Anda di halaman 1dari 46

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.G DENGAN ABORTUS IMINENS


DI RUANG KEBIDANAN RSU AISYIYAH PADANG

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Nicky Novsena Putri, S.Kep (1914201026)


2. Delva Wulandari, S. Kep (1914201022)
3. Suci Rizal Husna D. F, S.Kep(1914201032)
4. Fitria Arwis, S.Kep (1914201024)
5. Restu Wijaya, S.Kep (1914201031)
6. Hari Defianto, S.Kep (1914201025)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Ledia Restipa, M.Kep ) ( Ns. Rika Gusneri, S.Kep)

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmad-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “​Asuhan
Keperawatan Pada Ny. G Dengan Abortus Immnens Di Ruang Kebidanan
RSU AISYIYAH PADANG”

Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah
satu tugas dalam mata kuliah “​KEPERAWATAN MATERNITAS​”. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi kami
dan pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada
kesahalan kami minta maaf.

Padang, 20 Januari 2020

Kelompok 1

1
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
a. Latar Belakang 1
b. Tujuan 2
BAB II Tinjauan Teoritis 3
a. Definisi 3
b. Etiologi 3
c. Klasifikasi 6
d. Patofisiologi 11
e. Pemeriksaan Penunjang 13
BAB III Asuhan Keperawatan Teoritis 16
a. Pengkajian 16
b. Diagnosa Keperawatan 17
c. Interensi Keperawatan 17
d. Implementasi Keperawatan 19
BAB IV Asuhan Keperawatan Kasus 20
a. Pengkajian 20
b. Diagnosa Keperawatan 25
c. Interensi Keperawatan 26
d. Implementasi Keperawatan 27
BAB V Pembahasan Kasus 29
a. Pengkajian 29
b. Diagnosa Keperawatan 31
c. Interensi Keperawatan 31
d. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan 32
BAB VI Penutup 35

2
a. kesimpulan 35
b. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di seluruh dunia terjadi kematian maternal dan perinatal masing-masing
585.000 orang dan 10.000.000 orang setiap tahunnya. Kematian tersebut
sebagian besar terjadi di negara sedang berkembang, yang pada
kenyataannya masih berjuang hanya untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya. Sekitar sepertiga dari kematian, disebabkan gugur kandung
ilegal. (Manuaba, 2003. Hal : 395)
WHO dan UNICEF pada tahun 1978 di Alma Ata melaksanakan
pertemuan pertama untuk membahas tentang tingginya kematian ibu dan
perinatal. Hasil pertemuan tersebut dituangkan dalam bentuk gagasan:
primary health care and health for by the years 2.000. Diharapkan
masing-masing negara memperhatikan tingginya kematian maternal dan
perinatal yang dipergunakan sebagai tolak ukur kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat atau rakyat negara.
Di seluruh dunia pertolongan persalinan masih didominasi oleh dukun,
yaitu sekitar 75-80% sehingga dampaknya adalah banyak morbiditas dan
komplikasi yang dapat meningkatkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan
AKP (Angka Kematian Perinatal). (Manuaba, 2003. Hal : 395 dan 397)
Pada tahun 1999 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy
Safer), didukung oleh badan-badan Internasional seperti UNFPA,
UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian
pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan MPS
sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan
internasional, menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, mengembangkan sistem yang menjamin
pelaksanaan standar yang telah tersusun, memperbaiki akses pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal, baik

1
publik maupun swasta, meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam
kesehatan maternal dan neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat
keluarga dan lingkungannya dan memperbaiki sistem monitoring
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. (Saifuddin, dkk. 2006. Hal :
4)

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan


yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat
beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan
abortus terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel
sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin.
Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan
karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Didunia angka kematian ibu dan bayi yang
tertinggi adalah di Asia Tenggara, menurut data WHO persentase
kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 1540% angka
kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan
60-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu ( Lestariningsih, 2008). Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap
tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka
kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk
Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah
10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600.000 - 900.000,
sedangkan abortus buatan sekitar 0, 75 – 1,5 juta setiap tahunnya, 2500
orang diantaranya berakhir dengan kematian (Anshor, 2006).

