Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.I DENGAN DECOMP CORDIS


Untuk memenuhi tugas praktik KMB RSUD Cibinong Bogor

Disusun Oleh :
Bayu Adhiasa

NIM : P17320312012

Herfa Nurfajriyanti

NIM : P17320312030

Nurul Uswati

NIM : P17320312053

Siti Ani Solihat

NIM : P17320312068
Kelompok 4

18 November 21 Desember 2013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
Jln. Dr Semeru 116 Bogor

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah Praktik Keperawatan Medikal
Bedah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny.I dengan Decomp Cordis tepat pada
waktunya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.

Bogor, 20 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
D. Metode..................................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Anatomi fisiologi jantung.....................................................................................................4
B. Decomp cordis/ gagal jantung............................................................................................12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................20
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................20
B. ANALISA DATA...............................................................................................................26
C. RENCANA KEPERAWATAN...........................................................................................28
D

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.................................................................................32

E. CATATAN PERKEMBANGAN........................................................................................35
BAB IV
PENUTUP.....................................................................................................................................44
A. Kesimpulan.........................................................................................................................44
B. Saran...................................................................................................................................44
Daftar pustaka...............................................................................................................................45
Lampiran...................................................................................................................................46

ii

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dokumentasi Keperawatan adalah segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dapat
dipercaya sebagai bukti kewenangan individu ( Edelstein 1990 ). Setelah selesai melakukan
proses keperawatan, perawat harus segera melakukan pendokumentasian sebagai perwujudan
atau bukti fisik telah dilakukannya suatu tindakan. Asuhan keperawatan harus dilaksanakan
sesuai standard keperawatan, yaitu proses keperawatan, agar klien mendapatkan
pelayanan/asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
dan

perawat

untuk

bersama-sama

menetapkan

kebutuhan

terhadap

asuhan,

merencanakan dan melaksanakan asuhan, serta mengevaluasi hasil asuhan. Oleh karena itu,
Standard praktik keperawatan ditetapkan dengan mengacu pada proses keperawatan meliputi:
Standard I : Dokumentasi Pengkajian keperawatan, Standard II : Dokumentasi Diagnosa
keperawatan, Standard III : Dokumentasi Perencanaan Keperawatan, Standard IV :
Dokumentasi Implementasi, Standard V : Dokumentasi Evaluasi.
Asuhan keperawatan yang akan kita bahas pada saat ini yaitu asuhan keperawatan pada
klien dengan Decomp Cordis atau gagal jantung, Gagal jantung adalah suatu kondisi
ketidakmampuan jantung memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrient. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit
jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit jantung harus disertai dengan kegagalan
jantung dalam melakukan fungsinya sebagai pompa. Jantung yang lemah masih dapat
memompakan darah dalam jumlah yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi
tidak mampu lagi bila ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan lainlain.

.
Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak

teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung yang berulang,
melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi
yang tidak terkontrol (Noer,1996).
Payah jantung dapat dimanifestasikan sebagai Forward-Failure misalnya pada infark
miocard dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat bermanifestasi sebagai
Backward-Failure, dimana terjadi kegagalan ventrikel kanan sebagai akibat dari kegagalan
ventrikel kiri. Dalam hal ini terjadi peninggian tekanan di dalam atrium kiri dan
1

pembendungan vena pulmonal dengan tanda napas sesak, oedema paru dan lain-lain
(Toja,1989).
Payah jantung dapat di temukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat.
Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya gejala yang timbul, meskipun
klasifikasi ini tidak tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat terutama dalam
menilai hasil therapi. Klasifikasi yang banyak digunakan adalah dari New York Heart
Association Classification (NYHA )1994. NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung Class 1 :
Berupa keadaan klien dalam aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak napas atau
kelelahan. Class 2 : Penderita penyakit jantung saat istirahat tidak ada keluhan namun bila
melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak napas dan kelelahan. Class 3 : Saat istirahat
tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang lebih ringan dari aktifitas sehari-hari sudah
menimbulkan sesak napas dan kelelahan. Class 4 : Penderita tidak mampu melakukan
aktifitas fisik. Gejala- gejala gagal jantung sudah nampak pada saat penderita istirahat dan
setiap aktifitas fisik menambah beratnya keluhan(Sutomo,2003).
b. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gagal jantung?
2. Bagaimana etiologi penyakit gagal jantung?
3. Apa saja manifestasi klinis dari gagal jantung?
4. Bagaimana proses patofisiologi terjadinya penyakit jantung?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang gagal jantung?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan penanganan untuk penyakit gagal jantung?
7. Bagaimana proses keperawatan pada penyakit gagal jantung?
c. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dari gagal jantung kongestif berupa:
-

Definisi

Etiologi

Manisfestasi Klinis

Patofisiologi

Pemeriksaan Penunjang

Komplikasi

Penatalaksanaan

2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari gagal jantung kongestif berupa:


-

Pengkajian

Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

Intervensi dan Rasional

Implementasi Keperawatan

Evaluasi

d. Metode
Metode yang kami gunakan adalah dengan pengambilan data dari beberapa sumber atau
disebut dengan studi pustaka, diantaranya sebagian besar dari buku dan sebagian kecil dari
internet. Selain itu, data yang kami dapatkan juga melalui praktik yang kami lakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong pada tanggal 18 November 21 Desember 2013.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi fisiologi jantung
i.

Pengertian
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot . otot jantung merupakan jaringan

istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang,
tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom ).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul disebut juga basis
kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam
rongga dada sebelah depan ( kavum mediastinum anterior ), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara
kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan
dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar
pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. jantung
bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah.
Pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens
dinamakan arteri koronaria.
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja
jantung dan nervus para simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja
memperlambat kerja jantung. jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup
yang disebabkan oleh adanya rangsangaan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium
dekstra yang disebut nodus sinoatrial. Dari sini rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium
dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus atrioventrikular atau simpul tawara melalui
berkas wenkebach. Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundle atrioventrikuler
( berkas his ) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut
annulus fibrosus,rangsangan akan terhenti kira-kira sepersepuluh detik.

Seterusnnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke baian apeks kordis dan melalui
berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan demikkian jantung
berkontraksi.
ii.

Lapisan jantung
1. Endokardium , merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel ata selaput lender yang melapisi permukaan
rongga jantung.
2. Miokardium, merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
-

Bundalan otot atria, yang terdapat di bagian kiri/kanan dari basis kordis yang
membentuk serambi atau aurikula kordis

Bundalan otot ventrikel, yang membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
atrioventrikuler sampai di apeks jantung.

Bundalan otot atrioventrikuer merupakan dinding pemisah antara serambi dan


bilik jantung.

3. Pericardium, merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput


pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral yang
bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
iii.

Periode kerja jantung


Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :
1.

Periode kontriksi (periode sistol). Suatu keadaan ketika jantung bagian

ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan
tertutup valvua semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka,
sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
2.

Periode dilatasi (periode diastol), suatu keadaan ketika jantung mengembang.

Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk
ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstara.
Selanjutnya darah yan ada di oaru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis
masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3.

Periode istorahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika

jantung berhenti kira-kira sepersepuluh detik. Pada waktu kita beristirahat jantung
5

akan menguncup sebanyak 70 sampai 80 kali per menit pada tiap-tiap kontraks
jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
iv.

Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah.
Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi (sistol) dan pengendoran (diastole)
konstriksi dari ke 2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sisitol atrial dan
pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel lebih kurang ,3 detik dan tahap pengendorannya selama 0,5
detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Dsedangkan kontriksi ventrikel lebih lama dan lebih
kuat daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh
tubuh untuk memperthankan tekanan darah sisitemik. Meskipun ventrikel kanan juga
memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan ke darah ke sekitar paruparu ketika tekanannya lebih rendah.
v.

