OLEH:
DAYU AGENG SAFITRI
14.401.15.021
Diajukan kepada
Program studi diploma III keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan
OLEH:
DAYU AGENG SAFITRI
14.401.15.021
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal: 25 juli 2018
Oleh :
Pembimbing 1: Pemimbing 2:
Mengetahui,
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
Persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
program Studi Diploma III keperawatan Akademi Kesehatan Rustida
DEWAN PENGUJI
Tanda Tangan
Mengetahui
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur
iv
v
PERNYATAAN ORISNALITAS
Mengetahui
Pembimbing 1: Pemimbing 2:
vi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN CEDERA OTAK BERAT POST OP
TREPANASI DENGAN GANGUAN VENTILASI SPONTAN DI RUANG ICU
RSD dr. SOEBNDI JEMBER
ABSTRAK
Cedera Otak Berat merupakan cedera mekanik yang dapat secara langsung
atau tidak langsung yang mengenai kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan
kulit kepala, robekan selaput otak, kerusakan jaringan dan defisit neurologis
karena robeknya substasia alba, iskemik, serta serebral di sekitar jaringan. Post
kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang tengkorak
untuk, untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah
atau menghentikan perdarahan. Di Indonesia penyebab akibat kecelakaan sendiri
40,6%, hasil insiden cedera kepala sebanyak 100.000 jiwa yang meninggal
dunia. Sedangkan di Jawa Timur sebanyak 31.234 korban meninggal akibat
cedera kepala saat berlalu lintas. Berdasarkan data dari pelayanan Bedah Syaraf
di RSD dr. Soebandi jember, menyebut bahwa pada tahun 2016 kasus cedera otak
berat sebanyak 151 kasus dengan prosentase 15,5% dari semua jumlah total
pasien bedah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Asuhan Keperawatan Klen
Cedera Otak Berat Post Op Trepanasi Dengan Gangguan ventilasi spontan Di
Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
Rencana penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus,
dimana kasus yang dijadikan topic penelitian adalah Cedera Otak Berat, Post Op
Trepanasi dan Gangguan Ventilasi Spontan. Penelitian dilakukan pada 6
partisipan yang terdiri dari 1 klien, 1 keluarga dan 4 petugas kesehatan seperti
perawat, dokter, petugas laboraturium dan ahli gizi. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi di RSD dr. Soebandi
kabupaten Jember pada bulan juni-juli 2018 dengan menggunakan format asuhan
keperwatan yang telah disiapkan
Diagnosa keperawatan prioritas pada Cedera Otak Berat Post Op
Trepanasi adalah Gangguan Ventilasi Spontan. Setelah dilakukan asuhan
keperawtan selama 3 hari klien masih memakai ventilator dengan setingan dengan
mode VC-SIM, FiO2 50%, VT 400mL/kg, Ti 1,40,frekuensi napas 14x/menit,
PEEP 5.0cmH2O.
Kata kunci: Cedera Otak Berat, Post Op trepanasi dan Gangguan Vetilasi
Spontan
vii
NURSING NURSING CLIENTS HEAVY BRAIN BRAIN POST OP TREPANASI
WITH SPONTAN VENTILATION INTERFACE IN ROOM ICU RSD dr.
SOEBNDI JEMBER
ABSTRACT
viii
Motto
Jika kau sedih karna waktu berlalu begitu cepat dan mimipimu begitu singkat.
Percayalah akan keajaiban yang akan membuatmu indah, kita harus bersinar cerah
bersama dan membuat semua orang tersenyum bahagia.
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
LAMPIRAN
1. Lembar Konsul
2. Format Asuhan Keperawatan
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan cedera yang paling tinggi kecelakaan lalu lintas yaitu cedera
satu pada usia produktif (Mansyour, 2015: 5). Cedera kepala dapat
sekitar 1,2 juta orang meniggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu akibat
kecelakaan lalu lintan (KLL) dan jutaan lainnya terluka atau cacat (Astrid,
Mallo & Tomuka, 2016: 2). Di Indonesia sendiri plevalensi cedera menurut
menyebut bahwa pada tahun 2016 kasus cedera otak berat sebanyak 151
1
2
kasus dengan prosentase 15,5% dari semua jumlah total pasien bedah
(Hasanah, 2016).
kematian dan kecacatan, umumnya cedera kepala banyak terjadi karena kasus
kecelakaan lalu lintas (Krisandi, Utomo, & Indriati, 2011). Cedera kepala
sediri dibagi menjadi tiga yaitu, cedera kepala ringan, cedera kepala sedang,
cedera kepala berat, klien dengan Cidera Kepala Berat (CKB) yang
tidak bisa dilakukan (Krisanty, Suratun, Dalami dkk, 2013: 67). Dan
dan kerusakan Cedera Otak Berat menyebabkan perubahan pada fungsi paru
infeksi dan defisit neurologik, namun jika trepanasi sendiri berhasil dapat
untuk mendukung pemulihan lesi otak. Untuk kontrol yang lebih baik dari
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada Klien
Ventilasi Spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2018.