2
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan​.
Dari hasil survey yang didapatkan di RSU Aisyah padang kejadian
Abortus Iminens pada tahun 2019 dengan jumlah 68, didapatkan jumlah
pasien yang melakukan operasi sectio caesarea sampai hari ini di ruang
kebidanan sebanyak 10 orang
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat
permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus
sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu,
suami/pasangan maupun keluarga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada
ibu dengan kejadian Abortus Imminens sesuai dengan konsep teori
asuhan keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien abortus imminens

3
b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien abortus
imminens
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien abortus
imminens
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien abortus
imminens
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Saifuddin, 2007)
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti
ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
(Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat
(Mansjoer, Arif M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak
pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990).
B. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor
Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
1. Faktor Janin

4
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot , embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau
kerusakan kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai
kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau
awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin
secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin
yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
b. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi
atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
g. Faktor Imunologis

5
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
h. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
1) Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum
gravidatum sebelum minggu ke-8
2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat
hamil.

i. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma(terutama mioma submukosa),serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan.
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali
telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin
,atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen
dan benzen.
Berdasarkan hasil penelitian ini, banyak faktor yang
mengakibatkan terjadinya abortus limminens seperti janin yang tidak

6
berkembang dalam rahim, melakukan pekerjaan berat, stress, perjalanan
jauh serta tidak menjaga pola makan dengan baik. Semua informan
menyatakan untuk mencegah abortus imminens yakni melakukan pola
hidup sehat, dilakukan dengan menjaga pola makan, pola pikir, pola tidur,
pola aktivitas, kebersihan diri dan lingkungan, menjaga kehamilan serta
tidak mengalami stress. Menurut Firdaus (2013), pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari untuk mencegah terjadinya abortus imminens ada 7
yakni: pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene, pola
seksual, pola aktivitas dan psikososiospiritual 5. Disarankan kepada ibu
hamil agar lebih menjaga kesehatannya saat hamil, makan-makanan
bergizi, menghindari stress, melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur untuk meminimalkan risiko terjadinya abortus spontan dan kepada
rumah sakit atau puskesmas sebaiknya memberikan konseling kesehatan
mengenai stress kepada ibu hamil.
C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi
dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan
kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan.
Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa
hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.

7
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan Sonografi
vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik
(HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan ​colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi ​gestasi intrauterus​ hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang
keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah
lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi
secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. ​Ultrasonografi abdomen
atau ​probe vagina dapat membantu dalam proses pengambilan
keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan
dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens

8
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat
dilakukan, maka segera lakukan :
a) Berikan ​ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau ​misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit ​oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
c. Abortus Inkompletus

9
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan
di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan
lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ​ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau ​misoprostol​ 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ​ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

10
a) Berikan infus ​oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan ​misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan ​abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet ​sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
1. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi
belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000
gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram
dapat terus hidup.
a. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

11
Etiologi ​missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga
pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion. Gejala missed abortion adalah
:
1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,
3) Mamma agak mengendor lagi,
4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
5) Tes kehamilan menjadi negatif
6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya
amenorhoe berlangsung terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai
oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia,
sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan
pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti
apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati
lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental
penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung
janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya
dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed
abortus dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian
janin dapat dipastikan

12
​ abitualis
e. Abortus​ H
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha
untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi
spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan
berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum
sakit perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan
bervariasi di antaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak
anemis dan daerah akral dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi
1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat
didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan
dilanjutkan dengan pengeluaran placenta, berdasarkan proses
persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.

13
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi
ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip
daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan
kalsium dan tertekan sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan
laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung
janin, hanya benda kecil yang tidak berbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6
minggu. Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera
dikeluarkan dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang
belakang kepala berimpitan dan perut membesar karena
asites/pembentukan gas. (Manuaba,1998)

14
Sumber :
https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/laporan-pendahuluan-dan-aske
p-abortus.html
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin
sudah mati

15
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine

F. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Ratihrochmat, 2009)

G. Penatalaksanaan
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.
Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan:

16
1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau
mola hidatitosa)
3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen
Tabel 2.1 Terapi Hormon

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron 500 mg intramuskuler 250mg setiap 12 jam,bila ada


kaproag perbaikan, lanjutkan dengan
250mg perhari hingga 7 hari
setelah perdarah berhenti.

a. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya
dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
b. Penenang penobarbital 3x30 gram valium
c. Anti pendarahan: Adona ,Transami
d. Vit B Komplek
e. Hormon progesteron
f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan
pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya
mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat
seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas
sehari – hari.
4. Pemeriksaan Fisik

18
2. Tanda-tanda vital
TTV pada klien abortus biasa nya dalam rentang normal
3. Keadan Umum : biasanya composmentis
4. Kepala : inspeksi bentuk kepala klien, dan karakteristik rambut klien
5. Leher : inspeksi leher apakah ada pembesaran tyroid atau tidak
6. Mata : simetri/tidak, sklera ikterik/tidak, conjungtiva anemis/tidak
7. Kulit : inspeksi warna kulit dan turgor kulit
8. Thoraks:
I : inspeksi apkah ictus cordi terlihat atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak
P : apakah ada neri tekan/ tidak
P : sonor/hipersonor
A: Suara napas / ada sura napas tambahan/tidak
9. Mammae : bentuk simetris/tidak,
10. Abdomen : pemerikasaan leopold
12. Ekstremitas : apakah ada kekakuan otot/tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubngan dengan penurunan sirkulasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang
lembab

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA NOC NIC
Intoleransi Aktivitas ❖ Energy Activity therapy
conservation - ​bantu klien untuk
❖ Activity tolerence mengidentifikasi

19
❖ Self care : ADLs aktivitas yang mampu
Kriteria Hasil : dilakukan
- ​berpartisipasi dalam - bantu untuk memilh
aktivitas fisik aktivits
- ​Mampu melakukan - bantu klien untuk
aktivitas sehari hari melakukan aktifitas
- Sirkulasi status baik - dampingi klien saat
klien latihan aktivitas
- berikan motivai
kepada klien
Gangguan Rasa ❖ Ansiety Anxiety reduction
Nyaman ❖ Fear leavel - gunakan pendekatan
Gunakan pendekatan ❖ Sleep deprivation yang menenagkan
yang menenangkan Kriteria hasil : - jelaskan penyakit
- ​klien mampu yang diderita klien
mengontrol - bantu klien
kecemasan mengenali situasi yang
-​ mengontrol nyeri menimbulkan
- status kenyamanan kecemasan
menongkat

-
Ansietas ❖Anxiety self control Anxiety reduction
❖ Anxiety level - ​gunakan pendekatan
❖ Coping yang menenagkan
Kriteria Hasil : - jelaskan penyakit
- klien mampu yang diderita klien
mengngkapkan gejala - bantu klien
cemas mengenali situasi yang

20
- klien mampu menimbulkan
mengontol cemas kecemasan
- vital sign dalam batas
normal
Resiko infeksi ❖ Immune status Infection control
❖ Knowledge : - ​batasi pengunjung
infection control - awasi tanda tanda
❖ Risk control infeksi
- tingkatkan cara
Kriteria Hasil :
menghindari infeksi
- ​klien bebas dari tanda
- laporkan kecurigaan
gejala infeksi
infeksi
-​ menunjukan
- kolaborasi pemberian
kemampuan untuk
antibiotik
mencegah timbulnya
infeksi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana
keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari
keperawatan pada tahap perencanaan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data dengan metode SOAP
S : subjektif, tanda dan gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya daeri
klien dan keluarga
O : objektif, menggambarkan kondisi fisik klien, hasil labor, dan test diagnosti

21
A : analisa, masalah atau diagnosa berdasarkan data atau informasi subjektif
P : perencanaan, membuat rencana tindakan untuk mencapai kondisi klien sebaik
mungkin

