Disusun Oleh:
1. Latifa Karlinda 012191008
2. Oktoberti Gadi Doke 012191010
3. Bernadet Tasia 012191012
4. Antoninho Coni S.S 012191023
2
KATA PENGANTAR
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekeliruan dan kekurangan dari paparan yang kami sampaikan dalam makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih biasa disebut ISK merupakan penyakit yang sering
ditemukan di masyarakat dan Rumah Sakit. Infeksi saluran kemih adalah infeksi
yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme (Anggara K, 2019). Sebagian besar infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga bisa menjadi penyebabnya.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang konsep dasar Infeksi Saluran Kemih.
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan focus pada pasien dengan Infeksi
Saluran Kemih.
c. Menjelaskan prioritas masalah dan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Infeksi Saluran Kemih.
d. Menjelaskan intervensi keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran
Kemih.
C. Manfaat Penulisan
Makalah disusun diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait,
antara lain:
1. Bagi pasien, keluarga, dan Masyarakat
Sebagai pedoman untuk meningkatkan pengetahuan pasien, keluarga dan
masyarakat tentang Infeksi Saluran Kemih dan perawatannya.
2. Bagi Institusi pendidikan
Menjadi tambahan dokumentasi dalam proses belajar mengajar tentang
Infeksi Saluran Kemih dan pemberian asuhan keperawatannya.
5
BAB II
KONSEP PENYAKIT
B. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya bakteri dalam urin. Infeksi
pada setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapabulan atau
bahkan tahun tanpa gejala (Suzanne C Smeltzer, 2012). Faktor resiko terjadinya
infeksi saluran kemih diantaranya personal hygiene, kontrasepsi, aktivitas
seksual, genetik, hormonal, penyakit metabolik seperti diabetes dan imun
(Anggara K, 2019).
Mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih,
diantaranya ada bakteri gram negatif dan positif (Anggara K, 2019). Bakteri
tersebut diantaranya adalah:
1. Bakteri gram negatif
Escherichia coli, Enterobacter, Pseudomonas
6
2. Bakteri gram positif
Staphylococus saprofiticus, Streptococus faecalis
Kebanyakan organisme yang menyebabkan ISK adalah organisme yang secara
normal ditemukan dalam traktus gastrointestinal seperti E. Coli, Stafilococus
saprofitikus dan Streptococus faecalis (Suzanne C Smeltzer, 2012).
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Infeksi saluran Kemih,
diantaranya adalah:
1. Refluks uretrovesikal dan Refluks ureterovesikal
Akibat kegagalan katup uterovesikal urin akan naik keureter selama proses
berkemih dan mengalir kekandung kemih pada saat proses berkemih
berhenti. Hal ini menyebabkan pengosongan kandung kemih tidaksempurna,
statis, ureter terkontasminasi oleh bakteri urin.
Bersamaan dengan batuk dan mengejan, tekanan dalam kandung kemih akan
meningkat, menyebabkan urin akan terdorong dari kandung kemih ke uretra.
Ketika tekanan kandung kemih kembali normal, urin akan mengalir balik ke
kandung kemih, mengakibatkan masuknya bakteri dari uretra ke kandung
kemih (Suzanne C Smeltzer, 2012).
2. Kontaminasi fekal
Kontaminasi fekal pada meatus uretral merupakan rute masuk bakteri yang
umum ke dalam traktus urinarius.
3. Hubungan Seksual
Hubungan seksual berperan dalam masuknya organisme dari perineum ke
dalam kandung kemih wanita.
4. Penggunaan kateter urine
penggunaan kateter urine menjadi penyebab utama sebagian besar penderita
ISK, terutama pada penggunaan lama dan hygiene yang buruk.
5. Statis urine dalam kandung kemih
6. Obstruksi akibat kongenital, striktur uretra, kontraktur leher kandung kemih
7
7. Penyakit metabolik (Diabetes Melitus)
Tingginya kadar glukosa dalam urine, penurunan fungsi imun,dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik menyebabkan penderita
DM rentan terkena ISK (Corwin, 2009).
8. Usia
Pada usia geriatri lebih rentan terpapar bakteri baik gram positif maupun
negatif, hal ini dikarenakan penurunan daya imunitas dan hygiene yang
kurang maksimal (Anggara K, 2019).