Bunyi jantung
Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katup-

katp yang menutup. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrioventrikel, dan bunyi
kedua karena menutupnya katup aorta dan arteri pulmonary setelah konstriksi dari ventrikel.
Bunyi yang pertam adalah panjang, yang kedua pendek dan tajam. Dalam keadaan normal
jantung tidak membuat bunyi lebih keras, tetapi bila arus darah cepat atau kalau ada kelainan
pada katup maka terdapat bunyi bising.
vi.

Debaran jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri terhadap dinding

anterior yang terjadi selama kontriksi ventrikel kiri. Debaran ini dapat diraba dan sering
terlihat pada ruang inercostalis kelima kira-kra 4 cm dari garis sternum.
vii.

Sifat otot jantung


Otot jantung mempunyai cirri-ciri yang khas. Kemampuan berkotraksi otot jantung

sewaktu sistol maupun dastol tidak bergabung pada rangsangan saraf. Konduktivitas daya
hantar konstriksi melalui setiap serabut oto jantung secara halus sekali dan sangat jelas dalam
berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang. Yang dimiliki otot jantung secara otomatis
dengan tidak bergabung pada rangsangan saraf.
viii.

Daya pompa jantung


Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali per menit. Pada waktu banyak

pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali per menit dengan daya pompa 20-25 liter
per menit.
6

Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan dari vena ke jantung.
apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan
daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengakak berisi darah sehingga
tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.
ix.

Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan

peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.


1. Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra
yang terdiri dari 3 katup.
2. Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
yang terdiri dari 2 katup.
3. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan
arteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru.
4. Valvula emilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat
darah mengalir menuju seluruh tubuh.
x.

Fisiologi otot jantung


Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat

otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot antrium dan
ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang
lebih lama. Sedangkan serat khusus pengantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan
lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu
sistem pencetus rangsangan bagi jantung.
xi.

Elektrofisiologi sel otot jantung


Aktivitas lisrtik jantung merupakan akibaat dari perubahan permeabilitas membrane sel

yang memungkinkan pergerakan on-ion melalui membrane tersebut. Denagn masuknya ionion maka muatan listrik sepanjang membrane ini mengalami perubahan yang relative.
Terhadap tiga macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam elektrofisiologi sel
yaitu kalium (K), natrium (N) dan kalsium (Ca). kalium lebih banyak terdapat dalam sel
sedangkan kalium dan kalsium lebih banyak terdapat di luar sel.
Dalam keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif di bagia luar sel
dan muatan negative di bagian sel dalam, ini dapat dibuktikan dengan galvanometer.
Perbedaan muatan bagian luar dan bagian dalam sel disebut resting membrane potensial. Bila
sel dirangsang akan terjadi perubahan muatan dalam sel menjadi positif sedangkan di luar sel
7

menjadi negative.

Peruses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan

depolarisasi. Kemudian setelah rangsangan sel berubah kembali pada keadaan muatan
semula, proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh peruses tersebut dinamakan potensial aksi.
Potensial aksi terjadi disebabkan rangsangan listrik, kimia, mekanik dan termis.
xii.

Siklus jantung
Jantung mempunyai empat pompa yang terpisa. Dua pompa primer atrium dan 2 pompa

tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya
dinamakan siklus jantung. tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara
spontan pada simpul SA (sinoatrial) yang terletak pada dinding posteriol atrium kanan dekat
muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat malalui berkas
atrioventrikular (AV)

ke dalam vengtrikel, karena susunan khusus istem penghantar

antrium ke ventrikel terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan implus jantung dan atrium
ke dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkintraksi mendahului ventrikel, atrium
bekerja sehingga pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan sumber
tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vascular.
xiii.

Fungsi jantung sebagai pompa


Pada tiap siklus jantung terdiri systole dan diastole secara berurutan dan teratur dengan

adanya katup jantung yang tedrbuka dan tertutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja sebagai
suatu pompa sehingga darah dapat beredar ke seluruh tubuh.
Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan di dalam rongga jantung
sehingga terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan ini menyebakan darah mengalir dari rongga
yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
xiv.

Fungsi atrium sebagai pompa

Dalam keadaan normal darah mengalir terus dari vena-vena besar ke dalam atrium. Kirakira 70% aliran ini langsung mengalir dari atrium ke ventrikel walaupun atrium belum
berkontraksi. Kemudian kontraksi atrium mengadakan pengisian tambahan 30 % karena
atrium berfungsi hanya sebagai pompa primer yang meningkatkan keefektifan ventrikel.
Jantung terus dapat bekerja dengan sangat memuaskan dalam keadaan istirahat normal.
xv.

Fungsi ventrikel sebagai pompa


1. Pengisian ventrikel

Selama systole ventrikel, sejumlah darah tertimbun dalam atrium karena katup atrium ke
ventrikel tertutup. Tepat setelah sistolik berakhir tekanan ventrikel turun kembali sampai ke
tekanan diastolic yang rendah. Tekanan pada atrium yang tinggi dengan segera mendorong
8

katup antara atrium dan ventrikel membuka dan memungkinkan darah mengalir dengan
cepat ke dalam ventrikel. Ini dinamakan periode pengisian cepat ventrikel.
Periode pengisian berlangsung kira-kira

pertama diastolik. Selama

tengah diastolic

darah sedikit mengalir ke ventrikel, ini adalah darah yang terus masuk ke dalam atrium dari
vena-vena dan berjalan melalui atrium langsung ke ventrikel.
2. Pengosongan ventrikel selama systole
Bila kontraksi ventrikel mulai, tekanan ventrikel meningkat dengan cepat yang
menyebabkan katup atrium dan ventrikel tertutup. Diperlukan penambahan oksigen -0,03
detik bagi ventrikel untuk meningkatkan tekanan uang cukup untuk mendorong katup
semilunaris (aorta dan pulmonalis) membuka melawan tekanan dalam aorta dan arteri
pulmonalis. Selama periode ini terjadi kontraksi pada ventrikel tetapi tidak terjadi
pengosongan. Periode ini dinamakan periode kontraksi istemik (isovolemik seluruh tubuh)
3. Periode ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit di atas 80 mm Hg, tekanan ventrikel kanan
sedikit di atas 8 mm Hg. Tekanan ventrikel sekarnang mendorong membuka katup
semilunaris segera darah mulai dikeluarkan dari ventrikel, sekitar 60% terjadi pengosongan
selama

pertama systole dan sebagian besar 40% sisanya dikeluarkan selama

berikutnya,

bagian systole ini dinamakan periode ejeksi.

4. Periode diastole
Selama

terakhir systole, ventrikel hampir tidak ada aliran darah dari ventrikel yang

masuk ke arteri besar walaupun otot ventrikel tetap berkontaksi.


5. Periode relaksasi isotermik (isovolemik)
Pada akhir sistole relaksasi ventrikel mulai dengan tiba-tiba, mungkin tekanan dalam
ventrikel turun dengan cepat. Peningkatan tekanan dalam arteri besar tiba-tiba mendorong
darah kembali kearah ventrikel menimbulkan bunyi penutupan katup aorta dan pulmonal
dengan keras selama 0,03-0,06 detik. Selanjutnya otot ventrikel relaksasi dan tekanan
ventrikel turun dengan cepat kembali ke tekanan diastole yang sangat rendah, kemudian
katup atrium dan ventrikel membuka mengawali siklus pompa ventrikel yang baru.
9

xvi.

Volume akhir diastole dan sistole


Selama diastole, pengisian ventrikel dalam keadaan normal meningkatkan volume setiap

ventrikel sekitar 120-130 ml. volume ini dinamakan volume akhir diastolic. Pada waktu
ventrikel kosong selama sistole, volume berkurang kira-ira 70ml, dinamakan isi kuncup.
Volume yang tersisa dalam tiap-tiap ventrikel sekitar 50-60 ml, dinamakan volume akhir
sistolik.
xvii.

Fungsi Katup
Katup atrioventrikular (trikuspidalis dan bikuspidalis) mencegah pengaliran balik darah

dari ventrikel ke atrium selama sistole dan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis)
mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kedalam ventrikel selama periode
diastole. Semua katup ini membuka dan menutup secara pasif yaitu akan menutup bila selisih
tekanan yang membalik mendorong darah kembali dan membuka bila selisih tekanan ke
depan mendorong darah ke arah depan.
xviii.

