BAB 1
PENDAHULUAN
kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2013). Menurut kemenkes RI tahun 2018
dikalteng penderita penyakit stroke 8,4% , sedangkan data pencatatan dari ruang
H BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya diketahui bahwa dari bulan Juli
sampai Desember 2019 terdapat 120 kasus pasien yang terkena stroke non
hemoragik atau sebanyak 4 % dari 588 pasien yang dirawat.
Stroke non hemoragik dapat didahului oleh oleh banyak faktor pencetus
dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan masalah
penyakit vaskular seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, obesitkas,
kolesterol, merokok, dan stres. Banyak klien yang datang ke rumah sakit dalam
keadaan kesadaran yang sudah jauh menurun dan stroke merupakan penyakit yang
memerlukan perawatan dan penanganan yang cukup lama. Oleh karena itu peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke
non hemoragik, serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap keadaan fisiknya saja
tetapi juga psikologis penderita.
Perawat berperan penting dalam pencegahan dan penanggulangan stroke,
baik dari upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Untuk
promotif, perawatan dapat membantu dengan mengadakan prromosi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang penyakit stroke, dari
pengertian stroke, gejala stroke, penyebab stroke, komplikasi yang ditimbulkan
bila tidak ditangani, serta tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien/masyarakat. Untuk preventif, perawat dapat memberikan
penjelasan bagaimana upaya pencegahan penyakit stroke misalnya diet rendah
garam pada hipertensi, menganjurkan untuk olahraga dapat melatih dan
melenturkan otot-otot yang kaku. Untuk kuratif perawat dapat memberikan
terapi maupun obat-obatan sebagai tindakan kalaborasi dengan tim kesehatan
maupun dokter, untuk upaya rehabilitative pada klien stroke terutama pada
klien pasca stroke hal ini untuk mencegah stroke berulang yang dapat
memburuk kondisi klien pasca stroke dan meminimalkan kecepatan. Pasca
stroke biasanya klien memerlukan rehabilitasi seperti terapi fifik, terapi wicara,
terapi okupasi, rehabilitasi psikologis juga diperlukan, seperti sebagai rasa
motivasi, terapi wisata dan sebagainya. karena pasca stroke biasanya, merasa
3
kondisi tubuh cacat membuat penderita merasa tidak berguna dan merasa
membebani keluarga. (Sismadi,2018;Maulana, 2018).
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan Asuhan Keperawatan dan berharap Asuhan Keperawatan dan
pendidikan kesehatan tentang Stroke Non Hemoragik yang di berikan dapat
bermanfaat bagi Ny. R dan keluarga di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya agar dapat mengetetahui tentang Stroke Non
Hemoragik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik di ruang Nusa Indah RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umun dari penulisan studi kasus adalah untuk mendapatkan atau
memperoleh kemampuan dalam menyusun dan menyajikan laporan studi kasus,
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2Tujuan khusus
1.3.2.1. Mahasiswa mampu menulis latar belakang studi kasus.
1.3.2.2. Mahasiswa mampu menulis konsep dasar penyakit dan menejemen
keperawatan terkait kaus yang dikelola.
1.3.2.3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. R.
1.3.2.4. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. R
1.3.2.5. Mahasiswa mampu memberikan intervensi keperawatan pada Ny. R
1.3.2.6. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. R
1.3.2.7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasikan pada Ny. R
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya tentang
Stroke Non Hemoragik dalam kehidupan sehari-hari dandapatmeningkatkan
motivasi untuk tetap semangat dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan
secara rutin
2. Bagi keluarga
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu episode dari disfungsi neurologis yang disebabkan oleh
iskemik atau hemoragik, berlangsung selama > 24 jam atau meninggal, tetapi
tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco dkk, 2013).
Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2012,)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2010, hlm. 130)
Berdasarkan 3 definisi di atas, maka sdapat disimpulkan Stroke adalah
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau akut dengan tanda
klinis lokal maupun global yang berlangsung selama + 24 jam. Dapat
menyebabkan kematian karena gangguan peredaran darah ke otak, termasuk di
dalamnya peredaran Subarachnoid dan Infark Serebral (kematian jaringan otak)
7
6
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteriserebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aortathorasik, arteritis).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada lesi atau
pembuluh darah mana yang tersumbat dan ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat. Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Defisit
neurologi pada stroke antara lain menurut (Smeltzer & Bare, 2010):
1) Defisit motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah paralisis pada salah satu sisi atau
hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Diawal tahapan stroke,
gambaran klinis yang muncul adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks
tendon dalam atau penurunan kekuatan otot untuk melakukan pergerakkan,
apabila refleks tendon dalam ini muncul kembali biasanya dalamwaktu 48 jam,
peningkatan tonus disertai dengan spastisitas atau peningkatan tonus otot
abnormal pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat.