9. Hormonal
Pada wanita dalam usia menopause akibat perubahan hormon menyebabkan
sudut uretrovesikal dan tekanan penutup udara terganggu.
C. Patofisiologi
Sterilitas kandung kemih dipertahankan melalui beberapa mekanisme
seperti barier fisik uretra, aliran urin, kompetensi sambungan ureterovesikal,
berbagai enzim antibakteri dan antibodi, dan efek anti-lekat yang diperantarai
oleh sel-sel mukosa kandung kemih (Suzanne C Smeltzer, 2012).
8
WOC Infeksi Saluran Kemih
Reaksi
Reaksi inflamasi
inflamasi
Gangguan eliminasi
Nyeri akut
Urin
9
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi, bahkan beberapa
ditemukan pasien dengan ISK tidak menunjukan gejala.
Jika kerusakan ginjal luas terjadi, gejala gagal ginjal muncul seperti
mual,muntah, pruritus, kehilangan berat badan,edema,kelemahan dan nafas pendek
(Suzanne C Smeltzer, 2012).
E. Pencegahan
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali (Afrain,
Nian Nuari, dkk. 2017), yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air kecil merupakan
sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air kecil
bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan
bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
10
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan
dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
7. Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.
8. Buang air kecil sesudah berhubungan, hal ini membantu menghindari saluran
urin dari bakteri.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung Koloni
Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari spesimen dalam kateter dianggapsebagai kriteria utama adanya
infeksi.
2. Temuan di tingkat sel
Hematuria mikroskopik pada hampir 50% pasien yang mengalami infeksi akut.
Terutama pada ISK bagian atas.
3. Kultur Urin
Kultur urine dilakukan untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4. Metode Tes (esterase dan nitrit)
Tes dipstick multistrip untuk WBC (esterase leukosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat) adalah tindakan yang umum dilakukan terutama untuk pasien
rawat jalan. Jika tes esterase positif maka pasien mengalami piuria (WBC dalam
urin) dan harus segera mendapatkan penanganan. Tes Griess dianggap positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit (Suzanne C
Smeltzer, 2012).
5. Tes PMS (Penyakit Menular Seksual)
Uretritis akut akibat organisme yang menular secara seksual (Klamidia
trakomatis, N gonorrheae) atau infeksi vaginitis akut (disebabkan oleh
Trikomonas dan Kandida)
6. Tes Tambahan
- Urogram intravena (IVU)
- Pielografi (IVP)
- sistografi
11
- Ultrasonografi
Tes tambahan dilakukan untuk menentukan apakah infeksi adalah akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hidronefrosis,
atau hiperplasia prostat.
12
G. Penatalaksanaan
Menurut (Afrain, Nian Nuari, dkk. 2017)
1. Secara umum tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan cepat,
mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi
morbiditas serta mortilitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik
sambil mencari penyebab.
3. Antibiotik yang umum digunakan untuk menobati ISK tidak berkomplikasi
adalah trimethroprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin,
dannitrofurantoin.
4. TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena
mampu membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali enterococcus.
Kelebihan lain dalahTMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok
digunakan pada lansia yangmempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang
sudah mulai tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX pada E. Coli.
13
8. Kaum lansia lebih rentan terhadap efek samping dan toksisitas antibiotik. Hal itu
dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi. Akibatnya,kadar obat
dalam serum tinggi dan berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena
itu batas keamanan obat pada lansia sepit, pemilihan antibiotik harus berhati-hati
dengan mempertimbangkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status
nutris i(kadar albumin), dan efek samping.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian Umum
1. Identitas.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
b. Riwayat penyakit sekarang.
a. Riwayat penyakit dahulu.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
c. Imunisasi.
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
e. Nutrisi.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler : Tidak ada kelainan.
b. Sistem pernapasan.
c. Sistem pencernaan.
d. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
e. Sistem muskuloskeletal.
f. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
g. Sistem integumen.
f. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.
15
e. Nyeri testis/epididimis : dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa primer
(yakni berasal dari kelainan organ di kantong skrotum)
f. Nyeri penis : disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans
penis.
