OLEH
RINA YUNITA
P1337420919002
A. Latar Belakang
Terapi massage adalah suatu tindakan manipulasi otot- otot dan jaringan dari
tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi dan menggunakan tangan,
jari tangan, siku atau kaki atau alat-alat manual atau elektrik untuk memperbaiki
kondisi kesehatan. Salah satu kegunaan dari terapi pijat adalah meningkatkan
kelenturan otot dan bekerja pada jaringan yang lembut seperti otot, ligament dan
tendon. Selama dipijat tubuh mengeluarkan zat kimia dalam tubuh seperti
endorphin (hormon penghilang rasa sakit ) dan meningkatkan serotonin dan
dopamine (Nurgiwiati,2015).
Terapi massage merupakan terapi dengan pendekatan holistik yang salah
satunya dapat berfungsi menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
(Nurgiwiati, 2015). Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi
adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan penyakit
hipertensi termasuk penyakit penyerta dan komplikasinya dapat diminimalisir.
Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat berkurang
(Dalimartha.,et.,al.2008 : 157).
Data (World Health Organitation 2O15 dalam Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018) , menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Menurut American Heart
Association (AHA) dalam Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,(2014)
penduduk Amerika yang berusia > 20 tahun yang menderita hipertensi telah
mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi (WHO 2015 dalam Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler (WHO, 2013).
Hipertensi ditetapkan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran.
(Kemenkes RI. 2012). Hipertensi disebabkan oleh faktor resiko seperti keturunan,
usia, jenis kelamin, obesitas, merokok, minuman alkohol, garam dan kurang
olahraga (Dalimartha.,et.,al.2008). Tidak dapat dipungkiri faktor usia merupakan
salah satu penyebab seseorang terkena hipertensi. Semakin bertambahnya usia
seseorang semakin berkurang elstisitas pembuluh darahnya sehingga tekanan
darah didalam tubuh orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kenaikan dan
dapat melebihi batas normal (Anies,2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Apriyadi (2010) terbukti
bahwa peningkatan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.
Dari responden dengan kelompok usia > 45 tahun didapatkan 43 orang responden
(yaitu sebanyak 74.1%) tersebut mengalami hipertensi. Sedangkan, jumlah
responden dengan umur < 45 tahun sebanyak 15 responden dengan kejadian
hipertensi sebanyak 35.7%.
Hipertensi dapat menjadi ancaman serius apabila tidak mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat. Jika tekanan darah pada hipertensi dapat
dipertahankan dalam nilai normal maka akan membantu penderita hipertensi
dalam memperoleh kesehatan yang optimal, terhindar dari resiko komplikasi
penyakit kardiovaskuler dan meningkatkan kualitas hidup ( Anies,2018).
Penyakit hipertensi apabila tidak diobati maka dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai dapat mengakibatkan organ-
organ mengalami kelumpuhan dan menyerang fungsi- fungsi yang mendapatkan
suplai darah dari arteri seperti jantung otak dan ginjal. Hipertensi adalah salah satu
penyebab kematian nomor satu secara global. Komplikasi pembuluh darah yang
disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark
(penyumbatan pembulu darah) yang menyebabkan kerusakan jaringan jantung,
stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari pemaparan di atas,
terlihat bahwa hipertensi berdampak negatife kepada organ-organ tubuh bahkan
dapat mengakibatkan kematian (Manurung, 2018).
Penyakit hipertensi dapat diatasi secara farmakologis dan non farmakologis
(WHO,2013). Terapi farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan anti hipertensi yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan
tekanan darah (Udjianti, 2010). Beberapa jenis obat anti hipertensi yaitu seperti
diuretik, alpha, beta & alpha-beta adrebergenic blocker (Manurung, 2018).
Pengobatan farmakologis dengan menggunakan obat-obatan tidak hanya memiliki
efek samping yang menguntungkan tetapi juga memiliki efek samping seperti
terjadinya bronkospasme (penyempitan saluran nafas) pada penggunaan beta
blocker (Udjianti, 2010). Efek samping yang mungkin timbul akibat kerugian
mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang adalah seperti sakit
kepala, pusing, lemas, dan mual. Oleh karena itu untuk mengurangi tekanan darah
tanpa ketergantungan obat dan efek samping adalah dengan menggunakan non
farmakologis. (Kowalski 2010 dalam Erwin, Nopri.A. & Ari.P.D. 2015).