Sistem konduksi pada jantung


Hambatan impuls-impuls memungkinkan pengaturan irama jantung, sistem ini

merupakan modifikasi dari otot jantung yang disertai tenaga ritmik spontan dan serabut saraf
tertentu.
xix.

Sinoatrial node (SA Node)


Suatu tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil, berada di dalam dinding atrium

kanan di ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari
sini impuls diteruskan ke atrioventrikuler node.
xx.

Atrioventrikuler node (AV Node)


Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat muara

sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskna ke atrioventrikuler budel melalui


berkas wenkebach.
xxi.

Atrioventrikuler bundle (AV Bundel)


Mulai dari AV bundle berjalan kearah depan pada pinggir posterior dan pinggir bawah

pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium

dan ventrikel disebut analus vibrosus, rangsangan terhenti


apeks kordis dan bercabang dua:

10

detik selanjutnya menuju

Pars septalis dekstra melanjut kearah AV bundle di dalam pars muscularis septum
interventriculare menuju dinding depan ventrikel kanan.
Pars septalis sinistra berjalan diantara pars membranacea dan pars muscularis sampai di
sisi kiri septum interventricularis menuju basis M. papilaris inferior ventrikel kiri. Serabutserabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut purkinje).
xxii.

serabut penghubung terminal


serabut penghubung terminal (serabut purkinje) berupa anyaman yang berada pada

endokardium menyebar pada kedua ventrikel.


xxiii.

Curah jantung
Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan

ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan tejadi penimbunan darah ditempat
tertentu. Misalnya bila jumlah darah yang dipompakan ventrikel kanan lebih besar dari
ventrikel kiri, maka jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran
darah sistemik sehingga terjadi penimbunan darah di paru-paru.
Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit disebut curah jantung, dan
jumlah darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistole disebut volume sekuncup
dengan demikian curah jantung = isi sekuncup

frekuensi denyut jantung per menit.

Umumnya pada tiap sistole ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya
sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Misalnya isi ventrikel pada akhir sistole 120cc,
isi sekuncup = 80cc, maka pada akhir sistole masih tersisa 40cc darah dalam ventrikel.
Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang
tidak terlalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada
keadaan (meningkat pada waktu kerja berat, stress, peningkatan suhu lingkungan, dan
keadaan hamil; sedangkan curah jantung menurun pada waktu tidur).
xxiv.

Faktor yang memengaruhi pekerjaan jantung

Curah jantung merupakan faktor utama dalam sirkulasi yang mempunyai peranan
penting dalam transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi. Jumlah darah yang
dipompakan oleh ventrikel tergantung dari kebutuhan jaringan perifer akan oksigen, nutrisi
dan ukuran tubuh. Untuk ini diperlukan suatu indicator fungsi jantung yang lebih adekuat.
Faktor utama yang memengaruhi pekerjaan jantung adalah beban awal, kontraktilitas, beban
akhir, dan frekuensi jantung.
xxv.

Beban awal
11

Otot jantung diregangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi, berhubugan dengan


panjang otot jantung, peningkatan beban awal menyebabkan kontraksi ventrikel lebih kuat
dan meningkatkan volume curah jantung. meningkatnya beban awal akibat dari
meningkatnya volume darah yang kembali ke ventrikel semakin diregang serabut otot jantung
semakin besar kontraksinya sampai batas tertentu.
xxvi.

Kontraktilitas
Bila saraf simpatis yang menuju ke jantung dirangsang maka ketegangan keseluruhan

akan bergeser ke atas atau ke kiri atau meningkatkan kontraktilitas, frekuensi dan irama
jantung juga mempengaruhi kontraktilitas. Bila sebagian dari miokard ventrikel tidak
berfungsi maka kerja ventrikel akan berkurang menyebabkan depresi (menurunnya)
kontraktilitas setiap unit miokard.
xxvii.

Beban akhir
Resistansi (tahanan) yang harus diatasi waktu darah dikeluarkan dari ventrikel, suatu

beban ventrikel kiri untuk membuka katup semilunaris aorta dan mendorong darah selama
kontraksi. Peningkatan drastic beban akhir akan meningkatkan kerja ventrikel, meningkatkan
kebutuhan oksigen dan mengakibatkan kegagalan ventrikel.
b. Decomp cordis/ gagal jantung
1. Definisi
Decompensasi Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah

untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrien. (Brunner and Suddarth, 2001).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung akibat
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau
kemampuannya hanya kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
(Braunwald,1992)
Gagal jantung congestive adalah suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan
adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan regulasi neuro-hormonal, disertai intoleransi
kemampuan kerja fisik, retensi cairan, dan mememdeknya umur hidup. (Packer 1990)
i.

Etiologi
Secara umum, gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa hal yang dapat

dikelompokan menjadi:
a. Disfungsi Miokard
Iskemia miokard, Infark miokard, Miokarditis, Kardiomiopati
b. Beban tekanan berlebihan pada sistoloik (sistolik overload)
Stenosis aorta, Hipertensi, Koartasio Aorta
12

c. Beban volume berlebihan pada distolik (Diaastolik overload)


Insufiensi katub mitral dan trikuspidalis
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
Anemia
e. Gangguan pengisian ventrikel
Primer (Gagal distensi sistolik)
Perikarditis, tamponade jantung
Sekunder
Stenosis mitral, stenosis trikuspidalis
ii.

Faktor perkembangan gagal jantung


b. Aritmia
Aritmia akan mengganggu fungsi mekanisme jantung dengan mengubah ransangan
listrik yang memulai respon mekanis
c. Infeksi Sistemik dan infeksi paru-paru
Respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan metabolisme yang meningkat
d. Emboli paru
Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap reaksi
ventrikel kanan, pemicu terjadinya gagal jantung kanan.

i.

Klasifikasi
Menurut NYHA (New York Heart Association):
a. Klasifikasi I
Gejala
Aktivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dypsnea, palpitasi, tidak ada
kongesti pulmonal atau hipotensi perifer.
Kegiatan sehari-hari tidak terbatas
Prognosa: Baik
tidak ada gejala bila melakukan kegiatan fisik biasa
b. Klasifikasi II
Gejala
Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas
Gejala tidak ada saat istirahat
Ada bailar (krekels dan S3 murmur)
Prognosa: Baik
timbul gejala bila melalukan kegiatan fisik biasa
c. Klasifikasi III
Gejala
Kegiatan sehari-hari terbatas
Klien merasa nyaman saat istirahat
Prognosa: Baik
13

timbul gejala bila melakukan kegiatan fisik ringan


d. Klasifikasi IV
Gejala
Gejala insufisiensi jantung ada saat istirahat
Prognosa: Buruk
timbul gejala pada saat istirahat
ii.

Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV
di mana curah jantung (CO: Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart
Rate) X volume sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung.
Tetapi dengan gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tuga faktor; preload; kontraktilitas dan afterload.
Preload adalah sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan panjang serabut jantung dan kadar kalsium
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor terganggu, hasilnya curah
jantng berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika melalui
prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif dan
mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.
iii.

Manifestasi Klinis
14

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler, Kongesti


jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang menungkat akbiat turunnya curah
jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
mengakibatkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru
yang dimanifestasikan dengan batuk dan napas pendek. Meningkatnya tekanan sistemik
dapat menyebabkanedema perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas karena
darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan
oksigen yang dibutuhkan. Beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah
adalah pusing., konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas
dingin, dan haluaran urin berkurang (oligiuri). Tekanan perfusi ginjal menurun,
mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal yang pada gilirannya akan menyebabkan
sekresi aldosteron,retensi natrium dan cairan serta peningkatan volume intravaskuler.