2) Defisit komunikasi
Difungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Kesulitan dalam membentuk kata (disartria), ditunjukkan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Bicara defektif atau kehilangan bicara (disfasia atau afasia), yang
terutama ekspresif atau reseptif.
8
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapimaknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasanagregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atauemboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
2) Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arterikarotis di leher.
b. Revaskularisasi yaitu hasil dari dua jenis prosedur pembedahan bypass arteri
koroner grafting (CABG) dan intervensi koroner perkutan (PCI). Keduanya
dilakukan pada pasien dengan penyakit arteri koroner.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
(2) B2 (Blood): renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada pasien
stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensi massif (tekanan darah > 200 mmHg).
(3) B3 (Brain): defisit neurologis (tergantung pada lokasi lesi/pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori).
(4) B4 (Bladder): inkontinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
(5) B5 (Bowel): kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
(6) B6 (Bone): kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh. Pada kulit, jika pasien kurang oksigen, kulit
akan pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah pendeskripsian utuh perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus Stroke Non Hemoragik
maka intervensi keperawatan meliputi:
1) Diagnosa 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suplai aliran
darah ke otak lancar dengan kriteria hasil:
- Nyeri kepala/vertigo berkurang sampai dengan hilang
- Berfungsinya saraf dengan baik
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi:
Monitoring neurologis
(1) Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
(2) Monitor tingkat kesadaran klien
(3) Monitor tanda-tanda vital
(4) Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
(5) Monitor respon klien terhadap pengobatan
(6) Hindari aktivitas jika tekanan intrakranial (TIK) meningkat
(7) Observasi kondisi fisik klien
Terapi oksigen
(1) Bersihkan jalan napas dari sekret
(2) Pertahankan jalan napas tetap efektif
(3) Berikan oksigen sesuai instruksi
(4) Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
15
(3) Beri bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
(4) Beri dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai
kemampuannya
(5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
4) Diagnosa 4: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan fisik dengan kriteria hasil:
- Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop
- Pasien berpartisipasi dalam program latihan
- Pasien mencapai keseimbangan saat duduk
- Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi
Intervensi:
(1) Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstremitas
yang sehat
(2) Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstremitas yang parese/plegi
dalam toleransi nyeri
(3) Topang ekstremitas dengan bantal untuk mencegah atau mengurangi
bengkak
(4) Ajarkan ambulasi sesuai tahapan dan kemampuan klien
(5) Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
(6) Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
5) Diagnosa 5: Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilisasi fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan, diharapkan pasien mampu
mengetahui dan mengontrol resiko dengan kriteria hasil:
- Klien mampu mengenali tanda dan gejala adanya resiko luka tekan
- Klien mampu berpartisipasi dalam pencegahan resiko luka tekan (masase
sederhana, alih baring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan)
Intervensi:
17
(1) Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan
gejala luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan
(2) Berikan masase sederhana
(3) Lakukan alih baring
(4) Beri manajemen nutrisi
(5) Beri manajemen tekanan
6) Diagnosa 6: Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien dengan kriteria hasil:
- Dapat bernapas dengan mudah, frekuensi pernapasan normal
- Mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi
Intervensi:
(1) Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
(2) Pertahankan jalan napas
(3) Lakukan saction bila diperlukan
(4) Haluskan makanan yang akan diberikan
(5) Haluskan obat sebelum diberikan
7) Diagnosa 7: Resiko injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi
trauma pada pasien dengan kriteria hasil:
- Bebas dari cedera
- Mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan dan cara untuk
mencegah cedera
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi:
(1) Menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
(2) Memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
(3) Memberikan penerangan yang cukup
(4) Menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien
8) Diagnosa 8: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kesadaran
18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian di rumah sakit RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya di ruang Nusa Indah pada tanggal 21 Januari 2020 pukul
08.00 WIB di dapatkan hasil:
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa 21 Januari 2020, pukul :
08.00 WIB pada Ny. R, umur 60 Tahun, jenis kelamin perempuan,
suku/bangsa Dayak / Indonesia, agama Islam, pekerjaan Swasta, pendidika
terakhir SMA, status perkawinan menikah, alamat jl. Pertiwi I Sampit,
tanggal masuk rumah sakit 16 Januari 2020, dengan diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran dan
batuk .
