PENDAHULUAN
tiba – tiba, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh penyakit
serebrovaskuler. Stroke terjadi saat terdapat gangguan aliran darah ke bagian otak.
thrombus atau embolus atau ruptur pembuluh darah. ( Morton, dkk. 2010)
berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus atau faktor yang bisa
dirubah seperti jenis kelamin dimana pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke serta
stroke iskemik atau stroke non hemoragik dibagi menjadi 3 jenis yaitu stroke
Stroke embolik yaitu tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Dan
1
Hasil penelitian kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik paling
dominan kekuatan otot derajat dua. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
otot untuk melakukan kontraksi, maka semakin kecil pula kekuatan yang
mengakibatkan gangguan pada sistem saraf pusat. Saraf yang kekurangan nutrisi
lama kelamaan akan kehilangan fungsinya. Seorang pasien stroke non hemoragik
mungkin mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi bagian tubuh atau semua
kontraksi otot akan mempengaruhi kekuatan otot pasien, hal tersebut akan
stroke sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh hipertensi selain itu sebesar
16% disebabkan oleh tingginya kadar gula darah dalam tubuh. Berdasarkan
per 1000 penduduk, sedangkan pada NTT prevalensi stroke yang didiagnosa oleh
tenaga kesehatan yaitu 4,5 % dan yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan atau
(RISKESDAS) pada tahun 2013 penderita stroke di Kota Kupang masih tergolong
2
mengalami stroke di Kota Kupang. Berdasarkan data yang diperoleh penderita
yang menjalani rawat inap dan rawat jalan tahun 2013-2014 di RSUD Prof. Dr.W.
Z. Johanes Kupang, tercatat penderira stroke non hamoragik pada tahun 2013
sebanyak 107 orang dan tahun 2014 sebanyak 263 dan tahun 2015 sebanyak 109
orang.
Peran perawat dalam hal mengatasi penyakit stroke non hemoragik sangat penting
prioritas masalah yang terjadi, perawat juga sebagai pendidik agar terjadinya
fisik akibat penurunan otot volunter yang berdampak pada gangguan mobilisasi
( Hidayat, 2013) dan dianjurkan bagi penderita untuk melakukan aktifitas sedikit
demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien agar otot tidak mengalami
kekakuan, otot yang dilatih terus menerus dapat meningkatkan fungsi otot yang
mengetahui lebih jauh tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke non
3
2. Bagaimana rumusan diagnosa keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik ?
hemoragik ?
1. Tujuan Umum
non hemoragik
2. Tujuan Khusus
non hemoragik
hemoragik
1. Manfaat Teori
4
Meningkatkan pengetahuan pembaca dan untuk pengembangan ilmu
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Perawat
5
Supaya pasien dan keluarga bisa mengerti gambaran umum tentang
e. Bagi Pembaca
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.(
Nurarif, Kusuma. 2012). Stroke iskemik atau non hemoragik adalah infark atau
kematian jaringan yang serangannya terjadi pada usia 20 – 60 tahun dan biasanya
timbul setelah beraktifitas fisik atau karena psikologis (mental) yang disebabkan
karena trombosis maupun emboli pada pembuluh darah di otak ( Fransisca 2009)
sedangkan menurut Morton, dkk. 2010 stroke non hemoragik adalah defisit
neurologis yang mempunyai awitan tiba – tiba, berlangsung lebih dari 24 jam dan
aliran darah ke bagian otak. Aliran darah terganggu karena adanya sumbatan
pembuluh darah , karena thrombus atau embolus atau ruptur pembuluh darah.
2.1.2 Etiologi
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik dibagi menjadi 3 jenis : Stroke
denyut jantung .
7
Faktor – faktor yang menyebabkan stroke : Faktor yang tidak dapat
dirubah ( non reversible) : Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita
stroke dibanding wanita. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena
stroke. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke. Faktor yang
alcohol, obat – obatan terlarang, aktivitas yang tidak sehat, kurang olaraga,
makanan berkolesterol.
kelumpuhan setengah badan. Tiba – tiba hilang rasa peka atau mati rasa.
Perubahan penglihatan. Bicara cedal atau pelo. Gangguan bicara atau bahasa.
Muntah. Gangguan daya ingat. Nyeri kepala hebat. Vertigo atau pusing.
Kesadaran menurun.
2.1.4 Klasifikasi
adalah :
8
2. Gangguan neurologic iskemik reversible : Berlangsung lebih lama dengan
9
2.1.5 Patofisiologi
Trombus emboli
Iskemik / infark
Deficit neurologi
Penumpukan
Hemiplagia atau sekret sekret Disfungsi bahasa
hemiparese dan komunikasi
Kemampuan
merawat diri
menurun Kemampuan
Reflex mengunyah
aktifitas berkurang
dan menelan menurun
Defisit perawatan
diri Hambatan
Nafsu makan
mobilitas fisik
menurun
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
10
Stroke non hemoragik disebabkan oleh thrombosis akibat plak aterosklerosis yang
memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis dilokasi yang
didalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawah hingga terperangkap dalam
pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju
ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen,
sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan
emboli akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh darah,
jika hal ini berlanjut terus – menerus maka jaringan tersebut akan mengalami
infark, dan kemudian akan menggangu sistem persarafan yang ada ditubuh seperti
karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri sendiri, pasien tidak
mampu untuk makan karena reflex menelan menurun sehingga nutrisi kurang dari
otot –otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi verbal
11
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare
(2002) adalah:
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cedera.
3. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral.
trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan
harus diperbaiki.
12
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
13
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga hal yang diperlukan adalah
perfusi darah ke otak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah thrombosis
lanjutan, melindungi jaringan otak yang masih aktif dan mencegah sekunder lain,
tetapi terapi ini harus dimulai dalam waktu 3 jam sejak manifestasi klinis stroke
timbul dan hanya dilakukan setelah kemungkinan perdarahan atau penyebab lain
disingkirkan.
2. Terapi antikoagulan : Terapi ini diberikan bila penderita terdapat risiko tinggi
kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau fibrilasi atrial.
pembekuan.
14
4. Terapi suportif : Berfungsi untuk mencegah perluasan stroke dengan tindakan
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
2.1.9 Pencegahan
jantung.
mengenali tanda dan gejala stroke serta olahraga teratur 3-4 kali seminggu.
15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui
medis.
bicara,kelemahan anggota gerak baik sebagian atau seluruh bagian tubuh, tubuh
Sedangkan dalam pola pengkajian fungsional gordon yang dikutip dari kozier
(2010)meliputi :
B. Pola aktifitas dan latihan : penderita stroke tidak akan mampu melakukan
aktifitas dan perawatan diri secara mandiri karena kelemahan anggota gerak
16
adalah tanda yang pasti ada pada penderita stroke.kekuatan otot berkurang,
C. Pola tidur dan istirahat : penderita stroke lebih banyak tidur dan istirahat karena
D. Pola persepsi dan kognitif : penderita stroke akan mengalami gannguan pada
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi
peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmhg).
17
3) B3 (Brain) stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
luas.
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
18
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan oksigen kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu,
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
kekuatan otot
0 0 Paralisis sempurna
atau dilihat
topangan
19
Penilaian kemampuan mobilitas bertujuan untuk menilai gerak ke posisi miring,
Tingkat Kategori
Aktivitas
dalam perawatan
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar
pada tingkat letargi, stupor, dan semikoma. Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian gcs sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
20
Penilaian Glassgow Coma Scale (GCS) secara kwantitatif.
Skala Nilai
Spontan 4
Dipanggil 3
Rangsang nyeri 2
Respon verbal
Orientasi baik 5
Jawaban kacau 4
Tidak bersuara 1
Respon motorik
Sesuai perintah 6
Lokalisasi nyeri 5
Fleksi (abnormal) 3
Ekstensi ( abnormal ) 2
21
8) Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
9) Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun
kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan
dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari
girus temporalis superior (area wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien
tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior (area broca) didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir
22
Analisa data
Beberapa data yang dapat menjadi penunjang dalam pengkajian dari keadaan
banyak melakukan tirah baring, adanya keluhan nyeri pada tubuh saat
bergerak.
23
4. Masalah keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
neuromuskuler.
saraf pusat.
25
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Goal atau sasaran asuhan keperawatan adalah selama perawatan pasien akan
Obyektif atau kriteria evaluasi yang akan dicapai mencakup : pasien menyatakan
keletihan
26
3. Ajarkan dan bantu latihan rom setiap 4jam.tingkatkan dari pasif ke aktif
Rasional : latihan rom dapat mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot.
disfungsi neuromuskuler
perawatan.
Obyektif : bersihan jalan napas kembali normal dengan kriteria hasil pasien batuk
1. Kaji status pernapasan setiap 4 jam atau menurut standart yang ditetapkan.
27
Rasional : untuk mendeteksi tanda awal bahaya
perawatan
Obyektif: hasil yang diharapkan : berat badan pasien ideal sesuai tinggi badan,
1. Timbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
28
3. Pantau asupan dan haluaran pasien
Rasional : karena berat badan dapat meningkat akibat dari retensi cairan.
4. Beri makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan yang masih hangat
infeksi nosokomial.
Obyektif atau kriteria evaluasi yang akan dicapai mencakup :pasien dapat
melakukan program perawatan diri setiap hari. Pasien bebas dari bau badan,
keringat dan sel yang mati, mulut tampak bersih, tidak bau.rambut bersih,
29
Tindakan keperawatan yang direncanakan adalah :
kemampuannya.
berusaha
4) Bantu sebagian atau sepenuhnya saat mandi atau kebersihan setiap hari .
6) Berikan privasi
30
7) Berikan waktu yang cukup untuk pasien melakukan tugas mandi dan
kebersihan lainnya,
Goal : pasien akan mempertahan komunikasi verbal yang efektif selama dalam
perawatan.
alternatif.
pembicaraan.
yang akurat.
penuruna kondisi.
3) Berbicaralah dengan jelas, pelan, dan dalam nada normal pada saat
31
Rasional : modifikasi dalam bicara dapat meningkatkan pemahaman.
positif
mengurangi frustasi.
imobilitasi fisik.
Goal : Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang utuh selama dalam
perawatan
Objektif : pasien akan mempertahankan keutuhan kulit yang utuh, tidak ada luka/
lesi pada kulit, kulit lembab, kulit tidak kering, tidak bersisik, tidak ada
2. Anjurkan untuk ubah posisi setiap 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan
posisi
32
Rasionalnya : tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan pada jaringan,
4. Anjurkan keluarga untuk menjaga seprei pasien kering, bersih, bebas dari
perawatan kulit.
posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam ,
33
bebaskan jalan napas, beri oksigen 1 – 2 liter/ menit. Pemberian nutrisi dengan
kebutuhan. Pemberian nutrisi peroral hanya jika fungsi menelan atau kesadaran
gula darah < 60mg% dengan gejala ) segera diatasi dengan dextrose 40%
sampai kembali normal.bila terjadi peningkatan tekanan darah maka obat yang
penyekat ace, atau antagonis kalsium. Sedangkan bila terjadi hipotensi maka
diderita, kondisi fisik pasien, dan keterlibatan pasien maupun keluarga dalam
34
ketergantungan pasien dalam pemberian pelayanan keperawatan.(Gallo,dkk
2011)
cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
proses perawatan berlangsung dan menilai respon klien. (Alimul aziz. 2013)
selama evaluasi, pertimbangan tujuan perawatan dan evaluasi apakah hasil yang
klien. Aspek akhir dari evaluasi akan menentukan apakah harapan klien tentang
Format ini dapat digunakan pada catatan medik yang berorientasi pada
identifikasi oleh semua anggota tim perawat. Format SOAPIER terdiri dari:
35
informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara,
yang akan dating dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan
optimal.
oleh perawat.
fisik, nutrisi pasien seimbang dimana berat badan pasien tidak mengalami
36
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pasien dapat
toleransi aktifitas yang dilakukan, efektifan bersihan jalan napas sehingga pasien
tidak batuk dan tidak sesak. Tidak terjadinya hambatan mobilitas fisik, nutrisi
pasien seimbang dimana berat badan pasien tidak mengalami penurunan, tidak
terjadinya deficit perawatan diri ( makan, mandi, berpakian, toileting) serta tidak
37
BAB III
3.1 Pendekatan
terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Studi kasus dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal. Unit tunggal dapat berarti satu orang. Unit yang menjadi kasus
tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
3 hari di ruang rawat inap 3 laki RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang. Sumber
38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada studi kasus pasien stroke non hemoragik ini dilakukan di ruang
Subyek penelitian studi kasus pasien stroke non haemoragik ini adalah Tn.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk studi kasus ini adalah :
auskultasi.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi berupa rekaman medic ( status ) pasien serta hasil dari
pemeriksaan diagnostik
39
3.5 Analisa Data
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan
analisis adalah :
1. Pengumpulan data.
transkrip.