Gagal Jantung Sisi Kiri dan Kanan


Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel

kiri paling sering mendahului ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni snonim dengan
edema paru akut. Karena curah jantung berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah
satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

Gagal Jantung Kiri


Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu

memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabka cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardia) dengan bnyi jantung S 3,
kecemasan dan kegelisahan.
Dispnea terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dispnea bahkan terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang
minimal atau sedang. Dapat terjadi Orthopnea, kesulitan bernapas pada saat berbaring,
tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi
bahkan pada saat tidur.
Beberapa pasien hanya mengalami orthopnea pada malam hari, suau kondisi yang
dinamakan paroxismal nokturnal dispnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien, yang
sbelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah, pergi berbaring ke
15

tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang
sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu,
tidak mampu mengosongkan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulas
paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif., tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung kurang yang menghambat jaaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang
terjadi akibat distres dan pernapasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat
kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu
terjadi kecemasan, terjadi juga dispnea yang pada gilirannya memperberat kecemasan.

Gagal Jantung Kanan


Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan

perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.manifestasi klinis yang tampak meliputi edema
ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema,
pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan di dalam ringga peritonium), anoreksia dan mual, nokturia dan
lemah.
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap
bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian
bawah. Edema sakral sering jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena
daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema adalah eedema yang akan
tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat
setelah retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan pada pembuluh
portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen., suatu kondisi yang

16

dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada diafragma dan distres pernapasan.
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesara vena dan statis vena didalam rongga
abdomen.
Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada
malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat.
Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan
iv.

Pemeriksaan penunjang
e. EKG

mengetahui

hipertropiatrial

atua

ventrikuler,

penyimpanan

aksis,iskemia dan kerusakan pola


f. ECG :

mengetahui

adanya

sinus

takikardi,iskemi,infar,ventrikel

hipertrofi,disfngsi penyakit katup jantung


g. Rontgen dada : menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
h. Sean jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung
i. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic
j. AGD : gagal ventrikel kiri ditandai alkalosisi respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondoksida
k. Enzim jantung : meningkat bbila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,
missal infark miokard (kreatinin fosfokinase/CPK, Isoenzim CPK dan
Dehidrogenase laktat/LDH, isoenzim LDH)
i.

Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis :
l. Glikosida jantung.
m. Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan
mengurangi edema
17

n. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
hrs hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
o. Terapi vasodilator.
Obat-obat

fasoaktif

digunakan

untuk

mengurangi impadansi

tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki


pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
Cara pemberian digitalis
Dosis dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya gagal jantung.
Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih dari 120/menit,
biasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan digitalis
lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena paling aman.
Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan efek meksimal
secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi respone. Dengan pemberian oral dosis
biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari.
Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat, harus dengan hati-hati,
dan secara perlahan-lahan.
Untuk Menurunkan beban jantung dengan menurunkan beban awal dengan
diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20
mg), dan vasodilator (vasodilator, mis : nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2
ug/kgBB/menit iv, nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan
penghambat ACE : captopril 2x6,25 mg).
.

Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan


pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi
(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel

i.

Komplikasi
a. Edema paru akut dapat terjadi gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan
curahjantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan
otak)
c. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung
18

Masuknya cairan ke kantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium


sampai ukuran

maksimal. COP menurun dan aliran balik vena ke jantung :

tamponade jantung

19

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
NY. I DENGAN DECOMP CORDIS DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Klien

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Alamat
No. RM
Diagnosa Medik
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian

: Ny. I
: 50 Tahun
: Perempuan
: Menikah
: SD
: Islam
: IRT
: Kp. Laladon RT 02/03
: 10833496
: Decomp Cordis
: 3 Desember 2013
: 6 Desember 2013

b. Penanggung Jawab

ii.

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Hubungan Keluarga

: Ny. A
: 23 Tahun
: Perempuan
: SMA
: Islam
: Karyawan
: Kp. Laladon RT 02/03
: Anak

Keluhan Utama
Klien mengatakan mual, tidak nafsu makan, nyeri pada bagian ulu hati dan terasa
sesak

iii.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan ketika dirumah klien mengalami sesak tiba-tiba, lalu keluarga

klien mengantarkan klien ke rumah sakit daerah Cibinong pada tanggal 30 November
2013 pada pukul 15.00. Dan klien kemudian mulai mendapat perawatan di ruang Seruni
atas. Akan tetapi kemudian klien dipindahkan ke ruang flamboyan pada tanggal 3
20

Desember 2013 karena ketidakmampuan biaya. Pada saat pengkajian tanggal 6


Desember 2013 klien mengeluh mual, tidak nafsu makan dan nyeri pada ulu hati, skala
nyeri berkisar 2 (1-5).
iv.

Riwayat Kesehatan yang lalu


Klien mengatakan sebelumnya klien pernah di rawat di rumah sakit Ciawi karena

operasi kelenjar di Leher dank lien memiliki riwayat DM


v.

Riwayat kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga klein tidak ada yang mengalami

penyakit yang sama dengan klien.

: Laki-Laki

: Klien

: Perempuan

: Perempuan dengan penyakit


sama

: Laki-laki yang meninggal


: perempuan yang meninggal

: laki-laki dengan penyakit


sama
: Perempuan dengan penyakit
yang sama sudah meninggal

vi.

Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitas
: Compos mentis
b. Kuantitas
:
- Respon Motorik
:
- Respon Verbal
:
- Respon membuka mata
:
21

6
5
4

- Jumlah
2. Tanda-Tanda Vital
- Suhu
- Nadi
- Pernapasan
- Tekanan darah
vii.

15

: 36 o C
: 82 x/ menit
: 27 x/menit
: 150 / 80 mmHg

Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala
- Rambut
:
Rambut beruban, penyebaran rambut merata,tidak ada ketombe dan
-

kutu,tidak rontok
Mata
:
Bola mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil isokor,fungsi penglihatan baik


Hidung
:
Bentuk simetris, tidak ada penumpukan

sekret,

tidak

ada

pembengkakan sinus, tidak ada nyeri tekan,fungsi penciuman baik


Telinga
:
Bentuk simetris, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada lesi, fungsi

pendengaran baik
Mulut
:
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, gigi

bersih
Leher :
Terdapat benjolan dibagian leher kanan

2. Thorax dan fungsi pernapasan


- Inspeksi
: Bentuk dada simetris frekuensi napas 27 x/ menit
- Palpasi
: Tidak adanya nyeri tekan
- Perkusi
: Terdengar bunyi Resonance
- Auskultasi : Bunyi nafas ronchi
3. Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi
: Tidak nampak Ictus Cordis
- Palpasi
: Ictus Cordis teraba di ICS 5
- Perkusi
: Terdengar pekak
- Auskultasi : bunyi jantung tidak teratur, terdapat suara tambahan
4. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
: Perut buncit
- Palpasi
: Terdapat nyeri tekan di bagian kanan perut
- Perkusi
: Terdengar bunyi hipertimpani
- Auskultasi : terdapat bising usus 4x/menit
5. Ekstremitas dan Kulit
- Atas
: terpasang infuse RL 12 tetes/menit
- Bawah
: terdapat edema di kaki kanan
- Kulit
: warna kulit sawo matang
22

viii.

Kebiasaan Sehari-hari ( di rumah dan di RS)


1. Pola Makan
- Di rumah
: pola makan tidak teratur
- Di RS
: pola makan teratur 3 x sehari porsi tidak habis
2. Pola Istirahat dan Tidur
- Di rumah
: 6 jam perhari
- Di RS
: 6 jam perhari namun sering terbangun pada malam
hari karena sesak dan mual
3. Pola BAB dan BAK
- Di rumah
: klien BAB 1x / hari, konsistensi padat, BAK lebih dari
5 x / hari
- Di RS
4. Personal Hygiene
- Di rumah
- Di RS
5. Pola Aktivitas
- Di rumah
- Di RS

ix.

: Belum BAB, BAK melalui kateter


: Mandi 2 x / hari
: Hanya di lap oleh keluarga
: Tidak memerlukan bantuan
: Semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga

Data Psikologis
Emosi klien stabil, tanggap dalam berbagai pertanyaan

x.