1.4 Tujuan
Ventilasi Spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember tahun 2018.
4
1.5 Manfaat
1. Bagi perawat
2. Bagi Institusi
3. Bagi Peneliti
Ventilasi Spontan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
(Syabrir H, 2012: 2)
berat merupakan cedera mekanik yang dapat secara langsung atau tidak
langsung yang mengenai kepala baik trauma tupul maupu trauma tajam
2.1.2 Etiologi
sebagai berikut:
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
109).
Tanda gejala pada klien dengan cedera kepala berat menurut Batticaca
1. Nyeri kepala
2. Muntah proyektil
3. Penurunan kesadaran
4. Agitasi
5. Pernapasan berat
6. Nadi lemah
7. Akral dingin
8. Peningkatan TIK
asing harus di angkat atau ditutupi dengan kain steril dan tidak boleh di
2. Fraktur tengkorak
napas. Pada fraktur ini, aliran cairan serebrospinal berhendti dalam 5-6
4. Kontusio serebri
Waever, 2011:309).
10
6. Menurut Terry & Waever, 201: 309 berdasarkan GCS cedera kepala
tengkorak.
2011: 309)
11
1. Membuka mata:
a. Membuka mata spontan 4
b. Berdasarkan perintah verbal 3
c. Berdasarkan rangsang nyeri 2
d. Tidak ada respon 1
2. Respon verbal:
a. Bicara spontan/orientasi baik 5
b. Bingung, bicara kacau 4
c. Perkataan tidak jelas 3
d. Mengerang 2
e. Tidak ada respon 1
3. Respon motorik:
a. Mengikuti perintah 6
b. Melokalisir nyeri 5
c. Menjauh terhadap nyeri 4
d. Reaksi fleksi 3
e. Reaksi ekstensi 2
f. Tidak ada respon 1
(Krisanty et al, 2013: )
Jumlah sekor :
15 = Compos mentis (CM)
14 – 11 = Somnolen
11 – 8 = Apatis
8–7= Soporus
misalkan : E3 M5 V4 = 12 ( kesadaran somnolen)
(Muttaqin, 2012: 98)
2.1.5 Patofisiologi
bed rest dalam waktu lama dan mengalami intoleransi aktivitas dan yang
area tubuh yang menonjol. Selain bed rest yang lama, terjadi penumpukan
secret di jalan napas dan ketidak mampuan batuk efektif yang muncul
diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif. Selain kondisi yang lemah
beresiko terpapar agen infeksi dan muncul diagnosa resiko infeksi. Luka
2.1.6 Pathway
Cedera kepala berat
Resiko perfusi
Pemindahan ke unit perawatan Gangguan fungsi
serebral tidak
pasca anastesi (PACU) otot respirasi
efektif
n Keletiahan otot paru
Mengalami anastesi lama
2.1.7 Komplikasi
Hal ini dapat terjadi mulai dari saat cedera, tetapi jika hubungan
akibat fraktur basis hanya kecil dan tertutup jaringan otak, maka hal ini
2017).
intrakarnial.
2011: 270)
metabolism otak.
perdarahan subaraknoid
tekanan Intrakranial
hipoksia.
2. Pembedahan
2.2.1 Pengertian
(Dewi, 2016: 3)
berikut:
g. Perdarahan
sensorik.
paralisis.
CSF).
a. Sakit kepala
c. Pusing
d. Perubahan mental
e. Kejang
1. Edema cerebral.
3. Hypovolemik syok.
4. Hydrocephalus.
Insipidus).
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
8. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36–46 jam setelah operasi. Organisme
minggu kemudian
kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi
yang tepat yang dapat mengakibatkan kolaps vertkel bila cairan terlalu
dan stabil. Alhi beda neuro diberi tahu kapanpun kateter tampak
otak berat.
21
Oksigen adalah gas yang tidak berbau dan berwarna sangat penting
bagi tubuh dalam proses metabolisme sel (Mubarak & Chayatin, 2013:102),
tidak adanya oksigen dalam tubuh akan mengalami kemunduran dan dapat
yang akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
2.3.2 Hipoksia
pucat, sianosis dan dipsnea, karena ada penurunan Hb dan kapasitas oksigen
2.3.3 Tahapan
1. Ventilasi
2. Disfusi gas
3. Transportasi
antara lain:
2. Perkembangan
4. Lingkungan
1. Kanul nasal
76)
atau nafas tidak efektif (apnea), dengan pemberian aliran 100% ketika
berikut:
1. Menurunkan ketidaknyamanan.
Hal yang perlu diperhatikan menurut Lusianah dkk (2012: 122) adalah
sebagai berikut:
2. Berikan oral hygiene dan barier protektif pada hidung dan bibir.
3. Dilarang merokok.
sebagai berikut:
lokasi, jenis cedera, dan adanya komplikasi pada organ vital lainya.
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Pasien dibawa kerumah sakit akibat cedera otak berat karena kecelakaan
lalu lintas
Severity: GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan
atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral,
5. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
frekuensi pernapasan. Pada klien cedera kepala berat dan sudah terjadi
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
pada klien dengan trauma yang merusak rongga orbita. Pada kasus-
dianggap sebagai tanda serius jika midriasis itu tidak bereaksi pada
yang normal pada sisi yang lain, maka pupil yang miotik adalah
2011: 250)
membuka mulut.
8) Saraf XI. Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien
trapezius.
visual, taktil, dan auditorius bilateral (Teery & Waever, 2011: 250)
d. B4 (Blader)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
demam, dan infeksi. Integrasi kulit untuk menilai adanya lesi dan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Teery & Waever, 2011: 311)
31
Penyebab
a. Gangguan metabolism
Subjektif
Despnea
Objektif
c. sPCO2 meningkat
d. PO2 menurun
e. SaO2 menurun
Objektif
a. Gelisah
b. takikardia
b. Asma
32
c. Cedera kepala
d. Gagal napas
e. Bedah jantung
h. Prematuritas
Factor risiko
c. Aterosklerosis aorta
d. Embolisme
e. Cedera kepala
f. Hiperkolesterinemia
g. Hipertensi
j. Terapi tombolitik
a. Stroke
b. Cedera kepala
33
c. Aterosklerotik aortic
e. Disiksi arteri
f. Embolisme
(PPNI, 2017)
3. Nyeri akut
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
e. Sulit tidur
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
e. Menarik diri
g. Diaforesis
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
kornes, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligamen).
Penyebab
a. Perubahan sirkulasi
d. Penurunan mobilitas
i. Kelembaban
j. Proses penuaan
k. Perubahan pigmentasi
l. Neuropati
m. Perubahan hormonal
Objektif
Objektif
a. Nyeri
b. Pendarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma
a. Imobilisasi
36
c. Gagal ginjal
d. Diabetes militus
5. Resiko infeksi
Definisi
Faktor resiko
a. Penyakit kronis
c. Malnutrisi
2) Perubahan sekresi pH
3) Merokok
1) Penurunan hemoglobin
2) imununosupresi
3) Leukopenia
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Diabetes militus
4) Tindakan invasif
5) Penyalagunaan obat
6) Kanker
7) Gagal ginjal
nyeri akut).
Definisi:
Penyebab:
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
Subjektif:
b. Merasa lelah
Objektif:
b. Sianosis
a. Anemia
b. Gangguan metabolic
(SDKI, 2017).
39
419)
februari 2014)
psikologis pasien
keamanan klien
tindakan
b. Induksi hipertensi
perubhan sensasi
inflmasi.
kondisi luka
2014: 296)
kualitas.
mengurangi cemas
pengendalian nyeri
Respon: Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau
bakteri
yang dierencanakan.
terhadap latihan/aktivitas
2.4.1 Implementasi
56).
2.4.5 Evaluasi
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
METODE PENELITIAN
peristiwa latar secara mendalam, tentang suatu kasus yang sedang diteliti.