Terapi Non farmakologis yang dapat digunakan untuk mengurangi hipertensi
adalah terapi herbal, perubahan gaya hidup, diit, kepatuhan dalam pengobatan dan
terapi relaksasi. Relaksasi merupakan tindakan tindakan yang harus dilakukan
pada setiap terapi anti hipertensi. Teknik relaksasi yang dapat dilakukan seperti
terapi musik klasik, meditasi, teknik napas dalam dan terapi masase (Muttaqin,
2009). Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk mengurangi
hipertensi adalah terapi slow stroke back massage (SSBM).
Slow Stroke Back Massage (SSBM) adalah suatu tindakan dengan usapan
perlahan dan berirama di area punggung. Stimulasi kulit pada punggung atau bahu
dengan usapan yang perlahan menyebabkan pelepasan endorprhin (senyawa kimia
yang dapat membunuh rasa sakit secara alami pada tubuh). Stimulasi kutaneus
akan merangsang serabut-serabut perifer untuk mengirimkan implus melalui dorsal
horn pada medulla spinalis. Masase punggung merupakan tipe masase yang
melibatkan gerakan yang panjang, perlahan, dan halus. Masase ini disebut juga
sebagai stimulasi kutaneus karena usapan di kulit dapat menurunkan persepsi nyeri
dan mengurangi ketegangan otot sehingga tubuh akan rileks (Potter & Perry,
2005).
Teknik pemberian terapi slow stroke back massage yaitu dengan melakukan
usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan secara
perlahan dan berirama. Kedua tangan menutup suatu area yang lebarnya 5 cm pada
kedua sisi tonjolan tulang belakang dari bahu sampai area sacrum (Potter&Perry,
2005). Terapi dilakukan 12-15 kali pijatan dalam satu menit dalam waktu 3-10
menit. Usapan yang panjang dan lembut memberikan kesenangan dan kenyamanan
bagi klien, sedangkan usapan yang pendek dan sirkuler cenderung bersifat
menstimulasi (Lindquis,Snyder, & Tracy, 2013).
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan penatalaksanaan non
farmakologis terapi relaksasi slow stroke back massage untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia dikarenakan terapi tersebut merupakan cara yang mudah,
murah dan sederhana. Tehnik ini dapat dilakukan oleh perawat dan dapat diajarkan
kepada keluarga pasien. Selain itu dalam pemberian Slow Stroke Back Massage
tidak perlu menggunakan alat khusus yang membutuhkan biaya yang besar
sehingga stimulus ini dapat diberikan kepada masyarakat mulai dengan tingkat
ekonomi atas hingga masyarakat ekonomi bawah.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh
Terapi Slow Stroke Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan darah Pada
Hipertensi di RS Ken Saras Kabupaten Semarang.
B. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui pengaruh penerapan terapi slow stroke back mssage
terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi di RS Ken Saras
Kabupaten Semarang.
2. Khusus
2.1 Mengidentifikasi tekanan darah hipertensi sebelum dilakukan intevensi
slow stroke back massage pada pasien
2.2 Mengidentifikasi tekanan darah hipertensi setelah dilakukan pintevensi
slow stroke back massage.
2.3 Mengidentifikasi pengaruh penerapan terapi slow stroke back massage
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau yang disebut sebagai tekanan darah tinggi merupakan kondisi
kronis ketika tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.
Kondisi ini sering disebut sebagai “the silent killer”, karena seseorang dengan
hipertensi sering tidak menampakan gejala yang jelas (Anies, 2018:19). Tekanan
sistol (tekanan darah saat jantung menguncup) > 140 mmHg dan tekanan daistol
(tekanan darah saat jantung mengembang) > 90 mmHg yang didapat dari dua kali
pengukuran secara berurutan untuk menegakkan diagnosis hipertensi ( Hartono,
2012:116 )
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan dara diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Pusdatin RI, 2014).
Menurut the sixth Report of the Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatmen of High Blod Pressure berpedapat seseorang
terkena hipertensi jika tekanan darah sistole lebih dari 140 mmHg atau tekanan
darah diastole lebih dari 90 mmHg ( Hariyanto & Rini, 2015:37).
