S DENGAN BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
NAMA : TYANTIARA SM
NIM : P1337420919104
Abstrak
Kasus berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasalahan di negara berkembang.
BBLR berisiko meningkatkan mortilitas dan morbiditas. Berat badan lahir merupakan salah
satu indikator dalam tumbuh kembanganak hingga masa dewasanya dan menggambarkan
status gizi yang diperoleh janin selama dalam kandungan. Bayi Ny. S dengan BBLR preterm
dan gangguan nafas berat terpasang ventilator, BB 1650 gram. Diagnose keperawatan
ketidakefektifan pola nafas dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tindakan yang dilakukan yaitu manajemen jalan nafas, monitor pernafasan dan manajemen
nutrisi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasalahan di negara
berkembang. BBLR berisiko meningkatkan mortilitas dan morbiditas. Berat badan
lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembanganak hingga masa
dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh janin selama dalam
kandungan (Sholiha, 2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah presentase bayi
dengan berat lahir rendah di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar 5,1 persen, lebih
tinggi dibandingkan dengan presentase tahun 2016 yaitu 3,9 persen (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2018). Angka kematian neonatal di Semarang tahun 2017
sebesar 113 kasus. Penyebab terbesar kematian neonatal adalah karena BBLR (57
kasus), asfiksia (31 kasus), kelainan kongenital (7 kasus), aspirasi (7 kasus), infeksi (4
kasus), tetanus neonatorum (1 kasus), dan lain-lain (6 kasus) (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah).
Umur kehamilan menjadi faktor risiko bayi BBLR. Ibu yang menlahirkan
pada usia kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) berisiko 66 kali melahirkan bayi
BBLR dari pada ibu yang melahirkan cukup bulan pada primigravida (Sholiha, 2015).
Umur kehamilan kuran bulan (< 37 minggu) mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan janin berlum optimal. Bayi yang terlahir saat < 37 minggu dapat
mengganggu pembentukan system penimbunan lemak pada subkutan sehingga bayi
berisiko memiliki berat lahir kurang dari 2.500 gram. Begitu pula fungsi organ
pernapasan yang belum optimal sehingga bayi BBLR berisiko tinggi mengalami
kematian (Manuaba, 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat laporan asuhan keperawatan
pada bayi BBLR di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro ruang Perinatologi. Intervensi
yang dilakukan berdasarkan pengelompokan masalah dan dilakukan evaluasi terhadap
implementasi yang telah dilakukan.
B. Web of Caution
(terlampir)
BAB II
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 3 September 2019
Pukul : 15.00
Ruang/RS : NICU/ RSWN
1. Data Demografi
Data pasien
a. Nama : Bayi Ny. S
b. Tanggal lahir : 19 Agustus 2019
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Suku : Jawa
e. Tanggal masuk RS : 26 Agustus 2019
f. Diagnosa medis : BBLR Preterm
Data penanggung jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 28 tahun
c. Hub. dengan pasien : Ibu
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Karangawen 1/9, Demak
4. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
6. Pemeriksaan fisik
1. Penampilan umum
a. Keadaan umum : sadar, menangis, gerak aktif
b. Tanda-tanda vital :
N : 124 x/menit
S : 36,1 C
RR : 44 x/menit
SpO2 : 98 %
BB : 1650 gram
2. Kepala
a. Kepala : mesosepal, tidak ada caput succedaneum, tidak ada hematom
b. Mata : simetris, reflek glabella positif, tidak ikterik, tidak
konjungtivitis
c. Hidung : simetris, bersih, terpasang nasal kanul 1 lpm
d. Mulut : mulut bersih, bibir lembab, terpasang OGT
e. Telinga : simetris, bersih, tidak ada benjolan
3. Dada
a. Jantung
I : tidak tampak ictus kordis
P : ictus cordis teraba di IC IV – V mid clavicula
P : pekak
A : bunyi jantung S1-S2 reguler
b. Paru-paru
I : retraksi dinding dada, pergerakan dada simetris
P : vocal vremitus seimbang kanan dan kiri
P : sonor
A : vesikuler
4. Abdomen
I : tidak ada lesi, tidak bengkak
A : bising usus 10x/menit
P : tidak ada perbesaran hepar dan limpa
P : tympani
5. Genitalia : jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada alat vital
6. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : tidak ada lesi dan edema, kulit tampak kemerahan,
kulit kering, terpasang infus di tangan kanan, tangan bergerak aktif
b. Ekstremitas bawah : kulit kering, tidak ada lesi dan edema, tampak
kemerahan, kaki bergerak aktif
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 5 September 2019
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/dL 11.7 – 15.5
Lekosit 26.3 10^3/uL 3.6 – 11
Trombosit 929 10^3/dL 150 – 440
Hematokrit 44.6 % 35 – 47
Kimia Klinik
Glukosa Darah 68 g/dl 70-110
Sewaktu
Elektrolit
Natrium 137
Kalium 3.8
Calsium 1.37
Pemeriksaan Mikrobiologi
Tanggal pemeriksaan : 4 September 2019
Hasil :
Diagnose : gangguan nafas berat
Jenis specimen : secret ET
Jenis kuman : Acinetobacter baumannii
Jumlah kuman :-
Metode pemeriksaan : kultur dan identifikasi (phoenix)
Metode sensitivity : Phoenix
Mikroskopis : ditemukan : 1. Leukosit : 3-5/Lp
2. Kuman bacil gram negatif : ++
Antibiotik : Ampicilin sulbactam
7. Terapi
Infuspump : D 10% + NaCl 3% (2 meq 25,7 cc)→6,0 cc/jam
Syringepump : Dobutamin : 3 mcg→ 0,29
Aminophilin : 2 gr → 2,5
Oksigen : nasal canul 1 lpm
Injeksi :
- Ranitidin 4 mg/12 jam
- Gentamicin 9 mg/24 jam
- Vancomicin 20 mg/8 jam
- Dexamethasone 1/3 ampul/12 jam
Per oral :
- Sucralfat 25 mg/8 jam
- Azritomicin 25 mg/24 jam
- L-Bio 1/3 sachet/12 jam
- B1 B6 ½ tablet
- Ambroxol 0,1 mg/8 jam
- Salbutamol 0,1 mg/8 jam
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah
No Tgl/Jam Data Fokus
Keperawatan
1. 03/09/2019 DS : Ketidakefektifan pola
15.00 - nafas berhubungan
DO : dengan maturitas
- Retraksi dinding dada sistem pernafasan
- Pernafasan cuping
hidung
- O2 nassal kanul 1 lpm
- TTV :
N : 124 x/menit
S : 36,1 C
RR : 44 x/menit
SpO2 : 98 %
BB : 1650 gram
2. 03/09/2019 DS : Ketidakseimbangan
15.00 - nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
- BBL : 1915 gr berhubungan dengan
- BB saat ini : 1650 gr ketidakmampuan
mencerna nutrisi
karena imaturitas
C. Intervensi Keperawatan
Kode
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan TTD
Dx. Kep
03/09/2019 1 1. Mengkaji KU dan TTV
2. Mengkaji pernafasan pasien
3. Memonitor suara nafas tambahan
4. Memonitor pola nafas
5. Memonitor saturasi oksigen
6. Memonitor alat bantu nafas
2 1. Memonitor berat badan pasien
2. Memberikan diit sesuai program
3. Mengajarkan ibu pasien untuk memberikan
ASI
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk diit
tambahan
04/09/2019 1 1. Mengkaji KU dan TTV
2. Mengkaji pernafasan pasien
3. Memonitor suara nafas tambahan
4. Memonitor pola nafas
5. Memonitor saturasi
2 1. Memonitor berat badan pasien
2. Memberikan diit sesuai program
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk diit
tambahan
05/09/2019 1 1. Mengkaji KU dan TTV
2. Mengkaji pernafasan pasien
3. Memonitor suara nafas tambahan
4. Memonitor pola nafas
5. Memonitor saturasi
2 1. Memonitor berat badan pasien
2. Memberikan diit sesuai program
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk diit
tambahan
E. Evaluasi
A. Anlisa Kasus
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 10.00 di RS Amino
Gondohutomo lahir dengan SC. Berat lahir yaitu 1915 gram, APGAR skor 6-6-7.
Kemudian dirujuk ke RSUD K.R.M.T Wongsonegoro. Keadaan pasien di IGD
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro tanggal 26 Agustus 2019 yaitu sesak nafas, retraksi
dinding dada, denyut nadi lemah dan akral dingin. Lalu di rawat di ruang NICU
dengan diagnose medis BBLR preterm dan gangguan nafas berat. Pasien
menggunakan alat bantu nafas yaitu ventilator.
Riwayat kehamilan ibu G3P1A1. Pasien merupakan anak kehamilan ke 3
dengan usia kehamilan 36 minggu. Bayi lahir di RS Amino Gondohutomo, lahir
tanggal 19 Agustus 2019. Berat lahir 1915 gram, panjang badan 43 cm, lingkar
kepala 29 cm, lingkar dada 26 cm. APGAR skor 6-6-7.
Ibu bayi mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Saat hamil mengalami pre
eklamsi berat, IUGR dan Oligohidramnios.
Bayi lahir BBLR preterm (berat bayi lahir rendah dan kehamilan kurang
minggu(<37 minggu)). Sehingga terjadi imaturitas organ-organ tubuhnya yang
menyebabkan gangguan nafas berat. Terjadi imaturitas imun dan hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil leukosit tinggi yaitu 26,3.
Dalam kasus ini diambil diagnose keperawatan ketidakefektifan pola nafas,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan risiko infeksi.
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan perkembangan bayi cukup baik. Saturasi oksigen
dalam batas normal. Namun, berat badan bayi masih belum menunjukkan
peningkatan tetapi pemberian diit terpenuhi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari, hari ke 4 ventilator sudah dilepas dan bayi dipindahkan ke ruang SCN
non infeksi.
B. Saran
Diharapkan ibu bayi untuk lebih sering menjenguk bayinya untuk
meningkatkan hubungan ibu dan bayi yang dapat berdampak positif terhadap
psikologis ibu maupun bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sholiha, H. & Sumarmi, S. 2015. Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
pada Primigravida. Media Gizi Indonesia Vol. 10 No 1
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan
Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.