Anda di halaman 1dari 28

ASKEP KRITIS PADA KLIEN

DENGAN POST TREPANASI


STIKes Banten

Franasiska Haryati
Pengertian
Trepanasi (Kraniotomi) merupakan proses pembedahan
otak yg dilakukan dg membuka tulang tengkorak
untuk memperbaiki gangguan yg terjadi (Putri, 2013)
Kraniotomi adalah proses pembuatan lubang pd tulang
tengkorak agar dapat mengakses otak untuk
melakukan pembedahan. Sebagian dari tengkorak
akan diangkat agar dapat mengevaluasi keadaan otak
di bawahnya (Sjamsuhidajat, dkk. 2010 )
Bagian tulang tengkorak yg dibuka dan akan dipasang
kembali tersebut dinamakan bone flap. Ukurannya
bisa kecil ataupun besar, tergantung pada tingkat
keparahan gangguan otak yang dialami oleh pasien.
Setelah prosedur pembedahan otak selesai, dokter
kemudian akan mengembalikan dan kembali
memfiksasi tulang tengkorak yang diangkat tersebut
ke lokasi seharusnya.
Anatomi dan Fisiologi
Nervus Cranialis
Sumsumtulangbelakang
Pelajari kembali Anatomi – Fisiologi Otak  pada
materi kuliah Cedera Kepala Berat
Indikasi Kraniotomi
Penyakit yang dapat diatasi dengan Kraniotomi

1. Cedera kepala berat


Cedera kepala berat  dg kondisi mengancam nyawa.
Kondisi ini dapat diiringi dengan cedera pd jaringan otak, atau
perdarahan di otak, shg membutuhkan kraniotomi. Contoh :
subdural hematom (SDH) dg ketebalan >10 milimeter atau
pergeseran midline shift >5 milimeter pada CT Scan atau SDH
dengan GCS < 9
2. Perdarahan otak
Pada kondisi perdarahan otak, kraniotomi dapat
dilakukan untuk mengatasi perdarahan dan
mengangkat gumpalan darah.
3. Stroke
Pada penyakit stroke dengan perdarahan di dalam
rongga kepala, operasi kraniotomi bisa dilakukan
untuk menghentikan dan menangani perdarahan.
4. Aneurisma otak
Proses kraniotomi pada aneurisma otak dpt membantu
mencegah pecahnya pembuluh darah di otak, dan sbg
penanganan bila sdh terjadi perdarahan akibat
pecahnya aneurisma.
5. Tumor otak
Pada tumor otak, operasi ini dibutuhkan sbg langkah
untuk mengangkat tumor yg menyebabkan tekanan &
gangguan fungsi otak.
6. Abses otak
Kraniotomi dibutuhkan pd abses otak, ketika cara
pengobatan lain telah dilakukan namun tdk
memberikan hasil yg baik, untuk membantu
mengeluarkan nanah dari abses atau sumber infeksi
7. Hidrosefalus
Hidroseflus terjadi krn adanya penumpukan cairan di rongga
(ventrikel) dlm otak. Kelebihan cairan ini meningkatkan
ukuran ventrikel & memberi tekanan pd otak. Kraniotomi
dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan tersebut.
8. Parkinson
Pada penyakiit parkinson, kraniotomi diperlukan untuk
menanamkan alat perangsang demi membantu perbaikan
gerakan tubuh penderita Parkinson.
9. Epilepsi
Lebih dari 50 persen epilepsi blm diketahui penyebabnya,
sedangkan sisanya disebabkan oleh penyakit yg
menyebabkan gangguan pd otak & memerlukan operasi
kraniotomi.
Tahapan Kraniotomi
Tahapan Kraniotomi :
1. Pra operasi
a. Pemeriksaan CT Scan guna melihat dan menandai
lokasi bagian otak yg akan dilakukan kraniotomi. 
b. Pemeriksaan fungsi saraf
c. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik lain yg
diperlukan
d. Klien puasa selama 8 jam
e. Rambut kepala dicukur
2. Operasi

