Anda di halaman 1dari 18

ASSALAMU’ALAIKUM WR

WB
TELAAH JURNAL
KELOMPOK 10 :

PUTRI SEPTIA S.

ANJAS UPI R.

NI’MATUL KHOERIYAH
JURNAL 1

a. Judul jurnal :
Hubungan Komunikasi Perawat dengan
Tingkat Kecemasan Anggota Keluarga pada
Pasien yang Dirawat Di Intensive Care Unit
RSUD Majalengka Tahun 2017

b. Nama Peneliti :
Heni dan Agin Ginanjar Marlaena
2. Latar belakang masalah penelitian
 Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis di ruang ICU RSUD Majalengka,
dengan wawancara kepada lima anggota keluarga mengenai komunikasi
antara perawat dengan anggota keluarga. Tiga anggota keluarga menyatakan
perawat dirasakan kurang memberikan informasi terbaru mengenaikondisi
pasien. Kondisi tersebut menjadikananggota keluarga menjadi lebih khawatir.
Dua anggota keluarga menyatakan bahwa justru anggota keluarga yang lebih
aktif mencari informasi mengenai kondisi pasien,namun tidak mendapat
informasi yang baikdari perawat. Menurut anggota keluarga apabila perawat
memberikan informasi kondisi pasien kurang bisa dipahami oleh anggota
keluarga, dimana perawat masih banyak menggunakan istilah bahasa medis
sehingga mempersulit pemahaman anggota keluarga.
 Hasil penelitian Darmawan (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
komunikasi dengan kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya-Jawa Barat dengan p value 0,001. Juga
hasil penelitian Rezki (2016) menunjukkan bahwa komunikasi perawat
berhubungan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan p value 0,000
di RS Permata Depok dan komunikasi perawat dapat dijadikan intervensi
keperawatan oleh perawat kepada keluarga pasien di ruang ICU.
 Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat
Kecemasan Anggota Keluarga Pada Pasien yang Dirawat diIntensif Care Unit
RSUD Majalengka Tahun 2017”
3. Rumusan masalah penelitian
 Pasien-pasien sakit kritis cenderung mengalami kehilangan
tidur, kualitas tidur buruk, dan peningkatan kecemasan,
berbagai macam penyebabnya, termasuk pasien ICU,
intervensi tenaga medis, diagnostik dan terapi, medikasi,
serta ventilasi mekanis dan penyakit dasar. Tekanan
psikologis yang dapat menyebabkan bingung pasien ICU
karena jenis dan tingkat stres pada pasien di ICU sangat
tinggi. Pasien secara simultan terkena ancaman bagi
kehidupan, prosedur medis, ketidak mampuan untuk
mengkomunikasikan dan hilangnya kontrol personal (Jevon
& Ewens, 2009).
4. Tujuan telaah hasil penelitian
 Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan komunikasi
perawat dengan tingkat kecemasan
anggota keluarga pada pasien yang
dirawat diIntensif Care Unit RSUD
Majalengka Tahun 2017.
5. Telaah hasil penelitian:
A. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif dengan pendekatancross
sectional.
B. Prosedur penelitian
Sampel dalam penelitian ini seluruh keluarga pasien yang dirawat di Intensif
Care Unit RSUD Majalengka pada bulan 10 April-25 Mei tahun 2017 sebanyak
33 orang (quota sampling). Uji hipotesisnya menggunakan uji chi square
dengan α =0,05.
C. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54,5%) komunikasi
perawat kurang baik dengan anggota keluarga pasien yang dirawat dan
sebagian kecil (18,2%) anggota keluarga pasien yang dirawat mengalami
cemas berat. Ada hubungan komunikasi perawat dengan tingkat kecemasan
anggota keluarga pada pasien yang dirawat di Intensif Care Unit RSUD
Majalengka Tahun 2017 (p value= 0,013).
6. Pembahasan