Data Sosial
Sosialisasi klien dirumah sakit kurang baik, klien kooperatif dengan perawat

xi.

Data Spiritual
Klien beragama Islam, selama klien dirawat dirumah sakit, klien belum bisa

beribadah
xii.

Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30 November 2013
Jenis Pemeriksaan
1. Hematologi
Darah lengkap
- Hemoglobin
-

Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
LED

Hasil
7,3
2,75
13900
438.000
23,4
65

Nilai Rujukan
L= 13,7 17,5
P= 12,0 14,0 g/dL
4,5 5,5 juta / uL
5000 10.000 / uL
150.000 450.000 /uL
L=40 48 P= 36 42 %
L=0 10 P=0 15
mm/jam

- Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Batang

0
1
3
23

01%
1-3%
26%

Segmen
Limfosit
Monosit
2. Diabetes
(Glukosa)
Glukosa sewaktu
3. Kimia darah
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Elektrolit
Na,K,Cl
- Na
- K
- Cl

75
21
0

50 70 %
20 40 %
28%

169

70 200 mg/dl

100
2,3
12
11

20 40 mg/dl
0,5 1,5 mg/dl
L <37 , P<31 u/L
L<42 , P<32 g/Dl

155
5,0
107

135 155 mmol/L


3,6 5,5 mmol/L
95 108 mmol/L

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Desember 2013


Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin
Eritrosit
leukosit
Tromosit
Hematokrit
LED

Hasil
11,2

Nilai Rujukan
L= 13,7 17,5
P= 12,0 14,0 g/dL
4,5 5,5 juta / uL
5000 10.000 / uL
150.000 450.000 /uL
L=40 48 P= 36 42 %
L=0 10 P=0 15

4,05
9700
420000
33,7
49

mm/jam
Hitung Jenis
-. Basofil
-. Eosinofil
-. Batang
-. Segmen
-. Limfosit
-. Monosit
Diabetes (Glukosa)
Glukosa sewaktu
Kimia darah
Ureum
Kreatinin

0
5
0
63
32
0

01%
1-3%
26%
50 70 %
20 40 %
28%
144

70 200 mg/dl

29
2,7

20 40 mg/dl
0,5 1,5 mg/dl

Hasil rontgen thorax 6 Desember 2013


Tampak sedikit cairan di cafum pleura dextra

24

xiii.

Program Therapy dan Penatalaksanaan :


-

Infus RL 12 tetes / menit


Metronidazole 3x500 gr
Lasix
3 x 1 ampul IV
Ceftriaxone 1x2 gr
Ranitidine
2x1 ampul IV
Ondansentron 3 x 8 ml gr vial
Aspar.k
3x1
Valsaltran
1 x 80
Aminoral
3 x 2 ampul IV
Ceftazidine 2 x 1 gr vial

b. ANALISA DATA
No
Data Senjang
1. Ds :
Klien mengatakan sesak
Do :
Klien tampak sesak, klien
terpasang kanul oksigen 3L
Nadi : 82 x/ m terartur
TD : 150/80 mmhg
R
: 27 x/m
Irama jantung : ireguler

Kemungkinan Penyebab
hipertensi

Masalah
Penurunan curah
jantung

peningkatan afterload dan


preload
peningkatan beban kerja
jantung
Penurunan kekuatan
kontraksi ventrikel kanan
dan kiri

2.

Ds :
Klien mengatakan ketika
berjalan sebentar terasa
sesak
Do :
Klien terlihat lelah

Penurunan curah jantung


Penurunan kekuatan
kontraksi ventrikel kanan
dan kiri

Intoleransi
aktivitas

Gangguan perfusi jaringan


Kelemahan fisik
Intoleran aktivitas

3.

Ds :
Klien mengatakan tidak

Penurunan curah jantung


25

Perubahan nutrisi
kurang dari

nafsu makan dan merasa


mual
Do:
Porsi makan tidak habis,
hanya 2 sedok makan

kebutuhan tubuh
Merangsang lambung
Asam lambung meningkat
Adanya mual dan anoreksia
Perubahan nutrisi

Ds :
Klien mengatakan kaki
terasa berat

Penurunan fungsi jantung

Kelebihan
volume cairan

Pelepasan RAA
Do :
Terdapat pitting edema,
terdapat edema

Retensi Na + air
Edema

Ds :
klien mengatakan selama
dirawat belum pernah mandi
Do :
Klien tampak bau,kuku klien
terlihat kotor

Kelebihan volume cairan


Penurunan curah jantung
Tekanan vena pulmonalis
meningkat
Gangguan perfusi jaringan
Kelemahan fisik
Intoleran aktivitas
Defisit perawatan diri

c. Diagnosa Keperawatan

26

Defisit perawatan
diri

p.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontarktilitas miokardial


perubahan frekuensi irama

q.

Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


dengan kenutuhan tubuh

r.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia

s.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan


retensi Na dan Air

t.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan diri

27

d. RENCANA KEPERAWATAN
No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah
jantung berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial,perubahan
frekuensi irama
Ds : klien mengatakan
sesak
Do : klien terlihat sesak
napas, respirasi
klien 27 kali/menit
Klien terpasang oksigen
3L / atm

Tujuan
Tupan :
Penurunan curah
jantung teratasi
Tupen :
Frekuensi jantung
normal

Kriteria hasil
Setelah dilakukan
intervensi
diharapkan :
- Melaporkan
penurunan dipsnoe
- Menunjkkan tanda
vital dalam batas
yang diterima
- Memperlihatkan
irama frekuensi
jantung stabil

28

Tindakan
- Kaji frekuensi,
irama jantung dan
bunyi jantung

Rasional
- Biasanya terjadi
takikardi, S1 dan S2
mungkin lemah karena
menurunnya kerja
pompa. Irama gallop
umum (S3 & S4)
dihasilkan sebagai aliran
darah ke dalam serambi
yang distensi. Murmur
menunjukkan stenosis
katup.

- Catat edema umum/


tertentu

- Mengidentifikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal/ vaskuler

- Pantau intake output

- Ginjal berespons untuk


menurunkan curah
jantung dengan menahan
cairan dan natrium,
haluaran urin biasanya
menurun selama sehari
karena perpindahan
cairan ke jaringan

- Berikan oksigen
tambahan dengan
kanul/ masker sesuai
indikasi

- Meningkatkan sediaan
oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan
iskemia

2.

Intoleran aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
dengan kebutuhan
tubuh
Ds :
Klien mengatakan
ketika berjalan sebentar
terasa sesak

Tupan :
Intoleran aktivitas
teratasi, dapat
beraktivitas dengan
bantuan minimal

Setelah Dilakukan
intervensi diharapkan:
- Mencapai
peningkatan
toleransi aktivitas
yang dapat diukur

Tupen :
Suplai oksigen
terpenuhi

Do :
Klien terlihat
lelah,aktivitas klien
terlihat di bantu oleh
keluarga,klien
terpasang kateter

3.

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Tupan :
Kebutuhan nutrisi

Setelah dilakukan
intervensi
29

- Kolaborasi
pemberian obat :
diuretic, vasodilator,
captopril

- Meningkatkan volume
sekuncup, menurunkan
tekanan darah,
memperbaiki
kontraktilitas.

