DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan makalah keperawatan
anak yang berjudul ”Asuhan Keperawatan pada Pasien Hiperbilirubinemia” tanpa suatu
halangan yang berarti.
Makalah ini disusun dengan tujuan supaya mahasiswa mampu memahami dengan
benar tentang lingkup asuhan keperawatan pada pasien hiperbilirubinemia dalam
keperawatan anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun akan penyusun
terima dengan senang hati.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak yang memerlukannya.
Najmiyatu Zuhriyah
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................................
Halaman Kata Pengatar.................................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................................................
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................
Bab II Tinjauan Teori.....................................................................................................................
2.1 Pengertian...............................................................................................................................
2.2 Etiologi....................................................................................................................................
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................................
2.4 Patologi...................................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinik...................................................................................................................
2.6 Komplikasi..............................................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................
2.9 Pathway...................................................................................................................................
2.10 Pengkajian.............................................................................................................................
2.11 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.................................................................................
Bab III Penutup...............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu
keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehinggaa
menimbulkan joundice pada neonatus. kondisi tersebut terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis
pada neonatus ditandai joudince pada sklera mata, kulit, membrane mukosa dan
cairan tubuh. Nilai normal bilirubin direk 0– 0,2 mg/dl dan kadar bilirubin indirek
0- 0,3 mg/dl (Suriadi dan Rita, 2010)
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya hyperbilirubinemia antara lain : (Hidayah, alimul.A, 2012)
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah, misalnya
pada Inkompatibilitas terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah
anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Adanya gangguan metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia atau
Asidosis.
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta),
diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toxion yang dapat merusak sel hati dan sel darah merah seperti Infeksi,
Toxoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus Obstruktif
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya icterus terdiri dari : (Suriadi dan Rita, 2010)
1. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melakun konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
2. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati, sehingga terjadi
gangguan bilirubin tidak terkonjugasi, masuk ke dalam sel hati serta akibat
konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dan dikeluarkan ke dalam duktus
hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi, tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus, mengakibatkan
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi
tidak didapatkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena adanya penyakit atau infeksi, biasanya disertai suhu badan yang
meningkat dan berat badan tidak bertambah.
6. Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, thalamus, nukleus subthalamus, hipokampus, nukleus
merah , dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi hiperbilirubinemia berkaitan erat dengan proses metabolisme
bilirubin. Hiperbilirubinemia dapat terjadi bila hepar tidak dapat menjalankan
metabolisme atau ekskresi bilirubin dengan baik. Hiperbilirubinemia didefinisikan
sebagai kadar bilirubin darah lebih dari 3 mg/dL. Secara klinis, hiperbilirubinemia
tampak sebagai ikterus pada jaringan seperti sklera, mukosa, dan kulit, karena
penumpukan bilirubin di jaringan-jaringan tersebut.
Eritrosit / Sel darah merah pada neonatus memiliki masa hidup sekitar 70-90 hari,
lebih pendek dari pada sel darah merah orang dewasa kurang lebih 120 hari.
Kemudian, eritrosit difagositosis oleh makrofag pada sistem retikuloendotelial
(RES). Hemoglobin (Hb) dari eritrosit dipecah menjadi heme dan globin, sementara
heme mengalami degradasi oleh heme oxygenase menjadi biliverdin IX alfa,
karbon monoksida, dan Fe. Biliverdin IX alfa kemudian direduksi oleh biliverdin
reduktase menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi masuk
ke plasma, kemudian berikatan secara reversibel dengan albumin. Bilirubin tidak
terkonjugasi kemudian dibawa ke hepar.