2. Jenis Hipertensi
Dalam Martha (2012 :29) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan
2 tipe klasifikasi diantaranya hipertensi primary dan hipertensi secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dai gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan
berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena
penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada didalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit
tekanan darah tinggi, termasuk orang- orang yang kurang olahraga pun bisa
mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya
diatas normal atau gemuk.
3. Klasfikasi Hipertensi
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi derajat III >180 Dan/atau >110
Hipertensi sistolik >140 Dan/atau < 90
terisolasi
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan dara tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glonerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan
ini menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.
6. Pencegahan Hipertensi
(Manurung, 2018), menyatakan banyak yang tidak menyadari bahwa
menderita hipertensi diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk
mengurangi akibat dari tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi
dengan obat anti hipertensi. pasien dianjurkan untuk merubah gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi dengn menggunakan obat-
obatan. Pedoman British Hypertension Society menganjurkan perubahan gaya
hidup yang sesuai dengan pedoman dari US National High BP Education, untuk
pencegahan utama bagi hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Menjaga berat badan agar tetap stabil misalnya, indeks masa tubuh 20 hingga
25 kg per m2.
b. Diet dengan cara mengurangi asupan natrium sampai kurang dari 6 g natrium
klorida atau kurang dari 2,4 g natrium per hari atau 100 mmol per hari.
c. Berolahraga dan melakukan aktifitas fisik secara teratur misalnya jalan cepat
atau senam aerobik yang rutin dilakukan setiap hari selama minimal 30 menit
per hari.
d. Mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 3 unit per hari pada laki- laki dan
tidak lebih dari 2 unit per hari pada perempuan.
e. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kayak
serat sedikitnya lima porsi per hari.
A. HASIL
Tindakan terapi slow stroke back massage dilakukan dengan mengukur
tekanan darah awal dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa
yang telah diuji kalibrasi. Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap awal dan
akhir sesi setelah diberikan perlakuan. Setelah dilakukan pemijatan slow stroke
back massage peneliti melakukan observasi dan menganalisa nilai tekanan sistolik
dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan serta didokumentasikan.
Sebelum dilakukan terapi slow stroke back massage takanan darah pasien yaitu
190/103 mmHg, kemudian dilakukan terapi slow stroke back massage tekanan
darah pasien mengalami penurunan yaitu menjadi 180/90 mmHg.
B. PEMBAHASAN
Tekanan darah pada penderita hipertensi harus dipertahankan dalam nilai
normal, sehingga penderita hipertensi dapat memperoleh kesehatan yang lebih baik
terhindar dari resiko komplikasi penyakit kardiovaskuler, dan meningkatkan
kualitas hidup. Jika tekanan darah semakin tinggi, maka resiko juga akan semakin
tinggi, oleh karena itu penderita hipertensi perlu mengontrol tekanan darah agar
terhindar dari resiko terjadinya serangan jantung, stroke dan komplikasi lainnya
yang mengancam kesehatan penderita hipertensi.
Untuk mencegah dampak buruk dari hipertensi maka perlu dilakukan
pencegahan dan pengobatan agar dapat mengendalikan tekanan darah. Pengobatan
hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan
farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah. Pengobatan secara non
farmakologis adalah bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat
atau bahan yang biasanya digunakan sebagai pelengkap pengobatan medis tertentu
(Ardiansyah, 2012). Terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk
mengurangi hipertensi adalah terapi herbal, perubahan gaya hidup, diit, kepatuhan
dalam pengobatan dan terapi relaksasi. Obat antihipertensi mungkin pula digunakan
tetapi kadang menimbulkan efek samping seperti meningkatkan kadar kolesterol,
menurunkan kadar natrium dan kalsium dalam tubuh dan menyebabkan dehidrasi.
