Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KASUS SEPSIS NEONATORUM

Dosen Pembimbing: Ns. Evi Lusiana, S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh:

Rahmawati Syam, S.Kep


2004047

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI PROFESI NERS
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum
dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di
negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat
mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada
negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping
morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru
lahir.
Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis,
malnutrisi, BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Sepsis neonatorum merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat
rendah, antara 1-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis
sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara 20%-30%.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan
keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga
sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat
meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum
masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal
ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap
infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003)
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian
dalam beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim
kesehatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam
penatalaksanaan sepsis neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat
morbiditas dan mortalitas bayi, dan dapat mempertahankan generasi
penerus yang sehat.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sepsis neonattorum
2. Mengetahui etiologi dari sepsis nenatorum
3. Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum
4. Mengetahui patofisiologi dari sepsis neonatorum
5. Mengetahui pathway dari sepsis neonatorum
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita sepsis neonatorum
7. Mengetahui penatalaksaan pada penderita sepsis neonatorum
8. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatarum
9. Mengetahui pencegahan dari sepsis neonatorum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah
(Donna L. Wong, 2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal
didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat
minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis adalah infeksi bakteri
generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary
E. Muscari, 2005).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi
hanya pada satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi
pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine
sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan
karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat
dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan
dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari
kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan
dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
(Vietha, 2008)

B. Etiologi
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan
manifestasi klinis seperti septikemia, pneumonia dan miningitis
berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun dan ketidakmampuan
neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus sepsis/sepsis
neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,
atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
7. Entererobacter sp
8. Pseudemonas aeruginosa
9. Proteus sp
10. Organisme anaerobik

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan


(rata-rata 48 jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi
transplasenta, dari cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan
lahir, dll). Berkembangnya gejala pada early onset pada umumnya
sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan
neonatus tanpa kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau
dari rumah sakit (nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan
syaraf pusat.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,
hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,
merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,
perdarahan. Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi
tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan
suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa
gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung.

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau


darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan
perut dan diare (Asrining, 2007).

D. Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada
neonatus (bayi). Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang
menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang mempengaruhi sepsis, antara lain
faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar
belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan
umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya
perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama
persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan
bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis
neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi
pada paruh terakhir ketiga. Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun sehingga menyebabkan hipergamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kemudian
adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza.
IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam
darah tali pusat.
Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu
cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan
memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan
kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap
obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi
nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum
ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan
bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah
air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi
lumbal, analisis dan kultur urin.
3. Leukositosis (>34.000×109 /L)
4. Leukopenia (< 4.000x 109 /L)
5. Netrofil muda 10%
6. Perbandingan netrofil immature (stab) dibanding total (stb+segmen)
atau I/T ratio >0,2
7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

G. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk
memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan
perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007)
meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi
tetap normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh
harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami
perfusi yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5
sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama
30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk.
Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis
neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat
memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atau sianosis
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas
tidak memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau
memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan
infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut
fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi
bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum
dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan
monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh,
dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin
atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

H. Komplikasi
1. Asidosis metabolik dan jaundice
Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme
anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi
mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis
metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya
bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ
hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan
disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang
meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi
yang kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin
yang berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh
melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses
normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein
sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen).
Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu
selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang
mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh
tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang
tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini
(anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi
hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak)
melalui aliran darah.
5. Disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) Kelainan perdarahan ini terjadi
karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang mengeluarkan endotoksin
ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada
sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah
dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan
memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih
sebelum melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

I. Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada
neonatus, tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003) Tindakan yang dapat dilakukan
(Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita
ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan
yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera
ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, yang
artinya dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan
tindakan aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal
mungkin dilakukan (bila benarbenar diperlukan). Mengawasi keadaan
ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan
secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan
selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila
bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan
dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan
tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif
harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik.
Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah
memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel
yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang
berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
(Sarwono, 2004)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang
perlu dikaji yaitu:
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat perawatan antenatal
5. Adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat
(partus presipitatus)
6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain
7. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes
klamidia, gonorea, dll)
8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum,
dan amnionitis)
9. Mengkaji status sosial ekonomi keluarga.

Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi:

1. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)


2. Tidak mau minum atau refleks mengisap lemah
3. Regurgitasi
4. Peka rangsang
5. Pucat
6. Berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara
fisiologis
7. Hipertermi/hipotermi
8. Tampak ikterus

Data lain yang mungkin ditemukan yaitu:


1. Hipertermia
2. Pernapasan mendengkur
3. Takipnea, atau apnea
4. Kulit lembab dan dingin
5. Pucat
6. Pengisian kembali kapiler lambat
7. Hipotensi
8. Dehidrasi
9. Sianosis
10. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau
diare.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder
akibat infeksi atau inflamasi
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder
akibat demam.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Kriteria hasil:
a. Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif
dan suara nafas yang bersih
b. Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa
tercekik,tidak ada suara nafas abnormal)
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi Posisi semi powler dapat
powler memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara napas, Suara napas tambahan dapat
catat adanya suara napas menjadi tanda jalan napas yang
tambahan tidak adekuat
3. Monitor respirasi dan Pada sepsis terjadinya
status O2,TTV gangguan respirasi dan status
O2 sering ditemukan yang
4. Bila perlu lakukan menyebabkan TTV tidak dalam
suction,pustural drainage rentan normal
Untuk mengeluarkan sekret
pada saluran napas untuk
menciptakan jalan napas yang
paten

2. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder


akibat infeksi atau inflamasi
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36o -37o C)
b. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100- 180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda Perubahan tanda-tanda vital
vital setiap dua jam dan yang signifikan akan
pantau warna kulit mempengaruhi proses regulasi
ataupun metabolisme dalam
2. Observasi adanya kejang tubuh
dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial
untuk menyebabkan kejang
yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke
3. Berikan kompres dengan
dalam kondisi dehidrasi.
air hangat pada aksila,
Kompres pada aksila, leher dan
leher dan lipatan paha,
lipatan paha terdapat pembuluh-
hindari penggunaan
pembuluh dasar besar yang akan
alkohol untuk kompres.
membantu menurunkan demam.
Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan
menyebabkan penurunan dan
Kolaborasi:
peningkatan panas secara drastic
4. Berikan antipiretik sesuai
kebutuhan jika panas
Pemberian antipiretik juga
tidak turun.
diperlukan untuk menurunkan
panas dengan segera.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder


akibat demam
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o -37o
C)
b. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100- 180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)
c. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda Perubahan tanda-tanda vital
vital setiap dua jam dan yang signifikan akan
pantau warna kulit mempengaruhi proses regulasi
ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya Hipertermi sangat potensial
hipertermi, kejang dan untuk menyebabkan kejang
dehidrasi. yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan
pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang
tidak diketahui jumlahnya dan
dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi
3. Berikan kompres hangat dehidrasi.
jika terjadi hipertermi, dan Kompres air hangat lebih cocok
pertimbangkan untuk digunakan pada anak dibawah
langkah kolaborasi dengan usia 1 tahun, untuk menjaga
memberikan antipiretik. tubuh agar tidak terjadi
hipotermi secara tiba-tiba.
Hipertermi yang terlalu lama
tidak baik untuk tubuh bayi
oleh karena itu pemberian
antipiretik diperlukan untuk
segera menurunkan panas,
4. Berikan misal dengan asetaminofen
5. ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian Pemberian ASI/PASI sesuai
yang telah ditentukan jadwal diperlukan untuk
mencegah bayi dari kondisi
lapar dan haus yang berlebih.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY.S DENGAN KASUS
SEPSIS NEONATORUM DI RUANGAN PERINATOLOGI
RSUP. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 maret 2021 pukul 06.30 di
ruangan Perinatologi RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan
metode observasi, wawanca, pemeriksaan fisik, dan catatan medis pasien.
1. Identitas pasien dan keluarga
Pasien
Nama Bayi : By.S
Umur : 25 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Toddopuli Raya
Nomor Register : 02-17-40
Tanggal MRS : 18 Maret 2021
Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Toddopuli Raya
No.tlp : 08xxxxxxx