- Evaluasi
peningkatan
intoleran aktivitas

- Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energy
dan melakukan
aktivitas perlahan

- Dapat menunjukkan
peningkatan
dekompensasi jantung
daripada kelebihan
aktivitas
- Penurunan/ketidakmamp
uan miokrsium untuk
meningkatkan volume
sekuncup selama
aktivitas, dapat
menyebabkan
peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan
dan kelemahan
- Teknik menghemat
energy juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen

- Berikan diet sesuai


kebutuhan

- Perlu memberikan diet


yang dapat diterima klien

- Catat respon
kardiopulmonal
terhadap aktivitas,
catat
takikardi,disritmia,di
spnea,berkeringat,pu
cat.

tubuh berhubungan
dengan mual dan
anoreksia
Ds :
Klien mengatakan tidak
nafsu makan dan
merasa mual

terpenuhi
diharapkan :
Tupen :
- Menunjukkan nafsu
- Intake seimbang
makan
- Mual hilang
- Mual hilang
- Porsi makan habis

- Anjurkan makan
sedikit tapi sering

yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam
pembatasan natrium
- Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan asupan
makan

Do:
Klien terlihat hanya
menghabiskan 2 sendok
makan saja
4

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan meningkatnya
produksi ADH dan
retensi Natrim/Air
Ds :
Klien mengatakan
kakinya terasa berat

Tupan :
Kelebihan volume
cairan teratasi
Tupen :
Produksi ADH
dalam batas normal

Setelah dilakukan
intervensi diharapkan:
- Masukkan dan
haluaran seimbang
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema

- Pantau intake dan


output

- Batasi masukan
cairan
- Timbang berat
badan setiap hari

Do :
Turgor kulit jelek,
terdapat edema di kaki
kanan klien

- Kolaborasi program
30

- Terapi diuretic dapat


disebabkan oleh
kehilangan cairan tibatiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun
edema/asites masih ada
- Agar edema tidak
bertambah parah
- Catat perubahan
ada/hilangnya edema
sebagai respons terhadap
terapi. Peningkatan 2,5 kg
menunjukkan kurang
lebih 2L cairan.
Sebaliknya diuretic dapat
mengakibatkan cepatnya
kehilangan cairan dan
kehilangan berat badan
- Meningkatkan laju aliran

terapi pemberian
obat sesuai indikasi :
- Diuretic contoh
furosemid dan lasix
5

Defisit perawatan diri


berhubungan dengan
kelemahan fisik
Ds :
klien mengatakan
selama dirawat belum
pernah mandi
Do :
Klien tampak bau,kuku
klien terlihat kotor dan
panjang

Tupan :
Dapat melakukan
perawatan diri
secara mandiri
Tupen :
Kelemahan fisik
teratasi

Setelah dilakukan
- Kaji kemampuan
intervensi
klien dalam merawat
diharapkan :
diri
- Dapat memenuhi
- Anjurkan klien
kebutuhan perawatan
memenuhi
diri sendiri
kebutuhan
- Klien melaporkan
perawatan dirinya
rasa nyaman
- Dorong untuk
melakukan
perawatan diri
bertahap
- Kerjasama dengan
keluarga dalam
perawatan diri klien

31

urin dan dapat


menghambat reabsorpsi
natrium/klorida pada
tubulus ginjal
- Mengetahui kemampuan
klien
- Dapat meningkatkan
perasaan harga diri
- Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung
tiba-tiba
- Meningkatkan
perkembangan
kemandirian

I.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal

Jam

6
Desember
2013

- 10.00

No.
DP
1

- 10.15
- 10.30
- 11.00
- 12.30

- 11.10
- 11.15

- 11.30

- 10.00
- 10.20

- 10.30
- 10.45
- 12.00
- 12.30

Implementasi

Evaluasi

- Mengkaji frekuensi, irama jantung dan bunyi


jantung
- Mencatat edema umum/ tertentu
- Memantau intake output
- Memberikan oksigen tambahan dengan kanul
- Berkolaborasi pemberian obat : aspar.k,
metronidazole

S= klien mengatakan masih terasa sesak


O=kesadaran klien composmentis,respirasi
klien 24 kali/menit,bunyi jantung klien cepat
dan terdapat suara tambahan, klien
terpasang oksigen 3L.
Ttv : TD : 150/70 mmHg R : 27 kali/menit
N : 82 kali/menit S : 36 C
A= masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi

- Mengevaluasi peningkatan intoleran aktivitas


- Mencatat respon kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat
takikardi,disritmia,dispnea,berkeringat,pucat.
- Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan
- Memberikan diet sesuai kebutuhan
- Menganjurkan makan sedikit tapi sering

S= klien mengatakan ketika jalan ke kamar


mandi terasa sedikit sesak dan lelah
O= klien terlihat pucat dan lelah
A= masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi

Memantau intake dan output


Menganjurkan membatasi masukan cairan
Menimbang berat badan
Berkolaborasi program terapi pemberian obat
32

S= klien mengatakan masih mual dan tidak


nafsu makan
O= klien terlihat hanya menghabiskan
porsi makanannya
A= masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
S= klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O= kaki kanan klien terdapat edema,
Intake : 1200 ml

Tanda Tangan

sesuai indikasi :Diuretic contoh lasix

- 13.00
- 13.15
- 13.20
- 13.30

- Kaji kemampuan klien dalam merawat diri


- Anjurkan klien memenuhi kebutuhan perawatan
dirinya
- Dorong untuk melakukan perawatan diri bertahap
- Kerjasama dengan keluarga dalam perawatan diri
klien

33

Output : 1500 ml
Berat badan : 50 kg
A= masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi
S= klien mengatakan lemas dan belum
memotong kukunya
O= kuku klien masih terlihat kotor, aktivitas
klien tampak di bantu keluarga
A= masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi

I.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal
7
Desember
2013

No.
DP
1.

2.

3.

Perkembangan
S = Klien mengatakan masih sesak tapi jarangjarang
O = klien terpasang oksigen 3L, akan tetapi
terkadang kanul oksigennya suka di lepas
TD : 150/80 mmHg R : 24kali/menit
N : 82 kali/menit
S : 36 C
Suara tambahan tidak begitu jelas terdengar
Intake : 1000 ml , output : 1025 ml
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilajutkan
I = - Memantau Ttv
- Memantau intake output
Berkolaborasi pemberian obat : aspar. K,
ceftriaxone, metronidazole
E = klien mengatakan sesaknya sedikit
berkurang, respirasi klien 22 kali/ menit
S = klien mengatakan ketika berjalan sebentar
sudah sesak
O = klien terlihat lemas, klien terlihat berjalan ke
kamar mandi di bantu oleh keluarganya, klien
terpasang kateter
A= masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan tidak akan banyak berjalanjalan, klien masih terpasang kateter , alat yang
dibutuhkan klien seperti hp dan kipas sudah ada di
dekat klien
S = klien mengatakan masih mual dan tidak nafsu
makan, klien mengatakan terasa tidak mual
jika makan singkong
O = klien terlihat hanya menghabiskan porsi
makannya, dank lien terlihat disuapi
kelurganya singkong rebus
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I = - menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = klien menghabiskan porsi makannya, klien
terlihat lebih banyak mengkonsumsi singkong
daripada diit yang diberikan rumah sakit
34

Tanda
Tangan

4.

9 desember
2013

S = klien mengatakan kaki kanannya masih


bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema,
tangan klien juga terdapat edema
Intake : 1000 ml , output : 1025 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
- Menimbang berat badan
- Berkolaborasi program terapi pemberian obat
sesuai indikasi :Diuretic contoh lasix
E = kaki kalien masih terlihat terdapat
edema,terdapat pitting edema
Berat badan klien : 50 kg
S = Klien mengatakan badannya lemas,mandinya
di lap oleh keluarganya namun belum mengganti
baju dan belum memotong kuku
O = klien terlihat lemas, klien terlihat lebih segar,
kuku klien masih terlihat kotor
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I=
- Menganjurkan klien memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya
- Mendorong untuk melakukan perawatan
diri bertahap
- Bekerjasama dengan keluarga dalam
perawatan diri klien
E = klien mengatakan pakaiannya sudah diganti
oleh keluarganya, klien terlihat mengenakan pakain
yang baru, kuku klien masih terlihat kotor
S = klien mengatakan terasa sesak pada saat malam
hari saja
O = klien terlihat tidak mengenakan kanul
oksigen,tapi kadang-kadang dipakai kembali
TD : 130/90 mmHg
R : 22 kali/menit
N : 80 kali/menit
S : 36 C
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I=
- Memantau Ttv
- Memantau intake output
Berkolaborasi pemberian obat : aspar. K,
ceftriaxone, metronidazole
E = klien mengatakan sesak sedikit berkurang
Intake : 1000 ml , output : 700 ml
S = klien mengatakan tidak berjalan-jalan ke kamar
35