2. Adanya keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan pasien saat miksi meliputi : keluhan iritasi, obstruksi,
inkontinensia, dan enuresis. Keluhan iritasi meluputi urgensi, polakisuria,
nokturia, dan disuria. Sedangkan keluhan obstruksi meliputi hesitensi, harus
mengejan saat miksi, pancaran urin melemah, intermitensi dan menetes serta
masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan obstruksi dikenal
sebagai lower urinary tract syndrome.
3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, resistensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
4. Adanya perubahan pola eliminasi : disuria, inkontinensia, sering berkemih,
urgensi, rasa panas pada saat berkemih, disuria (sakit dan sulit saat berkemih),
hesistensi (kesulitan untuk memulai berkemih), nikturia (urinasi yang berlebihan
saat malam hari), inkontinensia urine, konstipasi, poliuri (pengeluaran urine
berlebihan), oliguria (pengeluaran urine yang sedikit 100-500 ml/24 jam),
hematuria (ada sel darah merah pada urine).
5. Adanya gejala gastrointestinal
6. Pola nutrisi-metabolic
B. Diagnosa Keperawatan
16
C. Intervensi Keperawatan
17
1. Nyeri Akut SLKI: SIKI :
(D. 0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(L.08066) Definisi:
Kategori: Psikologis Tujuan: Mengidentifikasi dan mengelola
Subkategori : Nyeri Setelah dilakukan pengalaman sensorik atau
dan Kenyamanan tindakan keperawatan emosional
selama 1x 24 jam yang berkaitan dengan kerusakan
Definisi: tingkat nyeri berkurang jaringan actual atau fungsional
Pengalaman dengan Kriteria Hasil :
sensorik atau 1. Keluhan nyeri Tindakan:
emosional yang menurun Observasi
berkaitan dengan 2. Gelisah menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kerusakan jaringan 3. Ekspresi meringis durasi, frekuensi, kualitas,
actual atau menurun intensitas nyeri
fungsional 4. Frekuensi nadi 2. Identifikasi skala nyeri
membaik 3. Identifikasi respon nyeri non
Penyebab: - Dewasa 80- verbal
Agen fisiologis 100x/mnt 4. Identifikasi factor yang
(inflamasi, - Anak 80- memperberat dan menurunkan
peningkatan tekanan 120x/mnt nyeri
intra abdomen)
Terapeutik:
1. Berikan terapi nonfarmakologis
Gejala dan tanda untuk mengurangi nyeri (mis.
mayor: Pijat, aromaterapi, terapi
Subjektif bermain, kompres
Mengeluh Nyeri hangat/dingin)
Objektif 2. Kontrol lingkungan yang
Tampak meringis memperberat nyeri (mis. Suhu,
Frek nadi meningkat pencahayaan, bising)
Gelisah 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Bersikap protektif
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
3. Ajarkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gangguan Eliminasi SLKI: SIKI :
18
urine Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
(D.0149) (L.04034) (I.04152)
Tujuan:
Kategori: Fisiologis Setelah dilakukan Definisi:
Subkategori : tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
Eliminasi selama 2x 24 jam gangguan pola eliminasi urine
pengosongan kandung
Definisi: kemih lengkap dengan Tindakan:
Disfungsi eliminasi Kriteria Hasil : Observasi
urine 1. distensi kandung 1. Identifikasi tanda dan gejala
kemih menurun retensi atau inkontinensia urine
Penyebab: 2. dysuria menurun 2. Identifikasi factor yang
- Iritasi kandung karaketristik dan menyebabkan retensi urine
kemih/uretra frekuensi BAK 3. Monitor eliminasi urine (mis.