Keperawatan pada klien Cedera Otak Berat Post Trepanasi dengan Gangguan
Judul pada penelitian ini Asuhan Keperawatan pada klien Cedera Otak
skor GCS 3-8 (Hariyani, 2012) dan mengalami amnesia lebih dari 24 jam
46
47
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu
Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus maka penelitian sangat erat
kaitannya dengan faktor-faktor kontektual, jadi dalam hal ini responden dijaring
1. Pasien
2. Keluarga
Keluarga pasien cedera otak berat post trepanasi dapat di peroleh dan
dan kebiasaan
3. Petugas Kesehatan
a. Dokter
Dari dokter dapat diperoleh data yaitu terapi pada pasien post
b. Perawat
dan kondisi pasien selama di rumah sakit atau kondisi saat pertama datang
kerumah sakit.
c. Ahli gizi
Dari ahli gizi dapat diperoleh data tentang diet yang harus diberikan
pada pasien cedera otak berat post op trepanasi dan makanan yang tidak
juni- 07 juli 2018. Lama waktu sejak pasien pertama kali MRS Post Op Trepnasi
pasien yang di rawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari pasien sudah pulang
maka perlu perggantian pasien lainnya yang sejenis, dan bila dilanjutkan bisa
Pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan 3 prinsip dasar antara lain:
1. Observasi
49
terangan atau tersamar dan observasi yang tak berstruktur. Metode yang
untuk mengetahui apa yang terjadi. Dalam penelitian ini observasi yang
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
2. Wawancara
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2015: 72).
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat
3. Studi Dokumentasi
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
50
Uji keabsahan data dalam penelitian hanya ditekankan pada uji validasi
2. Triangulasi
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
a. Triangulasi sumber
b. Triangulasi teknik
51
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
c. Triangulasi waktu
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan sehingga dapat dipahami dan di
informasikan kepada orang lain. Analisa data kualitatif bersifat induktif yaitu
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif penyajian ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian
4. Kesimpulan
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebe,umnya
kurang jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
berhubungan dengan manusia, segi etika pnelitian harus diperhatikan antara lain:
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian atau hasil
3. Confidentiality (kerahasiaan)
oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
ICU RSD dr. Soebandi Jember, Ruang ICU tersiri dari 11 Ruangan yaitu
bed, 1 Ruangan khusus alat cuci alat pasien, 1 Ruang dokter, 1 dapur.
Keterangan
Gambar 4.1 Denah Lokasi Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember Juni 2018
54
55
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post.
trepansi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan di
Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Gudang duren 3/8 subo pakusari
Tanggal MRS : 25 Juni 2018
Ruangan : ICU
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2018, 12.00 WIB
No. Reg : 217770
Diagnose Medis : COB post op trepanasi + trakeostomi
2. Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Klien
Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
Alamat : Gudang duren 3/8 subo pakusari
No. Telp : -
56
Tabel 4.3 Status Kesehatan Saat Ini Tn. S yang mengalami cedera kepala
berat post kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan
di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
History Pasien
Keluhan : Penurunan kesadaran GCS 1-1-2
utama
Saat : Pasien tidak sadar
pengkajian
4. Genogram
57
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Meninggal
: Pasien
: Garis Keturunan
5. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik B1-B6 Tn. S yang mengalami cedera kepala
berat post. kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi
spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
Obsevasi
Breathing : Pasien datang terpasang trakea kanul no 8, dibantu
dengan bagging, dengan jacson rest 10 – 15 liter, RR
16x permenit, SpO2 93-95%, , bentuk dada pigeon
chest, retraksi dinding dada sama kanan kiri, perkusi
sonor, terdapat suara napas tambahan ronchi pada dada
sebelah kanan lubus ke 3
6. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang Tn. S yang mengalami cedera kepala
berat post kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan di
Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
7. Terapi Pengobatan
Tabel 4.6 Terapi Pengobatan Tn. S yang mengalami cedera kepala berat
post. kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan di
Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember.
Tabel 4.7 Analisa data Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post
kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan di Ruang
ICU RSD dr. Soebandi Jember 25 juni 2018
Defisit keperawatan
diri
62
4.1.5 Intervensi
Tabel 4.9 Intervensi Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post.
kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan vetilasi spontan di Ruang
ICU RSD dr. Soebandi Jember.
