Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sehat adalah suatu keadaan normal dimana kondisi fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan serta komponen-

komponen dasar yang berperan dalam membentuk “Positif Health” seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kesehatan merupakan bagian

kebutuhan yang sangat mendasar dan disamping itu individu berhak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan bagi dirinya secara maksimal guna

menciptakan kualitas hidup yang lebih baik (WHO, 2014).

Untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik, pemerintah

membuat program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Germas

merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk masyarakat melakukan

budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat

yang kurang sehat (Kemenkes RI, 2017). Pola hidup yang kurang sehat akan

mengakibatkan beberapa penyakit degeneratif. Contoh penyakit degeneratif

yaitu jantung, hipertensi, diabetes melitus, obesitas, gagal ginjal, hepatitis dan

stroke (Indrawati Lili, Wening Sari, 2016).

1
2

Stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia

diantara penyakit-penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan penyakit

jantung. Setiap tahun stroke mengakibatkan lebih dari 160.000 penduduk

Amerika meninggal dunia. 75% pasien dengan penyakit stroke di Amerika

menderita kelumpuhan serta mengakibatkan kehilangan pekerjaannya. Di

Asia jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia

diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan

penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 diseluruh dunia. Untuk negara-

negara berkembang atau Asia kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan

iskemik 70%. Stroke iskemik disebabkan antara lain oleh trombosis otak

(penebalan dinding arteri) 60%, emboli 5% (sumbatan mendadak), dan lain-

lain 35% (Junaidi, 2012).

Kejadian stroke di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak 10,9 per

1.000 penduduk, sedangkan prevalensi di Kalimantan Timur sebanyak 14,7%

(Riskesdas, 2018).

Jika ditinjau dari data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah

penderita stroke masih cukup tinggi baik didunia maupun di Indonesia.

Kejadian stroke itu sendiri sampai saat ini masih di dominasi oleh stroke

akibat iskemia yang dapat di kategorikan kedalam stroke non haemoragik.

Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti

(Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2016). Hal ini disebabkan karena

penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau


3

bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak

(Pudiastuti, 2011).

Secara teknis Stroke merupakan penyakit Serebrovaskuler yang

ditandai dengan gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan serta

kematian jaringan otak akibat berkurang atau tersumbatnya aliran darah dan

oksigen ke otak. Aliran darah ke otak dapat berkurang karena pembuluh

darah otak mengalami penyempitan, penyumbatan dan perdarahan akibat

pecahnya pembuluh darah (Indrawati Lili, Wening Sari, 2016).

Pada keadaan pembuluh darah pecah, maka suplai oksigen ke otak

terganggu sehingga mempengaruhi kinerja saraf di otak. Hal ini dapat

menyebabkan berbagai masalah diantaranya penurunan kesadaran dan

kelemahan otot (Hartikasari, 2015). Meskipun demikian, penderita stroke

masih memiliki potensi untuk pulih setelah melewati serangan stroke.

Namun, mereka yang bertahan hidup pasca serangan stroke memiliki

tantangan untuk menjalani keberlangsungan hidupnya. Sebagian besar pasien

pasca stroke akan mengalami gejala sisa yang sangat bervariasi, dapat berupa

gangguan mobilisasi atau gangguan motorik, gangguan penglihatan,

gangguan bicara, perubahan emosi dan gejala lain sesuai lokasi otak yang

mengalami penyumbatan (Misbach, 2013).

Gejala sisa ini dapat berpengaruh pada aspek fisik, psikologis serta

sosial mereka yang akan berdampak pada penurunan produktivitas dan

kualitas hidup baik secara permanen maupun sementara. Dampak fisik juga

dapat muncul seperti kelumpuhan parsial, gangguan komunikasi dan


4

gangguan kognitif. Defisit yang paling umum dialami oleh pasien stroke yaitu

melibatkan aksi motorik. Dampak psikologis seperti kemarahan, isolasi,

kelabilan emosi, depresi, dan lain-lain. Sedangkan dampak sosial akibat dari

gejala sisa ialah penderita tidak lagi dapat bekerja seperti sediakala. Dari

dampak-dampak yang ditimbulkan akibat stroke, maka perlu penangan yang

tepat agar tidak terjadi komplikasi (Ayuningputri, 2013).

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah

serebral dan luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada

aliran darah serebral sehingga ketersediaan oksigen ke otak menjadi

berkurang dan akan menimbulkan kematian jaringan otak (Bararah, & Jauhar,

2013). Masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien stroke non

hemoragik adalah risiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri akut, defisit

nutrisi, gangguan mobilitas fisik, gangguan integritas kulit, risiko jatuh dan

gangguan komunikasi verbal (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2016).

Adapun peran perawat sebagai care giver yaitu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien stroke. Salah satu masalah keperawatan yang perlu

penanganan lebih lanjut yaitu gangguan mobilitas fisik, karena pasien stroke

akan merasa kehilangan kekuatan pada salah satu anggota gerak. Selain itu

perawat juga dapat memberikan edukasi tentang bagaimana perawatan pada

pasien dengan penyakit stroke.


5

Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke yaitu pasien

dibantu untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara sistematis

yang biasa disebut rentang gerak atau Range Of Motion (ROM) dimana ROM

adalah tindakan latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien

yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, disabilitas dan trauma baik

secara aktif maupun pasif. ROM Pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan

pasien dengan bantuan perawat setiap melakukan gerakan latihan (Praditiya,

2017). Disamping itu perawat sebagai educator tentunya dapat

mengaplikasikan perannya dalam bentuk pendidikan kesehatan yang meliputi

kebutuhan nutrisi, perawatan pasca stroke, serta anjuran-anjuran pada

keluarga sebagai upaya membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan

pencegahan agar tidak terjadi serangan stroke berulang.

Data yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 20 Januari 2020 di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan didapatkan angka kejadian pasien dengan

stroke sejak bulan Januari 2019 hingga tanggal 20 Januari 2020 berjumlah

971 pasien. Jumlah penderita stroke hemoragik sebanyak 260 pasien, dan

dengan penderita stroke non hemoragik sebanyak 711 pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Non Hemoragik di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sebagai bukti penerapan ilmu

keperawatan yang didapatkan selama proses pembelajaran dan akan

dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan


6

Keperawatan pada Klien dengan Stroke Non Hemoragik di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan” sebagai persyaratan untuk menunjang

kelulusan dari program studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan klien

dengan stroke non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan klien dengan stroke

non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan khusus

a. Mengkaji klien dengan stroke non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

c. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.


7

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan klien dengan stroke non hemoragik

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman

belajar dilapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang

asuhan keperawatan klien dengan stroke non hemoragik yang dilakukan di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

ilmu keperawatan dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan stroke non hemoragik yang dirawat di rumah sakit sehingga dapat

mengurangi bertambahnya angka kesakitan.

Anda mungkin juga menyukai