mandi hanya duduk di kasur saja dan sesaknya


berkurang
O = klien terlihat lemas, aktivitas klien di bantu
keluarga, klien terlihat sering duduk-duduk, klien
masih terpasang kateter.
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya
S = klien mengatakan masih mual dan tidak nafsu
makan
O = klien terlihat hanya menghabiskan porsi
makannya,klien terlihat sudah tidak
mengkonsumsi singkong lagi
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = klien menghabiskan porsi makannya, klien
mengatakan masih terasa mual
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema,
tangan klien juga terdapat edema
Intake : 1000 ml , output : 700 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
- Menimbang berat badan
- Berkolaborasi program terapi pemberian obat
sesuai indikasi : lasix
E = kaki kalien masih terlihat terdapat edema,
terdapat pitting edema
Berat badan klien :50 kg
S = Klien mengatakan badannya lemas,mandinya
di lap oleh keluarganya dan belum mengganti
baju,klien mengatakan belum memotong kukunya
O = klien terlihat lemas, klien terlihat lebih segar,
klien terlihat masih mengenakan pakaian yang baru
diganti kemarin, kuku klien masih terlihat kotor
A= masalah teratasi sebagian
36

10
Desember
2013

P = lanjutkan intervensi
I=
- Menganjurkan klien memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya
- Mendorong untuk melakukan perawatan
diri bertahap
- Bekerjasama dengan keluarga dalam
perawatan diri klien
E = klien mengatakan mengganti pakaiannya besok
saja, klien terlihat mengenakan pakain yang
kemarin, kuku klien masih terlihat kotor
S = klien mengatakan sudah tidak sesak
O = klien terlihat tidak mengenakan kanul oksigen
TD : 150/90 mmHg
R : 20 kali/menit
N : 87 kali/menit
S : 36 C
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I=
- Memantau Ttv
- Memantau intake output
Berkolaborasi pemberian obat : aspar. K,
ceftriaxone, metronidazole
E = klien mengatakan sudah tidak sesak,klien
terlihat tidak mengenakan kanul oksigen,respirasi
klien 20 kali/menit
Intake : 1700 ml , output : 2025 ml
S = klien mengatakan badanyya lemas dan hanya
duduk di kasur saja
O = klien terlihat lemas, aktivitas klien di bantu
keluarga, klien terlihat sering duduk-duduk, klien
masih terpasang kateter.
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya
S = klien mengatakan masih mual dan tidak nafsu
makan
O = klien terlihat hanya menghabiskan porsi
makannya
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
37

11
Desember
2013

E = klien menghabiskan porsi makannya, klien


mengatakan masih terasa mual
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema,
tangan klien juga terdapat edema
Intake :1700 ml , output : 2025 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
- Menimbang berat badan
- Berkolaborasi program terapi pemberian obat
sesuai indikasi : lasix
E = kaki kanan kalien masih terlihat terdapat
edema namun berkurang, terdapat pitting
edema
Berat badan klien :50 kg
S = Klien mengatakan badannya lemas,mandinya
di lap oleh keluarganya dan belum mengganti
baju,klien mengatakan belum memotong kukunya
O = klien terlihat lemas, klien terlihat lebih segar,
klien terlihat masih mengenakan pakaian yang baru
diganti kemarin, kuku klien masih terlihat kotor
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I=
- Menganjurkan klien memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya
- Mendorong untuk melakukan perawatan
diri bertahap
- Bekerjasama dengan keluarga dalam
perawatan diri klien
E = keluarga klien dan klien mengatakan
pakaiannya lupa di bawa di rumah, klien terlihat
mengenakan pakain yang kemarin, kuku klien
masih terlihat kotor
S = klien mengatakan sesaknya datang lagi
O = klien terlihat mengenakan kanul oksigen 3L
TD : 130/80 mmHg
R : 24 kali/menit
N : 87 kali/menit
S : 36,5 C
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I=
- Memantau Ttv
- Memantau intake output
Berkolaborasi pemberian obat : aspar. K,
ceftriaxone, metronidazole
E = klien mengatakan sesak berkurang,klien
38

terlihat mengenakan kanul oksigen,respirasi klien


24 kali/menit
Intake : 1250 ml , output : 750 ml
2

S = klien mengatakan badanya lemas dan hanya


duduk di kasur saja
O = klien terlihat lemas, aktivitas klien di bantu
keluarga, klien terlihat sering duduk-duduk, klien
masih terpasang kateter.
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya,klien terlihat mengerak gerakkan
tangannya seperti sedang berolahraga
S = klien mengatakan mual berkurang
O = klien terlihat menghabiskan porsi
makannya
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = klien menghabiska porsi makannya, klien
mengatakan mualnya sudah berkurang
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema
namun berkurang, tangan klien juga terdapat
edema
Intake : 1250 ml , output : 750 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
- Menimbang berat badan
- Berkolaborasi program terapi pemberian obat
sesuai indikasi : lasix
E = kaki kanan kalien masih terlihat terdapat
edema, terdapat pitting edema
Berat badan klien :50 kg
S = Klien mengatakan badannya lemas,mandinya
di lap oleh keluarganya dan sudah mengganti
baju,serta kukunya sudah di gunting
39

12
desember
2013

O = klien terlihat lemas, klien terlihat lebih segar,


klien terlihat masih mengenakan pakaian yang baru
,kuku klien terlihat bersih
A= masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I=
- Bekerjasama dengan keluarga dalam
perawatan diri klien
E = klien terlihat lebih bersih
S = klien mengatakan sesaknya sudah hilang
O = klien terlihat tidak mengenakan kanul oksigen
3L
TD : 150/80 mmHg
R : 20 kali/menit
N : 82 kali/menit
S : 36 C
A= masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I=
E = klien sudah tidak sesak
S = klien mengatakan badanya sudah tidak lemas
O = klien terlihat lebih segar, klien tidak tidur terus
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya,klien terlihat mengerak gerakkan
tangannya seperti sedang berolahraga
S = klien mengatakan mual berkurang
O = porsi makan klien hampir habis
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = porsi makan klien hamper habis
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema
namun berkurang, tangan klien juga terdapat
edema
Intake : 1675 ml , output : 1775 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
40

13
desember
2013

14
desember
2013

- Menimbang berat badan


- Berkolaborasi program terapi pemberian obat
sesuai indikasi :Diuretic lasix
E = kaki kanan kalien masih terlihat terdapat
edema, terdapat pitting edema
Berat badan klien :50 kg
S = klien mengatakan sesaknya sudah hilang
O = klien terlihat tidak mengenakan kanul oksigen
3L
TD : 150/80 mmHg
R : 20 kali/menit
N : 82 kali/menit
S : 36,70 C
A= masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I=
E = klien sudah tidak sesak
S = klien mengatakan badanya sudah tidak lemas
O = klien terlihat lebih segar, klien tidak tidur terus
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya,klien terlihat sering duduk
S = klien mengatakan mual berkurang
O = porsi makan klien hampir habis
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = porsi makan klien hampir habis
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema
namun berkurang,tangan klien juga erdapat
edema,turgor kulit jelek
Intake :1200 ml , output : 1925 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan
S = klien mengatakan sesaknya sudah hilang
O = klien terlihat tidak mengenakan kanul oksigen
3L
TD : 150/80 mmHg
R : 20 kali/menit
41