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan & Kriteria
Hasil)
Gangguan ventilasi 1. Obsevasi status 1. Mengetahui pernapasan
spontan berhubungan pernapasan (Pola klien yang abnormal
dengan keletihan otot paru pernapasan, frekuensi 2. Membantu respon
Setelah dilakukan pernapasan, tidal pasien terhadap
tindakan keperawatan volume, BGA, SpO2) ventilator
2. Obsevasi status 3. Mengurangi gangguan
selama 1 x 24 jam ventilasi mekanik jalan napas
diharapkan tidak 3. Mengatur posisi semi 4. Mengeluarkan sekret
terjadi gangguan fower yang menyumbat jalan
ventilasi spontan 4. Lakukan penghisa-pan napas
dengan kriteria hasil: sekret dengan suction 5. Mengurangi sekret yang
1. Mampu bernapas 5. Lakukan fisioterapi menyumbat jalan napas
spontan dada (clapping,vibrasi 6. Kebutuhan cairan dapat
2. SpO2 97-100% dan lain-lain) membantuk
6. Kaji tingkat status pengenceran secret
3. pola napas teratur hidrasi 7. Mempertahankan sel
4. Tidak ada Suara napas 7. Trafusi PRC darah merah setelah
tambahan ronchi 8. Kolaborasi pemasangan oprasi
5. TTV dalam rentang ventilator dan 8. Pemenuhan oksigen
normal pemberian obat-obatn sebagai pemenuhan
RR dalam rentang pernapasan
normal (14 - 20
x/menit)
Tekanan Darah (90/60
- 120/80 mmHg)
Nadi 60 – 100x/ menit
Resiko gangguan jaringan 1. Kaji status 1. Mengetahui kondisi
serebral berhubungan hemodenamik (Tekanan pasien secara dini
dengan cedera otak berat darah, Nadi, Suhu, 2. Mengetahui pengiriman
Setelah dilakukan tindakan Warna kulit, Edema) oksigen ke jaringan
keperawatan selama 1 x 24 2. Observasi sel darah putih 3. Mengetahui status
jam di harapkan pasien 3. Observasi pergerakan kesadaran pasien
tidak terjadi gangguan motorik pasien 4. Mengetahui tanda-tanda
jaringan serebral yang di TIK
tandai dengan kriteria
Sambungan….
64
4.1.6 Implementasi
Tabel 4.10 Implementasi pada Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post.
kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi spontan di Ruang
ICU RSD dr. Soebandi Jember.
4.1.7 Evaluasi
Tabel 4.11 Evaluasi pada Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post.
kraniotomi hari ke-0 dengan gagguan ventilasi spontan di Ruang
ICU RSD dr. Soebandi Jember
25 Juni 23.00 S:
2018 O:
- mulut tidak berbau
- Tubuh bersih
- Kuku kotor
A:masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
- Observasi penyebab defisit perawatan
diri
- Berikan bantuan untuk personal
hygiene
- Lakukan perawatan membran mukosa
oral dan kebersihan tubuh
- Lakukan perawatan kateter
68
Tabel 4.12 Evaluasi pada Tn. S yang mengalami cedera kepala berat post op kraniotomi hari ke-0 dengan gangguan ventilasi
spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember
Sambungan….
71
15.00 I: 12.00 I:
1. Mengobservsi status neurologis 1. Mengobservsi status neurologis
Respon: Respon:
a. Tekanan darah 90/60 mmHg a. Tekanan darah 100/70 mmHg
b. Nadi: 90x/menit b. Nadi: 106x/menit
c. Suhu 37 c. Suhu 37,5oC
d. Warna kulit pucat d. Warna kulit pucat
e. Edema pada ektremitas atas dan e. Edema pada ektremitas bawah
bawah
09.00 2. Mengobservasi GCS 1X2 13.00 3. Mengobservasi GCS 1X1
10.00 4. Mengobservasi tanda-tanda TIK 13.30 4. Mengobservasi tanda-tanda TIK
Respon: cairan 30cc/6jam Respon: cairan 10cc/6jam
Sambungan….
72
Defisit
keperawatan diri
S: - S: -
O: O:
1. Mukosa bibir kering 1. Mukosa bibir kering
07.00 2. Output (urin): 2450 cc 2. Output (urin): 2450 cc
3. Badan kotor 3. Badan kotor
4. Mulut bau 4. Mulut bau
Sembungan…
73
4.2 Pembahasan
Dalam BAB ini penulis akan melihat apakah Asuhan Keperawatan Gadar Pada
Klien Yang Mengalami cedera otak berat dengan gangguan ventilasi sponatan Di
Ruang ICU RSD dr Soebandi Jember mulai dari pengkajian sampai evaluasi yang
dilakukan pada tanggal 25 Juni sampai dengan 27 Juni 2018 apakah sesuai dengan
4.2.1 Pengkajian
1. Pemeriksaan penunjang
Darah).
Sedangkan dalam teori AGD (Analisa Gas Darah) merupakan salah satu
Teori Antonia, dkk (2016 ) dan Batticaca (2012) menjelaskan bahwa terdapat 6
diagnosis keperawatan yang terjadi pada pasien cedera kepala berat, di antaranya
adalah
Berdasarkan tabel 4.7 hasil analisa data pada pasien tidak ditemukanya
Menurut SDKI PPNI 2016 bersihan jalan napas tidak efektif adalah
yang berasal pada paru-paru) dan alat bantu pernapasan dalam jangka
panjang.
2) Nyeri akut
Berdasarkan tabel 4.7 dari analisa data pada pasien tidak ditemukan
nyerti akut.
77
Menurut SDKI PPNI (2016) nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
Menurut peneliti Nyeri akut sendiri akan dirasakan pasien setelah pasien
Berdasakan tabel 4.7 hasil penelitian kien Tn.S tidak mengalami resiko
suatu keadaan dimana jaringan kulit telah rusak akibat tekanan langsung
pada kulit dan akibat tekanan, biasanya terjadi pasien yang tidak dapat
kasur udara yang digunakan pasien, sehingga kasur mengikuti lekukan tubuh
4.2.3 Intervensi
yang ada, namun ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan yaitu tes AGD.
AGD adalah prosedur pemeriksaan medis yang berjuan untuk mengukur jumlah
oksigen dan karbon dioksida dalam darah biasanya ditandai dengan: sesak
normal yaitu 16x/menit, tidak ada mual dan kadar hemoglobin 14,1 gr/dL.
BAB 5
PENUTUP
Pada BAB ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan hasil studi kasus dan saran
yang dapat diberikan penulis tentang karya tulis ilmiah yang berjudul asuhan
keperawatan pasien yang mengalami cedera kepala berat dengan gangguan ventilasi
5.1 Kesimpulan
gangguan ventilasi spontan di ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember memerlukan
5.1.1 Pengkajian
lalu lintas pada tanggal 25 juni 2018 pendarahan dari hidung, luka lecet pada
lengan kaki dan punggung, brill hematoma pada mata kanan, ngorok, di RSD dr.
penurunan kesadaran, pasien tidak sadar, dengan GCS 1-1-2, klien mengalami
dilakukan AGD pada konsep teori pasien cedera kepala berat dengan gangguan
ventilasi spontan dilakukan pemeriksaan salah satunya AGD. Hal ini dapat
5.1.2 Diagnosa
jaringan tidak efektif, defisit keperawatan diri, bersihan jalan nafas tidak efektif,
nyeri akut dan gangguan integritas kulit. Diagnosa keperawatan yang muncul
jalan nafas tidak efektif, 2) nyeri akut dan 3) resiko infeksi. Hal ini disebabkan
5.1.3 Intervensi
pernapasan.
5.1.4 Implementasi
5.1.5 Evaluasi
tercapi. Hal ini disebabkan karena kriteria hasil pada pasien tersebut adalah
5.2 Saran
keperawatan pasien yang mengalami cedera kepala berat dengan gangguan ventilasi
spontan Di Ruang ICU dr. Soebandi Jember, penulis ingin menyampaikan beberapa
keamanan pasien. Apabila muncul keluhan lain disarankan pada keluarga agar
pada pasien cedera kepala berat dan memperbaharui ilmu tentang asuhan
DAFTAR PUSTAKA
Awaloei, A. C., Mallo, N. T. ., & Tomuka, D. T. (2016). Gambaran cedera kepala yang
menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr . R . D
. Kandou. Jurnal E-Clinic (ECl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016, 4, 2–6.
Hasanah, N. F. (2016). Asuhan keperawatan klien yang mengalami cedera kepala berat
dengan gangguan perfusi jaringan serebral di ruang Gardena RSD dr. Soebandi
Jember. Karya Tulis Ilmiah.
& Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manuia. Jakarta: CV. Trans Info Medika.
Krisandi, E., Utomo, W., & Indriati, G. (2011). Gambaran Status Kognitif pada PAsien
Cedera Kepala yang Telah Diizinkan Pulang di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
1–8.
Krisanty, P. (2013). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat (3rd ed.). Jakarta: CV. Trans
Info Medika.
Krisanty, P., Manurung, S., & dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: CV. Trans Info Medika.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Gangguan Neurologi. In 5 (p. 1817). Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Poses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Wardani, A. K. (2017). Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Cedera Kepala Berat
dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Karya Ilmiah Akhir Ners.