 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan komunikasi
perawat dengan tingkat kecemasan anggota keluarga pada pasienyang dirawat
diIntensif Care Unit RSUD Majalengka Tahun 2017. Adanya hubungan hal ini
dapat dikarenakan bahwa dengan komunikasi perawat akan terbangun
hubungan yang baik, saling mengerti dan juga anggota keluarga dapat
menerima keadaan yang sedang dialami oleh anggota keluarganya yang
sedang dirawat di Intensif Care Unit. Pengertian dan pemahaman yang baik
dari anggota keluarga setelah terjadi komunikasi perawat akan mengurangi
kecemasan yang dialami oleh anggota keluarga. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Suwandrayana (2015) di Ruang Intensif RSUD Kabupaten
Buleleng menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
perawat dengan tingkat kecemasan keluarga dengan nilai p= 0,019.Juga
dengan hasil penelitian Wijaya (2015) menyatakan bahwa ada hubungan
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien akan
menjalani operasi di ruang operasi Rumah Sakit Daerah Balung dengan p value
0,001.
 Penelitian Arwadi (2016) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat keluarga
pasien yang menjalani perawatan di ruang ICURSUD Ungaran Kabupaten
Semarang dengan p value = 0,005
7. Implikasi terhadap penyelesaian masalah
 Berdasarkan hasil penelitian ini, maka komunikasi perawat
diperlukan untuk mengatasi kecemasan anggota keluarga
pada pasien yang dirawat di Intensif Care Unit.Maka dari
itu, pihak Rumah Sakit perlu memelihara dan menjaga SOP
di Ruang ICU terutama mengenai tugas perawat pada
anggota keluarga dengan melakukan hubungan yang baik
dengan berkomunikasi atau memberikan informasi tentang
prosedur pelayanan, perkembangan pasien dan lain
sebagainya. Bagi perawat agar membina hubungan baik
pada setiap anggota keluarga pasien dan bagi anggota
keluarga agar lebih aktif berkonsultasi dengan perawat
dan dokter mengenai perkembangan anggota keluarganya
yang sedang dirawat.
8.Kesimpulan dan saran (kelemahan dan kelebihan, dapat diterapkan tidak dengan
pertimbangan klinis, alternatif lain dan nilai-nilai paien)
Kesimpulan:
 Lebih dari setengah (54,5%) komunikasi perawat kurang baik dengan anggota
keluarga pasien yang dirawat di Intensif Care Unit RSUD Majalengka Tahun 2017.
 Sebagian kecil (18,2%) anggota keluarga pasien yang dirawat di Intensif Care Unit
RSUD Majalengka Tahun 2017 mengalami cemas berat.
 Ada hubungan komunikasi perawat dengan tingkat kecemasan anggota keluarga
pada pasien yang dirawat diIntensif Care Unit RSUD Majalengka Tahun 2017.
Saran :
 Bagi RSUD Majalengka : Pihak rumah sakit agar melaksanakan SOP yang sudah ada
di ruangIntensif Care Unit khususnya mengenai tugas perawat untuk menjalin
hubungan yang baik dengan anggota keluarga pasien, komunikasi antara perawat
dengan anggota keluarga dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga mengenai
informasi khsusnya tentang prosedur pelayanan.
 Bagi perawat : Perlunya perawat memberikan intervensi kepada anggota keluarga
untuk mengurangi kecemasan dengancara meningkatkan pengetahuan anggota
keluarga tentang prosedur dan perkembangan kondisi pasien, menjalin hubungan
yang baik dan menjaga komunikasi dengan anggota keluarga.
9. Referensi
 Darmawan, S. 2015.Hubungan Kommunikasi dengan Kecemasan Kelaarga di
Ruang ICU RumahSakit Jasa Kartini Tasikmalaya-Jawa Barat.
https://www.scribd.com/doc/,diakses tanggal 12 Januari 2017