Terapi relaksasi dapat membantu menurunkan tingkat stres dan sangat baik
untuk dilakukan setiap hari oleh penderita hipertensi untuk membantu
merelaksasikan otot-otot pembuluh darah. Relaksasi merupakan tindakan yang
harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Teknik relaksasi yang dapat
dilakukan seperti terapi musik klasik, meditasi, teknik napas dalam, dan terapi
masase (Muttaqin, 2016). Beberapa teknik terapi masase yang dapat dilakukan
yaitu masase leher, masase kepala, dan terapi slow stroke back massage. Terapi
slow stroke back massage ini merupakan terapi manipulasi dengan pijatan lembut
pada jaringan yang bertujuan memberikan efek terhadap fisiologis terutama pada
vaskular, muskular, dan sistem saraf pada tubuh (Kozier, & Erb, 2009). Tekanan
darah sistolik dan diastolik yang sudah dilakukan terapi slow stroke back massage
pada penderita hipertensi menunjukkan terjadi penurunan nilai. Terdapat pengaruh
terapi pijat ini terhadap penurunan tekanan darah tinggi. Terapi ini dapat
memberikan rasa nyaman dengan cara melakukan pengurutan atau pemijatan pada
otot atau tulang yang menstimulasi sirkulasi darah serta metabolisme dalam tubuh.
Slow stroke back massage dapat memberikan efek meningkatkan sirkulasi
darah dan kelenjar getah bening, melepaskan respon saraf, melepaskan bahan kimia
tubuh sehingga terjadi respon relaksasi (Healey, 2015). Dalam meningkatkan
aktivitas sistem saraf parasimpatis yang mengeluarkan neurotransmiter asetilkolin
yang dapat menghambat depolarisasi SA node dan AV node akibat aktivitas sistem
saraf simpatis yang mengeluarkan neurotransmiter norepinephrin, hal ini
menyebabkan terjadinya vasodilatasi sistemik dan penurunan kontraktilitas
sehingga menimbulkan dampak penurunan kecepatan denyut jantung, curah
jantung, dan volume sekuncup sehingga terjadi perubahan tekanan darah yaitu
penurunan tekanan darah, masase juga menstimulasi menurunkan suhu tubuh,
menurunkan level hormon stres diantaranya norepinephrin dan adrenalin (Stein,
2014).
Hasil uji pengaruh terapi slow stroke back massage terhadap penurunan
tekanan darah sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia Widya
Retno & Dian Prawesti dengan judul “ Pengaruh Tindakan Slow Stroke Back
Massage Terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi” yang
menyatakan bahwa ada pengaruh terapi slow stroke back massage terhadap
penurunan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada responden. Hasil uji pengaruh Slow Stroke Back Massage
terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik menggunakan uji statistik
Wilcoxon didapatkan ρ sistolik = 0,001 dan ρ diastolik = 0,007. Karena hasil ρ < α
yang berarti ada pengaruh slow stroke back massage terhadap perubahan tekanan
darah pada responden.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasan yang terpapar di bab 4, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
bahwa pemberian terapi slow stroke back massage dapat menurunkan tekanan
darah pada hipertensi.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Peneliti berharap responden dapat menginformasikan kepada keluarga
mengenai pengaruh terapi slow stroke back massage terhadap penurunan tekanan
darah, serta peneliti berharap terapi massase ini dapat menjadi pilihan terapi non
farmakologis yang diaplikasikan secara mandiri oleh responden dan dapat dibantu
keluarga dalam upaya menurunkan tekanan darah.
2. Bagi perawat/ Rumah Sakit
Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hipertensi membuat desain inovasi yang baru supaya bisa mengurangi
tekanan darah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian efektifitas
perbandingan terapi slow stroke back massage dengan terapi lainnya dalam
menurunkan tekanan darah, dan menambah variabel lainnya sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif, selain itu peneliti berharap
penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya
serta dapat mengembangkan metode terapi slow stroke back massage terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aspian, Reny Yuli. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan
Majid, Abdul. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Yogyakarta : Pustaka Baru
Mohebbi, Zinat. (2014). The effect of back massage on blood pressure in the patients
Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Hipertensi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Diperoleh tanggal 16 November 2018
dari www.depkes.go.id
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian &
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
with primary hypertention in 2010-2013: a randomized linical trial. IJCBNM
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
SLOW STROKE BACK MASSAGE
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Mengecek kembali tekanan darah klien 15 menit setelah
masase
3. Mencuci tangan
4. Kontrak selanjutnya