Anda di halaman 1dari 26

ASKEP

INFEKSI SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

NAMA :1. AISYAH NURQOLBIYAH : PO7120317004

2. DELLA FATIMAH : PO7120317016

3. FEBI WULANDARI : PO7120317024

4. FITRIANI : PO7120317026

5. FENTY ARLIANI : PO712031706

6. FARIS ALAWAL S : PO7120317023

7. LESSY PUSPITA S : PO7120317037

8. M.IKBAL P : PO7120317039

DOSEN PENGAJAR : Andra Saferi Wijaya S.Kep,Ns,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI KEPERAWATAN

LUBUK LINGGAU TAHUN AKADEMIK 2018/ 2019


Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan Askep ini dengan judul “Infeksi saluran kemih”. Askep ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. dalam
Askep ini membahas tentang asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih
Kami ucapkan terima kasih kepada Andra Saferi Wijaya S.Kep,Ns,M.Kep. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tema yang kami
dapatkan. Kami menyadari bahwa Askep kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Askep ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Askep ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
selalu meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Lubuk Linggau, 17 Desember 2018

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar...........................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................4
B. IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................................5
C. TUJUAN......................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................6
A. KONSEP DASAR PENYAKIT..................................................................................6
1. Anatomi Fisiologi....................................................................................................6
2. Pengertian..............................................................................................................10
3. Patofisiologi...........................................................................................................10
4. Pathway..................................................................................................................15
5. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................15
6. Penatalaksanaan Medis..........................................................................................16
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................18
1. PENGKAJIAN..............................................................................................................18
2. ANALISA DATA.........................................................................................................20
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................21
4. PERENCANAAN.........................................................................................................21
5. EVALUASI...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

   Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001). Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri  pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun
umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran
kemih pada bagian tertentu dari saluran  perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama scherichia coli : rtesiko dan  beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada
pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari
rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari
infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan
ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus .
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2)  Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
4
3) secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat  jaringan
parut, dan lain-lain.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia

C. TUJUAN
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan
Keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri. Penatalaksanaan serta Asuhan
keperawatan (pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi)

5
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
(kandung kemih), dan uretra.
a. Ginjal
adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior abdomen,
satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai vertebra
lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah dari
ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada
orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara
120-150 gram. Fungsi vital ginjal :
1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.
2) Sebagai homeostasis.
3)  zat-zat toksin/racun
4) suasana keseimbangan air,
5)  Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit
fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti
halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-
lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi
membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian :
tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla
renal untuk mengosongkan isinya ke dalam  pelvis ginjal.

6
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan
darah  balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan
dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam
aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa
dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit)  pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan
molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif
diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke
dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan
dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian
menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa,
normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan
terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke
dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum,
kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine
yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul
dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal.
Setiap  pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan
dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan
setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk
menyalurkan urin.
7
b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah anterior
tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk
menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot
polos yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama
berfungsi mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari).
Uretra muncul dari kandung kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis
dan pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki
kelenjar  prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih
mengelilingi uretra di sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna
merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal
urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit
fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti
halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-
lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu
8
sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya.
Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga
bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal
bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks
dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam  pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan
darah  balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
ecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan
dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam
aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
 Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa
dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit)  pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan
molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif
diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke
dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan
dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian
menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa,
normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan
terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi
secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium,
glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
d. Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang  
9
berfungsi menyalurkan air kemiih keluar. Pada laki-laki terdiri dari :
1) Uretra prostaria
2)  Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai
saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma). Uretra pada wanita terletak di
belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4
cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran
eksresi.

2. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-
anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

3. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi
10
2) dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
3)  Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen,
yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat  jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4)  System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6)  Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi
ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1)  Escherichia Coli:  90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2)  Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated 
3)  Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.  
11
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat  pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4)  Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
1. Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih
a. Gejala - gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:
1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu
kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga
ginjal. Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda
tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
1) Desakan yang kuat untuk berkemih
2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)  
b. Gejala-gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah
meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat
menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar.
12
2) Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan
rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit
pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada
saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda  –  tanda bayi yang lapar dan sakit,
misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin
bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan  penyakit,
walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas
dari Infeksi saluran kemih)
4) rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya
bayi yang berusia setlah delapan hari.
b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak  –  anak, meliputi:
1) Diarrhea
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak –  anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi
saluran kemih.
7) Lemah
8)  Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
13
1) rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi
pada ginjal)
2) seringnya berkemih
3) ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal
4) tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
a) rasa sakit pada punggung  
b) adanya darah pada urin (hematuria)
c) adanya protein pada urin (proteinuria)
d) urin yang keruh
e) ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang
keluar
f) demam
g) dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak nafsu makan
i) lemah dan lesu (malaise)
j)  sakit pada saat berkemih (dysuria)
k) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:
pyelonephritis) meliputi:
a) Kedinginan  
b) demam tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah (emesis)
e) rasa sakit di bawah rusuk
f) rasa sakit pada daerah sekitar abdomen
14
4. Pathway
Makanan terkontaminasi
salmonella

mulut

HCL lambung

hidup Tidak hidup

Usus terutama
plag peyer

Kuman
t mengeluarkan
endotoksin

Bakteri ema
primer

difogosi Tidak difogosit

mati Bakteriema
sekunder

Pembuluh darah hipotalamus ureter


urethra
kapiler
Iritasi ureteral
peradangan MK: Infeksi
Procesia Tidak hiperemi
pada kulit oligural
Peningkatan
frekuensi/doron
gan kontrksi MK
:Perubahan
eliminasi urin

Defresi saraf
perifer

MK : nyeri
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang  pandang
besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.  
b.  Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka  psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

6. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius.
16
Dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal  
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b.  Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b.  b.Efek toksisitas obat Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiap saat
dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b.  Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?

17
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Status perkawinan :
Alamat :
Tgl masuk :
Tgl keluar :
B. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh  
C. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
D. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
E. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor  predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
7)  Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah?  
18
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas?
9)  Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
F. Pengkajian psikologi pasien:
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
2) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap  penyakitnya
G. Data Penunjang
Hasil Lab tanggal 29 Desember 2018
Diabetes:
GDS= 149
Fungsi ginjal:
ureum= 29 ( N: 20-40mg/dl)
kreatinin= 1,24 (N: 0,5-1,5mg/dl)
Fungsi hati:
SGOT=21 (N: L: <23 P: <31)
SGPT=10 (N: L: <42 P: <32)
Hematologi:
HB=11,2 thrombosit=331.000
leukosit=7700 HT=35%
Serologi/imunologi:
Widal:
S. Parathypi C-H(-)
Urinalisa:
warna: kuning
kejernihan: keruh
PH=6,5
BJ: 1,025
albumin: positif 1, urobilinogen: 0,2(N: 0,2-1)
bilirubin(-), keton (-), darah samar positif 1, nitrit(-)
Sedimen: eritrosit 4-5(N:0-2 Lpb)
leukosit: 20-25 (N: 0-5 Lpb),
epitel (+), kristal (-), silinder(-), bakteri positif
19
2. ANALISA DATA
Nama :

Umur :
NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Bakteri pada saluran infeksi
kemih
DO :
TTV = ~ TD : 100/70
~ N : 68x/m
~ RR : 16x/m
~ S : 34,9
         Hasil Lab tgl 22 Februari 2012
         Darah samar (+1)
2. Perubahan pola Infeksi saluran
         leukosit : 20-25
eliminasi kemih
         bakteri (+2)

DS : klien mengatakan hanya


BAK 1x dalam sehari

DO :
~ ku : sedang
~ terpasang RL 20tts/m
~ BAK = 480cc
~ Balance cairan
o   Intake
~ makan = 3 x 100 = 300cc
~ minum = 500cc
~ infuse = 4 kolf = 2000cc
---------------+
2800cc
o   Output : 1080
Nyeri
3. Nyeri
DS   : klien mengatakan susah tidur
karna sakit
   
DO   : Klien terlihat meringis
menahat sakit

20
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.  
b.Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK

5. PERENCANAAN
NO PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Infeksi yang NOC : Keparahan NIC : kontrol infeksi  untuk mencegah
berhubungan dengan infeksi.  anjurkan pasien untuk adanya distendi
adanya bakteri pada Setelah di mengosongkan kandung kemih
saluran kemih. lakukan kandung kemih secara ntuk menjaga
tindakan komplit setiap kali kebersihan dan
keperawatan berkemih menghindari bakteri
selama 3x24  berikan perawatan yang membuat infeksi
jam diharapkan perineal, uretra
pasien  pertahankan agar tetap mengetahui seberapa
memperlihatkan bersih dan kering jauh efek pengobatan
tidak adanya Dorong verbalisasi untuk mencegah statis
tanda-tanda perasaan, persepsi dan urine
infeksi. ketakutan ttv menandakan adanya
Dengan kriteria  monitor pemeriksaan perubahan di dalam
hasil ulang urine kultur dan tubuh
 tanda – tanda sensivitas untuk
dalam batas menentukan respon
normal terapi
 nilai kultur  anjurkan pasien untuk
urine negative minum 2-3 liter jika tidak
 urine ada kontra indikasi
berwarna kaji tubuh pasien setiap
bening dan 4 jam dan lapor jika
tidak bau suhu d atas 38,50c

21
NO PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

222 Gngguan Perubahan NOC: Eliminasi Urin NIC : Manajemen Cairan  ntuk memudahkan
pola eliminasi urine klien di dalam berkemih
( disuria, dorongan, Perubahan pola  bantu klien ke kamar  supaya klien tidak sukar
frekuensi, dan atau eliminasi urine kecil, memakai untuk berkemih
nokturia ) yang ( disuria, dorongan, pispot / urinal  untuk mencegah
berhubungan dengan frekuensi, dan atau  bantu klien terjadinya
ISK. nokturia ) yang mendapatkan posisi penumpukkan urine
berhubungan dengan berkemih yang    untuk mengetahui
ISK. nyaman adanya perubahan
dengan kriteria hasil:  anjurkan untuk warna dan untuk
berkemih setiap 2-3 mengetahui input/output
 klien dapat jam  Untuk mengetahui
berkemih setiap  ukur dan catat urin adanya distensi
3 jam setiap kali berkemih kantung kemih
 klien tidak  palpasi kandung kemih  engawasan terhadap di
kesulitan pada tiap 4 jam fungsi ginjal
saat berkemih  Atur penggunaan obat-
 klien dapat bak obatan untuk
dengan berkemih mengurangi kecemasan
secara tepat
 Kolaborasi

1.   
22

NO PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

222 Nyeri yang NOC :status NIC : manajemen nyeri  meningkatkan relaksasi
berhubungan dengan kenyamanan menurunkan tegangan
ISK  berikan tindakan otot
Setelah di lakukan nyaman seperti pijatan  untuk mencegah
tindakan di daerah perut kontaminasi uretra
keperawatan  berikan perawatan  relaksasi, menghindari
selama 3x24 jam perineal terlalu merasakan nyeri
diharapkan nyeri  alihkan perhatian pada  mengevaluasi tempat
berkurang dengan hal yang obstruksi dan penyebab
kriteria hasil : menyenangkan nyeri
 catat lokasi, lamanya  untuk membantu klien
intesitas nyeri skala dalam berkemih
 Klien tampak (1-10)  untuk mengidentifikasi
relaks  anjurkan minum indikasi kemajuan atau
 melaporkan nyeri banyak 2-3 liter jika penyimpangan dari
hilang dengan tidak ada kontra hasil yang di harapkan
spasme indikasi  untuk mengurangi rasa
terkontrol  pantau perubahan nyeri
 menunjukkan warna ,pola kemih,
perilaku masukkan dan keluarkan
mengontrol nyeri. setiap 8 jam dan pantau
urinalisa ulang
 berikan obat analgesik
23

6. EVALUASI

NO Hari/tgl/jam Evaluasi Hasil ( SOAP ) Paraf dan


Nama
Jelas
1. 27 S : ~ klien mengatakan nyeri ulu hati
Desember ~ klien mengatakan lemas
2018 ~ klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah bila
di tekan

O : ~nyeri ulu hati berskala 6


~TD : 100/70 S: 34,9 RR: 16x/m N: 68x/m
~ infuse Rl 20tts/m

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

2. 28 S : ~ klien mengatakan sudah tidak nyeri


Desember ~ klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
2018 ~ klien mengatakan hanya 1 BAK dalam sehari

O : ~ TD : 140/90 N : 84x/m S : 35,70c RR : 24x/m


~ klien tampak mendengarkan penkes yang diberikan
oleh mahasiswa

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan

3. 29 S : klien mengatakan sudah tdk nyeri dan jauh mendingan,


Desember badan sudah enak
2018
O : TD : 120/70 S : 35,3 N : 60 RR : 58x/m

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
Pasien sudah pulang kemarin sore atas izin dokter

24

DAFTAR PUSTAKA

Enggram, Barbara (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

Nugroho, Wahyudi (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC

Parsudi, Imam A. (1999). Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price Sylvia Andrson. (1995) . Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit :

Pathofisiology Clinical Concept Of Disease Processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.

Edisi: 4 Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.

Alih Bahasa: Agung Waloyo. Edisi: 8. Jakarta: Egc

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam1: Infeksi Saluran

Kemih. Edisi: 3. Jakarta : FKUI


25

Anda mungkin juga menyukai