2. Mereduksi data.
3. Penyajian data
40
4. Kesimpulan
haemoragik.
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika
penelitian. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan
41
2. Anonymity
Adalah kerahasiaan identitas responden dan harus dijaga. Oleh karena itu
data.
3. Confidentiality
hanya kelompok dan data tertentu apa saja yang akan disajikan atau
42
BAB IV
4.1 HASIL
Kupang, Ruang Komodo merupakan ruangan kelas 3 khusus pasien jenis kelamin
laki- laki, menerima pasien Interna dan Bedah , mempunyai 6 kamar yaitu A, B,
C, D, E, F. dan setiap kamar memiliki 4 tempat tidur. Studi kasus dilakukan pada
kamar B bed 2. Lamanya penelitian yaitu 3 hari, dimulai dari tanggal 16 April
laki – laki. Pasien merupakan suku Timor, beragama Kristen Protestan. Pasien
Sekolah Dasar. Pasien masuk rumah sakit tanggal 13 April 2018 dengan diagnosa
4.1.3.1 Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 16 April 2018 pukul 09.00 wita
data didapatkan dengan cara observasi, pemeriksaan fisik dan data – data
43
pendukung yang ada seperti hasil labortorium maka didapatkan hasil sebagai
berikut : Keluhan Utama : Pasien mengatakan lemas pada ektremitas bagian kiri
(wajah sampai kaki tidak dapat di gerakan, ), belum buang air besar kurang lebih
3 hari.
Bapaknya belum pernah menderita sakit seperti ini selama hidupnya ,hanya
sakit biasa seperti Batuk ,pilek dan berobat ke puskesmas,bapaknya tidak pernah
Riwayat saat masuk rumah sakit : pasien masuk rumah sakit pada tanggal
13 April 2018 dengan keluhan tiba – tiba pusing, muntah 4 kali,rasa lemah pada
tangan dan kaki kiri, kepala sakit, bicara tidak jelas. Pasien lalu dibawah IGD
ke empat dari lima bersaudara, sekarang tinggal bersama istri dan keempat
anaknya. Ayah dan ibunya telah meninngal dan tidak mengetahui dengan jelas
istri dan anaknya. Istrinya sering menjaga kebersihan dalam rumah dan
rumahnya baik.
44
Riwayat kesehatan lainnya : Pasien mengatakan tidak pernah
menggunakan alat bantu : gigi palsu, kacamata, alat bantu pendengaran, dan lain-
lain
2. Tanda – tanda vital, Berat badan dan tinggi badan tidak dilakukan
tidak ada retraksi dinding dada, pada auskultasi terdengar bunyi vesikuler,
tidak terjadi pembesaran pada area jantung, bunyi jantung normal (s1 s2
tunggal).
5. B3 ( Brain) : Pasien sadar penuh dengan GCS (glassglow coma scale) 15.
sempurna, adanya gerakan bola mata mengikuti arah yang ditunjuk, pupil
isokor
45
8. B6 ( Bone) : pergerakan terbatas pada ekstremitas bagian atas dan
pasien makan 3 kali sehari terdiri dari nasi, sayur dan lauk ikan, tempe dan
tahu. Pasien minum air kurang lebih 8 gelas perhari. Saat ini pola nutrisi
2. Pola aktifitas dan latihan : Saat dikaji pasien mengatakan sebelum sakit
3. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam 6
4. Pola kognitif dan persepsi sensorik. Pasien mengatakan fungsi panca indra
baik.
tetangga. Saat ini pasien mampu berinteraksi dengan baik dengan keluarga
dan petugas.
46
6. Pola toleransi terhadap stress keluarga mengatakan sebelum sakit ketika
rajin beribadah saat ini pasien didoakan oleh keluarga dan kerabatnya.
pemeriksaan darah lengkap. Darah rutin : HB 14.0 gr/dl( 13-18 gr/dl) jumlah
40,0-54,0 %), Jumlah leukosit 6,23 10^3/uL (4,0-10,0 10^3/uL). Hitung Jenis :
neutrofil 75,3 % (normal 50-70 %), limfosit 17,8% (normal 20-40 %), monosit 7,6
% (normal 2-8 %), jumlah neutrofil 3,15 10^3/uL (normal 1,50-7,00 10^3/uL),
jumlah limfosit 2,35 10^3/uL (normal 1,00-3,70 10^3/uL), jumlah monosit 0,30
Pada tanggal 18 April 2018 dilakukan pemeriksaan kimia darah : GDS 158
total 182 ( < 200). Trigliserida115 ( <150). Asam urat (1,9-7,9). SGOT 26 (<35).
SGPT 34 (<41).
jantung pasca serangan jantung, pasien ginjal terkait penyakit gula ( Diabetes).
47
berkemih, penyempitan pembuluh darah ginjal, kehamilan. Amlodipin 1 x 5mg
akut, hipotensi disertai gejala seperti pingsan kelainan fungsi jantung, kelainan
gerakan usus. pasien yang menjalani operasi perut. Diet rendah garam.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 April 2018 data yang dapat
badannya terasa lemah, sering pusing , sakit kepala dan bicara tidak jelas sejak
masuk rumah sakit. Data obyektif : pasien tampak bedrest total, tampak bicara
48
mengatakan badan lemah, kaki dan tangan kiri susah untuk bergerak.,Susah untuk
beraktivitas, semua kebutuhan dibantu oleh keluarga dan petugas. Data obyektif :
pasien 4( sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
disebabkan oleh imobilitas fisik, yang ditandai dengan, Data obyektif : pasien
tampak lemah, pasien tampak bedrest total, semua aktifitas dibantu oleh keluarga
dan petugas.
jaringan otak.
49
4.1.5 Intervensi Keperawatan
masalah, tujuan, intervensi dan rasionalnya. Pada kasus Tn. S.T. ditegakkan 3
kesehatan yaitu, trjadinya wasi dan hemaroid pad rectum serta infeksi.