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 16 Januari 2020 pasien dirujuk dari RS Sampit karena di Rs
Sampit alat tidak lengkap karena di kepala pasien ada cairan, pada saat di
rumah keluarga mengatakan pasien lemah, kesadaran menurun dan sesak
napas ± 5 hari. Di IGD pasien terpasang infus NacL 0,9 % + KCL 2 botol
mendapatkan obat terapi Citicolin 2 x 500 mg, Neurobion 2 x 1 ampul dan
ranitidin 2 x 50 mg tanda tanda vital tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
129 x/menit, pernapasan 24 x/menit suhu 37,5ºC , malamnya pukul 02.00
subuh pasien di bawa ke ruang Nusa Indah untuk mendapatkan penanggan
yang lebih lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya di rawat di RS sampit, pasien
sudah 2 tahun mengalami stroke dan sudah bedrest selama 2 bulan dan
pasien melalukan operasi lukan dekubitus di RS Sampit.
19
20
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan:
:Laki-laki
:Perempuan
:Tinggal Serumah
: Pasien
:Meninggal Dunia
Pasien sudah mengalami sakit stroke selama 2 tahun dan bedrest sudah 2
bulan tidak bisa menggerakkkan seluruh anggota tubuhnya. Sebelum sakit
pasien dapat beraktivitas seperti biasanya, namun setelah sakit pasien
hanya bisa berbaring ditempat tidur, skala aktivitas 4 sangat bergantung
dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
Masalah Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik
3.1.4.7 Koping-Tolerasi terhadap stress
Koping individu baik, bila sakit pasien hanya bisa menanggis.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Menganut agama Islam , tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang dianut, pasien dan keluarga menerima tindakan
medis.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
3.1.5 Sosial Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada saat di ajak berbicara
dikarenakan adanya penurunan kesadaran pada pasien
Masalah Keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa Dayak dan Indonesia
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh suami dan keluarga
saat Ny. R di rawat di Nusa Indah terlihat keluarga selalu menjenguk.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
3.1.5.5 Orang Penting / terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. E adalah Istri, anak, dan keluarga.
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat.
26
( Lafa Nolla )
28
ANALISIS DATA
DO :
- Suara nafas tambahan ronkhi Hipersekresi lender +
basah inflansi
- Tipe pernafasan dada
- Bernapas menggunakan otot
bantu Infeksi saluran nafas
- Irama napas tidak teratur
- Sputum bewarna putih agak
kekuningan
Sekret menumpuk di
- Di scations pada hari sabtu 18
Januari 2020 sebanyak 2x
bronkus
TTV :
TD : 170/110 mmHg
S : 36,6 ºC Sesak nafas karna secret
RR : 21 x/menit tidak dapat keluar
N : 89 x/menit
DO :
- Tidak mampu berbicara Peningkatan TIK
pada saat di ajak berbicara
- Sulit menggunakan ekspresi
wajah
- Sulit menggunakan ekspresi Bicara terganggu afasia
tubuh
- Afasia
DS : Infark jaringan serebral Gangguan mobilitas
Keluarga pasien mengatakan fisik
selama 2 bulan pasien tidak
dapat menggerakan seluruh Perubahan perfusi
tubunyanya jaringan
DO : Hemiplegi, parapsegi
- Tingkat kesadaran pasien
somnolent
- Aktivitas di bantu Kelemahaan fisik
- Skala aktfitas 4 sangat
bergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan.
- Uji Kestabilan tubuh negatif
- Terpasang kateter urine
- Kemampuan pergerakan
sendi terbatas
- Kekuatan otot
1 1
1 1
TTV
TD : 170/110 mmHg
S : 36,6 ºC
30
RR : 21 x/menit
N : 89 x/menit
DS : Sirkulasi serebral Defisit Perawatan
Keluarga pasien mengatakan terganggu Diri
selama sakit pasien tidak
pernah di oral hygene
Penurunan darah dan O2
DO : ke otak
- Pasien tidak mampu mandi
- Mulut pasien menggeluarkan
bau yang tidak sedap Hipansia serebral
- Terdapat karang gigi
- Lidah pasien tampak kotor
Kerusakan pusat gerak
TTV
TD : 170/110 mmHg
S : 36,6 ºC Mobiltas menurun
RR : 21 x/menit
N : 89 x/menit
Tidak dapat melakukan
perawatan diri hanya bisa
terbaring
DS : Tingkat kedaran Gangguan intreritas
menurun kulit
Keluarga pasien mengatakan
ada luka post op di bokong
Kelemahaan fisik
dan dibelakang pasien
DO :
Penurunan mobilitas
- Tampak luka di bokong dan
dibelakang pasien
- Penurunan mobilitas fisik
Tirah baring lama
- Kulit kering
- Skala aktfitas 4 sangat
bergantung dan tidak dapat
melakukan atau
berpartisipasi dalam
perawatan.
TB : 155
BB : 42
IMT : 42/(1,55)2 = 17.48 (berat
badan kurang)
PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial berhubungan dengan Infark jaringan
serebral di tandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa
merespon pada saat bicara selama 2 bulan, pasien tampak gelisah, tingkat
32
RENCANA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Mengetahui pola nafas pasien
Dx 2 : Bersihan jalan teratur atau tidak
keperawatan 3 x 24 jam
napas tidak efektik 2. Posisikan pasien semi fowler 2. Supaya jalan nafas pasien lancar
diharapkan bersihan jalan
berhubungan dengan 3. Untuk membantu pasien dalam
nafas pasien teratasi, dengan 3. Berikan oksigenasi bernafas agar tidak sesak
sekret menumpuk di
kriteria hasil 4. Supaya secret/dahak pasien mampu
bronkus di tandai dengan 1. Mulai terlihat kepatenan jalan keluar
keluarga pasien
34
nafas pasien 4. Ajarkan teknik batuk efektif 5. Kolaborasi agar secret yang
mengatakan pasien batuk 2. Tidak terdengar bunyi nafas menumpuk bisa di keluarkan.
selama 2 bulan tambahan 5. Kolaborasi dalam pemberian
3. Tidak merasakan sesak nafas penggisapan seckret (secsen) untuk
saaat bernafas maupun saat mengeluarkan secret OBH siru 3x8 ml
beraktivitas. oral
4. Keadaan pasien semakin
membaik
intregritas kulit keperawatan 2x7 jam luka gangguan integritas kulit kelembaban dan mencegah
berhubungan dengan tirah pada kaki pasien tidak perkembangan
baring lama di tandai terinfeki dengan kriteria hasil: mikroorganisme
dengan keluarga pasien 1. Eritema kulit dan eritema 2. Monitor karakteritis luka 2. Untuk meningkatkan
mengatakan ada luka post disekitar luka minimal penyembuhan luka seta
op di bokong dan 2. Luka kering tidak ada pus mencegah terjadinya
dibelakang tubuh pasien 3. Jahitan kering komplikasi luka
3. Ubah posisi tiap 2 jam tirah 3. Untuk meningkatkan
baring kenyamanan dan keamanan
serta mencegah komplikasi
4. Pertahankan teknik steril saat 4. Untuk mencegah
melakukan perawatan luka komplikasi luka dan
meningkatkan
penyembuhan luka
5. Anjurkan prosedur perawatan 5. Agar keluarga pasien bisa
luka secara mandiri melakukan perawatan luka
6. Kalaborasi pemberian antibiotik 6. Untuk membantuk proses
penyembuhan luka
3. Dapat menggerakan 3. Ajarkan klien untuk melakukan massa, tonus dan kekuatan
anggota tubuh latihan gerak aktif pada ototserta memperbaiki
ekstremitas yang sakit/ ROM fungsi jangtung dan
pernapasan
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi 4. Psoses penyembuhan yang
dengan alat bantu misalnya lamabat seringkali menyertai
tongkat trauma kepala dan
pemulihaan secara fisik
merupakan bagian yang
amat penting dari suatu
pemulihan tersebut.
5. Keluargajadi mengetahui
5. Jelaskan tujuan dan prosedur untuk apa ambulasi
ambulasi dilakkukan pada pasien
stroke
6. Kalaborasi dengan ahli fisioterapi 6. Menurunkan risiko
untuk latihan fisik klien terjadinya jaringan akibat
sirkulasi darah yang jelek
pada saat daerah yang
tertekan
Dx 6 : Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi usia dan budaya 1. Memfasilitasi pemenuhan
diri berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 dalam membantu kebersihan diri kebutuhan perawatan diri
tidak dapat melakukan jam diharapkan masalah 2. Monitor kebersihan tubuh 2. Mengetahui kebersihan
perawatan diri hanya pasien teratasi dengan kriteria 3. Fasilitasi menggosok gigi sesuai badan pasien
37
Dx 7 : Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor proses kognitif dan 1. Memudahkan pasien
komunikasi verbal keperawatan 1x7 jam fisiologis yang berkaitan dengan memahami bahasa
berhubungan dengan diharapkan gangguan bicara misalnya bahasa
berbicara terganggu afasia komunikasi verbal teratasi 2. Gunakan metode komunikasi 2. Memenuhi kebutuhan
di tandai dengan keluarga dengan dengan kriteria hasil : alternatif misalnya misalnya komunikasi sesuai dengan
pasien mengatakan paien 1. Pasien mampu dengan menulis kemampuan klien.
tidak mampu berbicara berkomunikasi dengan
selama 2 bulan baik 3. Anjurkan berbicara perlahan 3. Menggurangi kecemasan
2. Pasien mampu dan kebiSngungan pada saat
memberikan bahasa tubuh berkomunikasi
untuk menandakan 4. Kalaborasi ke ahli patolgi bicara 4. Melatih klien belajar
komunikasi atau terapis berbicara secara mandiri
dengan baik dan benar
Nama : Ny. R
Ruang : Nusa Indah
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 21 januari 2020 S : Keluarga pasien mengatakan pasien
1. Megidentifikasi penyebab peningkatan
Jam 10. 00 Wib masih tidak bisa bicara
kranial
Dx 1 O : Pasien tampak lemah, pada saat di ajak
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
berbicara pasien juuga tidak bisa
3. Memonitor pelebaran tekanan darah
menjawab, GCS pasien E:4 V:1 M1 = 6
nadi (selisih TDS dan TDD)
kesadaran masih somolent
4. Meminimalkan stimulus dengan ( Lafa Nolla )
A : Masalah belum teratasi
mrnyediakan lingkungan yang nyaman
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4, dan 5
5. Berkolaborasi pemberian obat diuretik
Citicoline 500 mg 2x1 IV
Selasa, 21 januari 2020 1. Memonitor pola nafas S : Keluarga pasien mengatakan pasien
Jam 10. 00 Wib 2. Memposisikan pasien semi fowler masih batuk dan tidak bisa mengeluarkan
3. Berikan oksigenasi
Dx 2 4. Mengajarkan teknik batuk efektif
dahaknya
5. Berolaborasi dalam pemberian penggisapan O : Pasien tambah batuk, terdengan suara
seckret (secsen) untuk mengeluarkan secret napas tambahan rochi basah, masih tidak
mengekuarkan dahak sendiri dan masih
terpasang oksigen nasal kanul 2lx/menit ( Lafa Nolla )
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan itervensi 1,2,3,4, dan 5
Selasa, 21 januari 2020 S : Keluarga pasien mengatakan pasien
1. Mengidentifikasi status nutrisi
Jam 10. 00 Wib masih belum bisa makan melalui mulut
2. Mengidentifikasi makanan yang disukai
Dx 3 dan masih menggunakan NGT
39
Selasa, 21 januari 2020 1. Megidentifikasi usia dan budaya S : Keluarga pasien mengatakan mulut
Jam 10. 00 Wib dalam membantu kebersihan diri pasien agak bersih setelah di lakukan oral
Dx 6 2. Memonitor kebersihan tubuh hygine
3. Memfasilitasi menggosok gigi sesuai O : Mulut pasien agak bersih setelah di
kebutuhan lakukan oral hygine.
4. Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu A : Masalah teratasi sebagian
kebersihan diri P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
5. Mengajarkan kepada keluarga cara
( Lafa Nolla )
memandikan dan oral hygine
Selasa, 21 januari 2020 1. Memonitor proses kognitif dan S : Keluarga pasien mengataka pasien masih
Jam 10. 00 Wib fisiologis yang berkaitan dengan bicara belum bisa berbicara
Dx 7 misalnya bahasa O : Pasien masih tidak bisa berbicara pada
2. Gunakan metode komunikasi alternatif saat berkomunikasi
misalnya misalnya dengan menulis A : Masalah belum teratasi
3. Anjurkan berbicara perlahan P : lanjutkan interveni 1,2,3, dan 4
4. Kalaborasi ke ahli patolgi bicara atau ( Lafa Nolla )
terapis
41
BAB 4
PEMBAHASAN
41
42
merawat kulit pasien khususnya belakang bokong pasien agar tidak terjadi luka
tekan,Masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi 1,2,3,4.
Evaluasi keperawatan yang kelima penulis mendapatkan hasil data Subjektif
Objektif Keluarga pasien mengataka pasien masih belum bisa mengangkat
tangannya , pasien tampak dibantu pada saat badanya di miringkan, seluruh tubuh
masih kaku pada saat digerakan tampak kesakitan, masalah belum teratasi,
lanjutkan intervensi, 1,2,3,4, dan 5.
Evaluasi keperawatan yang keenam penulis mendapatkan hasil data
Subjektif Objektif Keluarga pasien mengatakan mulut pasien agak bersih setelah
di lakukan oral hygine, mulut pasien agak bersih setelah di lakukan oral hygine,
masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5.
Evaluasi keperawatan yang ketujuh penulis mendapatkan hasil data
Subjektif Objektif Keluarga pasien mengataka pasien masih belum bisa berbicara,
pasien masih tidak bisa berbicara pada saat berkomunikasi, masalah belum
teratasi, lanjutkan interveni 1,2,3, dan 4
Sedangkan menurut pada teori (Muttaqin, 2012 ) evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya yang sudah berhasil
dicapai.Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Pada saat di lakukan pengkajian dan wawancara keluarga dan pasien dapat
berkerjasama dengan baik, dari pengkajian dan anamesa di dapat kan 7 diangnosa
keperawatan sedangkan di SDKI defenisi dan indikator diagnostik Edisi 1 ada
sembilan diagnosa keperawatan karena data subjektif dan objektif ada yang tidak
ada/ tidak sama di teori di SDKI defenisi dan indikator diagnostik Edisi 1 Faktor
pendukung adalah perawat ruangan dapat bekerja sama sehingga mudah dalam
melaksanakan rencana tindakan. Sedangkan faktor penghambat adalah keluarga
klien kurang kooperatif dan keterbatasan penulis dalam menganalisa kondisi, dan
melakukan tindakan keperawatan pada klien lebih dalam lagi.
BAB 5
PENUTUP
48
5.1 Kesimpulan
Dalam uraian ini terdapat beberapa kesimpulan oleh penulis mengenai
konsep dasar teori dengan membandingkan kasus pada Ny. R dengan Penyakit
Stroke Non Hemoragik di RuangNusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya yang dimulai dari hari selasa, tanggal 21 Januari 2020 , beberapa
kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. R yang dilakukan dari hari
selasa, tanggal 21 Januari 2020 dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik,
data didapat secara langsung melalui wawancara, pengkajian, pemeriksaan fisik
serta di dokumentasikan pada klien dan keluarga, didapatkan data – data klienya
itu keluarga pasien mengatakan “Batuk”
5.1.2 Diagnosa
Dari hasil pengkajian pada Ny. R penulis mengangkat 7 Penurunan
Kapasitas Adaptif Intrakranial berhubungan dengan Infark jaringan serebral,
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan sekret menumpuk di
bronkus, Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan memgabsorbsi
nutrien di, Gangguan itregritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tirah baring lama, Defisit
perawatan diri berhubungan dengan tidak dapat melakukan perawatan diri hanya
bisa terbaring, dan Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan berbicara
terganggu afasia. Ada beberapa kesamaan yang ditemukan oleh penulis dengan
diagnose dari SDKI definisi dan indikator diagnostik Edisi 1. yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif, risiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan komunikasi
verbal, defisit perawatan diri, gangguan mobilitas fisik, gangguan integritas kulit,
penurunan kapasitas adaftif intrakranial, pola napas tidak efektif, dan defisit
nutrisi.
5.1.3 Intervensi
48
49
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau
langkah – langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
47 mengidentifikasi hasil yang terakhir
menetapkan tujuan – tujuan yang dilakukan,
penulis (perawat) memilih perencanaan / intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah. Pada
kasus Ny. R yang menjadi prioritas keperawatan adalah Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, Infeksi berhubungan
dengan penyakit kronis, Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahaan
otot dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Dalam membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber –
sumber referensi yang berhubungan dengan penyakit Stroke Non Hemoragik,
tetapi tidak semua perencanaan yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada
beberapa perencanaan pada kasus Ny. R dengan teori yaitu tidak terdapat criteria
waktu sedangkan pada kasus criteria waktu selama 1 x 7 jam dan1 x 24 jam dari
masing – masing diagnosa.
5.1.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga klien
serta bekerja sama dengan perawat lainnya.Dalam teori penulis memiliki
kesamaan dimana lebih mengutamakan pelaksanaan tentang bersihan jalan napas.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan / implementasi adalah klien dan keluarga
kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan
hasil masalah teratasi intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan yang kedua
penulis mendapat kan hasil masalah belum teratasi intervensi masih dilanjutkan.
Dan evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil masalah teratasi
intervensi dihentikan.
5.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
52