 Rezki, I. M. 2016.Komunikasi Terapeutik Perawatdengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit.Dunia Keperawatan, Volume 4,
Nomor 1,Maret 2016: 30-35
JURNAL 2

A. Judul penelitian dan nama peneliti


: pengaruh relaksasi terhadap
kecemasan dan kualitas tidur pada
pasien intensive care unit
B. Nama peneliti oleh: sudiarto, ari
suwondo,agus nurrudin
2. Latar belakang masalah penelitian : Kecemasan merupakan perasaan
yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit,
menerangkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit menunjukkan
gejala-gejala terutama kecemasan dan ketakutan sebanyak 52%,
biasanya berkaitan dengan ancaman penyakitnya (Atwater, 1998).
Metode terapi komplementer relaksasi diyakini sangat efektif dalam
mengatasi kecemasan dan gangguan tidur. relaksasi yang digunakan
adalah dengan relaksasi yang melibatkan keyakinan (Dobratz, 1995).
Bukti empirik melalui hasil penelitian telah membuktikan bahwa dengan
relaksasi dzikir menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dapat menurunkan
berbagai bentuk kecemasan yang dialami individu, hasilnya menunjukkan
bahwa orang yang sering membaca Al-Qur’an mengalami penurunan
kecemasan. Bahwa relaksasi dzikir dengan bacaan Al-Qur’an berpengaruh
besar hingga 97% dalam memberikan ketenangan dan menyembuhkan
berbagai penyakit (Sholeh, 2005).
3. Tujuan telaah hasil penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui apakah ada pengaruh relaksasi dzikir terhadap kecemasan
dan kualitas tidur pasien intensive care unit (ICU).
4. Rumusan masalah penelitian
Pasien-pasien sakit kritis cenderung mengalami kehilangan tidur, kualitas
tidur buruk, dan peningkatan kecemasan, berbagai macam penyebabnya,
termasuk pasien ICU, intervensi tenaga medis, diagnostik dan terapi,
medikasi, serta ventilasi mekanis dan penyakit dasar. Tekanan psikologis
yang dapat menyebabkan bingung pasien ICU karena jenis dan tingkat
stres pada pasien di ICU sangat tinggi. Pasien secara simultan terkena
ancaman bagi kehidupan, prosedur medis, ketidak mampuan untuk
mengkomunikasikan dan hilangnya kontrol personal (Jevon & Ewens,
2009).
5. Telaah hasil penelitian
 Metode penelitian : metode penelitian ini adalah quasi experiments dengan
rancangan pre–test post–test Control Group Design
 Prosedur penelitian : Prosedur penelitian dilakukan dengan mengobservasi
dan menilai ceklist tingkat kecemasan dan kualitas tidur sebelum dan sesudah
perlakuan. Jumlah sampel dalam penelitian ini di hitung berdasarkan metode
Slovin sebesar 28 responden tiap kelompok. Variabel penelitian ini adalah
Relaksasi Dzikir sebagai variabel bebas sedangkan Kecemasan dan Kualitas
Tidur variabel terikat. Analisa data terdiri dari analisis univariat, analisis
bivariat (Paired t-test dan independent sampel t-test).
 Hasil penelitian : Relaksasi dzikir berpengaruh terhadap perubahan tingkat
kecemasan dan kualitas tidur. Pada kelompok perlakuan p-value tingkat
kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 0,001 sedangkan pada kelompok kontrol
p-value tingkat kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 1,00. Pada uji independen
tingkat kecemasan p-value 0,001 dan kualitas tidur 0,001
6. Pembahasan
 Hasil analisis uji Mann-Whitney terdiri dari 28 responden tiap kelompok, median
perlakuan dan kontrol 19,5 dan 29, dengan minimal-maksimal 13-24 dan 24-34, dan
nilai p = 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
antarakelompok perlakuan dan kelompok Kontrol sesudah realaksasi dzikir. Hasil
analisis uji Mann-Whitney terdiri dari 28 responden tiap kelompok, median perlakuan
dan kontrol 5 dan 11, dengan minimal-maksimal 4-16 dan 9-13, dan nilai p=0,001
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok control sesudah realaksasi dzikir
7. Implikasi terhada penyelesaian masalah
 Keefektifan penelitian ini adalah teknik relaksasi yang dipilih merupakan relaksasi
pernafasan yang dinilai lebih aman (lebih sedikit mengandung risiko) bagi pasien, lebih
sederhana dan mudah dipraktekkan. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang
dianut akan mempercepat terjadinya keadaan relaks, dengan kata lain kombinasi
respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipat gandakan manfaat yang
didapat dari respon relaksasi (Benson, 2000). Penggunaan frase yang bermakna dapat
digunakan sebagai fokus keyakinan, sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman
keyakinan. Keuntungan dari relaksasi dzikir ini selain mendapatkan manfaat dari
relaksasi juga mendapatkan kemanfaatan dari penggunaan keyakinan seperti
menambah keimanan, dan kemungkinan akan mendapatkan pengalaman-pengalaman
transendensi. Dzikir sebagai salah satu bentuk ibadah dalam agama Islam merupakan
relaksasi religius, dengan mengucapkan lafadz Allah atau Ahad secara terus menerus
dengan pelan dan ritmis akan dapat menimbulkan respon relaksasi (Benson, 2000 ; Lei,
et all, 2009).
8. Kesimpulan dan saran (kelemahan dan kelebihan, dapat di terapkan tidak
dengan pertimbangan klinis, alternative lain dan nilai-nilai pasien )
simpulan :
Relaksasi dzikir mempengeruhi tingkat kecemasan pada pasien yang dirawat di ruang
ICU dengan nilai signifikansi p=0,001. Relaksasi dzikir mempngeruhi kualitas tidur
pada pasien yang dirawat di ruang ICUdengan nilai signifikansi p=0,001.
Saran : Relaksasi dzikir sangat baik digunakan untuk terapi pasien, hal tersebut
supaya dapat ditingkatkan dengan memberikan pelatihan. Pihak manajemen
diharapkan agar dapat mengembangkan relaksasi dzikir sebagai standar prosedur
oprasional dalam menangani pasien cemas khususnya pada pasien (beragama islam) di
ruang perawatan intensif.
9. Referensi
 Hawari H.D. 2006. Manajemen Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Jevon, P., dan Ewens, B. 2009. Pemantauan Pasien Kritis seri ketrampilan klinis
esensial untuk perawat edisi kedua. Jakarta: Erlangga. Kalat, J. W. Biological
Psychology. California: Thomson Learning, Inc. 2007.
 Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made Wiguna S.
Jakarta : Bina Rupa Aksara.

WASSALAMU’ALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai