Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Keperawatan Medikal Bedah Asma Bronkhial


Dosen pembimbing : Nurul Laili,S.Kep.,Ns.,M.Kep

DI Susun Oleh :
Kelompok 7

1. Kevin Zaindito O. S
2. Nurul Qomariah
3. Siti Faradila Nur L.M

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2018 - 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga Makalah Konsep Remaja ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang senantiasa .

Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi


manfaat baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
kebutuhan dasar oksigenasi atau pun untuk pembaca yang bisa menjadikan
makalah ini sebagai referensi.

Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain
tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina


Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep., M. Kep. Sp. Kep Mat Selaku kepala prodi
sarjana keperawatan.
4. Nurul Laili, S.Kep, Ns. M. Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Zainul Hasan Genggong
Tingkat 2.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan yang terbaik, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Oleh sebab
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini

Genggong, 04 April 2020


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma bronchial adalah inflamasi obstruktif yang di tandai oleh periode
episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara broncial (spasme
bronkus).spasme bronkus itu mebuat sempit jalan nafas,sehingga membuat
perrnafasan menjadi semakin dan menimbulkan bunyi mengih.(asih,2003)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asma bronkial?
2. Apa saja gejala asma bronkial?
3. Bagaimana penatalaksanaan pada asma bronkial?
4. Bagaimana ASKEP pada pasien yang berdiagnosa asma bronkial?
C. Tujuan
a. Dapat Mengetahui tentang asma bronkial
b. Dapat Mengetahui gejala asma bronkial
c. Dapat Mengetahui penatalaksanaan pada asma bronkial
d. Dapat mengetahui ASKEP pada pasien yang berdiagnosa asma bronkial
D. Manfaat

Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang KMB.
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapat
tentang KMB
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pemberian materi tentang KMB.
3. Untukpembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang KMB.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Asama merupakan penyakit jalan nafas yang tidak dapat ulih yang terjadi karena spasme
bronkus yang di sebabkan oleh berbagai penyebab (hudak & gallo,1997).

Asma bronchial adalah inflamasi obstruktif yang di tandai oleh periode episodik spasme
otot-otot polos dalam dinding saluran udara broncial (spasme bronkus).spasme bronkus
itu mebuat sempit jalan nafas,sehingga membuat perrnafasan menjadi semakin dan
menimbulkan bunyi mengih.(asih,2003 dalam kuswardani, 2017).

B. Etiologi asma
1) Asama ekstrinsik/alergi
yang di sebabkan oleh elergen yang di ketahui masanya sydah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein,serbuk sari,bulu halus, binatang dan
debu.
2) Asama intrinsik/idopatik

Asama yang tidak di temukan faktor pencetus yang jelas,tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti :flu,latihan fisik atau emosi sering memicu derangan
asma,asama ini sering muncul/atau timbul setelah usia 40 tahun setelah menderita
infeksi sinus/cabang trakeobroncial.

3) Asama campuran

Asama yang terjadi/ atau timbul karena adanya komponen ekstirnsik dan
instriksik

C. Tanda dan gejala


Tiga gejala umum asma
 Batuk
 Dipsnea
 Mengi
D. Patofisiologi / WOC
FAKTOR PENCETUS

intrinsik ekstrinsik gabungan

(genetik)

Respon radang

Inflamasi Sal. Nafas

Kerusakan epitel Mekanisme neurologic otot polos sal. nafas

bronkartiksi Respon p. Simpatis hipertropi otot

hiper reaktivitas

Saluran nafas

Asma bronchial

MK: resiko infeksi

Spasma otot bronkus sumbatan mucus edema inflamasi dinding bronkus

Alveolus tertutup mulus obstruksi sal. Nafas

Ventilasi penyempitan sal. Nafas

Hipoksemia retensi CO2 udara terhambat sal. Nafas yang besar sal. Nafas
kecil

Dlm waktu lama hiperventilasi hipercropik volume residu mengi batuk/sesak

Asidosis pembuangan CO2 asidosis KKR Mual muntah sepasi

menurun resep hiper inflamasi anoreksia MK: bersihan jln


nfs tdk efektif

hipercopnik PCO2 penggunaan otot bantu nfs MK: gangguan nutrisi


kurang dari kebutuhan

gagal nafas alkalasis resep kelemahan


MK: kerusakan MK: intoleransi

E. Penatalaksanaan
Terapi medis
Terdapat 2 golongan medikasi – medikasi kerja cepat dan kontrol kerja lambat
maupun produk kombinasi
 Agonis adrenergik beta 2 kerja pendek
 Antikolinergik
 Kortikosteroid: inhaler dosis terukur (MDI)
 Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrion
 Metilxatin
 Combivent
 Bisolvon
 Pulmikort
 Corticosteroid (dalam jangka panjang)

Penatalaksanaan keperawatan

Penetalaksanaan keperawatan yang harus segera dilakukan pada pasien bergantung


pada tingkat keparahan gejala. Pasien dan keluarga kerap merasa takut dan cemas
karena sesak nafas yang dialami pasien. Oleh sebab itu, pendekatan yang tenang
merupakan aspek yang penting didalam asuhan.

 Kaji status respirasi pasien dengan monitor tingkat keparahan gejala, suara
nafas, peak flow, oksimetri nadi, dan tanda-tanda vital.
 Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi
 Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien.
 Berikan medikasi yang sesuai yang diresepkan dan monitor tingkat keparahan
gejala, respon pasien terhadap medikasi mungkin mencakup antibiotik jika
pasien telah lebih dulu mengalami infeksi pernafasan
 Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi
 Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.
F. Diet/nutrisi

Diet hypoallergenic untuk asma bronkial harus memiliki komposisi dan nilai kalori
berikut:

 Protein – dari 100 sampai 130 g


 Lipid – 85g
 Jumlah karbohidrat kompleks asalah 300 g
 Nilai energi rata-rata harian – dari 2600 sampai 2700 kkal
 Jumlah cairan yang digunakan adalah 1,5 sampai 1,8 liter
 Jumlah garam yang dikonsumsi per hari sampai 10 g
 Suhu makanan yang direkomendasikan adalah dari + 15 sampai +65 oc

G. Pemeriksaan penunjang

a. Sinar x (Ro. Thorax) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar.

b. Tes fungsi paru

 Menentukan penyebab dipsnea


 Volume residu meningkat
 FEV1/FVC : rasoi volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital.

c. GDA

 PaO2 menurun, PaCO2 normal/me/turun


 pH normal/meningkat
d. Sputum (Lab) :menentukan adanya infeksi siasanya pada asma tanpa di sertai
infeksi.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama,usia,jenis kelamin,ras dll
b. Informasi dan diagnose medic yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu :pernah menderita penyakit
asma sebelumnya,menderita kelelahan yang amat
sangat dengan sianosis pada ujung jari.
e. Riwayat penyakit sekarang
 Biasanya klien sesak nafas,batuk batuk,lesu tidak
bergairah,pucat tidak ada nafsu makan,sakit pada
dada,dan pada jalan nafas.
 Sesak setelah melakukanaktifitas/atau
menghadapi krisis emosional
 Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
 Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f. Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit keluarga (+) asma
 Riwayat penyakit keluarga (+) asma menderita
penyakit alergi seperti rhinitis alergi,sinusitis,
dermatitis dan lain lain
G. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah (TTV)
b. Kepala
 Wajah pucat
c. ekstremitas
 Kelemahan
 pucat
2. Data dasar pengkajian klien
a. Gejala :
 Keletihan,kelelahan,malaise
 Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
sehari hari
 Ketidak mampuan untuk tidur perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi
 Dipsnue pada saat aktivitas dan hiburan
b. Sirkulasi
Gejala:pemebngkakan pada ektremitas bawah

c. Integritas ego

Gejala :

 Peningkatan faktor resiko


 Perubahan pola hidup
d. Makanan/cairan
Gejala :
 Mual/muntah
 Nafsu makan menurun
 Ketidakmampuan untuk makan
e. Pernafasan
Gejala:
 nafs pendek dada rasa tertekan dan
ketidakmampuan untuk bermafas
 batuk dengan produksi sputum berwarna
keputihan
tanda :
 pernafasan biasanya cepat fase ekpirasi biasanya
memanjang
 penggunaan otot bantu pernafsan
 bunyi nafas mengih sepanjang area paru pada
ekpirasi dan kemugkinan selama inspirasi
berlanjut sampai penurunan/tidak adanya bunyi
nafas.
f. Keamanan
Gejala: riwayat reaksi alergi/sensitive terhadap zat.
g. Seksualitas
Penurunan libido.
I. Diagnosa keperawatan (SDKI)
 Bersihan jalan nafas tidak efektif B/D hipereskresi
jalan nafas
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidak seimabangan ventilasi pervusi.

SLKI (standart luaran keperawatan Indonesia)

1. Pertukaran gas
 Dipsnue
 Bunyi nafas tambahan
 Gelisah
 PCO2
 Pola nafas

SIKI (standart intervensi keperawatan Indonesia)

1. Terapi oksigen
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
fraksi yang di berikan cukup.
 Monitor tanda dan gejala hipoventilasi
 Monitor integritas akibat pemasangan oksigen
 Bersihka secret pada mulut,hidung,dan trakea jika
perlu
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Gunakan perangkat oksigen yang tepat dan sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien.
 Kolaborasi penentuan dosisi oksigenasi
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat beraktifitas
dan/saat tidur.
2. Implementasi
 Memberikan perangkat oksigen yang cocok dengan
keluhan pasien ex :nebulizer,nasal canul.
 Mebersihkan secret yang berada di hidung dan
mulut
 Memantau kecepatan oksigen yang di berikan
kepada pasien
 Melakukan perintah dokter skala berapa dan
perangkat apa yang akan di gunak pasien ketika
tidur
3. Evaluasi

S :apa yang di rasakan oleh pasien setelah di lakukan tindakan asuhan


keperawaatan
O:data yang di lihat perawat setelah di lakukan tindakan asuhan
keperawatan
A: masalah terstasi atau masalah teratasi sebagian
P : pasien meninggal,sembuh atau di rujuk
J. Rehabilitasi
1. Rehabilitas merupakan upaya perbaikan dampak negative
dari asma bronkioli yang tidak bisa diobati. Upaya yang
dapat di lakukan oleh penderita asma bronkioli antara lain
dengan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat yang
harus di lakukan secara kontinum. hal-hal lain yang di
lakukan dan bertujuan akan tekanan darah selalu keadaan
normal seperti menurunkan berat badan hingga mencapai
berat badan ideal, berolahraga, dengan olahraga yang tidak
menyebabkan kelelahan yang memicu asma bronkioli ini
muncul seperti yoga ,senam- senam kecil kesehatan Kontrol
ke dokter minimal sebulan sekali
2. Monitoring:
a. Tekanan darah
b. Kerusakan terget
c. Interaksi obat dan efek samping
d. Kepatuhan
3. Untuk menyarankan untuk nambah waktu tidur
4. Program latihan
5. Terapi oksigen
K.Aspek legal etis
a. Otonomi (autonomy)
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan
diri.
b. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan.
c. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral, legal
dan kemanusiaan.
d. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
e. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
f. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji
serta menyimpan rahasia klien.
g. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.
L. Fungsi advokasi
a. Otonomi, memberikan hak kemandirian kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi, gosok gigi, dll.
Untuk tindakan yang akan diberikan pada klien seperti diberi obat anti nyeri
untuk diminum namun klien menolak maka perawat tidak bisa memaksakan
klien untuk tetap minum obat tetapi perawat dapat melakukan pendekatan
secara bertahap.
b. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri untuk
meringankan rasa nyeri.
c. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak
memandang usia ataupun jenis kelaminnya.
d. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti memasang
pengaman di tempat tidur.
e. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang penyakit
pasien jika pasien bertanya-tanya
f. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
g. Kerahasian, merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada pasien bila
pasien yang memintanya, dan termasuk keluarganya tidak boleh
mengetahui.
h. Akuntabilitas, perawat memberikan pelayanan secara professional kepada
pasien sehingga pasien merasa nyaman.
M. Health education
a. Mengadakan penyuluhan tentang asma bronkioli.
b. Menghindari paparan polutan dan alergen (debu, asap
rokok).
c. Menghindari hewan peliharaan yang mengandung alergen
seperti kucing dan anjing.
d. Menghindari paparan asap rokok pada ibu hamil dan bayi
terbukti mengurangi kejadian asma pada anak.
e. Mengkonsumsi suplementasi vitamin D pada ibu hamil
memiliki kemungkinan dapat mencegah asma pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Ns. Andra S.W, S.Kep. Ns. Yessi M.P, S.Kep. (2013). KMB I Keperawatan Medikal

Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika.

Kuswardani dkk. (2017). Pengaruh Nebulizer, Infra Red dan Chest Therapy terhadap

AsmaBronkial. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi. Vol. 1, No. 1,

ISSN 2548-8716.

Siti Lestari dkk. (2018). Keefektifan Pemberian Nebulizer Terapi Combivent dan Terapi
Bisolvon Terhadap Potensi Jalan Nafas pada Pasien Asma Bronkial Di Ruang
IGD BBKPM Makassar. Jurnal Keperawatan Global. Vol. 3, No. 2

Anda mungkin juga menyukai