Dalam hepatosit, bilirubin berikatan dengan glutation-S-transferase dan dibawa ke
retikulum endoplasma, untuk mengalami konjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi
mengalami glukuronidasi sebanyak dua kali oleh enzim uridin 5-difosfo-glukoronil-
transferase 1A1 (UGT1A1) menjadi bilirubin diglukoronida (bilirubin
terkonjugasi). Bilirubin terkonjugasi lebih larut dalam air dan bersifat kurang
sitotoksik. Bilirubin kemudian melewati sistem bilier dan masuk ke usus
duodenum. Sebagian kecil bilirubin mengalami reabsorbsi dan masuk ke sirkulasi
enterohepatik. Setelah sampai pada kolon, bilirubin mengalami hidrolisis oleh
bakteri menjadi urobilinogen, yang kemudian diekskresikan pada feses. Sebagian
urobilinogen dan derivatnya juga direabsorbsi pada kolon, dibawa ke hepar, dan
diekskresi ulang atau masuk ke sirkulasi sistemik menuju ginjal untuk kemudian
diekskresikan melalui urin
2.5 Manifestasi klinik
Tanda dan gejala penderita hiperbilirubin antara lain : (Hidayah, Alimul. 2012)
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau ke 3, mencapai puncaknya pada hari
ke 3 dan ke 4, dan akan menurun pada hari ke 5 sampai ke 7 merupakan
jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk)
kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat
dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat seperti dempul
6. Perut membuncit dan adanya pembesaran hepar
7. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
8. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
9. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot
2.6 Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kern ikterus : kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi icterus antara lain : (IDAI,2004)
1. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada neonatus dan janin.
2. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana
dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
Langkah-langkah pemberian fototerapi
Baju bayi dilepas hingga ia hanya memakai popok, agar memungkinkan
sebanyak mungkin kulit tubuhnya dapat terkena sinar
Mata bayi ditutup dengan pelindung mata khusus, hal ini bertujuan untuk
mencegah komplikasi pada mata akibat cahaya dan melindungi lapisan saraf
di bagian belakang mata (retina) dari cahaya ultraviolet,
Tempatkan bayi pada boks bayi atau incubator di bawah lampu terapi sinar
Bayi bisa diposisikan tengkurap agar dapat menyerap cahaya dengan lebih
efektif.
Heme Globine
Biliverdin Fe/co
Kolaborasi :
Pemeriksaan darah vena bilirubin direk dan indirek
Edukasi :
1. Anjurkan ibu menyusui sekitar 20 – 30 menit
2. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
b. Gangguan Integritas kulit (kode 0129)
Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
korneo, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligament)
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Suhu lingkungan yang ekstrim
3. Efek samping terapi radiasi
4. Kelembaban, dan perubahan pigmentasi
Outcome :
Integritas Kulit Dan Jaringan Meningkat (L.14125)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Observasi :
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi, suhu
lingkungan yang ekstrem, Efek samping terapi radiasi, penurunan kelembaban,
Perubahan pigmentasi )
Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
4. Gunakan produk berbahan ringan/alami, hipoalergi pada kulit sensitive
5. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum yang cukup (sesuai kebutuhan bayi)
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubin berikut sebagai berikut :
1. Hiperbilirubinemia disebabkan oleh beberapa factor antara lain peningkatan
proses hemolitik yang di akibatkan oleh adanya perbedaan golongan darah dan
rhesus antara orang tua dan bayi, adanya trauma pada saat persalinan, atresia
biliar, dll
2. Penatalaksaan pada pasien hyperbilirubinemia adalah pemberian fototerapi dan
apabila tidak berhasil maka akan dilakukan tranfusi tukar.
3. Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami hyperbilirubinemia adalah
adanya pemberian fototerapi, adanya gangguan integritas kulit dan jaringan, resti
injuri, kurangnya volume cairan tubuh, dan gangguan suhu tubuh. Akan tetapi
yang menjadi prioritas adalah pemberian fototerapi dan gangguan integritas kulit
dan jaringan.
3.2 Saran
1. Dalam memberikan pelayanan perawat harus meningkatkan profesionalisme
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir agar dapat
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi. Hal
tersebut sebagai upaya dalam peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan.
2. Pemberian edukasi kepada terhadap orang tua bayi agar lebih memperhatikan
dalam merawat dan memantau bayinya dengan baik serta memberikan ASI
eksklusif minimal selama 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA