B DENGAN MELENA DI
RUANG FLAMBOYANB
RSUD DR. KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN TAHUN 2018
Dosen Pembimbing :
Nurhayati ,S.ST,M.pd
Disusun oleh:
INDRI JAYANTI
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. B DENGAN MELENA DI RUANG
FLAMBOYAN B RSUD DR. KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2018” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang saya miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat saya harapkan agar terciptanya laporan yang
lebih baik lagi.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara langsung asuhan keperawatan kepada Tn.J
dengan cholelithiasis di Ruang Kemuning Rumah Sakit dr. Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif..
b. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data yang diperoleh
berdasarkan pengkajian.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan secara komprehensif.
d. Mampu melakukan evaluasi dari hasil asuhan keperawatan.
C. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 5 bab, yang terdiri
dari :
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis
Terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penujang, penatalaksanaan
medis dan komplikasi.
BAB III : Tinjauan kasus
Terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan kasus
3
Terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
BAB V : Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
5
mukosanya terdiri atas sel-sel epitel sederhana yang berbentuk sel tiang
(silinder), disusun menyerupai epitel pada permukaan lambung yang
mengeluarkan sekret musin dan cepat mengabsorpsi air dan elektrolit, tetapi
tidak mensekresikan garam-garam empedu dan pigmen, karena itu, cairan
empedu menjadi pekat. Kontraksi dari otot tersebut dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang menyebabkan isi dari kandung empedu (cairan empedu) masuk
ke pembuluh cystic.
C. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu
dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas.
Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan
penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi
pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)
D. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu
yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak
terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan)
sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan
dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang jenuh
oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan
membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam
kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
6
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.
Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial,
chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut
(monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung
empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan
alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam
duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut
berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya
dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung
empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian
batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
Fungsi hati
Metabolisme
terganggu
Lemak
Menumpuk
Mengendap7
Mengkristal
menjadi batu
sumbatan aliran
G. Klasifikasi Cholelithiasis
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu
digolongkan atas 3 golongan yaitu:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih
dari 70% kolesterol. Kolesterol merupakan unsure normal pembentuk
empedu yang bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada
asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang
cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam
ampedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian
keluar dari getah empedu, mengendap dan berbentuk batu.
8
Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi
untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Jumlah wanita yang
menderita batu kolesterol empat kali lebih banyak daripada laki-laki.
Biasanya wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun dan obesitas.
2. Batu pigmen empedu
Batu ini mengandung kadar kolesterol 25%, tidak banyak bervariasi,
sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah
banyak, warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam dan
berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh. Batu ini sering ditemukan
dalam ukuran besar oleh karena batu kecil ini bersatu.
3. Batu campuran
Merupakan kombinasi antara batu kolesterol dan batu kalsium
bilirubinat.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan sinar X-Abdomen
2. Ultrasonografi (USG)
3. Pemeriksaan pencitraan radio nukleida atau koleskintografi
4. Kolesistogragi
5. Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic
Retrograde Cholangiopancreatography : pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai
duodenm pars desenders
6. Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung
ke dalam percabangan bilier
(Smeltzer, Suzanne, C.2001)
7. Darah lengkap : lekositosis sedang
8. Bilirubin dan amilase serum meningkat
9. Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat
10. Kadar protrombin : menurun
11. CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)
I. Komplikasi
9
Batu empedu dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu
atau pindah ke dalam sistem pencernaan. Inilah yang biasanya menyebabkan
komplikasi serius.
1. Radang Kantong Empedu Akut
Kolesistitis atau radang kantong empedu akut terjadi saat cairan
empedu menumpuk dalam kantong empedu karena ada batu empedu yang
menyumbat saluran keluarnya cairan itu.
Gejala-gejala pada kolesistitis akut di antaranya adalah sakit di perut
bagian atas yang menjalar ke tulang belikat, demam tinggi, serta detak
jantung yang cepat.
Antibiotik umumnya digunakan sebagai penanganan pertama untuk
mengatasi infeksi sebelum operasi pengangkatan kantong empedu dilakukan.
Prosedur yang digunakan biasanya adalah operasi ‘lubang kunci’.
2. Abses kantong empedu
Nanah terkadang dapat muncul dalam kantong empedu akibat infeksi
yang parah. Jika ini terjadi, penanganan dengan antibiotik saja tidak cukup
dan nanah akan perlu disedot.
3. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan perut sebelah dalam yang
dikenal sebagai peritoneum. Komplikasi ini terjadi akibat pecahnya kantong
empedu yang mengalami peradangan parah. Penanganannya meliputi infus
antibiotik, hingga operasi untuk mengangkat bagian peritoneum yang
mengalami kerusakan parah.
4. Penyumbatan Saluran Empedu
Tersumbatnya saluran empedu oleh batu membuat saluran ini
menjadi rentan terserang bakteri penyebab infeksi, atau secara medis disebut
kolangitis akut. Komplikasi ini umumnya dapat ditangani dengan antibiotik
dan prosedur kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (ERCP). Gejala
pada infeksi ini adalah sakit di perut bagian atas yang menjalar ke tulang
belikat, sakit kuning, demam tinggi, meriang, gatal pada kulit dan linglung.
5. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat
terjadi jika batu empedu keluar dan menyumbat saluran pankreas.
Peradangan pankreas ini akan menyebabkan sakit yang hebat pada bagian
10
tengah perut. Rasa sakit ini akan bertambah parah dan menjalar ke
punggung, terutama setelah makan.
Selain sakit perut, pankreatitis akut juga dapat menyebabkan gejala
lain. Di antaranya adalah diare, kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
demam tinggi, dan sakit kuning.
Posisi bungkuk atau meringkuk mungkin dapat membantu
meringankan sakit perut akibat pankreatitis akut. Komplikasi ini tidak
dapat disembuhkan dengan pengobatan khusus. Tujuan penanganan hanya
untuk menopang fungsi tubuh sampai peradangan mereda dengan
sendirinya. Perawatan di rumah sakit umumnya berlangsung sekitar satu
minggu sebelum pasien diizinkan pulang, seperti pemberian cairan infus,
terapi oksigen, obat pereda rasa sakit, hingga pengaturan pola makan.
6. Kanker Kantong Empedu
Penderita batu empedu memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
kanker kantong empedu. Walau demikian, kemungkinan terjadinya sangat
jarang, bahkan bagi orang yang berisiko tinggi karena faktor keturunan
sekali pun. Operasi pengangkatan kantong empedu akan dianjurkan untuk
mencegah kanker, terutama jika Anda mempunyai tingkat kalsium yang
tinggi di dalam kantong empedu. Gejala kanker ini hampir sama dengan
penyakit batu empedu yang meliputi sakit perut, demam tinggi, serta sakit
kuning.
Pengobatan seperti kemoterapi dan radioterapi juga dapat
dilakukan jika seseorang mengalami kanker kantong empedu.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. SGOT, LDL (Low Density Lipoprotein) meningkat
12
2. Bilurubin direk dan indirek meningkat bila terjadi obstruksi
(pembuntuan)
3. Lekosit meningkat sebagai tanda radang.
4. Bila ada keterlibatan pancreas, emylase darah dan amylase urin
meningkat.
5. Amylase adalah : suatu enzim pencernaan yang diproduksi oleh
pankreas.
6. Rontgen
7. Oral cholecystogram
8. MRI
9. CT Scan
10. USG : adalah yang paling sensitive atau spesifik dan invasive dan
tidak mahal. Untuk mendetksi batu empedu.
11. ERCP membutuhkan pemeriksaan pada saluran empedu dalam
prosedur ini sebuah alat endoscopy dimasukkan melalui duodenum
dan papilla vater, cairan kontras radiopague dimassukkan pada saluran
empedu memunculkan bayangan kontras pada X-Ray. Batu pada
empedu meuncul sebagai Filling defects (batunya) pada saluran yang
putih (opak) sekarang ERCP biasanya digunakan bersama-sama
dengan ERS (endoscopic retrograde sphincteromy) dan pengeluaran
batu empedu.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia, bilirubin
meningkat
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah,
dispepsia, nyeri
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keluarnya cairan empedu
3. Intervensi Keperawatan
13
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi
Kriteria hasil :
- Penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)
- Laporan nyeri terkontrol
Rencana intervensi :
1) Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri
2) Catat respon terhadap obat nyeri
3) Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
4) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
6) Kompres hangat
7) Kolaborasi dengan TIM medis pemberian :
- Antibiotik
- Analgetik
- Sedatif
- Relaksasi otot halus
14
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah,
dispepsia, nyeri
Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB
Kriteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah
Rencana intervensi :
1) Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh
2) Timbang BB sesuai indikasi
3) Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi
4) Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan
5) Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat
6) Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas
7) Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 56 th
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
No Register : 41.40.xx
16
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
A. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
2. Waktu bangun
17
4. Hal - hal yang mempermudah bangun
5. Masalah tidur
B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
2. B.A.K
18
1. Jumlah dan jenis makanan :
Di rumah sakit : 3x1 sehari habis ½ porsi dari yang diberikan di Rumah
Sakit
Di rumah sakit : Pasien mengatakan 3x1 sehari (pagi, siang dan sore)
19
D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
3. Pemeliharaan kuku
A. Pola Komunikasi
Pasien mengatakan orang yang paling dekat ialah istrinya dan anaknya
20
E. Interaksi Sosial
Istri pasien
2. Rambut
Penyebaran : Merata
21
3. Wajah
b. Mata
c. Hidung
d. Telinga
22
3. Ketajaman pendengaran :
f. Leher
23
D. Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Inspeksi Thorak
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
24
2. Pemeriksaan jantung :
c. Auskultasi
F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
25
- Benjolan/masa : Tidak ada benjolan/masa
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
1. Genetalia
2. Auskultasi
26
- Kelainan pada anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
I. Pemeriksaan Integumen
5. Tekstur : Lunak
6. Kelembaban : Lembab
4. Fungsi motorik
5. Fungsi sensorik
28
Penciuman baik, penglihatan baik, pendengaran baik, perabaan baik dan
perasa baik
6. Reflek
1. Kondisi emosi/perasaan
2. Orientasi
Pasien dapat mengingat tentang pertama kali masuk rumah sakit karena
apa
4. Motivasi
Pasien ingin cepat sembuh karena ingin bekerja dan berkumpul dengan
keluarga
5. Persepsi
29
VI. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Medis
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Indeks Eritrosit
Neutrofil 67.1 % 50 – 70
Limfosit 25.4 % 20 – 40
NRBC 0 %
KOAGULASI
30
Masa Pembekuan 7 Menit 5.0 - 15.0
KIMIA DARAH
VII.Penatalaksanaan Terapi
31
Indikasi: Menurunkan asam lambung
6. Sucralfate 3 x 1
Indikasi : Mengobati tukak pada usus halus
7. Vascon 3cc/jam :
Data Fokus
Data Subyektif
a. Pasien mengatakan BAB hitam
b. Pasien mengatakan BAB disertai darah
c. Pasien mengatakan nyeri pada hulu hatinya
d. Pasien mengatakan mual
e. Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas
Data Obyektif
a. Pasien terlihat pucat
b. Pasien terlihat meringis
c. Pasien terpasang infuse RL 16 tpm
d. Suhu tubuh: 37,1°C Nadi: 58 x/mnt Tekanan darah: 110/90 mmHg
Pernafasan 23 x/mnt Skala nyeri: 5/6
e. Konjungtiva anemis
f. Pasien tampak lemah
g. Akral teraba dingin
h. Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya
i. Turgor kulit menurun
j. Pasien tampak gelisah ketika nyeri pasien rasakan
32
ANALISA DATA
DO :
Pasien tampak pucat
Konjungtiva anemis
Turgor kulit menurun
Akral teraba dingin
Hb 8
Pemeriksaan TTV :
TD : 110/90 mmHg
N : 58 x/menit
S : 37,10C
R : 23 x/menit
Skala nyeri : 5/6
Ds : fisiologis
33
hilang timbul sewaktu waktu
Do :
Pasien terlihat menahan nyeri
Pasien tampak gelisah
TTV:
TD:110/90
N: 58 x/i
S: 37,1 °C
RR: 23 x/i
3.
Ds: Nausea dengan pada
Pasien mengatakan mual esofagus gangguan
seperti ingin mutah
Pasien mengatakan panas
dilambungnya
Do:
Pasien tampak terlihat pucat
Pasien tamapak tidak
menghabiskan porsi makannya
Pasien terlihat mual
34
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
35
PERENCANAAN
36
Senin, 03 Nyeri akut Setelah 2.1 Kaji tipe 2.1 Untuk
2.
Desember berhubungan dilakukan nyeri secara mengetahui
2018 dengan Agen tindakan komprehensif intervensi
17.50 Pencedera keperawatan 2.2 Ajarkan yang akan
fisiologis selama 1x24 teknik dilakukan
(inflamasi) jam, maka relaksasi 2.2 untuk
nyeri dapat nafas dalam mengurangi
terkontrol 2.3 Atur posisi rasa nyeri
dengan kriteria pasien dengan yang di
hasil: semi fowler rasakan
2.4 Monitoring 2.3 Mengurangi
1. Nyeri tanda-tanda reaksi rasa
dapat vital nyeri
berkurang 2.5 Kolaborasi 2.4 Mengetahui
2. Skala pemberian hasil dari
nyeri analgetik monitoringT
berkurang anda-tanda
dari 6 vital pasien
menjadi 3 2.5 untuk
3. Menyataka menghilangk
n nyaman an rasa nyeri
setelah
nyeri
berkurang
3.
Senin, 03 Nausea Setelah 3.1 kaji rasa mual 3.1 Mengindentifi
Desember berhubungan dilakukan 3.2 evaluasi efek kasi
2018 dengan tindakan mual terhadap keefektifan
18.00 gangguan keperawatan nafsu makan intervensi
pada selama 2x24 pasien yang diberikan
esofagus jam, maka 3.3 anjurkan 3.2 Mengidentifik
37
diharapkan makan sedikit asi
tidak terjadi tapi sering pengaruhmual
mual dengan 3.4 anjurkan pasien terhadap
kriteria hasil: mengurangi kualitas hidup
1. Pasien makanan yang pasien
tidak dapatb memicu 3.3 Memenuhi
mengeluh mual kebutuhan
mual 3.5 berikan nutrisi pasien
2. Pasien istirahat dan dan mencegah
dapat tidur yang mual
menghin adekuat untuk 3.4 Untuk
dari mengurangi menghindari
factor mual terjadinya
penyebab 3.6 kolaborsi mual
mual pemberian 3.5 Untuk
dengan antiemetik menghindari
baik efek mual
3.6 Untuk
1. H mengurangi
e rasa mual
m
o
g
l
o
2.
3.
4.
5.
38
PELAKSANAAN TINDAKAN
1 Selasa, 3 Desember
2018,17.40 Telah dilakukan
1.1 Melakukan bina tindakan sesuai sop Indri
hubungan saling DS :
percaya ( - Pasien dan
Mengucapkan salam keluarga mau
dan berkenalan dan
memperkenalkan bersedia di
diri pada pasien dan mintai data
keluarga. tentang pasien.
DO :
- Pasien tampak
pucat namun
koperatif
menjawab
pertanyaan
39
R : 23 x/menit
Skala nyeri :
5/6
DS :
18.00 1.3 Mengkaji perfusi - Pasien indri
perifer mengatakan
BAB encer
- Pasien
megatakan
BAB berwarna
hitam
- Pasien
mengatakan
BAB berdarah
DO :
- Hb 8
- Kulit pucat
- Konjungtiva
anemis
- Akral teraba
dingin
- Turgor kulit
menurun
40
mengatakan
nyeri hilang
timbul
- nyeri seperti
terbakar
DO :
- Pasien tampak
menahan sakit
- Pasien tampak
gelisah
41
18:20 2.2 mengajarkan teknik DS : indri
relaksasi nafas - Pasien
dalam dengan benar mengatakan
akan
menerapkan
apa yang
diajarkan oleh
perawat
DO :
- Pasien
mengatakan
akan
menerapkan
apa yang
diajarkan
42
terasa panas
DO :
- Pasien tampak
mual
- Pasien tampak
pucat
43
antusias
bertanya
44
- Pasien aktif
bertanya
- terjadinya
komunikasi dua
arah
45
2 Selasa,4 Desember 2018 1.2 Mengukur tanda DS: indri
17.50 tanda vital - Pasien
mengatakan
tidak ada
keluhan
DO:
- Td:110/80
- N :68
- R: 21
- T: 36,8
46
tidak mual lagi
DO:
- Pasien terlihat
menghabiskan
makanannya
-
- Terpapar luka
dengan panjang
21.10 10 cm di
bagian perut
- Balutan luka
tampak terlihat
kotor
- Terpasang
infus
- Terpasang
kateter
47
- Terpasang
21.15 drain
DS :
- Pasien
mengatakan
- Pasien
mengatakan
nyeri saat
disentuh dan
bergerak sudah
berkurang
DO :
- Pasi
Tika
21.30
3.1 Memonitor tanda
dan gejala infeksi
48
05.00
Pergantian shiff
Rabu, 14 November
2018
07.15
49
Novia
Kartika
08.00
08.15
50
3.2 Memonitor tanda
dan gejala infeksi
12.
51
cefazolin 50mg
melalui vemplon
Memberikan injeksi
ranitidine 50mg
melalui vemplon
EVALUASI
52
nyeri, dan sulit tidur
O:
P : Lanjutkan intervensi
Gangguan Mobilitas
Fisik berhubungan S:
dengan nyeri operasi
- Pasien mengatakan sulit
ditandai dengan bergerak karena nyeri
mengeluh sulit bekas operasi
- Pasien mengatakan sakit
melakukan
saat bergerak
pergerakan, rentang
O:
gerak menurun, dan
kelemahan fisik - Pasien tampak menahan
sakit
- Gerakan pasien terbatas
- Terdapat luka post operasi
diperut dan terpasang
drain
53
P: Lanjutkan intervensi
Risiko Infeksi S:
ditandai dengan - Pasien mengatakan ada
Tindakan Invasif luka operasi di perut
(Insisi post O:
pembedahan) - Tampak luka di perut
dengan panjang 10 cm
- Luka tampak kemerahan,
nyeri saat ditekan
- Luka tertutup kassa
54
infeksi
- Lakukan perawatan luka
setelah hari ketiga atau
jika luka kotor
- Ajarkan cara menghindari
infeksi dengan cara tidak
menyenth luka dan
menjaga personal hand
hygiene
Rabu, 14 November Nyeri Akut
2018 berhubungan dengan
Agen Pencedera S:
Fisik (post Operasi)
ditandai dengan - Pasien mengatakan rasa
pasien mengeluh nyeri bekas operasi sudah
nyeri, tampak berkurang dari
meringis, bersikap sebelumnya
protektif terhadap
O:
nyeri, dan sulit tidur
- Pasien tampak baik dari
sebelumnya
- Pasien tidak tampak
meringis menahan nyeri
- Skala nyeri 3/5
- TD : 140/100 mmHg
N : 78 x/menit
S : 360C
R : 20 x/menit
Skala nyeri : 3/5
P : Lanjutkan intervensi
55
pergerakan yang
berlebihan
Gangguan Mobilitas
Fisik berhubungan S:
dengan nyeri operasi
ditandai dengan - Pasien mengatakan dapat
mengeluh sulit bergerak dengan perlahan
melakukan - Pasien mengatakan belajar
pergerakan, rentang bergerak secara bertahap
gerak menurun, dan O:
kelemahan fisik
- Pasien tampak menahan
sakit saat bergerak
- Pasien mulai bergerak
- Terdapat luka post operasi
diperut dan terpasang
drain
P: Lanjutkan intervensi
56
Risiko Infeksi
ditandai dengan S:
Tindakan Invasif - Pasien mengatakan ada
luka operasi di perut
(Insisi post
- Pasien mengatakan luka
pembedahan)
tidak merembes
O:
- Tampak luka di perut
dengan panjang 10 cm
- Luka tampak kemerahan,
nyeri saat ditekan
- Luka tertutup kassa dan
tidak meremes
57
protektif terhadap O:
nyeri, dan sulit tidur
- pasien tampak tenang
- keadaaan umum sedang
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 370C
R : 20 x/menit
Skala nyeri : 2/5
P : Hentikan intervensi
Gangguan Mobilitas
S:
Fisik berhubungan
dengan nyeri operasi - pasien mengatakan nyeri
ditandai dengan sudah berkurang
mengeluh sulit - pasien mengatakan
melakukan sedikit mengerti
pergerakan, rentang bagaimana merubah posisi
gerak menurun, dan yang benar
kelemahan fisik - pasien mengatakan
terbantu dalam memilih
posisi yang nyaman untuk
istirahat dan tidur
O:
P : Hentikan intervensi
Risiko Infeksi
S:
ditandai dengan
58
Tindakan Invasif - Pasien mengatakan
setelah perawatan luka,
(Insisi post
luka sudah lebih baik
pembedahan)
- Pasien mengatakan luka
tidak merembes
O:
- Tampak luka di perut
dengan panjang 10 cm
- Luka tampak kering dan
lebih baik
- Luka tertutup kassa dan
tidak meremes
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Dalam bab ini penulis membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara
Djatiwibowo Balikpapan.
baik secara actual maupun potensial sehingga dapat menjadi dasar untuk penentuan
intervensi yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan seorang perawar”.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu nyeri akut, gangguan mobilitas fisik dan risiko infeksi. Kelompok dapat
membuat perencanaan sesuai kebutuhan untuk mengatasi masalah pada Tn.J dan
rencana asuhan keperawatan yang telah di buat dengan hasil nyeri teratasi,
B. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
62