50
Diagnosa I. ketidakefektivan perfusi jarinagan cerebral berhubungan dengan
kerusakan jaringan otak. Goal : pasin dapat terbebas dari keetidak efektivan
perfusi jaringan cerebral selama dalam perawatan. Objective : dalam jangka waktu
1x24 jam diharapkan pasien dapat: TIK dalam batas normal, TD stabil, pasien
Intervnsi :
1) Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,dingin dan benda
penurunan masa otot . Goal : Pasien akan mempertahankan mobilisasi fisik yang
normal selama perawatan. Obyektif : dalam jangka waktu 2x24 jam pasien
Intervensi :
Rasional: melalui tindakan ini perawat dapat menentukan tindakan yang sesuai
51
2. Bantu pasien untuk beraktifitas diselingi istirahat. Rasional: untuk
3. Ajarkan dan bantu latihan ROM setiap 4 jam.tingkatkan dari pasif ke aktif
respirasi, denyut dan irama jantung). Rasional : pemantauan tanda- tanda vital
aktifitas.
Pasien bebas dari konstipasi selama dalam perawatan. Obyektif : dalam jangka
waktu 1x24 jam pasien dapat BAB dengan konsistensi lembek, tidak nyeri saat
Intervensi :
52
4) Anjurkan untuk makan makanan yang tinggi serat ( sayuran dan buah -
mempermudah defekasi
yang lama. Goal : pasien akan mempertahankan keutuhan kulit selama dalam
perawatan. Obyektif : dalam jangka waktu 1x24 jam tidak ada tanda – tanda
kerusakan integritas kulit : kulit tidak kering, tidak bersisik, tidak ada lesi.kulit
tidak kemerahan.
Intervensi :
kulit.
2. Anjurkan untuk ubah posisi setiap 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi
kerusakan kulit.
3. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan kulit pasien agar tetap bersih dan
kering dan berikan lotion bila perlu. Rasionalnya : untuk mencegah terjadinya
53
4. Anjurkan keluarga untuk menjaga seprei pasien kering, bersih, bebas dari
kerutan dan kusut. Rasionalnya : seprei yang kering dan lembut dapat
b.d. kerusakan jaringan otak. Tindakkan kepeawatan yang dilakukan adalah jam
yang ditemukan pada kaki kiri dan tangan kiri pasien mati rasa dan tidak dapat
digerakkan. Jam 13.15 wita membtasi gerakkan pada kepala dan leher pasien,
hasil : pasien tampak tidur terlentangdan kepala di miringkan kekanan. Jam 13.30
Rumah sakit.
penurunan masa otot, tindakan keperawatan : Jam 13.00 wita mengkaji tingkat
keluarga dan petugas. Jam 13.30 wita membantu pasien untuk beraktifitas
54
diselingi istirahat, hasil : pasien mengatakan badan lemah sehingga belum mau
beraktifitas.
fisik, tindakan keperawatan yang dilakukan: jam 13.00 wita memonitor tanda
dan gejala konstipasi, hasil yang ditemukan pasien mengatakan belum BAB selam
4 hari, tampak distensi abdomen . Jam 13.15 wita memonitor bising usus, hasil :
bising usus 5 kali / menit. Jam 13.20 wita menganjurkan untuk mengkonsumsi
yang diberikan. Jam 13.30 wita menganjurkan untuk makan makanan yang tinggi
serat (sayur dan buah-buahan) hasil : tampak pasien makan sayur dan makan
buah (pepaya) .
keadaan kulit pasien hasil : tampak kulit pasien kering dan bersisik. Jam 13.15
wita menganjurkan untuk rubah posisi setiap 2 jam dan mengikuti jadwal
pengubahan posisi yang dipasang diatas tempat tidur, hasil : pasien merubah
posisi dari terlentang menjadi miring kiri, dibantu perawat dan keluarga. Jam
16.40 wita menganjurkan keluarga untuk mempertahankan kulit pasien agar tetap
bersih dan kering dan berikan lotion bila perlu, hasil : tampak punggung pasien
dibersihkan dan diberi pelembab (minyak baby oil) Jam 13.45 menganjurkan
keluarga untuk menjaga seprei pasien kering, bersih, bebas dari kerutan dan kusut,
hasil : istri pasien mengatakan mengerti dengan anjuran yang diberikan. Jam
14.00 wita menjelaskan kepada keluarga tanda awal kerusakan kulit, hasil : istri
55
pasien tampak mengerti setelah dijelaskan tentang tanda awal kerusakan kulit
paratese,hasil: pasien mengatakan keram pada kaki dan tangan kanan. Jam 8.30
x 25 mg,clopidrogel 3 x 1 tablet.
penurunan masa otot, tindakan keperawatan : Jam 09.30 wita mengkaji tingkat
keluarga dan petugas. Jam 11.00 wita membantu pasien untuk beraktifitas
diselingi istirahat, hasil : pasien mengatakan badan lemah sehingga belum mau
beraktifitas. Jam 11.30, mengajaarkan pasien dan keluarga tentang ROM passive
dan active,hasil : keluarga mengatakan paham dan dapat melakukan latihan ROM
fisik, tindakan keperawatan: jam 08.00 wita memonitor tanda dan gejala
56
konstipasi, hasil : pasien mengatakan belum BAB selama 5 hari, tampak distensi
perut. Jam 08.15 wita memonitor bising usus, hasil : bising usus 3 kali / menit.
jam 08.30 wita mengkolaborasi pemberian obat pencahar, Hasil : jam 12.15
keadaan kulit pasien hasil : tampak kulit pasien kering dan bersisik. Jam 13.15
wita menganjurkan untuk rubah posisi setiap 2 jam dan mengikuti jadwal
pengubahan posisi yang dipasang diatas tempat tidur, hasil : pasien merubah
posisi dari terlentang menjadi miring kiri, dibantu perawat dan keluarga. Jam
16.40 wita menganjurkan keluarga untuk mempertahankan kulit pasien agar tetap
bersih dan kering dan berikan lotion bila perlu, hasil : tampak punggung pasien
dibersihkan dan diberi pelembab (minyak baby oil) Jam 13.45 menganjurkan
keluarga untuk menjaga seprei pasien kering, bersih, bebas dari kerutan dan kusut,
hasil : istri pasien mengatakan mengerti dengan anjuran yang diberikan. Jam
14.00 wita menjelaskan kepada keluarga tanda awal kerusakan kulit, hasil : istri
pasien tampak mengerti setelah dijelaskan tentang tanda awal kerusakan kulit
tromboplebitis, hasil : padakaki kiri pasien kulit tampak bengkak dan turgor kulit
57
jelek. Jam 10.00, mengkaloborasi pemeria obat,hasil : pasien diberkan obat
keluarga dan petugas. Jam 09.00 wita membantu pasien untuk beraktifitas
diselingi istirahat, hasil : pasien tampak berusaha merubah posisi tidur ke posisi
duduk tetapi lemah. Jam 09.30 wita mengajarkan dan membantu latihan ROM
tingkatkan dari Pasif ke Aktif sesuai toleransi pasien, hasil : pasien mengikuti
latihan ROM Pasif yaitu fleksi dan ekstensi pada ekstremitas atas dan bawah. Jam
keadaan kulit pasien hasil : tampak kulit pasien lembab dan bersisik. Jam : 09.15
wita menganjurkan untuk rubah posisi setiap 2 jam dan mengikuti jadwal
pengubahan posisi yang dipasang diatas tempat tidur, hasil : tampak pasien
merubah posisi setiap 2 jam sesuai jadwal perubahan posisi yang dipasang pada
tempat tidur. Jam 09.20 wita menganjurkan keluarga untuk mempertahankan kulit
pasien agar tetap bersih dan kering dan berikan lotion bila perlu, hasil : tampak
58
punggung pasien dibersihkan dan diberi pelembab (minyak babi oil) Jam 09.30
menganjurkan keluarga untuk menjaga seprei pasien kering, bersih, bebas dari
kerutan dan kusut, hasil : tampak istri pasien mengatur seprei setiap kali pasien
merubah posisi.
tromboplebitis, hasil : padakaki kiri pasien kulit tampak bengkak dan turgor kulit
keluarga dan petugas. Jam 09.00 wita mengajarkan dan membantu latihan ROM
tingkatkan dari Pasif ke Aktif sesuai toleransi pasien, hasil : pasien mengikuti
latihan ROM Pasif yaitu fleksi dan ekstensi pada ekstremitas atas dan bawah. Jam
59
Diagnosa keperawatan Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas
fisik, tindakan keperawatan yang dilakukan: jam 13.00 wita memonitor tanda
dan gejala konstipasi, hasil yang ditemukan pasien mengatakan sudah BAB
semenjak tadi pagi, tampak tidak ada distensi abdomen . Jam 13.15 wita
memonitor bising usus, hasil : bising usus 5 kali / menit. Jam 13.20 wita
menganjurkan untuk makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah-buahan)
tromboplebitis, hasil : padakaki kiri pasien kulit tampak bengkak dan turgor kulit
penurunan masa otot, tindakan keperawatan : Jam 08.30 wita mengkaji tingkat
keluarga dan petugas. Jam 09.00 wita mengajarkan dan membantu latihan ROM
tingkatkan dari Pasif ke Aktif sesuai toleransi pasien, hasil : pasien mengikuti
60
latihan ROM Aktif yaitu turun dari tempat tidur dan berjalan, dibantu keluarga.
Jam 09.30 wita mengkaji respon fisiologis pasien terhadap peningkatan aktifitas :
dan implementasi, tahapan terakhir adalah melakukan evaluasi atas rencana yang
dari S (subyektif) yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien, O (obyektif) yaitu
(planning) merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan bila masalah belum
teratasi.
dengan kerusakan jaringan otak . evaluasi dilakukan pada jam 21.00 wita. S :
pasie menatakan badanya masih tersa lemah, kaki dan tangan kiri tida dapat
digerakkan, masih seringpusing dan sakit kepala O : Tampak kaki kiri dan tangan
kiri tidak dapat digerakkan dan mati rasa, tampak pusing dan kadangbicara
61
Diagnose 2. Hambatan monilitas fisik. Evaluasi dilakuan pada jam 21.00
wita. S ; pasien mengatkan badanya lemah dan bagian ekstermitas kiri atas dan
dengan imobilitas fisik, evaluasi dilakukan pada jam 21.30 wita. S : Keluarga
pasien mengatakan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur . O : Tampak kulit
pasien kering, seprei tampak rapih dan bersih. pasien merubah posisi miring kiri
dan miring kanan dibantu perawat dan keluarga setiap 2 jam. A : Masalah risiko
62
Hari kedua , Kamis 19 April 2018.
dengan kerusakan jaringan otak . evaluasi dilakukan pada jam 08.30 wita. S :
pasie mengatakan badanya masih tersa lemah, kaki dan tangan kiri tida dapat
digerakkan, masih sering pusing dan sakit kepala O : Tampak kaki kiri dan tangan
kiri tidak dapat digerakkan dan mati rasa, tampak pusing dan kadangbicara
penurunan masa otot, evaluasi dilakukan jam 13.30 wita.S: Pasien mengatakan
badan lemah, tangan kanan dan kaki kanan lemah.O : Pergerakan terbatas pada
tingkat kemampuan pasien 4,semua aktifitas dibantu oleh keluarga dan petugas.
fisik, evaluasi dilakukan jam 13.30 wita. S : Pasien mengatakan sudah BAB
dengan konsistensi lunak, tidak nyeri saat BAB. O : Tidak adanya distensi perut,
63
Diagnosa keperawatan Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan imobilitas fisik, evaluasi dilakukan pada jam 13.30 wita. S : Keluarga
pasien mengatakan kulit tidak ada luka maupun kemerahan. O : Tampak kulit
pasien kering, seprei tampak rapih dan bersih. pasien merubah posisi miring kiri
dan miring kanan dibantu perawat dan keluarga setiap 2 jam. A : Masalah risiko
dengan kerusakan jaringan otak . evaluasi dilakukan pada jam 08.30 wita. S :
pasie mengatakan badanya masih tersa lemah, kaki dan tangan kiri tida dapat
digerakkan, masih sering pusing dan sakit kepala O : Tampak kaki kiri dan tangan
kiri tidak dapat digerakkan dan mati rasa, tampak pusing dan kadangbicara
masa otot : evaluasi keperawatan dilakukan jam 14.00 wita.S: Pasien mengatakan
badan lemah, tangan kanan dan kaki kanan lemah. O : Pergerakan terbatas pada
tingkat kemampuan pasien 4,semua aktifitas dibantu oleh keluarga dan petugas.
pasien melakukan ROM Pasif yaitu fleksi dan ekstensi pada ekstremitas atas dan
64
Masalah Intoleransi aktifitas aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik belum
dengan imobilitas fisik, evaluasi keperawatan dilakukan pada jam 13.30 wita. S :
Keluarga pasien mengatakan tidak ada kulit pasien yang kemerahan, tidak
bersisik. O : Tampak tidak ada tanda –tanda kerusakan kulit, kulit tampak lembab,
dengan kerusakan jaringan otak . evaluasi dilakukan pada jam 08.30 wita. S :
pasie mengatakan badanya masih tersa lemah, kaki dan tangan kiri tida dapat
digerakkan, masih sering pusing dan sakit kepala O : Tampak kaki kiri dan tangan
kiri tidak dapat digerakkan dan mati rasa, tampak pusing dan kadangbicara
penurunan masa otot, evaluasi dilakukan pada jam 13.30 wita. S : Pasien
mengatakan tangan kanan dan kaki kanan sudah bisa digerakkan tanpa bantuan
tetapi masih lemah. O : Pergerakan terbatas pada ekstremitas bagian atas dan
65
pasien tampak melakukan ROM Pasif yaitu fleksi dan ekstensi pada ekstremitas
kelemahan fisik, evaluasi dilakukan pada jam 13.00 wita. S : Pasien mengatakan
tangan kanan dan kaki kanan sudah bisa digerakkan tanpa bantuan tetapi masih
intervensi dihentikan.
4.2 Pembahasan
terjadi antara teori dan kasus nyata yang ditemukan saat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien TnsS.T. yang menderita stroke non hemoragik di Ruang
Komodo RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang. Pembahasan ini akan diuraikan
66
4.2.1 Pengkajian.
tiba – tiba, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh penyakit
serebrovaskuler. stroke terjadi saat terdapat gangguan aliran darah ke bagian otak.
thrombus atau embolus atau ruptur pembuluh darah. Faktor – faktor yang
menyebabkan stroke : faktor yang tidak dapat dirubah ( non reversible) : jenis
mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui
meliputi pengkajian fisik, riwayat penyakit sekarang dan masa lalu, faktor
pada pengkajian pasien dengan stroke non hemoragik dapat terjadi gangguan
tubuh, tubuh tiba- tiba lemas tanpa diketahui penyebabnya. Riwayat penyakit
67
mellitus, sering merokok. Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan adanya
Pola aktifitas dan latihan : penderita stroke tidak akan mampu melakukan aktifitas
dan perawatan diri secara mandiri karena kelemahan anggota gerak adalah tanda
yang pasti ada pada penderita stroke. Kekuatan otot berkurang, mengalami
stroke lebih banyak tidur dan istirahat karena semua sistem tubuhnya akan
diam. Pola persepsi dan kognitif : penderita stroke akan mengalami gangguan
bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah
68
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pada pengkajian B4
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
makan menurun, mual muntah pada fase akut. Pola defekasi biasanya terjadi
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien
kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
tidak dilakukan secara head to toe tetapi hanya dilakukan pengkajian berfokus
pada apa yang di keluhkan pasien. Semua pasien stroke mengalami hemiparese,
Tingkat kekuatan otot pasien tergantung luas area hemiparese yang dialami.
69
Pada kasus Tn. S.T.. ditemukan bahwa pasien merasa lemah pada tangan
kanan dan kaki kanan kepala sakit, susah bergerak karena lemah, ekstremitas
pergerakan terbatas pada ekstremitas bagian atas dan ekstremitas bagian bawah,
dengan kekuatan otot 2 (gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan),
tingkat kemampuan pasien 4 (sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan). Tanda dan gejala lain yaitu tekanan darah
160/90 mmhg.suhu : 37,2 0c. Nadi : 88 kali / menit. Pernapasan : 18 kali / menit,
Kesenjangan yang ditemukan pada kasus pasien Tn. S.T. yaitu pada
pengkajian B1 (breathing) pada inspeksi tidak ditemukan klien batuk, tidak ada
peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
keluhan tidak mengalami kesulitan menelan, nafsu makan baik. Mual sampai
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua tanda dan
gejala dari Stroke Non Haemoragik menurut teori dapat ditemukan langsung pada
pasien SNH. Pemeriksaan fisik tidak dilakukan secara head to toe karena jumlah
pasien dan jumlah perawat, tidak sebanding, untuk melanyani pasien dengan
70
4.2.2 Diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA NIC-NOC yang disusun oleh Amin & Hardi (2013)
diagnosa yang dapat ditegakkan pada pasien stroke non hemoragik adalah
neuromuskuler.
sering ditegakkan pada pasien SNH adalah Ketidak Efektifan Perfusi Jarinagan
Pada kasus nyata diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Tn. S.T.
71
Berdasarkan teori dan kasus nyata maka ditemukan beberapa diagnosa
yang tidak ditegakkan pada Tn. S.T. adalah ketidak efektifan bersihan jalan napas
karena pasien tidak mengeluh sesak napas, tidak batuk, pernapasan dalam batas
normal. Diagnosa Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
(kelemahan fisik), tidak ditegakkan karena pasien tampak bersih, tidak bau, pasien
dengan perubahan pada sistem saraf pusat tidak ditegakkan karena tidak adanya
data yang mendukung masalah tersebut, pasien bicara tiadak jelas pello.
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa diagnosa yang yang
menjadi prioritas teori adalah tidak sama dengan diagnosa prioritas yang dialami
oleh pasien.
penanganan segera. Tujuan yang dibuat ditetapkan secara lebih umum tetapi pada
dibuat mempunyai batasan waktu, dapat diukur, dapat dicapai rasional sesuai
72
Pada kasus Tn. S.T. tidak ditemukan kesenjangan – kesenjangan antara
teori dan kasus nyata karena semua rencana tindakan berdasarkan diagnosa
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa penetapan diagnosa yang
menjadi prioritas masalah pada kasus nyata dan teori adalah sama.
praktek, dimana pada kasus ada implementasi yang ditetapkan berdasarkan teori
seperti : melatih ROM Aktif , menganjurkan untuk miring kiri dan kanan setiap 2
jam.
73
Evaluasi sebagai tahap akhir dari proses keperawatan setelah melakukan
Evaluasi pada Tn. S.T. sesuai dengan hasil implementasi yang dibuat pada
perfusi jaringan dan hambatan mobilitas fisik belum teratasi,karena asien masih
dengan tirah baring lama masalah teratasi. diagnosa Risiko kerusakan integritas
SNH untuk Masalah Mobilisasi dibutuhkan waktu minimal 1 minggu untuk dapat
Dari tahap ini, penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua kriteria
yang merawat.
BAB IV
74
Penutup
5.1 Kesimpulan.
dasarnya sama antara teori dan kasus nyata. Hal ini dapat dibuktikan dalam
penerapan kasus pasien Tn.S.T. yang menderita stroke non hemoragik. Penerapan
pada Tn. S.T. : Pasien mengatakan badan bagian kanan lemah.susah bergerak
karena lemah, belum buang air besar kurang lebih 4 hari. Keadaan umum
bising usus 5 kali permenit. pergerakan terbatas pada ekstremitas bagian atas
rutin : HB 15 gr/dl( 13-18 gr/dl) jumlah eritrosit 5,20 10^6/uL (normal 4,50-
6,20 10^6/uL), hematokrit 47,3% (normal 40,0-54,0 %), Jumlah leukosit 4,2
75
limfosit 32% (normal 20-40 %), monosit 7,6 % (normal 2-8 %), jumlah
darah : GDS 158 mg/dl. Ureum 19,70. Kreatinin 0,72. Terapi yang didapat :
3. Perencanaan yang diberikan pada Tn.S.T. sesuai dengan teori. Karena semua
untuk makan makanan yang tinggi serat ( sayuran dan buah - buahan). 5.
76
Ajarkan dan bantu latihan rom setiap 4 jam.tingkatkan dari pasif ke aktif
kulit pasien.2. Anjurkan untuk ubah posisi setiap 2 jam dan ikuti jadwal
untuk mempertahankan kulit pasien agar tetap bersih dan kering dan berikan
lotion bila perlu.4. Anjurkan keluarga untuk menjaga seprei pasien kering,
bersih, bebas dari kerutan dan kusut. 5. Jelaskan kepada keluarga tanda awal
kerusakan kulit.
77
diselingi istirahat. Melati ROM pasif sesuai toleransi pasien.mengukur tanda-
tanda vital.
untuk mempertahankan kulit pasien agar tetap bersih dan kering dan berikan
lotion bila perlu. Menganjurkan keluarga untuk menjaga seprei pasien kering,
bersih, bebas dari kerutan dan kusut. Menjelaskan kepada keluarga tanda awal
kerusakan kulit.
konstipasi telah teratasi dan masalah risiko kerusakan integritas kulit teratasi
78
5.2. Saran
diperhatikan kondisi pasien atau keadaan pasien agar perawatan yang diberikan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
2. Bagi perawat.
Rumah sakit.
haemoragik.
79
4. Bagi pasien dan keluarga
5. Bagi mahasiswa.
penyakit.
80
BAB III
3.1.1 Pengkajian :
Prof.DR.johannes Kupang pada tanggal ,16 April 2018 Pukul : 09.00.Pasien yang
ekstremitas kiri ( Wajah sampai kaki tidak dapat di gerakan ). Riwayat sakit saat
ini : Pasien masuk RS pada tanggal 13 April 2018 jam : 09.00.dengan keluhan
sakit,sempat terjatuh dari tempat duduknya dan tidak bisa bangun sendiri
menit .Terapi yang di dapat adalah sebagai berikut :Infus Nacl 0,9% 500 ccdrip
81
KTC 30 mg/8 jam .,Manitol ,6 x 100 cc ,Piracetam 3 x 3 gr.,Ranitidin 2 x 50
sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini, Hanya pernah menjalankan
operasi katarak pada tahun 2014. Penyakit yang pernah di derita Keluarga : Pasien
mengatakan dari keluarga tidak perna mengalami penyakit seperti ini .Riwayat
Alergi : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami alergi berupa obat – obatan
Hemoragik .
a. B1 (Breathing)/ Pernapasan :
beraktifitas .pada saat pemeriksaan irama napas teratur tidak ada bunyi napas
b. B2 (Blood )/ Cardiovasculer :
Pasien mengatakan nyeri dada saat batuk,bunyi jantung tidak ada kelainan
82
terbatascxpada pengindraan tampak pupil maataa Normal,reaksi terhadap
kabur dan tidak menggunakan kaca mata atau alat bantu ,Bentuk telingah
tertampung 2000 cc/hari .Warna urine Kuning ,tidak ada nyeri tekan pada
daerah abdomen
e. B5 ( BOWEL ) Pencernaan :
bubur saring ,minum 1000 cc/hari jenis minuman yakni Susu 200cc/4 jam
,tidak ada pembesaran lien ,Pasien mengatakan belum buang air besar sejak
tapi masih bisa di mengerti ,pasien mengelu sudah 3 hari belum BAB .
83
B .RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
Keluhan utama :
Pasien mengatakan lemas pada ekstremitas bagian kiri ( Wajah sampai
kaki tidak dapat di gerakan )
Riwayat keluhan utama :
Mulai timbul keluhan : sejak 3 hari yang lalu pasien tiba –tiba
merasa pusing dan ditemukan jatuh dari tempat duduk.
Sifat keluhan : Menyebar
Lokasi : dari wajah sampai ke kaki .
Keluhan lain yang menyertai : berupa pusing dan sakit kepala
‘batuk dan rasa sesak.
Faktor pencetus yang menimbulkan serangan :
Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat – saat tertentu (
saat –saat mana ) pada malam hari biasanya berkurang .
Upaya yang di lakukaan untuk mengatasi masalah kesehat
Kebiasaan sakit selalu ke sarana kshatan terdekat ( Puskesmas )
3.Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Pasien baru pertama kali mengalami sakit seperti ini ,pasien hanya
masuk rumah sakit pertama kali untuk operasi katarak .
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat ataupun makanan .
Riwayat Operasi :
Pasien mengatakan sejak tahun 2014 pasien menjalani operasi
Katarak .
4.Kebiasaan :
Merokok :
Pasien mengtakan sebelumnya dia merokok sudah delapan tahun
pasien tidak merokok lagi .
84
Miniman Alkohol :
Pasien mengatakan biasa konsumsi alkohol tapi tidak setiap hari .
Minum Kopi :
Pasien mengatakan kebiasaan minum kopi tiga kali satu gelas
sehari .
Minum Obat - obatan :
Pasien mengatakan biasa minum obat kalau sakit .
PEMERIKSAAN FISIK :
85
Tidak ada pembesaran kelenjar
3 Sistim Kardio vaskuler :
Tidak ada nyeri dada
Inspeksi :bentuk dada simetris .
Kesadaran / GCS : M 4 V 3 M 1.
Bibir : Normal warna bibir merah muda.
Kuku : tidak ada sianosis
Capiliary Refili : Tidak ada kelainan .
Tangan : Normal tidak ada tanda – tanda edema .
Kaki : Normal tidak ada edema .
Sendi : Normal tidak ada kelainan .
Ictus cordis/Apicalpulse : Teraba .
Vena jugolaris teraba .
Perkusi pembesaran jantung : Tidak ada pembesaran jantung .
Auskultasi BJ I Dan BJ II : tidak ada kelainan .
4.Sistim Respirasi
liter / menit .
86
- Tidak ada bunyi Ronchi.
- Tidak ada bunyi Wheesing .
- Tidak ada krepitasi .
- Tidak ada bunyi Rales .
5. Sistim Pencernaan :
a. Keluhan rasa sakit saat menelan . Makan dan minum menggunakan
alat ( NGT ) .
b.Inspeksi :
Turgor kulit : Normal ( Elastis )
Keadaan bibir : Tidak ada kebiruan atau sianosis .
Keadaan Mulut : Warna mukosa merah muda .
Tidak ada luka atau perdarahan .
Tidak ada tandda – tanda radang .
Keadaan gusi Baik .
Keadaan abdomen
Warna kulit sawo matang .
Tidak ada luka
Tidak ada pembesaran abdomen .
Keadaan Rektal :
Tidak ada luka,perdarahan ,haemoroid, luka tumor atau
Bengkak .
c. Auskultasi :
Bising usus Normal .
d. Perkusi :
Tidak ditemukan kelainan .
e.Palpasi :
Tidak di temukan adanya kelainan .
6.Sistim Persyarafan
a. Keluhan : Pasien mengatakan Ekstremitas kiri tidak bisa di
gerakan .
b. Tingkat kesadaran : Cm ( Compos mentias GCS :E 4 M6 V 5 .
87
c. Pupil : Normal ,
d. Kejang Tidak di temukan kejang .
e. Jenis Kelumpuhan ada kelumpuhan pada ekstremitas bagian kiri . f.
Parasthesia : Normal ,tidak di ketemukan ada kelainan .
g. Koordinasi gerak : Normal .
h. Cranial Nerves ;
i. Reflekses :
7. Sistim Musculoskeletal :
a. Keluhan : kemampau pergerakan sendi terbatas .
b. Kelainan Ekstremitas : Ekstremitas bagian kiri susah di gerakan .
c. Nyeri otot : tidak ada nyeri .
d. Nyeri sendi :
e . Refleksi sendi :
f. Kekuatan otot : 4| 1
4| 1
8.Sistim Integumentan :
a.Rash :
b.Lesi :
e. Petechie :
f. Lan – Lain :
9. Sistim Perkemihan :
88
c. Kandung kencing : Normal biasa – biasa saja .
e.Intake cairan : Minum 1000 cc ( Susu 200 cc/4 jam ,Air 50 cc/ 4
jam .
Lain – lain :
10.Sistim Endokrin :
kelenjar .
c.Lain – lain :
11.Sistim Reproduksi
b. Lain – lain :
A . Nutrisi :
1.Kebiasaan :
Pola makanss : 3 x
Frekwensi : Normal
89
Makanan Pantangan : Tidak ada .
Dilakukan Pengukuran .
90
2.Organisasi sosial yang di ikuti : Kegiatan di desa maupun di gereja .
3.Keadaan Rumah dan lingkungan :
- Status Rumah : Milik pribadi .
- Cukup/Tidak : Cukup .
- Bising / Tidak : Tidak .
-Banjir/Tidak : Tidak
4.Jika mempunyai masalah apakah di bicarakan dengan orang lain
Yang dipercayai terdekat : di bicarakan dengan istri dan anak –
Anaknya secara baik .
5,Bagaimana anda mengatasi suatu masalah dalam keluarga :
Mengatasi sendiri dengan tenang dan aman .
6.Bagaimana interaksi dalam keluarga : Baik .
Kepada Tuhan .
91
Diberikan baik dari Dokter atau perawat dan berharap agar bisa
f. Pemeriksaan Darah :
Hematologi Darah Rutin :
- HB : 14,0 Nilai Normal : 13,0 – 18,0 gram% .
- Jumlah Eritrosit : 5,46/ul Nilai Normal : 4,50- 6,20
- Hematokrit : 42,3 % Nilai Normal :40,0 -54,0 .
MCV,MCH,MCH :
- MCV : 77,5 L Nilai Normal : 81,0 -96,0 .
- MCH :25,6 L Nilai Normal : 27,0 – 36,0 .
- MDW-SD :33,8 L Nilai Norml : 37- 54 .
- Jumlah Leukosit : 6,23 10^3/ul Nilai Normal :4,0-10,0.
Hitung Jenis :
- Eosinofil : 0,5 L% Nilai Normal : 1,5 – 5,0 .
- Neutrofil : 75,3 H% Nilai Normal :50- 70 .
- Limfosit : 17,8 L% Nilai Normal : 20- 40 .
Penatalaksanan Pengobatan :
92
ANALISA DATA
1. *.Data Subyektif :
*Data Obyektif :
Pasien tampak lemas ektremitas bagian kiri ( Wajah sampai kaki tidak
Dapat di gerakan .
*Etiologi :
Gangguan Neurovaskuler .
*Masalah :
2.*Data Subyek :
*Data Obyektif :
Kata – kata yang dikeluarkan tidak terlalu jelas namun bisa di mengerti .
*Data Obyekttf :
93
Kata – kata yang dikeluarkan tidak terlalu jelas namun bisa di mengerti .
*Etiologi :
*Masalah :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Neuromuskular .
PERENCANAAN KEPERAWATAN :
94
Dapat digerakan .
*Tujuan :
- GOAL :
-Obyektif :
Label NOC 1 :
c.Kecepatan berjalan ( 5 )
d.Jarak berjalan ( 5 )
Indikator :
E : terganggu .
-Intervensi/Rencana tindakan :
95
NIC Label 1 :
( Pelo )
Di mengerti,
-Tujuan :
NOC:label 1 :
Komunikasi kan :
96
1. Menggunakan bahasa lisan vokal ( 5 )
2. Kejelasan berbicara ( 5 )
3. Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain .
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN :
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN :
Diagnosa Keperawatan :
97
Tindakan Keperawatan :
Proses pemulihan .
RR :24 x/ menit .
12.00 : Melayani makan siang ( MLP ) yaitu susu ,Air putih untuk
( Pelo )
Dimengerti .
Tindakan Keperawatan :
98
Pelo yang terjadi pada pasien adalah ; karena stroke yang
EVALUASI KEPERAWATAN :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
99
( Wajah sampai kaki tidak dapat di gerakan ) .
Jam : 14.00 :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
100
101