
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
VI. IMPELEMENTASI
Pelaksaan dilakukan dengan efisien dana man sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal/waktu pengkajian : 14 Juni 2021 / 15:00 PM
Tanggal MRS : 14 Juni 2021
Nama Pengkaji : Ade Irma Samsuddin
Tempat Pengkajian :
A. DATA SUBJEKTIF
7. Identitas
a. Identitas klien
Nama : By. Ny. D
Umur/Tanggal lahir : 10 hari / 04-06-2021
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 14 Juni 2021
Diagnosa medis : Hiperbilirubin
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
b. Social
c. Kultural
d. Spiritual
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
- Tekanan darah :-
- Nadi : 144 x/menit
- Pernafasan : 46 x/menit
- Suhu : 36°C
Antropometri
- Panjang badan : 51 cm
- Berat badan : 2970 gram
- LILA : cm
- Lingkar kepala : cm
- Lingkar dada : cm
- Lingkar perut :-
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Pada kepala, badan, paha sampai lutut terlihat kuning
Kepala : Tidak ada caput succedaneum, kepala terlihat kuning
Genetalia eksterna : Labia mayora belum menutupi labia minora, klitoris menonjol.
Pemeriksaan Neurologis/Refleks
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : gr%
Hematokrit : %
Leukosit : ribu
Bilirubin direk : mg%
Bilirubin indirek : mg%
Bilirubin total : 15-70 mg%
Golongan darah :
Kebutuhan :
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Hiperbilirubin derajat
V. INTERVENSI
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tindakan fototerapi
Rasional : pemberian terapi sinar (fototerapi) diberikan pada neonatus pada jumlah serum
bilirubin tertentu sesuai panduan penatalksanaan hiperbilirubin menurut
American Academy of Pediatrics
VI. IMPELEMENTASI
VII. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperbilirubinemia adalah bayi dismatur lebih sering menderita hiperbilirubinemia
dibanding bayi yang bertanya sesuai dengan masa kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang
dibandingkan bayi biasa, mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati.
Penyebabnya yaitu dari Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek (bilirubin bebas)
yaitu bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen
bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
Sedangkan Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk (bilirubin terikat) yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak. Manifestasi klinik dari hiperbilirubinemia adalah Letargi,
Tonus otot meningkat, Leher kaku,Opistotonus, Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap,
warna tinja pucat.
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan pada anak khususnya
dengan hiperbilirubinemia.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, & Linda. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 5. Ahli bahasa, Eny Meiliya
R Dwienda octa, & Liva maita, dkk. (2012). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak