OLEH:
DAYU AGENG SAFITRI
14.401.15.021
Diajukan kepada
Program studi diploma III keperawatan
Akademi Kesehatan Rustida
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan
OLEH:
DAYU AGENG SAFITRI
14.401.15.021
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis
Ilmiah pada tanggal: 24 juli 2018
Oleh :
Pembimbing 1: Pemimbing 2:
Mengetahui
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
Persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
program Studi Diploma III keperawatan Akademi Kesehatan Rustida
DEWAN PENGUJI
Tanda Tangan
Mengetahui
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
Direktur
iv
PERNYATAAN ORISNALITAS
Mengetahui
Pembimbing 1: Pemimbing 2:
v
Motto
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
LAMPIRAN
1. Lembar Konsul
2. Format Asuhan Keperawatan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan cedera yang paling tinggi kecelakaan lalu lintas yaitu cedera
satu pada usia produktif (Mansyour, 2015: 5). Cedera kepala dapat
sekitar 1,2 juta orang meniggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu akibat
kecelakaan lalu lintan (KLL) dan jutaan lainnya terluka atau cacat (Astrid,
Mallo & Tomuka, 2016: 2). Di Indonesia sendiri plevalensi cedera menurut
menyebut bahwa pada tahun 2016 kasus cedera otak berat sebanyak 151
1
2
kasus dengan prosentase 15,5% dari semua jumlah total pasien bedah
(Hasanah, 2016).
kematian dan kecacatan, umumnya cedera kepala banyak terjadi karena kasus
kecelakaan lalu lintas (Krisandi, Utomo, & Indriati, 2011). Cedera kepala
sediri dibagi menjadi tiga yaitu, cedera kepala ringan, cedera kepala sedang,
cedera kepala berat, klien dengan Cidera Kepala Berat (CKB) yang
tidak bisa dilakukan (Krisanty, Suratun, Dalami dkk, 2013: 67). Dan
dan kerusakan Cedera Otak Berat menyebabkan perubahan pada fungsi paru
infeksi dan defisit neurologik, namun jika trepanasi sendiri berhasil dapat
untuk mendukung pemulihan lesi otak. Untuk kontrol yang lebih baik dari
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada Klien
Ventilasi Spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2018.
1.4 Tujuan
Ventilasi Spontan di Ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember tahun 2018.
4
1.5 Manfaat
1. Bagi Responden
2. Bagi Institusi
3. Bagi Peneliti
Ventilasi Spontan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
(Syabrir H, 2012: 2)
berat merupakan cedera mekanik yang dapat secara langsung atau tidak
langsung yang mengenai kepala baik trauma tupul maupu trauma tajam
2.1.2 Etiologi
sebagai berikut:
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
109).
Tanda gejala pada klien dengan cedera kepala berat menurut Batticaca
1. Nyeri kepala
2. Muntah proyektil
3. Penurunan kesadaran
4. Agitasi
5. Pernapasan berat
6. Nadi lemah
7. Akral dingin
8. Peningkatan TIK
asing harus di angkat atau ditutupi dengan kain steril dan tidak boleh di
2. Fraktur tengkorak
napas. Pada fraktur ini, aliran cairan serebrospinal berhendti dalam 5-6
4. Kontusio serebri
Waever, 2011:309).
tengkorak.
2011: 309)
Membuka mata:
1.
a. Membuka mata spontan 4
11
Respon motorik:
a. Mengikuti perintah 6
b. Melokalisir nyeri 5
c. Menjauh terhadap nyeri 4
3.
d. Reaksi fleksi 3
e. Reaksi ekstensi 2
f. Tidak ada respon 1
(Krisanty et al, 2013: )
Jumlah sekor :
15 = Compos mentis (CM)
14 – 11 = Somnolen
11 – 8 = Apatis
8–7= Soporus
misalkan : E3 M5 V4 = 12 ( kesadaran somnolen)
(Muttaqin, 2012: 98)
2.1.5 Patofisiologi
bed rest dalam waktu lama dan mengalami intoleransi aktivitas dan yang
area tubuh yang menonjol. Selain bed rest yang lama, terjadi penumpukan
secret di jalan napas dan ketidak mampuan batuk efektif yang muncul
diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif. Selain kondisi yang lemah
beresiko terpapar agen infeksi dan muncul diagnosa resiko infeksi. Luka
2.1.6 Pathway
Cedera kepala berat
Resiko perfusi
Pemindahan ke unit perawatan Gangguan fungsi
serebral tidak
pasca anastesi (PACU) otot respirasi
efektif
n Keletiahan otot paru
Mengalami anastesi lama
2.1.7 Komplikasi
Hal ini dapat terjadi mulai dari saat cedera, tetapi jika hubungan
akibat fraktur basis hanya kecil dan tertutup jaringan otak, maka hal ini
2017).
intrakarnial.
2011: 270)
metabolism otak.
perdarahan subaraknoid
tekanan Intrakranial
hipoksia.
2. Pembedahan
2.2.1 Pengertian
(Dewi, 2016: 3)
berikut:
g. Perdarahan
sensorik.
paralisis.
CSF).
a. Sakit kepala
c. Pusing
d. Perubahan mental
e. Kejang
1. Edema cerebral.
3. Hypovolemik syok.
4. Hydrocephalus.
Insipidus).
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
8. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36–46 jam setelah operasi. Organisme
Menurut Terry & Waever (2011: 312) hal yang perlu di perhatikan
Oksigen adalah gas yang tidak berbau dan berwarna sangat penting
bagi tubuh dalam proses metabolisme sel (Mubarak & Chayatin, 2013:102),
tidak adanya oksigen dalam tubuh akan mengalami kemunduran dan dapat
yang akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
2.3.2 Hipoksia
pucat, sianosis dan dipsnea, karena ada penurunan Hb dan kapasitas oksigen
2.3.3 Tahapan
1. Ventilasi
2. Disfusi gas
3. Transportasi
antara lain:
2. Perkembangan
4. Lingkungan
1. Kanul nasal
76)
atau nafas tidak efektif (apnea), dengan pemberian aliran 100% ketika
berikut:
1. Menurunkan ketidaknyamanan.
Hal yang perlu diperhatikan menurut Lusianah dkk (2012: 122) adalah
sebagai berikut:
2. Berikan oral hygiene dan barier protektif pada hidung dan bibir.
3. Dilarang merokok.
sebagai berikut:
lokasi, jenis cedera, dan adanya komplikasi pada organ vital lainya.
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Pasien dibawa kerumah sakit akibat cedera otak berat karena kecelakaan
lalu lintas
Severity: GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan
atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral,
5. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
frekuensi pernapasan. Pada klien cedera kepala berat dan sudah terjadi
keperawatan kritis.
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
pada klien dengan trauma yang merusak rongga orbita. Pada kasus-
dianggap sebagai tanda serius jika midriasis itu tidak bereaksi pada
yang normal pada sisi yang lain, maka pupil yang miotik adalah
2011: 250)
membuka mulut.
8) Saraf XI. Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien
trapezius.
visual, taktil, dan auditorius bilateral (Teery & Waever, 2011: 250)
d. B4 (Blader)
e. B5 (Bowel)
30
neurologis luas.
f. B6 (Bone)
demam, dan infeksi. Integrasi kulit untuk menilai adanya lesi dan
Penyebab
a. Gangguan metabolism
Subjektif
Despnea
Objektif
c. PCO2 meningkat
d. PO2 menurun
e. SaO2 menurun
Objektif
a. Gelisah
b. takikardia
b. Asma
32
c. Cedera kepala
d. Gagal napas
e. Bedah jantung
h. Prematuritas
Factor risiko
c. Aterosklerosis aorta
d. Embolisme
e. Cedera kepala
f. Hiperkolesterinemia
g. Hipertensi
j. Terapi tombolitik
a. Stroke
b. Cedera kepala
33
c. Aterosklerotik aortic
e. Disiksi arteri
f. Embolisme
(PPNI, 2017)
3. Nyeri akut
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
e. Sulit tidur
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
e. Menarik diri
g. Diaforesis
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
4. Definisi
kornes, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligamen).
Penyebab
a. Perubahan sirkulasi
d. Penurunan mobilitas
i. Kelembaban
j. Proses penuaan
k. Perubahan pigmentasi
l. Neuropati
m. Perubahan hormonal
Objektif
Objektif
a. Nyeri
b. Pendarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma
a. Imobilisasi
36
c. Gagal ginjal
d. Diabetes militus
5. Resiko infeksi
Definisi
Faktor resiko
a. Penyakit kronis
c. Malnutrisi
2) Perubahan sekresi pH
3) Merokok
1) Penurunan hemoglobin
2) imununosupresi
3) Leukopenia
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Diabetes militus
4) Tindakan invasif
5) Penyalagunaan obat
6) Kanker
7) Gagal ginjal
nyeri akut).
Definisi:
Penyebab:
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
Subjektif:
b. Merasa lelah
Objektif:
b. Sianosis
a. Anemia
b. Gangguan metabolic
(SDKI, 2017).
39
419)
februari 2014)
psikologis pasien
keamanan klien
tindakan
b. Induksi hipertensi
perubhan sensasi
inflmasi.
kondisi luka
2014: 296)
kualitas.
mengurangi cemas
pengendalian nyeri
Respon: Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau
bakteri
yang dierencanakan.
terhadap latihan/aktivitas
2.4.1 Implementasi
56).
2.4.5 Evaluasi
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
METODE PENELITIAN
peristiwa latar secara mendalam, tentang suatu kasus yang sedang diteliti.
Keperawatan pada klien Cedera Otak Berat Post Trepanasi dengan Gangguan
Judul pada penelitian ini Asuhan Keperawatan pada klien Cedera Otak
skor GCS 3-8 (Hariyani, 2012) dan mengalami amnesia lebih dari 24 jam
46
47
3.3 Partisipan
hal ini responden dijaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber.
1. Pasien
2. Keluarga
3. Petugas Kesehatan
a. Dokter
Dari dokter dapat diperoleh data yaitu terapi pada pasien post
b. Perawat
keperawatan dan kondisi pasien selama di rumah sakit atau kondisi saat
c. Ahli gizi
Dari ahli gizi dapat diperoleh data tentang diet yang harus
diberikan pada pasien cedera otak berat post op trepanasi dan makanan
tanggal 25 juni- 07 juli 2018. Lama waktu sejak pasien pertama kali MRS
Post Op Trepnasi pasien yang di rawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari
pasien sudah pulang maka perlu perggantian pasien lainnya yang sejenis, dan
Pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan 3 prinsip dasar antara
lain:
1. Observasi
terangan atau tersamar dan observasi yang tak berstruktur. Metode yang
tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi. Dalam penelitian ini observasi
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
2. Wawancara
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
3. Studi Dokumentasi
2. Triangulasi
berbagai waktu.
a. Triangulasi sumber
b. Triangulasi teknik
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
c. Triangulasi waktu
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel (Sugiyono, 2015: 127).
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
4. Kesimpulan
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang
52
meberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
3. Confidentiality (kerahasiaan)
oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
53
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf IV. Jakarta: PT.Gramedia. Haswita, &
Medika.
Krisandi, E., Utomo, W., & Indriati, G. (2011). Gambaran Status Kognitif pada
PAsien Cedera Kepala yang Telah Diizinkan Pulang di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru, 1–8.
Krisanty, P. (2013). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat (3rd ed.). Jakarta: CV.
Trans Info Medika.
Krisanty, P., Manurung, S., & dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: CV. Trans Info Medika.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah: Gangguan Neurologi. In 5 (p. 1817). Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.