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Ny. G

Umur : 25 th

Suku bangsa : Minang

Pekerjaan : Swasta

Alamat : jl. Suutan syahrir no.301 rt 004/007

Agama : Islam

Penanggung Jawab

Nama : Tn. I

Pekerjaan : swasta

Agama : islam

22
Hubungan dengan pasien : suami

Alamat : jl. Suutan syahrir no.301 rt 004/007

2. Diagnosa dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 19 Januari 2020

No MR : 06.01.18

Ruang Rawat : RG III Rawat Gabung Kebidanan

Diagnosa Medik : Abortus Imminens

Yang mengirim/merujuk : Datang sendiri

Alasan Masuk : Klien datang ke RS pada tanggal 19


Januari 2020 dengan keluhan perdarahan
sejak 2 jam yang lalu (sebelum masuk RS)
gumpalan (-) jaringan (-) darah ±150-200cc
nyeri perut bawah, UK : 17- 18 minggu

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan utama masuk : Klien datang ke IGD RSU AISYIYAH
PADANG pada tanggal 19 Januari 2020 dengan keluhan perdarahan
sejak 2 jam yang lalu (sebelum masuk RS) gumpalan (-) jaringan (-)
darah ±150-200cc nyeri perut bawah, UK : 17- 18 minggu
- Riwayat Kesehatan Saat Ini : pada saat pengkajian tanggal 20 Januari
2020, klien mengatakan merasa lemas dan letih, aktivitas dibantu dengan
suami, klien juga mengatankan cemas terhadap kehamilannya,dan klien
tidak tau dengan keadaanya sekarang, klien selalu bertanya dengan
petugas kesehatan terkait kehamilannya, klien mengatakan perdaharan
sudah berkurang dan nyeri sudah berkurang

23
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS sebelumnya, dan klie belum pernah
mengalami hal serupa
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
d. Riwayat Obstetri
1) reproduksi
- riwayat menstruasi
● Menarche : ± 13 tahun
● Siklus : 28 hari
● Lamanya : 4-5 hari
● Banyaknya : 100 – 150 cc
● Dismenorrhoe :-
- HPHT : 16 Agustus 2019
- Taksiran Persalinan : 23 Mei 2020
2) Perkawinan
● Lamanya perkawinan : 1 th
● Berapa kali perkawinan : 1 x
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (G​1​ P​0 A​
​ 0 H​
​ O​)

f. Data keluarga berencana


- pernah ikut KB : tidak
- rencana KB sekarang : belum ada
4. ​Data Psikologis
- kehamilahan sekarang : diinginkan
- anak yang akan lahir sekarang : disusui
- dukngan suami untuk menyusui : ada
- rencana lama menyusui : 2 th
5. Data spritual : klien biasanya shalat 5 waktu dan
mengikuti pengajian didaerah tempat tinggal klien

24
6. Data sosial ekonomi : ekonomi klien cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
7. Aktivitas Sehari-hari dirumah sakit
- Dapat menolong diri sendiri : tidak
- Ditolong dengan bantuan makmum : iya
- Nafsu makan : baik
- Istirahat dan pola tidur : baik
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Composmentis
- TD : 120/70
- Suhu : 36.5​0​C
- Nadi : 80 x/i
- RR : 22x/i

2) Kepala
- Rambut & kulit kepala : hitam, lurus dan bersih
- Mata : simetris ki/ka
Conjungtiva : anemis
Sklera : anikterik
- Telinga : simetris
Kebersihan : bersih
- Hidung : simetris
Kebersihan : bersih
- Mulut : bersih dan lemban
Gigi : lengkap dan bersih
Lidah : bersih
3) Leher :
- Kel. Getah bening : tidak ada

25
- Kel.tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4) Dada/Thorax/Payudara :
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordi teraba dan tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : DJJ: 150
5) Abdomen :
- Bising usus : 18x/mnt
- Leopold I : TFU diantara simfisis dan pusat, traba kera,
bundar, dan mudah digerakkan ( kepala)
- Leopold II : sebelah kanan teraba memanjang dan
melenting (punggung), sebelah kiri teraba benjolan benjolan kecil
(ekstremitas)
- Leopold III : teraba lunak dan tidak bundar (bokong)
6) Genetalia : tidak dilakukan VT
7) Data penunjang
Data laboraturium
Hb : 9,3 g/dl
Leuco : 12.000/mm
Trombosit : 234.000/mm
Hematrokit : 26,3 %
8) Terapi
- Obat oral : utrogestan 1x1 tab
- Obat parental : IVFD RL 14 tpm, inj. Transamin
3x1 amp

26
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETILOGI MASALAH

1 DS: Kelemahan dan Intoleransi


penurunan aktivitas
-Pasien mengatakan sedikit
sirkulasi
lemas, dan letih

DO:

- Tampak Lemah

27
- Tampak hati-hati dalam
merubah posisi dan dibantu
oleh suami

2 DS: Kurang Ansietas


Pengetahuan
- klien mengatakan cemas
terhadap kehamilannya

- klien mengatakan tidak tau


tentang keadaanya sekarang

- klien mengatakan keluarnya


darah dari jalan lahir

DO:

- Tampak bingung sambil


bertanya-tanya

- Nampak sekali memengangi


perutnya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan penurunan
sirkulasi
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC

28
Intoleransi Aktivitas ❖ Energy conservation Activity therapy
❖ Activity tolerence - ​bantu klien untuk
❖ Self care : ADLs mengidentifikasi aktivitas
Kriteria Hasil : yang mampu dilakukan
- ​berpartisipasi dalam - bantu untuk memilh
aktivitas fisik aktivits
- ​Mampu melakukan - bantu klien untuk
aktivitas sehari hari melakukan aktifitas
- Sirkulasi status baik - dampingi klien saat
klien latihan aktivitas
- berikan motivai kepada
klien
Ansietas ❖Anxiety self control Anxiety reduction
❖ Anxiety level - ​gunakan pendekatan
❖ Coping yang menenagkan
Kriteria Hasil : - jelaskan penyakit yang
- ​klien mampu diderita klien
mengngkapkan gejala - bantu klien mengenali
cemas situasi yang
- klien mampu mengontol menimbulkan kecemasan
cemas
- vital sign dalam batas
normal

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

Senin, 20 Januari Intoleransi - ​mendampingi S : ​Klien


2020 Aktivitas klien dalam mengatakan

29
melakukan sudah belajar
aktivitas merubh posisi
- membantu klien secara perlahan
dalam melakukan O : ​aktivitas klien
aktivitas masih dibantu
suami
A : ​intoleransi
aktivitas
P : ​ajarkan klien
dalam melakukan
aktivitas
Senin, 20 Januari Anisietas - ​melakukan S : ​klien
2020 pendekatan yang mengatakan
menenangkan sudah mengerti
terhadap klien tentang penyakit
- meberikan yang dialaminya
informasi terkait O : ​klien tampak
penyakit yang sudah tenang dari
dialami klien sebelumnya
A : ​ansietas
P : ​membrikan
informasi kepada
klien dan berikan
pendekatan yang
menenangkan
Selasa, 21 Januari Intoleransi - ​mendampingi S : ​Klien
2020 Aktivitas klien dalam mengatakan
melakukan sudah belajar
aktivitas

30
- membantu klien merubh posisi
dalam melakukan secara perlahan
aktivitas - klien
mengatakan
pendarahan sudah
berkurang hanya
flek saja
O : ​aktivitas klien
masih dibantu
suami
A : ​intoleransi
aktivitas
P : ​ajarkan klien
dalam melakukan
aktivitas
Selasa, 21 Januari Anisietas - ​melakukan S : ​klien
2020 pendekatan yang mengatakan
menenangkan sudah mengerti
terhadap klien tentang penakit
- meberikan yang dialaminya
informasi terkait O : ​klien tampak
penyakit yang sudah tenang dari
dialami klien sebelumnya
A : ​ansietas
P : ​membrikan
informasi kepada
klien dan berikan
pendekatan yang
menenangkan

31
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Bab ini akan membahas “Asuhan keperawatan pada ny. G dengan
abortus imminens di RSU AISYIYSH PADANG “ selama melakukan asuhan
keperawatan penulis berusaha menetapkan proses asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Di samping itu, penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis temukan
selama praktik di Ruang kebidanan di RSU AISYIYAH PADANG.

A. Pengkajian

Penyebab - penyebab abortus iminens yaitu :

a. Faktor genetic

Kelainan struktur kromoson yang diturunkan wanita atau pria bisa berdampak
pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas dan mengurangi peluang
kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering juga berupa gen yang
abnormal, mungkin karena mutasi gen yang bisa mengganggu proses
implantasi dan menyebabkan keguguran.

32
b. Faktor endometrium

Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi

Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan

c. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat bahan kimia atau
radiasi umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan temabakau,
sigaret rokok mengandung ratusan unsure koksik, antara lain nikotin, yang
mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta
dengan adanya gangguan pada system fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus. Selain itu aktifitas
yang terlalu berlebihan/ kurangnya istirahat sehingga membuat kelelahan.
d. Kelainan genetalia ibu
1. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uterus
2. Congenital anomaly (hippoplasia uteri, uterus bikornis)
e. Trauma fisik
Kecelakaan lalu lintas, jatuh, hubungan seksual.
Faktor – faktor lain yang menyebabkan abortus iminens yaitu :
1. Plasenta sign (gejala plasenta) ialah perdarahan yang terjadi dari
pembuluh-pembuluh daerah sekitar plasenta. Gejala ini selalu terjadi
dan terdapat pada kera macacus rhesus yang hamil.
2. Erosi portionis juga mudah berdarah pada kehamilan
3. Polyp
Diagnosa kehamilan mudah pada abortus iminens kalau terdapat :

1. Perdarahan sedikit
2. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
3. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
4. Tidak ditemukan kelainan pada servik

33
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dan individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan
memberikan intervensi secara pasti utnuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2009).
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan sirkulasi
b. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
d. kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
e. Resiko infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang
lembab

C. Diagnosa yang muncul pada Ny. G :

a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan dan penurunan


sirkulasi dalam tubuh

b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (butuh informasi)


terkait penyakit yang diderita

D. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC

Intoleransi Aktivitas ❖ Energy conservation Activity therapy


❖ Activity tolerence
❖ Self care : ADLs

34
Kriteria Hasil : - ​bantu klien untuk
- ​berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
aktivitas fisik yang mampu dilakukan
- ​Mampu melakukan - bantu untuk memilh
aktivitas sehari hari aktivits
- Sirkulasi status baik - bantu klien untuk
melakukan aktifitas
- dampingi klien saat
klien latihan aktivitas
- berikan motivai kepada
klien
Ansietas ❖Anxiety self control Anxiety reduction
❖ Anxiety level - ​gunakan pendekatan
❖ Coping yang menenagkan
Kriteria Hasil : - jelaskan penyakit yang
- ​klien mampu diderita klien
mengngkapkan gejala - bantu klien mengenali
cemas situasi yang
- klien mampu mengontol menimbulkan kecemasan
cemas -
- vital sign dalam batas
normal

E. Implementasi dan Evaluasi

HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

Senin, 20 Januari Intoleransi - ​mendampingi S : ​Klien


2020 Aktivitas klien dalam mengatakan
sudah belajar

35
melakukan merubh posisi
aktivitas secara perlahan
- membantu klien O : ​aktivitas klien
dalam melakukan masih dibantu
aktivitas suami
A : ​intoleransi
aktivitas
P : ​ajarkan klien
dalam melakukan
aktivitas
Senin, 20 Januari Anisietas - ​melakukan S : ​klien
2020 pendekatan yang mengatakan
menenangkan sudah tahu
terhadap klien tentang penyakit
- meberikan yang dialami
informasi terkait klien
penyakit yang O : ​klien tampak
dialami klien sudah tenang dari
sebelumnya
A : ​ansietas
P : ​membrikan
informasi kepada
klien dan berikan
pendekatan yang
menenangkan
Selasa, 21 Januari Intoleransi - ​mendampingi S : ​Klien
2020 Aktivitas klien dalam mengatakan
melakukan sudah belajar
aktivitas

36
- membantu klien merubh posisi
dalam melakukan secara perlahan
aktivitas - klien
mengatakan
pendarahan sudah
berkurang hanya
flek saja
O : ​aktivitas klien
masih dibantu
suami
A : ​intoleransi
aktivitas
P : ​ajarkan klien
dalam melakukan
aktivitas
Selasa, 21 Januari Anisietas - ​melakukan S : ​klien
2020 pendekatan yang mengatakan
menenangkan sudah mengerti
terhadap klien tentang penakit
- meberikan yang dialaminya
informasi terkait O : ​klien tampak
penyakit yang sudah tenang dari
dialami klien sebelumnya
A : ​ansietas
P : ​membrikan
informasi kepada
klien dan berikan
pendekatan yang
menenangkan

37
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus imminens merupakan Abortus imminens (threatened) adalah
pengeluaran darah dari vagina atau perdarahan pervaginam pada trimester
pertama kehamilan dan disertai dengan rasa mulas ringan. Tanda gejala yang
paling sering dialami seperti mudah lelah, demam, sakit perut bawah, timbul
flek/bercak berwarna coklat serta terjadinya pendarahan. Tanda gejala tidak

38
muncul begitu saja tetapi dikarenakan penyebab yang melatarbelakangi
abortus imminens, salah satu penyebab abortus karena pekerjaan berat selama
kehamilan, kandungan lemah dan mengalami stress pada saat kehamilan.
Berbagai cara yang dapat dilakukan agar abortus immines tidak terjadi lagi
yakni dengan menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berlebih,
menghindari stress, membuat program kehamilan serta sering melakukan
konsultasi kepada tenaga kesehatan terdekat.

B. Saran
1. Pasien
Menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berlebih, menghindari stress,
membuat program kehamilan serta sering melakukan konsultasi kepada
tenaga kesehatan terdekat.
2. Institusi Keperawatan dan Rumah Sakit
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada
perawatan abortus imminens, juga sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa keperawatan profesi Ners yang berkaitan dengan
cara perawatan abortus imminens.
3. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
penderita abortus imminens.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wulandari W dan Zulkifli Abdullah. 2011. Faktor Resiko Kejadian Abortus


Spontan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2011. Jurnal
MKMI, VIII (4), 234.

39
2. Nurjannah, WA. 2013. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Terhadap
Kejadian Abortus Spontan di RSUD . diakses 18 Desember 2018

3. Dokter Soedarso Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak. 3.


Satori Djam’an, dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.

4. Handoko, Budi, dkk. 2009. Abortus Berulang. Bandung: PT Refika Aditama.

5. Firdaus, Nur Auliyah, 2013. Abortus Imminens. Makalah. [Online]. Diambil


dari: https://lisyam90.wordpress.com/ 2013/05/22/abortus-iminens/ [diakses
18/12/2018).

6. Zulistianah, Z. 2009. Studi Kasus Stress Dan Perilaku Coping Pada Caleg
Yang Gagal Menjadi Anggota Dewan Pada Pemilu 2009. Skripsi. [Online].
Diambil dari: digilib.uinsby.ac.id/8084/ [diakses 18/12/2018).

7. Hicks, CL et.al. 2011. The Face Pain Scale-Revised: toward a common


metricin pediatric pain measurement. Jurnal. Universitas Of Saskatchewan:
Saskston, Canada.

8. Ritonga, H. 2009. Sikap Dan Tindakan Ibu Hamil Dalam Mengatasi


Keputihan di Pasar IX Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2009.
Jurnal. [Online]. Diambil dari: repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/23261/7/Cover.pdf [diakses 18/12/2018).

9. Ayuningsih, T. dan Krisnawati. 2009. Cara Holistik Dan Praktis Atasi


Gangguan Khas Pada Kesehatan Wanita. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

10. Ningrum, Lita. 2013. Makalah: Sistem Pelayanan Kesehatan.


http://litasulistyo.co.id/2013/11/ makalah-sistem-pelayanankesehatan.html.
diakses 18 Desember 2018

40
41

Anda mungkin juga menyukai