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya demam
b. Keluhan Pertama Saat Pengkajian
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru,
demam, menangis kurang, dan reflex hisap lemah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama ibunya dalam sianosis sentral, apnoe,
reflekx hisap kurang/lemah, dan kejang
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Ibu pasien mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun
bayi paa tanggal 23 Februari 2021 dan bayi tidak segera menangis
setelah dilahirkan
e. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah mengalami
demam sebelumnya
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang
bayinya mengalami keadaan seperti ini.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Suhu : 37 0C
Pernafasan : 44x/m
Nadi : 122x/m (Normal 120-160x/m)
Keaktifan gerak : Aktif
b. Keadaan Umum
Kesadaran : Somnolen
Bangun tubuh :-
Postur Tubuh :-
Cara berjalan :-
Gerak Motorik : Lemah
Keadaan Kulit
Warna : Kuning (Ikterik)
Turgor : Kurang elastis (Kering/keriput) >3 detik
c. Kepala
Kulit kepala kurang bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada eema
d. Mata
Kongjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada eema, reflek
pupil
e. Hidung
Bentuk hiung pasien normal, simetris, tidak ada pendarahan, tidak
ada nyeri tekan
f. Telinga
Bentuk normal, bersih, tidak ada nyeri tekan
g. Mulut
Bentuk bibir normal, warna bibir kebiruan, mukosa kering
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
karotis, dan kelenjar typoid
i. Thorax
Bentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapas
j. Abdomen
Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
k. Genetalia
Bersih, tidak ada darah, tidak ada gangguan
l. Ekstremitas
Atas : Tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat
sianosis, terpasang infuse pada tangan sebelah kiri
Bawah : Tidak ada eema, tidak ada clubbing finger, ada sianosis

4. Antropometri
a. Lingkar Kepala : 32cm
b. Lingkar dada : 33cm
c. Lingkar Lengan : 12cm
d. Berat badan lahir : 3000gr
e. Panjang badan : 50cm

5. Eliminasi
a. Urine : ± 2x
b. BAB : ± 1x

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bilirubin tanggal 18 maret 2021, hasil : 7,9 mg/dl
Glukosa 69 mg/dl
Hemoglobin 13,5 gr%
Erutrocit 3,72

7. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Ibu pasien mengatakan 1. Keadaan umum pasien
bayinya demam selama 2 terlihat lemah
hari 2. Pasien terlihat lemas
2. Ibu pasien mengatakan 3. Pasien terlihat
bayinya tidak mau minum mengalami sianosis
3. Ibu pasienmengatakan 4. Pasien terlihat
bayinya menangisnya mengalami apneu
lemah 5. Tanda-tanda vital
4. Ibu pasien mengatakan Suhu : 38,5 0C
cemas dengan keadaan Nadi : 148x/m
bayinya Pernapasan : 68x/m
5. Ibu pasien mengatakan 6. Pasien terlihat
bibir bayinya membiru mengalami kejang
sejak tadi pagi berulang-ulang 3-5 detik
6. Ibu pasien mengatakan 7. Sclera mata pada pasien
bahwa bayinya hanya terlihat ikterik
minum 50 cc ASI/24 jam 8. Berdasarkan
dan OGT 15 cc/3 Jam pemeriksaan lab, kadar
7. Ibu pasien mengatakan bilirubin pasien 7,9
bahwa konsistensi BAK mg/dl
bayinya cair dan berwarna 9. Ibu pasien nampak
kekuningan, dan gelisah dan sering
konsistesi BAB bayinya bertanya tentang
lembek, berwarna perkembangan kesehatan
kekuningan, engan pola banyinya
1x2/hari 10. Konjungtiva tampak
anemis
11. Mukosa bibir kering

8. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan


Ds :
1. Ibu pasien mengatakan bibir
2. bayinya membiru sejak tadi
pagi Perfusi cerebral
Do :
1. Bayi terlihat mengalami
sianosis
Ds :
1. Ibu pasien mengatakan
banyinya demam selama 2 hari
Do :
1. Pemerikassan tanda-tanda vital Peningkatan Suhu Tubuh
Suhu : 38,5 0C
Nadi : 148x/m
Pernapasan : 68x/m
2. Pasien terlihat mengalami
kejang berulang-ulang 3-5
detik
Ds :
1. Ibu pasien mengatakan
bayinya tidak mau minum
2. Ibu pasien mengatakan bahwa
bayinya hanya minum 50 cc
ASI/24 jam dan OGT 15 cc/3
Jam
3. Ibu pasien mengatakan bahwa
konsistensi BAK bayinya cair
dan berwarna kekuningan, dan
konsistesi BAB bayinya Defisit Volume Cairan
lembek, berwarna kekuningan,
engan pola 1x2/hari
Do :
1. Kongjungtiva tampak anemis
2. Mukosa bibir kering
3. Keadaan umum pasien terlihat
lemah

B. Diagnosa Keperawatan
1.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.
Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di

http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET.
http://samsulrohman55.blogspot.com/2017/04/askep-sepsis-neonatorum.html

Anda mungkin juga menyukai