- sumbatan membaik Frekuensi, konsistensi, aroma,
volume dan warna)
Gejala dan tanda
mayor: Terapeutik:
Subjektif 1. Catat waktu dan haluaran urine
- dysuria 2. Ambil sampel urine atau kultur
Objektif Edukasi
Distensi kandung 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
kemih saluran kemih
Berkemih 2. Ajarkan mengukur asupan
tidaktuntas cairan dan haluaran urine
Kolaborasi:
Kolaborasi pemasangan Dower
cateter, jika perlu
3. Resiko Infeksi (D. SLKI SIKI:
0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
(L.14137)
Kategori: Tujuan: Definisi:
Lingkungan Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan menurunkan
Subkategori : tindakan keperawatan resiko terserang organisme
Keamanan & selama 3x 24 jam patogenik
Proteksi Infeksi tidak terjadi
dengan Kriteria Hasil : Tindakan:
Definisi: 1. Demam menurun Observasi
Beresiko mengalami 2. Nyeri menurun 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
peningkatan 3. cairan berbau busuk lokal dan sistemik
terserang organisme menurun
patogenik 4. Piuria menurun Terapeutik:
19
1. Batasi jumlah pengunjung
Factor resiko: (Tim Pokja SLKI DPP 2. Berikan perawatan area
1. Penyakit kronis PPNI, 2018) pemasangan kateter
2. efek prosedur 3. cuci tangan sebelum dan setelah
invasik kontak dengan pasien dan
3. Peningkatan lingkungan pasien
paparan 4. Pertahankan teknik aseptik pada
organisme pasien beresiko tinggi
patogen
lingkungan Edukasi
4. ketidakadekuatan 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
pertahanan tubuh 2. Ajarkan cara mencuci tangan
sekunder : dengan benar
supresi respon 3. Ajarkan cara meningkatkan
inflamasi asupan nutrisi dan cairan
20
informasi mengurangi kecemasan
mengenai 3. Dengarkan dengan penuh
penyakit dan perhatian
tindakan medis 4. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
Gejala dan tanda akan datang (mis. penjelasan
mayor: penyakit dan tindakan medis
Subjektif Pembedahan)
- Merasa bingung
- Merasa khawatir Edukasi
dengan akibat 1. Informasikan secara factual
dari kondisi yang mengenai diagnosis, pengobatan
dihadapi dan prognosis
Objektif 2. Latih teknik relaksasi, misal
Tampak gelisah nafas dalam
Tampak tegang
Kolaborasi:
Gejala tanda minor: Kolaborasi pemberian obat
Subjektif antiansietas, jika perlu
- Anoreksia
- Palpitasi
Objektif
Frek nadi dan nafas
meningkat
TD meningkat
Suara bergetar
21
- Dehidrasi Terapeutik:
- proses penyakit 1. Sediakan lingkungan yang
(infeksi) dingin
2. Longgarkan dan lepaskan
Gejala dan tanda pakaian
mayor: 3. Berikan cairan oral
Subjektif
- tidak tersedia Edukasi
Anjurkan tirah baring
Objektif
Suhu tubuh diatas Kolaborasi:
normal Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intra vena
BAB IV
PENUTUP
22
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinary Tract Infection (UTI) adalah infeksi
yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius
(Suzanne C Smeltzer, 2012). Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya bakteri
dalam urin. Infeksi pada setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama
beberapabulan atau bahkan tahun tanpa gejala (Suzanne C Smeltzer, 2012). Faktor
resiko terjadinya infeksi saluran kemih diantaranya personal hygiene, kontrasepsi,
aktivitas seksual, genetik, hormonal, penyakit metabolik seperti diabetes dan imun
(Anggara K, 2019). Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan keperawatan ini ialah
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen fisiologis (inflamasi, peningkatan tekanan
intra abdomen), Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan Iritasi kandung
kemih/uretra, Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan,
mencerna dan mengabsorbsi makanan dan Ansietas berhubungan dengan Kurang
terpapar informasi mengenai penyakit dan tindakan medis.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan pengetahuan tentang
Asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih dapat bertambah. Adapun
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Afrain, Nian Nuari, dkk. Gangguan Pada Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan
Keperawatan. 2017. Budi Utama: Jakarta.
23
Ana Flores-Mireles, P. T. (2019). Pathophysiology, Treatment, and Prevention of
Catheter-Associated Urinary Tract Infection. Topics in Spinal Cord Injury
Rehabilitations , 25 (3), 228-240.
Hamami, P. J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah (2 ed.). (P. J, Ed.) Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.
Hermiyanty. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72 Healthy
Tadulako Journal (Hermiyanty : 53-59) 53 FAKTOR RISIKO INFEKSI
SALURAN KEMIH DI BAGIAN RAWAT INAP RSU MOKOPIDO
TOLITOLI TAHUN 2012.
Hurst, M. (2018). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagmostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
24
25