N : 80 kali/menit
S : 36 C
A= masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I=
E = klien sudah tidak sesak
S = klien mengatakan badanya sudah tidak lemas
O = klien terlihat lebih segar, klien tidak tidur terus
A= masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = Menginstruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy dan melakukan aktivitas
perlahan, mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien
E = klien mengatakan kebutuhanya masih di bantu
oleh keluarganya,klien terlihat mengerak
gerakkan tangannya seperti sedang
berolahraga
S = klien mengatakan mual dan muntah tadi pagi
O = porsi makan klien tidak habis, klien hanya
memakan 2 sendok makan saja
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- menganjurkan klien makan sedikit tapi
sering
- motivasi klien menghabiskan makanannya
- Memberikan diit sesuai kebutuhan
E = porsi makan klien tidak habis
S = klien mengatakan kaki kanannya masih
bengkak dan terasa berat
O = kaki kanan klien terlihat terdapat edema,tangan
klien juga terdapat edema namun berkurang
Intake : 1225 ml , output : 725 ml
Berat badan : 50 kg
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilajutkan
I =
- Memantau intake dan output
- Menganjurkan membatasi masukan cairan

42

43

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Decompensasi Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrien. (Brunner and Suddarth, 2001).
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas karena darah tidak
dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen yang
dibutuhkan. Beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing., konfusi,
kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, dan haluaran urin
berkurang (oligiuri). Tekanan perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal
yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron,retensi natrium dan cairan serta
peningkatan volume intravaskuler.
Penanganan pada penyakit gagal jantung kongestif ini secara non farmakologik biasanya
dengan mengurangi beban kerja jantung melalui pembatasan aktivitas fisik, pembatasan
konsumsi garam. Sedangkan secara farmakologi melalui obat-obat diuretic,digitalis atau
vasodilator.
Pada penyakit gagal jantung kongestif ini fokus data pengkajiannya pada bagian jantung,
respirasi, pada ekstremitas ( terdapat edema atau tidak ),serta tingkat kelelahan saat beraktivitas
minimal ataupun berat. Diagnose yang muncul pada penyakit ini biasanya adalah penurunan
curah jantung,kelebihan volume cairan,intoleran aktivitas, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dll.
b. Saran
Semoga para pembaca dapat mengetahui serta memahami tentang asuhan keperawatan
dengan gagal jantung kongestif dan semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat
diterapkan dalam proses keperawatan berikutnya.

44

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. .1999.Rencana Keperawatan.Edisi 3. EGC : Jakarta


Price, Sylvia A&Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit

edisi 6.EGC : Jakarta


Mansjoer,arif.1999.Kapita selekta kedokteran.Media Aesculapius : Jakarta
Smeltzer,Suzanne C&Brenda G Bare.Keperawatan medical bedah Brunner&suddart edisi

8.EGC : Jakarta
Syaiffudin.2003.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.EGC : Jakarta
Wijaya,Andra saferi&Yessie Mariza P.2013.KMB 1 Keperawatan medical bedah

keperawatan dewasa.Nuha medika : Yogyakarta


Wijayaningsih,Kartika sari.Standar asuhan keperawatan.TIM : Jakarta

45

Lampiran
A. Pathway gagal jantung kongestif
Hipervole
mia

Hiperten
si

Stenos
is
Katup

Peningkata
n preload

Katup
Inkompet
en

Kerusakan
Miokardiu
m

Peningkat
an
Afterload
Peningkatan
beban kerja
jantung

Penurunan
kekuatan
kontraksi ven.
kiri
depan

Penurunan
Curah Jantung

Belaka
ng

Penurunan
perfusi organ
sistemik
Penurunan
TD
sistemik
Peningkata
n ADH

Penurunan
kekuatan
kontraksi ven.
kanan

Peningkat
an LVEDV

Intoleran
Aktivitas

Penuruna
n renal
blood
Aktivitas
renin
angiotens
inaldoster
on

Peningkat
an preload

Peningkata
n LA
preload
Peningkat
an tek.
Kapiler
Pulmoner
Edema
Pulmoner

Retensi NA &
air
edem
a
Kelebihan
volume
cairan

Peningkatan
RA preload

46

Peningkat
an RV
preload

Penurunan
aliran balik
sistemik.
Penurunan
venous return

Mendesak
lobus hepar

Edema
ekstremit
as

Kematian
sel hepar,

Penurunan
tekanan
vena porta

Akumulasi
cairan

Kelebihan
volume
cairan

Asite
s

b. Lembar observasi intake output


6 desember 2013
shift

jam

pagi

14.00

TD Nadi Suhu respirasi SpO2

Cairan
NGT
peroral
200 ml -

Intake : 500 ml
sore 21.00

Output :1000 ml

Intake : 700 ml

Otput : 500 ml

Intake : 1200 ml
otput : 1500 ml

Sisa : -500 ml
400 ml -

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
1000 300
ml
ml
-

500
ml

300
ml

Sisa : +200 ml

IWL : 750 ml

balance : -1050 ml

7 desember 2013
shift
pagi

jam

Cairan
TD Nadi Suhu respirasi SpO2
NGT
peroral

14.00

100 ml -

Intake : 400 ml
sore 21.00

Output :525 ml

Intake : 600 ml

Otput : 500 ml

Intake : 1000 ml
otput : 1025 ml

Sisa : -125 ml
220 ml -

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
500
200
ml
ml
-

500
ml

700
ml

Sisa : +100 ml

IWL : 750 ml

balance : -775 ml

9 desember 2013
shift
pagi

jam

Cairan
TD Nadi Suhu respirasi SpO2
NGT
peroral

14.00

100 ml -

Intake : 400 ml
sore 21.00

Output :500 ml

Intake : 600 ml

Otput : 200 ml

Sisa : -100 ml
300 ml Sisa : +400 ml

47

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
500
300
ml
ml
-

200
ml

300
ml

Intake : 1000 ml
otput : 700 ml

IWL : 750 ml

balance : -450 ml

10 desember 2013
shift
pagi

jam

Cairan
TD Nadi Suhu respirasi SpO2
NGT
peroral

14.00

500 ml -

Intake : 900 ml
sore 21.00

Output :1525 ml

Intake : 800 ml

Otput : 500 ml

Intake : 1700 ml
otput : 2025 ml

Sisa : -625 ml
400 ml -

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
25
1500 400
ml
ml
ml
-

500
ml

400
ml

Sisa : +300 ml

IWL : 750 ml

balance : -1075 ml

11 desember 2013
shift
pagi

jam

Cairan
TD Nadi Suhu respirasi SpO2
NGT
peroral

14.00

350 ml -

Intake : 650 ml
sore 21.00

Output :500 ml

Intake : 600 ml

Otput : 250 ml

Intake : 1250 ml
otput : 750 ml

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
500
300
ml
ml

Sisa : +150 ml
300 ml -

250
ml

300
ml

Sisa : +350 ml

IWL : 750 ml

balance : -250 ml

12 desember 2013
shift

jam

pagi

14.00

TD Nadi Suhu respirasi SpO2

Cairan
NGT
peroral
500 ml -

Intake : 900 ml
sore 21.00

Output :1525 ml

Intake : 775 ml

Otput : 200 ml

Sisa : -625 ml
475 ml Sisa : +575 ml

48

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
25
1500 400
ml
ml
ml
-

200
ml

300
ml

Intake : 1675 ml
otput : 1775 ml

IWL : 750 ml

balance : -850 ml

13 desember 2013
shift

jam

pagi

14.00

TD Nadi Suhu respirasi SpO2

Cairan
NGT
peroral
600 ml -

Intake : 1000 ml
sore 21.00

Output :1525 ml

Intake : 700 ml

Otput : 400 ml

Intake : 1700 ml
otput : 1925 ml

Sisa : -525 ml
400 ml -

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
25
1500 400
ml
ml
ml
-

400
ml

300
ml

Sisa : +300 ml

IWL : 750 ml

balance : -975 ml

14 desember 2013
shift

jam

pagi

14.00

TD Nadi Suhu respirasi SpO2

325 ml -

Intake : 625 ml
sore 21.00

Output :325 ml

Intake : 600 ml

Otput : 400 ml

Intake : 1225 ml
otput : 725ml

Cairan
NGT
peroral

Eliminasi

Infus ket
/darah

BAB BAK
25
300
300
ml
ml
ml

Sisa : +300 ml
300 ml -

400
ml

300
ml

Sisa : +200 ml

IWL : 750 ml

49

balance : -250 ml

Anda mungkin juga menyukai