a. Proses operasi kraniotomi dimulai dg menyayat lapisan kulit


kepala, kemudian dijepit & ditarik memperjelas kondisi di dalam.
b. Tulang tengkorak dibor, kemudian dipotong dg menggunakan
gergaji khusus
c. Langkah selanjutnya, tulang diangkat dan dokter mulai mengakses
bagian otak yg perlu ditangani
d. Setelah pembukaan tulang tengkorak selesai, bagian otak yg
mengalami kerusakan atau masalah akan diperbaiki, bahkan diangkat
e. Jika tindakan sdh selesai dilakukan, bagian tulang dan kulit kepala
akan direkatkan kembali dg menggunakan jahitan, kawat,
atau staples bedah.
f. Bila yg dioperasi tumor, maka pd tulang tengkorak
penutupan tulang tdk langsung dilakukan 
tulang yg dipotong disimpan ke dalam rongga
peritoneum & dikembalikan ke tl tengkorak sesudah
bbrp bulan lagi
g. Operasi berlangsung 2 – 3 jam
3. Pasca operasi
a. Klien dibawa ke ruangan perawatan intensif (ICU)
untuk dipantau secara ketat
b.Memasang alat bantu pernapasan sesuai kondisi klien
( Oksien kanul, ventilator) terpasang selama
perawatan di ICU sampai efek pembiusan hilang atau
klien dpt bernapas spontan
c. Posisikan kepala lebih tinggi 30 derajat dari kaki
untuk mengurangi risiko peningkatan tekanan intra
kranial
d. Menutup luka operasi dg perban menggantinya
secara rutin guna mencegah infeksi
e. Pemberian obat2 : antibiotik, kortiko steroid,
analgetik sesuai kondisi klien
f. Jika kondisi klien sdh stabil, klien dipindahkan ke
bangsal perawatan bedah
Komplikasi Kranitomi
a. Gangguan fungsi saraf, baik sementara maupun
permanen. Misalnya : stroke
b. Kehilangan kemampuan berbicara
c. Reaksi alergi terhadap obat bius
d. Cedera pada otot wajah
e. Cedera pada rongga sinus
f. Infeksi pada bone flap
g. Kejang-kejang
h. Perdarahan
i. Kebocoran cairan otak
j. Kerusakan otak
k. Edema otak
Askep Kraniotomi
Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat
tangal lahir, pekerjaan, status, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran. 
c. Indikasi operasi : SDH, Tumor, Stroke, aneurisma, Abses otak,
dll
d. Riwayat trauma : kll, jatuh, hantaman benda keras,dl
e. Ada muntah proyektil, kejang, nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran (GCS < 9 )
f. Riwayat penyakit terdahulu
g. Riwayat alergi obat
h. Pemeriksaan Fisik :
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi, didapatkan klien lemah, sesak nafas dan
peningkatan frekuensi nafas. Saat auskultasi terdengar
suara nafas tambahan yaitu ronchi dengan penurunan
tingkat kesadaran (koma).
2) B2 (Blood)
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan shock
hipovolemik yg sering terjadi pada klien cidera otak berat.
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan dan dpt
terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 180 mmHg).
3) B3 (Brain)
Kaji tingkat kesadaran, ukur GCS (verbal tidak
bisa jika klien terpasang respirator/ventilator).
4). B4 (Bladder)
Pasien terpasang dower kateter, kaji produksi
urine
 5). B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi melalui NGT, parenenteral
6). B6 (Bone)
Ada : hemiplegi, akral, turgor
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan edema otak pasca kraniotomi
Tujuan : mempertahankan tek. perfusi serebral
Rencana Tindakan
1) Tingkatkan aliran drh ke otak  beri posisi tidur
semi fowler tanpa fleksi atau rotasi leher
2) Hindari manipulasi berlebihan
3) Pertahankan hemodinamik klien
4) Obs.kesadaran klien
5) Monitor pemb.cairan intra vena
b. Pola nafas tidak efektif behubungan dengan depresi
pada pusat nafas di otak.
Tujuan : pola nafas efektif
Renc. Tind. :
1) Beri posisi tidur semifowler
2) Monitor terapi O2 ( ETT, ventilator )
3) Awasi saturasi O2 mll AGD
4) Periksa darah arteri (AGD)
5) Obs. TTV dan tingkat kesadaran
c . Bersihan jalan nafas tidak efektif behubungan dg
penumpukan sputum.
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana Tindakan :
a) Kaji fungsi pernafasan klien dan alat bantu yg
digunakan
b) Observasi TTV
c) Lakukan auskultasi paru
d) Lakukan penghisapan lendir (open/closed suction)
e) Observasi hasil saturasi oksigen secara periodik
f) Kolaborasi dg medik : untuk pemberian obat
brochodilatator
d. Ggn mobilitas fisik behubungan dengan penurunan
kesadaran (sopor- koma).
Tujuan : klien terhindar dari komplikasi imobilitas
Renc. Tind:
1) Pertahankan ROM sendi
2) Beri tirah baring bergantian tiap 2 jam
3) Kaji tanda2 kontraktur
4) Kolaborasi untuk fisioterapi pasif
5) Kaji tanda2 kemerahan pd jaringan yg tertekan
Implementasi Keperawatan
Melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan dengan mempertimbangkan legal
aspek dan etis
Evaluasi
Melakukan evaluasi untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan
untuk melakukan pengkajian ulang asuhan
keperawatan dilakukan dengan melihat hasil
implementasi yang sudah dilakukan  lalu membuat
perencanaan asuhan kembali dengan : meneruskan,
memodifikasi atau menghentikan rencana askep.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai