Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL :

MENARIK DIRI DI DESA KARANG SONG WILAYAH KERJA


PUSKESMAS MARGADADI TAHUN 2021

Diajukan untuk melengkapi salah satu untuk menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III pada Akademik Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu

KARYA TULIS ILMIAH

Disusunoleh:
AMALIA T. BAHARI
NIM : 201814401003

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI INDRAMAYU


Jl.Pahlawan No.45 (BunderanKijang) Telp/Fax. (0234) 274357 – Indramayu
Email :aksari@yahoo.com
INDRAMAYU 45212
Tahun 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan di setujui untuk dipertahankan
didepan tim penguji

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI DESA

KARANG SONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MARGADADI. TAHUN 2021

PENYUSUN : AMALIA T. BAHARI


NIM : 201814401003

Indramayu, Juli 2021


Menyetujui
Pembimbing

Rahmaniar, M. Kep.
NIK: 2020007001

Diketahui Oleh
Koordinator Mata Ajaran:

Ns. Ani Susiani, SKM., M.Kep


NIK: 200509004

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan di setujui untuk dipertahankan
di depan tim penguji

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN


ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI DESA
KARANG SONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MARGADADI. TAHUN 2021
PENYUSUN : AMALIA T. BAHARI
NIM : 201814401003

Indramayu, Juli 2021


Disetujui oleh :
Penguji 1 Penguji 2 Penguji3

Ns. LinaRahmawati,M.Kep Casmadi, M.Kes Rahmaniar, M. Kep.


NIK: 200902001 NIK : 200509008 NIK: 2020007001

Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri

Ns. LinaRahmawati,M.Kep
NIK: 200902001

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya Tulis Ilmiah saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar Akademik (Ahli Madya Keperawatan), baik di Akademik

Keperawatan Saifuddin Zuhri maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya Tulis Ilmiah ini adalah murni gagasan dan rumusan saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing dan masukan Tim penguji

3. Pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah tidak terdapat karya atau pendapat yang

telah ditulis ataupun dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan

jelas dicantumkan sebagai acuan naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar Pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakpastian dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh

karena Karya Tulis Ilmiah ini, serta sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di

Akademik Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu.

Indramayu, Juli 2021


Yang membuat pernyataan,

AMALIA T. BAHARI
NIM : 201814401003

iii
ABSTRAK
AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI INDRAMAYU
KARYA TULIS ILMIAH, 2021
AMALIA T. BAHARI
NIM : 2018144 01003
TERDIRI DARI: 76halaman, 5tabel, 2 gambar, 3lampiran
Judul: ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN ISOLASI
SOSIAL : MENARIK DIRI DI DESA KARANG SONG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARGADADI. TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan PadaTn. K Dengan Isolasi
Sosial : Menarik Diri dan Latihan Social Skill Training di Desa Karang Song,
Sidomulyo Kec. Indramayu Kab Indramayu jawa Barat Tahun 2021 ” penulis
tertarik mengambil judul karena dengan data yang ada banyakanya seseorang
yang mengalami Isolasi Sosial. Isolasi Sosial merupakan suatu keadaan individu
yang takut atau tidak berminat untuk melakukan sosialisasi dilingkungan
masyarakat karena mempunyai pandangan negatif.Berdasarkan hasil pendataan
jumlah penderita yang mengalami Isolasi Sosial di jawa tengah pada tahun 2018-
2019 terdapat 21,9%, kemudian data yang diperoleh dari RS jiwa dijakarta yang
mengalami isolasi sosial 11,4 %. (Suwarni, 2019). Tujuan pembuatan karya tulis
ilmiah ini adalah penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif meliputi biopsikososial spiritual. Metode penulisan yang digunakan
metode penulis karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif menggunakan metode
kasus dan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara (atau hasil wawancara
berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit). observasi, dan
pemeriksaan fisik. Pada asuhan keperawatan ditemukan Tn. K menarik diri dari
lingkungan tidak mau untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, klien hanya diam dan melamun sendiri. Dari
masalah tersebut lalu ditentukan rencana, pelaksanaan kepewawatan selama 3
hari. Evaluasi, asuhan keperawatan tersebut bahwa masalah yang dialami sebagian
teratasi. Kemudian didokumentasikan.

Kata kunci : Isolasi Sosial


Kepustakaan : 3 buku, 9 jurnal, (2012- 2020)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukuratas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN ISOLASI SOSIAL :

MENARIK DIRI DI DESA KARANG SONG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MARGADADI. TAHUN 2021” Karya Tulis Ilmiah ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma III

keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu.

Penulis dalam menyusun karya Tulis ilmiah ini banyak dibantu oleh

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah subhanahuwata’ala Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat

sehat.

2. Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan segalanya.

3. Ibu Lina Rahmawati, M.Kep. Sebagai Direktur Akademi Keperawatan

Saifuddin Zuhri Indramayu.

4. Ibu Rahmania, M.kep. Sebagai dosen pembimbing di Akademi Keperawatan

Saifuddin Zuhri Indramayu.

5. Ns. Ani Susiani, SKM., M.Kep Selaku coordinator Karya Tulis Ilmiah

keperawatan.

6. Bapak Ibu Dosen dan staf pengajar serta staf TU Akademi Keperawatan

Saifuddin Zuhri Indramayu.

v
7. Rekan – rekan sejawat Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri yang telah

memberikan dukungan dan membantu dalam proses penyusunan proposal

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna

untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diterima

dan bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Indramayu, Juli 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Tujuan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ................................... 5

1.3 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ..................................................... 6

1.4 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................. 7

1.5 Sistematika Penulisan............................................................... 10

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Isolasi Sosial................................................................ 12

2.1.1 Pengertian ..................................................................... 12

2.1.2 Etiologi ......................................................................... 12

2.1.3 Tandadan Gejala ........................................................... 14

vii
2.1.4 Rentang Respon Sosial ................................................. 16

2.2 Konsep Social Skill training..................................................... 18

2.2.1 pengertian ..................................................................... 18

2.2.2 Tujuan Terapi Socisal Skill Training............................ 19

2.2.3 Manfaat Terapi Socisal Skill Training.......................... 20

2.2.4 Tahapan Pelaksanaan Socisal Skill Training................ 20

2.3 Konsep Asuhan keperawatan Isolasi Sosial ............................. 21

2.3.1 Pengkajian ..................................................................... 21

2.3.2 Diagnosa........................................................................ 23

2.3.3 Intervensi....................................................................... 25

2.3.4 Implementasi dan Evaluasi ............................................ 27

2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................... 28

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian ................................................................................ 28

3.1.1 Biodata ......................................................................... 28

3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang ....................................... 28

3.1.3 Faktor Prediposisi ......................................................... 29

3.1.4 Pemeriksaan fisik.......................................................... 30

3.1.5 Psikososial .................................................................... 34

3.1.6 Status Mental................................................................. 37

3.1.7 Kegiatan Sehari-hari...................................................... 42

3.1.8 Mekanisme Koping....................................................... 43

3.1.9 Masalah Fsikososial dan Lingkungan .......................... 44

viii
3.1.10 Kurang pengetahuan ..................................................... 44

3.1.11 Aspek Penunjang .......................................................... 45

3.1.12 Daftar Masalah Keperawatan ........................................ 45

3.1.13 Analisa Data.................................................................. 45

3.2 Diagnosa keperawatan.............................................................. 46

3.3 Rencana keperawatan ............................................................... 47

3.4 Pelaksanaan .............................................................................. 50

3.5 Evaluasi .................................................................................... 50

BAB IV PEMBAHASAN

1.1 Pengkajian ................................................................................ 59

1.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 59

1.3 Perencanaan .............................................................................. 60

1.4 Implementasi ............................................................................ 61

1.5 Evaluasi .................................................................................... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan................................................................................... 63

5.2 Saran ........................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rentang Respon Sosial 17

Tabel 2.2 Intervensi 25

Tabel 3.1 Analisa Data 45

Tabel 3.2 Perencanaan 47

Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi 50

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 :Rentang Respon Sosial : Menarik diri 17

Gambar2.2 :Pohon Masalah Pada Pasien Dengan Isolas Sosial 23

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Lampiran 2 SAP

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut WHO, kesehatan adalah dimana kondisi seseorang yang

sejahtera baik fisik, mental, sosial dan spiritual maupun terbebas dari

penyakit dan kecacatan ( Health is a state of complete physical, mental,

social, and spiritual wellbeing anf not merely the absence of disease or

infirmity ). Sebab itu keempat aspek tersebut ( fisik, mental, sosial, dan

spiritual ) merupakan aspek-aspek yang dinamis dan terintegritas. ( Erni

Wuri, 2017).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2014 tentang kesehatan jiwa menyebutkan kesehatan jiwa adalah kondisi

dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan dan bekerja secara produktif dan mampu memberikan

kontribusi untuk komunitasnya, gangguan jiwa merupakan sindrom atau

pola perilaku yang berkaitan dengan distress atau penderitaan dan

menjadikan seseorang memiliki perilaku menyimpang pada satu atau lebih

fungsi kehidupan manusia. (Ratih,2019).

Pemerintah melalui dinas kesehatan secara umum sudah memulai

upaya penanganan dengan turunan kebijakan dan program dari kementrian

kesehatan. Beberapa hal dalam upaya tersebut memberikan layanan

kesehata jiwa bagi masyarakat seperti, rumah sakir jiwa (RSJ), layanan

1
2

psikiatri/psikologi di RSU, layanan kesehatan jiwa di puskesmas,

kelompok swabantu, LSM peduli kesehatan jiwa, dan perawatan diri di

keluarga (seflcare). ( Badan Perencanaan Pengembangan daerah, 2017).

Individu yang mengalami gangguan jiwa akan mempengaruhi

perilaku seseorang termasuk perubahan perilaku Isolasi Sosial. Isolasi

sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu sebagai kondisi

yang negatif dan mengancam, kondisi ini merupakan ketidakmampuan

seseorang dalam bersosialisasi atau berintraksi dengan masyarakat dan

sulit dalam mengungkapkan perasaan. Seseorang dengan isolasi sosial

akan sangat sulit dalam mengungkapkan keinginan serta tidak mampu

berkomunikasi dengan baik ( Diah, 2018).

Menurut pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI pada

tahun 2017 dalam situasi Global terdapat 14,4 %, Asia Tenggara 13,5 %,

Indonesia 13,4 % yang mengalami gangguan jiwa (Kementrian Kesehatan

RI, 2018). Berdasarkan hasil pendataan jumlah penderita yang mengalami

Isolasi Sosial di jawa tengah pada tahun 2018-2019 terdapat 21,9%,

kemudian data yang diperoleh dari RS jiwa dijakarta yang mengalami

isolasi sosial 11,4 %. (Suwarni, 2019). Menurut Arief Sutedjo diJawa barat

terdapat 69 ribu yang mengalami gangguan jiwa dari jumlah penduduk

jawa barat 49 juta. (Arief Sutedjo, 2019) Menurut data yang didapat dari

penelitian Eyvin dengan jumlah pasien 30 orang dengan isolasi sosial

terdapat jenis kelamin laki-laki 17 orang (56,7 %) dan perempuan 13

orang (43,3 %), menunjukan bahwa laki-laki lebih mungkin memunculkan


3

gejala negatif dibandingkan wanita dan wanita tampaknya memiliki fungsi

sosial lebih baik daripada laki-laki. (Eyvin, dkk 2016).

Individu yang mengalami isolasi sosial dikarenakan adanya

tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang kurang baik, kemudian

adanya norma yang salah dianut dalam keluarga, individu merasa tidak

dicintai oleh keluargnya, jarang adanya komunikasi dengan keluarga jika

ada masalah, kemudian klien merasa terintimidasi dalam lingkunganya.

(Titik Suerni,2019). Kekerasan didalam keluarga juga mempengaruhi

seseorang akan mengalami isolasi Sosial, kemudian tertekan dengan

tuntutan didalam keluarga yang tidak sesuai dengan dirinya ataupun

terjadinya konflik dimasyarakat, selain itu, individu dengan isolasi sosial

memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti kegagalan yang

berulang dalam mencapai impian, dan kurangnya penghargaan yang

diterima dari pihak keluarga maupun dilingkungannya. (Nurhalimah,

2016).

Peran keperawatan dalamupaya mengangani isolasi sosial adalah

tindakan keperawatan Generalis, Terapi Kelompok Sosialisasi (TAKS),

dan psikoterapi sebagai terapi spesialis dalam hal ini Social Skills Training

(SST). (Nurfitiana, 2011 dalam Zakiyah, 2018).

Individu yang mengalami Isolasi Sosial menyebabkan gangguan

pada interaksi terhadap lingkungannya dan aktivitasnya, Social skill

training sebagai salah satu teknik modifikasi prilaku yang telah dikatakan

banyak keberhasilan dalam melakukan teknik ini. teknik ini efektif


4

digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk berinteraksi,

meningkatkan harga diri, meningkatkan kinerja dan menurunkan tingkat

kecemasan, terapi ini dapat digunakan untuk pasien isolasi sosial, klien

yang diberikan terapi social skills training menunjukan adanya

ketersediaan sumber pendukung baik internal dan eksternal. Sutejo

menyebutkan bahwa pendukung internal berasal dari potensi diri,

sedangkan sumber eksternal berasal dari keluraga, clinical skill, serta

petugas kesehatan , berdasarkan temuan data tersebut, seseorang yang

mengalami isolasi sosial cenderung kurang mampu memanfaatkan potensi

yang ada pada dirinya maupun sumber yang berasal dari luar (Sutejo,

2013). Hasil penelitian yang dilakukan beigzadeh (2015) tentang

keefektifan SST pada klien isolasi sosial menunjukan peningkatan

kemampuan bersosialisasi untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri pada

kelompok intervensi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak

mendapatkan terapi SST. ( Duna, 2017)

Menurut informasi diatas penulis akan melakukan terapi pada Tn.

K yang memiliki gangguan dengan isolasi sosial, dimana Tn. K hanya

berdiam diri dirumah, tidak memiliki kegiatan sosial/melakukan kegiatan

sehari-hari dilingkungannya. Penulis akan mencoba berkenalan dengan

klien dan secara perlahan bila ada kemajuan, penulis ingin Tn. K mencoba

untuk berkenalan dengan 1-3 orang.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik membuat karya tulis ilmia

dengan judul Asuhan Keperawatan Tn. K dengan Isolasi Sosial : Menarik


5

diri dan Latihan Social skills Training didesa Karang Song, Sidomulyo

Kec. Indramayu Kab. Indramayu Jawa Barat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien isolasi sosial

: menarik diri dan latihan social skills training pada Tn. K didesa Karang

Song Sidomulyo Kec. Indramayu Kab. Indramayu Jawa Barat Tahun 2021

1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu :

1. Melakukan pengkajian pada Tn. K yang mengalami perubahan

perilaku isolasi sosial didesa Karang Song Wilayah kerja Puskesmas

Margadadi Tahun 2021

2. Membuat diagnosa keperawatan pada Tn. K yang mengalami

perubahan perilaku isolasi sosial didesa Karang Song Wilayah kerja

Puskesmas Margadadi Tahun 2021

3. Membuat perencanaan keperawatan pada Tn. K yang mengalami

perubahan perilaku isolasi sosial didesa Karang Song Wilayah kerja

Puskesmas Margadadi Tahun 2021

4. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn. K yang mengalami

perubahan perilaku isolasi sosial didesa Karang Song Wilayah kerja

Puskesmas Margadadi Tahun 2021


6

5. Melakukan evaluasi pada Tn. K yang mengalami perubahan perilaku

isolasi sosial didesa Karang Song Wilayah kerja Puskesmas Margadadi

Tahun 2021

6. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus Tn. K yang

mengalami perubahan perilaku isolasi sosial didesa Karang Song

Wilayah kerja Puskesmas Margadadi Tahun 2021

7. Mendokumentasi asuhan keperawatan jiwa yang diberikan pada Tn. K

yang mengalami perubahan perilaku isolasi sosial didesa Karang Song

Wilayah kerja Puskesmas Margadadi Tahun 2021

1.3 Manfaat

1.3.1 Teoritisi

Bagi pengembangan ilmu keperawatan karya tulis ini dapat

referensi untuk meningkatkan pengetahuan ilmu keperawatan terutama

perawatan jiwa, khususnya pada Isolasi Sosial : menarik diri dan social

skills training

1.3.2 Praktis

1. Bagi peneliti

Bagi peneliti karya tulis ini bermanfaat untuk menjadikan acuan

dalam meningkatkan pengetahuan tentang gangguan jiwa salah satunya

isolasi sosial dalam penanganan seseorang dengan isolasi sosial.

2. Bagi institut pendidikan


7

Manfaat karya tulis ini dalam bidang pendidikan akan memberikan

ilmu pelajaran dalam keperawatan jiwa bagi siswa/mahasiswa untuk

wawasan tentang gangguan jiwa salah satunya isolasi sosial.

3. Bagi pasien

Manfaat karya tulis ini bagi klien yaitu, klien dapat memahami

tentang resiko bila isolasi sosial dapat berdampak buruk baginya, dan

dapat membantu klien dalam mengubah gangguan perilaku isoslasi

sosialnya

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskripsi yang

ditunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia yang bisa mencakup

aktivitasm karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan

antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (Sukmadinata,

2017).

Meliputi pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi :

1. Pengkajian

Adalah tahap untuk mendasari proses keperawatan bertujuan

mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat

mengidentifikasikan masalah kesehatan dan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian. (Lisa,2018)


8

2. Diagnosa

Adalah bagian dari proses keperawatan dan merupakan penilaian klinis

tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat

terhadap masalah kesehatan aktual/potensia/proses kehidupan (Amy,

M, 2013)

3. Perencanaan

Adalah bagian dari suatu proses untuk menyesaikan masalah individu

dengan keputusan awal tentang sesuatu apa yang dilakukan, bagimana

dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan (Dermawan,2012)

4. Pelaksanaan

Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang baik dengan kriteria hasil yang diharapkan (Rizka,

2018)

5. Evaluasi

Adalah bagian dari proses keperawatan yang dimana merupakan hasil

dari serangkaian proses keperawatan dari membantu klien dalam

menangani masalah status kesehatan klien.

1.4.2 Lokasi dan waktu pengambilan data

Waktu pengambilan data dan tempat pelaksanaan pengambilan karya tulis

ilmiah ini diambil pada tanggal 13 - 16 juli 2021 didesa Karang Song,

Indramayu.
9

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan yang mengumpulkan data yang

paling biasa digunakan dalan penelitian sosial. Wawancara digunakan

ketika responden dan peneliti berada langsung bertatap muka, dalam

proses mendapatkan informasi (Mita,2015)

Kasusiniwawancaradilakukanpadapasien, anggotakeluarga

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien

untuk menentukan ada dan tidaknya masalah fisik. Tujuan

pemerikasaan fisik adalah mendapatkan informasi valid tentang

keadaan pasien (Sugiarto,2018)

Pemeriksaan fisik dilakuakn head to toe 4 macam yaitu : inspeksi,

perkusi, palpasi dan auskultasi

3. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian

dengan mempunyai sifat dasar naturalistik yang berlangsung dalam

konteks natural, pelakunya berpartisipasi secara wajar dalam interaksi

(Supriyati, 2011)

Observasi yang akan dilakukan adala mengetau penyebab pasien

mengalami gangguan jiwa isolasi sosial

4. Studi perpustakaan
10

Studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah

lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang

berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012)

Studi kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik dari

referensi maupun literatur yang sudah ada, dan jurnal-jurnal yang

berkaitan dengan kasus.

1.5 Sistemika Penulisan

1. BAB I : pendahuluan, meliputi: latarbelakang, tujuan, manfaat, metode

penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu pengambilan

data dan sistematika penulisan.

2. BAB II :Tinjauan Pustka, meliputi : Konsep Isolasi Sosial terdiri dari

pengetian, etiologi, tanda dan gejala, dan rentang respon sosial, konsep

social skill training, konsep Asuhan Keperawatan jiwa isolasi sosial

terdiri dari, pengkajian diagnosa, rencana keperawatan, implementasi,

dan evaluasi.

3. BAB III : Tinjauan Kasus, meliputi : pengkijian : identitas pasien,

penanggung jawab, riwayat kesehatan sekarang, faktor prediposisi,

pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kegiatan sehari-hari,

mekanisme koping dan lingkungan, kurang pengetahuan, aspek

penunjang, daftar masalah keperawatan, analisa data, diagnosa,

rencana keperawatan, implemantasi, evaluasi


11

4. BAB IV :Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara BAB 2

sebagai landasan teoritis dan BAB 3 sebagai pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Isolasi Sosial dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5. BAB V : berisi tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Isolasi Sosial

2.1.1 Pengertian

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang

terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan

sosial. Menarik diri merupkan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. ( Inama,

2017).Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu

mengalami perilaku menarik diri, serta penurunan atau bahkan sama sekali

tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, terutama untuk

mengungkapkan dan mengonfirmasikan perasaan negatif dan positif yang

dialaminya. (Kawati, rani 2020). Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian

yang dialami oleh individu sebagai kondisi yang negatif dan mengancam,

kondisi ini merupakan ketidakmampuan dalam mengungkap perasaan.

(Ayu, Anita, 2020)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan isolasi sosial merupakan

suatu keadaan individu yang takut atau tidak berminat untuk melakukan

sosialisasi dilingkungan masyarakat karena mempunyai pandangan

negatif.

2.1.2 Etiologi

Menurut Nurhalimah dalam bukunya yang berjudul kepererawatan

jiwa tahun 2016 terjadinya isolasi sosial dijelaskan dengan menggunakan

12
13

konsep stress adaptasi stuart yang meliputi stressor dari faktor prediposisi

dan presipitasi.

1. Faktor Prediposisi

a. Faktor biologis

Faktor biologis dipicu adanya faktor herediter dimana ada

riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya

resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau cedera kepada,dan riwayat

penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA).

b. Faktor psikologis

Individu dengan masalah isolasi sosial, sering kali memiliki

kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal

ini mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang akhirnya akan

berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain. Koping

individual yang digunakan dengan masalah isolasi sosial dalam

mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Perilaku sosial timbul

akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan lingkungan,

sehingga merasa tidak pantas berada diantara orang lain

dilingkungannya.

Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data

pengakajian keterampilan verbal pada seseorang yang mengalami

isolasi sosial, hal ini disebabkan karena pola asuh keluarga yang

kurang mampu memberikan kesempatan pada pasien dalam

mengungkapkan perasaan maupun pendapatnya.


14

c. Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya pada pasien dengna isolasi sosial, sering

kali diakibatkan karena berasal dari golongan sosial ekonomi

rendah hal ini mnegakibatkan ketidamampuan dalam memenuhi

kebutuhan. Kondisi tersebut menimbulkan stress yang terus

menerus, sehingga hanya terfokus pada pemenuhan kebutuhan dan

mengabaikan hubungan sosialisasi dengan lingkungan sekitanya.

(Nurhalimah, 2016)

2. Faktor Presipitasi

Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis, atau

kelainan struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam

keluarga. Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga atau dimasyarakat

yang sering tidak sesuai dan konflik antar masyarakat selain itu, dapat

ditemukan adanya pengalaman negatif yang tidak menyenangkan

terhadap dirinya, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki

serta mengalami krisi identitas. Pengalaman kegagalan yang berulang

dalam mencapai harapan dan cita-cita, serta kurangnya penghargaan

baik dari dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor diatas,

menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain,

yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.(Nurhalimah, 2016)

2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut Nurhalimah dalam bukunya yang berjudul kepererawatan

jiwa tahun 2016 tanda dan gejaka Isolasi Sosial dapat dinilai dari
15

ungkapan pasien yang menunjukan penilaian negatif tentang hubungan

sosial dan didukung dengna data hasil observasi.

1. Data Subjektif

a. Perasaan sepi

b. Perasaan tidak nyaman

c. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat

d. Perasaan ditolak

2. Data Objektif

a. Banyak diam

b. Tidak mau bicara

c. Menyendiri

d. Tak mau berintraksi

e. Tampak sedih

f. Ekspresi datar dan datar

g. Kontak mata kurang

Menurut Tati Suryati, 2020 dalam penelitiannya menyebutkan ada

beberapa aspek tanda dan gejala penderita isolasi sosial yaitu :

1. Aspek kognitif : adanya pikiran sepi, ditolak orang lain, tidak tertarik

kegiatan sehari-hari, tidak dapat menerima nilai dari masyarakat, tidak

aman berada dekat dengan orang lain, tidak mampu memenuhi harapan

orang lain, tidak mempu membuat tujuan hidup, dan pikiran tidak

mampu melangsungkan hidup


16

2. Aspek afektif : afek klien (datar/tumpul), perasaan tertekan, kesepian,

ditolak orang lain, tidak diperdulikan orang lain, merasa tidak aman

dan nyaman dengan orang lain dan perasaan takut dengan orang lain.

3. Aspek fisiologis : wajah terlihat murung, sulit tidur, merasa lelah atau

letih dan kurang bergairah.

4. Aspek perilaku : tidak ada kontak mata, tidak melakukan kegiatan

sehari-hari, kurang aktivitas fisik dan verbal, berdiam diri dikamar,

banyak melamun/asyik dengan pikirannya sendiri, dipenuhi dengan

pikiran sendiri, dipenuhi dengan pikiran sendiri yang berulang dan

tidak mampu melakukan pekerjaan dengan tuntas.

5. Aspek sosial : menarik diri dari orang lain, sulit berinteraksi, tidak mau

berkomunikasi dengan orang lain, kegagalan berinteraksi dengan orang

lain didekatnya, tidak mampu berpartisifasi dalam kegiatan sosial,

acuh terhadap lingkungan dan curiga pada orang lain.

2.1.4 Rentang Respon Sosial

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang

respon yang adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif merupakan respon

yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara

umum berlaku. Respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh

norma sosial dan budaya setempat. Respon sosial yang maladaptif sering

terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah menarik diri, tergantung

(dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian

(townsend) seperti gambar 2.1 berikut :


17

RENTANG RESPON SOSIAL

 Menyendiri  Merasa  Menipulasi


 Otonomi sendiri  Impulsif
 Bekerjasama (loneliness)  nercisism
(Mutualisme)  Menarik diri
 Saling  Tergantung
bergantung (dependen)
(interdepend
en)

Gambar 2.1: Rentang Respon Sosial : Menarik diri ( Townsend

dalam Muhith, 2015)

Tabel 2.1

Rentang Respon Sosial

Rentang respon Isolasi Sosial : Menarik diri


Menyendiri Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang terlah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
mengevalusi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan
Otonomi Merupakan kemampuan individuuntuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
Bekerjasama Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu terebut
(Mutualisme) mampu untuk saling memberi dan menerima
Saling bergantung Merukapan kondisi saling tergantunga antara individu dengan yang
(interdependen) lainnya dalam membina hubungan interpersonal
Merasa sendiri Biasanya disebut juga kesepian. Dimasfestasikan dengan merasa tidak
(loneliness) tahan dan untuk satu alasan atau yang lain menganggap bahwa dirinya
sendirian dalam mengahadapi masalah, cenderung pemalu, sering
merasa tidak PD dan minder atau merasa kurang bisa bergaul.
Menarik diri Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina huubungan secara terbuka dengan orang lain
Tergantung Terjdai bisa seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri
(dependen) atau kemampuan untuk berfungsi secara sukses. Gambaran utama dari
gangguan ini adalah kesulitan ddengan “perpisahan” dimana gangguan
ini berisiko menjadi gangguan depresi dan gangguan cemas sehingga
kecenderungan berpikiran untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari 2%
dari populasi dunia dewasa mengalami gangguan ini dengan
perbandingan antara pria dan wanita sama.
Manipulasi Sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,
pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau
keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakto ataupun sejarah yang
dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata sistem nilai
sehingga menipulasi adalah bagian perpenting dari tindakan
penanamkan gagasan, sikap, sistem perpikir, perilaku dan kepercayaan
18

tertentu. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang


terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.
individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
Narsisme Merupakan perasaan cinta terhadap dirinya sendiri yang berlebihan.
Sifat narsisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, memiliki sifat
narsisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki
persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya
dengan prang lain. Namun apanila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi
suatu kelainan kepribadian yang bersifat patofisiolagi. Merupakan
perasaan cinta dairi yang berlebihan, yakni bermula dari kagum diri,
kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau
kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang
menjadi rasa tidak suka, kemudan menjadi benci kepada orang lain, a
tau orang yang berbeda dengan mereka. sifat ini merupakan perwujudan
dari egoisme yang sempit.

Sumber : Townsend dalam Muhith, 2015

2.2 Konsep Terapi Social Skill Training

2.2.1 pengertian

Social skill training (SST) merupakan salah proses belajar

meningkatkan kemampuan seseorang untuk meningkatkan kemampuan

berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial yang dapat diterima

dan dihargai secara sosial. Hal ini melibatkan kemampuan untuk memulai

dan menjaga interaksi positif dan saling menguntungkan. (Endang & iva,

2020).Social skill training (SST) merupakan terapi psikologi yang

membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan bersosialisasi

seseorang dengan isolasi sosial.. Terapi ini dapat dilakukan dnegan dua

atau tiga, maupun secara berkelompok. (Arlin, 2020).Social skill training

merupakan teknik modifikasi perilaku digunkan untuk meningkatkan

kinerja dan menurunkan tingkat kecemasan. Terapi ini dapat diberikan

pada klien isolasi sosial.


19

Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa social skill

training adalah suatu teknik untuk meningkatkan kemampuan

berintraksi/berosisalisasi dnegan lingkungan sekitar, dan membantu

seseorang dengan isolasi sosial untuk menurunkan tingkat kecemasan

dan anggapan negatif tentang bersosialisasi.

2.2.2 Tujuan Terapi social skill training

Social skill training (SST) bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan interpersonal pada klien dengan gangguan isolasi sosial

dengan melatih keterampilan klien yang selalu digunakan dalam

hubungan dengan orang lain dan lingkungan. (Endang & iva, 2020)

Social skill training (SST) dapat diberikan kepada individu yang

mengalami isolasi sosial dapat dibagi menjadi 4 kelompok keterampilan

sosial yaitu :

1. Kemampuan komunikasi

Kemampuan penggunaan bahasa tubuh yang tepat, memberi salam,

memperkenalkan diri individu, dalam menjawab pertanyaan,

menjawab petanyaan dengan baik, kemampuan untuk bertanya dan

bertanya untuk klafikasi dalam sebuah kelompok.

2. Kemampuan menjalin persahabatan

Menjalin pertemanan dengan orang lain, menguncapkan dan

menerima ucapan terimakasih, memberikan pujian dan menerima

pujian dari individu.


20

3. Terlibat dalam melakukan aktivitas yang dilakukan bersama,

berfikiran melakuakn kegiatan dengan orang lain, meminta dan

memberikan dalam bentuk pertolongan

4. Kemampuan individu dalam menghadapi situasi yang sulit yakni

memberikan dan menerima untuk dikritik, menerima untuk

penolakan, bertahan dalam tekanan didalam kelompok dan meminta

maaf.

(Endang & iva, 2020)

2.2.3 Manfaat Terapi Social Skill Training (SST)

Social skill training sangat efektif digunakan untuk

meningkatkan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan

bersosialisasi dengan orang lain disekitar maunpun dilingkungannya,

meningkatkan harga diri, meningkatkan kinerja dan menurunkan tingkat

kecemasan. (Yosep, 2010 dalam Endang, 2020).

2.2.4 Tahapan Pelaksanaan Social Skill Training

Pelaksanaan SST pada pasien isolasi sosial perlu dilakuakn

seleksi pasien akan diberikan terapi individu. Adapun kriteria klien yang

memenuhi sebagai berikut :

1. Tidak atau jarang berkomunikasi

2. Menolak untuk melakukan hubungan dengan orang lain

3. Individu dengan tidak ada/jarang melakukan kontak mata

4. Individu menjau dari individu lain

5. Sering berdiam diri di dalam kamar

6. Tidak melakukan aktivitas dikehidupan sehari-hari


21

7. Individu tidak mempunyai teman dekat

8. Tampak sedih dan tampak tampul

(Endang, 2020)

Model SST dibagi dalam 4 sese yaitu:

1. Sesi 1 : akan melatih keterampilan subjek mendengarkan orang lain

dengan berkomunikasi yang abik seperti menggunakan bahasa tubuh

yang tepat, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab

pertanyaan dan bertanya untuk klasifikasi

2. Sesi 2 : akan melatih keterampilan subjek untuk dapat membuat

pertmintaan dengan orang lain, dan memberikan pertolongan kepasa

orang

3. Sesi 3 : melatih keterampilan subjek untuk terlihat dalam aktivitas

bersama dengan subjek lain, dirungan serta memberikan eskpresi

perasaan positif dalam aktivitas tersebut,

4. Sesi 4 : melatih keterampilan subjek untuk menghadapi situasi sulit

dnegan dapat menerima kritikan, menerima penolakan, minta maaf.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Isolasi Sosial

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan.

Tahap pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sismatik untuk

menentukan status kesehatan dan fungsional kerja serta respon klien pada

saat ini dan sebelumnya. Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah untuk

menyusun data base atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah


22

kesehatanm dan respon pasien terhdap masalah. (Induniasi & Hendarsih,

2018)

Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara

dan observasi kepada pasien dan keluarga. (Nurhalimah, 2016).

Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengna wawancara,

melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?

2. Bagaimana perasaan anda ketika berhubungan dengna orang lain?

Apa yang anda rasakan? Apakah anda merasa nyaman?

3. Bagaimana penilain anda terhadap orang-orang yang disekeliling

anda (keluarga atau tetangga)?

4. Apakah anda mempunyai keluarga atau teman terdekat? Bila punya

siapa anggota keluarga atau teman terdekatnya itu?

5. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat? Bila punya

siapa anggota keluarga atau teman yang tidak dekatnya itu ?

6. Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut ?

( Ns. Nurhalimah, 2016)

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui

observasi adalah sebagai berikut :

1. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara

2. Pasien menyendiri dan tidak mampu berinteraksi dengan orang

3. Pasien tampak sedih, ekspresi datar

4. Kontak mata kurang

( Ns. Nurhalimah, 2016).


23

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan

perencaraan tindakan asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan ini

dapat memberikan dasar pemilihan intervendi untuk tanggung gugat

perawat. (Induniasi & Hendarsih, 2018)

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala

isolas sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan

gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakan pada

gambar 2.2 berikut :

Isolasi sosial

POHON MASALAH

Gangguan sensori Efek


persepsi halusinasi

Isolasi Sosial care problem

Harga Diri Rendah Causa

Gambar 2.2 : Pohon Masalah Pada Pasien Dengan Isolas Sosial

(Ns.Nurhalimah. 2016)

Keterangan :

Dijelaskan sebagai berikut : masalah utama (Care Problem) pada gambar

diatas adalah isolasi sosial. Penyebab pasien mengalami isolasi sosial

dikarena memiliki harga diri rendah. Apa bila pasien isolasi sosial tidak
24

berikan asuhan keperawatan akan mengakibatkan gangguna sensori

persepsi halusinasi.

Diagnosa keperawatan

1. Isolasi sosial : Menarik diri


25

2.3.3 Intervensi keperawatan

Perencanaan merupakan bagian dari fase perorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pendoman untuk

mengarahkan tindakan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan

klien. Suatu perencanaan ditulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan karena

perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan keperawatan klien. (Induniasi &

Hendarsih, 2018)

Tabel 2.2

Intervensi

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Tujuan : pasien mampu : Setelah dilakuakan .... x SP 1 (tgl.......)
sosial 1. Membina hubungan pertemuan pasien mampu : 1. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
saling percaya 1. Mampu membina 2. Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama dan nama panggilan yang
2. Mengenal isolasi hubungan saling perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
sosial yang percaya pasien
dialaminya 2. Mampu mengenal 3. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
3. Berinteraksi secara isolasi sosial 4. Buat kontrak asuhan : apa yang perawat akan lakukan bersama pasienm
bertahap dengan 3. Mampu berinteraksi berapa lama akan dikerjakanm dan tempatnya dimana
anggota keluarga secara baik dengan 5. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
dan lingkungan anggota keluarga dan untuk kepentingan terapi
sekitanya lingkungan 6. Setiap saat ditunjukan sikap empati terhadap klien
4. Berkomunikasi saat 4. Mampu berkomunikasi 7. Penuhi kebutuhan dasar pasien bisa memungkinkan
melakukan kegiatan saat melakukan kegiatan 8. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengna orang
26

rumah tangga dan rumah tangga dan lain?


kegiatan sosial kegiatan sosial 9. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
10. Diskusikan keuntungan bisa pasien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
11. Diskusikan kerugian bisa pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
12. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
13. Masukan kedalam jadwal harian pasien
SP 2 (Tgl.......)
1. Evaluasi Sp 1
2. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
3. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
4. Berikan kesempatan pasien mempraktekan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakuakn dihadapan perawat
SP 3 ( Tgl........)
1. Evaluasi SP 1 dan Sp 2
2. Bantu pasien berinteraksi dengan satu teman/anggota keluarga
3. Bisa pasien sudah menunjukan kemajuan tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tida, empat, orang dan seterusnya.
4. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakuakn oleh
pasien
5. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluargasaat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
6. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan
dan kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya
Sumber : Ns. Nurhalimah 2016
27

2.3.4 Implementasi Keperwatan

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari status masalah

kesehatan yang dihadapi, kestatus kesehatan yang baik. implementasi

keperawatan bertujuan dari tahap ini adalah melakuakn aktivitas

keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien. (Induniasi

& Hendarsih, 2018)

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan dari keperawatan tercapai atau tidak.

(Induniasi & Hendarsih, 2018).

Evaluasi keperawatan kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila

pasien dapat :

1. Menjelaskan kebiasaan keluarga berinteraksi dengan klien

2. Menjelaskan penyebab pasien tidak mau berinteraksi dengan orang

lain

3. Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain

4. Menyebutkan kerugian tidak bergau dengan orang lain.

5. Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, dnegan perawat,

keluarga, tetangga

6. Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan-sehari hari

7. Berkomunikasi saat melakuakn kegiatan sosial

8. Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang


28

9. Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain

10. Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial.


BAB III

TINJUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Indentitas

1) IDENTITAS KLIEN Tanggal Pengkajian : 28 -Juni- 2021

Inisial : Tn. K (L)

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status : Belum Menikah

Alamat : Ds. Karang Song RT/RW 001/001 Kec. Indramayu Kab.

Indramayu

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN

10 tahun yang lalu Tn. K pernah bekerja didaerah batam sebagai

nelayan bersama teman-temannya, setelah pulang Tn. K menjadi

murung dirumah dan tidak mau keluar rumah, klien hanya berdiam diri

dirumah dan tidak mau keluar atau mengobrol dengan tetangganya,

didalam rumah klien hanya melakukan aktivitas seperti makan, mandi,

tidur, dan duduk sendirian. Saat ayah Tn. K meninggal 3 tahun yang

lalu, Tn. K mengatakan bahwa ayahnya tidak meninggal.Tn. K tidak

bercerita tentang kenapa dirinya menarik diri, sehingga keluarga

beranggapan bahwa Tn. K menarik diri karena kesambet.Tn. K pernah

28
29

dibawa ke rumah sakit jiwa pada saat awal Tn. K mengalami gangguan

jiwa dan dirawat 10 hari, namun tidak ada perubahan, setelah itu, Klien

pernah dibawa ke ustad 2 tahun yang lalu, namun tidak sembuh.

Ibu Tn. K mengatakan sudah pasrah dengan keadaan Tn. K yang

tak kunjung sembuh walaupun sudah dibawa kemana-mana. Setelah

pengobat tersebut keluarga Tn. K sudah tidak membawanya untuk

berobat lebih lanjut dan memilih untuk mengurusnya dirumah dengan

seadanya saja.

3.1.3 Faktor Prediposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? YaTidak

2. Pengobatan sbelumnya Berhasil Kurang berhasil

 Tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam

Keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Tn. K sebelumnya tidak memiliki gangguan jiwa, tidak memiliki

riwayat aniaya fisik,seksual, penolakan, dan kekerasan dalam

keluarga. klien hanya berdiam diri dirumah dan tidak pernah keluar/
30

bersosialisasi dengan orang/temannya. 2 tahun yang pernah dibawa

keustadz untuk mengobatinya namun pengobatannya tidak berhasil.

Masalah Keperawatan : isolasi sosial

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?

Ya  Tidak

Hubungan keluarga gejala riwayat pengobatan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

3 tahun yang lalu ayah Tn. K meninggal dunia, namun Tn. K

mengatakan bahwa ayah nya tidak meninggal, saat mudanya klien

dipaksa teman-temannya untuk meminum-minuman alkohol.

Masalah Keperawatan :kehilangan

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

TD: 130/90 mmHg

N : 86x/mnt

R : 20x/mnt

S : 36,5 o C

1. Ukur:

TB : 170 Cm

BB : 69 Kg

2. Keluhan fisik Ya Tidak

Jelaskan:
31

Tanda-tanda vital klien dalam rentang normal, dengan Tb 170cm

dan BB 69 Kg, tidak ada keluhan sakit pada tubuh klien dan

kesadaran klien composmethis

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem pernafasan

Bentuk dada normal, gerakan dada kana dan kiri simetris,

bentuk tulang belakang normal spine, pernafasan vaskuler, tidak

ada bunyi tambahan, tidak ada cuping hidung.

b. Sistem kardiovaskular

Bunyi jantung normal/reguler, tidak ada bunyi tambahan, tidak

ada sianosis CRT > 2 detik

c. Sistem indera (mata, hidung, telinga)

Mata simetris, konjungtiva ananemin, penglihatan normal, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak ada

sekret, fungsi penciuman baik. telinga simetris, tidak ada

resumen, fungsi pendengaran normal, tidak menggunakan alat

bantu pendengaran

d. Sistem syaraf (fungsi serebral, fungsi kranial, dan motoric)

GCS : Compos Mentis

1) Nervus I Olfaktorius

Fungsi penciuman baik dapat membedakan bau-bauan


32

2) Nervus II Optikus

Penglihatan baik, mampu mampu mengenali orang dari

kejauhan, reflek pupil baik, mengecil saat didekatkan cahaya

3) Nervus III Okulomotorius

Mampu menggerakakn bola mata kekanan dan kekiri

4) Nervus IV Troklearis

Mampu menggerakan bola mata keatas dan kebawah

5) Nervus V Trigeminus

Mampu mengunyah dan menggerakan rahangnya

6) Nervus VI Abdusen

Mampu menggerakan bola matanya kekanan dan kekiri dan

melirik

7) Nervus VII Fasialis

Mampu menggerakan keatas kebawah,

8) Nervus VIII Akustikus

Fungsi pendengaran baik

9) Nervus IX & X

Fungsi menelan dan pembentukan suara baik

10) Nervus XI Asesoris

Mampu menggeraka bahu keatas dan kebawah dan dapat

mengerakan kepala kekanan dan kekiri

11) Nervus XII Hipoglosus

Lidah dapat digerakan dan mampu mendorong ke pipi


33

e. Sistem musculoskeletal

Ektremitas simetris, kekuatan otot ektremitas atas dan bawa 5,

tidak ada kekakuan otot dan sendi

555 555

555 555

f. Sistem integument

Warna kulit sawo matang, bersih, tidak ada luka, tidak edema,

tugor kulit baik

g. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan tidak ada pembesaran

getah bening

h. Sistem perkemihan

BAK 2-3 kali, tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada pembesaran

akndung kemih

i. Sistem reproduksi

Tidak terkaji

j. Sistem imunitas

Tidak terkaji

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


34

3.1.5 Psikososial

1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: memiliki hubungan/menikah
: Sudah meninggal
: Pasien
: Tinggal Serumah
Jelaskan :
Ibu pasien mengatakan pasien anak pertama dari 2 bersaudara,

pasien berusia 46 tahun tinggal bersama ibunya, setelah ayahnya

meninggal 3 tahun yang lalu pasien tinggal bersama ibunya, pasien

memiliki 2 adik perempuan, anak perempuan yang pertama sudah

menikah dan tinggal bersama suaminya, anak perempuan kedua juga


35

sudah menikah. Pasien belum pernah menikah. Sejak kecil pasien

diasuh kedua orang tuanya, kemudian ibu pasien mengatakan bahwa

sejak kecil pasien diasuh dengan baik, tidak pernah adanya perlakuan

kekerasan/aniaya pada pasien.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah

Tidak Ada

2. Konsep diri

a. Citra tubuh :

Klien memiliki anggota tubuh yang lengkap dan tidak ada

kecacatan, klien menyukai angota tubuhnya dan bersyukur masih

memiliki anggota tubuh yang lengkap.

b. Identitas :

klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan hanya satu-

satunya anak laki-laki dikeluarganya dan klien belum menikah

dan belum bekerja, sebagai laki-laki dan anak tertua klien merasa

sedih karena belum bekerja

c. Peran :

Klien sudah tidak bekerja lagi, dan segala kebutuhan klien diurus

oleh keluarganya

d. Ideal diri :

Klien tidak mengatakan tentang harapan atau keinginannya

karena saat ditanya klien hanya diam dan selalu memalingkan

wajahnya
36

e. Harga diri :

Klien berintraksi dengan ibunya saja dan hanya meminta makan

dan minum, klien jarang berintraksi dengan adik-adik

perempuannya, karena klien selalu menolak jika diajak ngobrol

dengan adik-adiknya. Pasien diam dan tidak ada kontak mata

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti:

Orang berarti bagi klien adalah ibunya, karena hanya ibunya

yang selalu mengurus dan merawatnya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:

Tn. K hanya berdiam diri dirumah dan tidak pernah mengikuti

kegiatan dimasyarakat

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

klien tidak melakukan intraksi dengan orang lain karena klien

selalu menarik diri dan berdiam diri rumah

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan:

Klien beragama islam dan mengakui kalau Allah SWT adalah

tuhannya
37

b. Kegiatan ibadah:

Ibu klien mengatakan bahwa Tn. K sehari-hari hanya duduk

diam dan melamun tanpa pernah melakukan sholat.

Masalah Keperawatan: penurunan aktivitas ibadah

3.1.6 Status Mental

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara berpakaian


tidak seperti biasanya
Jelaskan:
penampilan pasien terlihat rapi, pakaian klien selalu rapih dan klien

selalu mengganti pakaiannya setiap hari

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat  Membisu  Tidak

mampu memulai pembicaraan

Jelaskan: Tn. K tidak menjawab pertanyaan dari pengkaji dan hanya

diam membisu dan memalingkan wajahnya tidak adanya kontak

mata

Masalah Keperawatan:Isolasi Sosial

3. Aktivitas Motorik

 Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif


38

Jelaskan:

Masalah Keperawatan: Saat dikaji perawat klien tampak lesu, tidak

melakukan aktivitas

4. Alam perasaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira

berlebihan

Jelaskan:

Klien terlihat tenang saat didekatkan dan tidak ada respon

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

5. Afek

 Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan:

Saat perawat memewancarai klien tidak merespon/apatis dan hanya

diam dan menunjukan Afek datar

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

6. Interaksi selama wawancara

Bermusushan  Tidak Kooperatif Mudah tersinggung

 Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan:

Saat wawarancara klien terlihat diam dan tidak menjawab

pertanyaan dari perawat, klien sempat berkontak mata dengan

perawat, klien tidak menunjukan interaksi secara kooperatif dalam

menjawab pertanyaan.
39

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

7. Persepsi

Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan

Penghidu

Jelaskan:

Keluraga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah berhalusinasi

apapun, klien hanya terlihat diam

Masalah Keperawatan: Tidak ada

8. Proses Pikir

Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea  Blocking Pengulangan pembicaraan

Persevarasi

Jelaskan:

Klien tidak berbicara dan selalu apatis, tidak menjawab pertanyaan

yang diajukan perawat

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Deporsonalisas Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Agama Sematik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir


40

Jelaskan:

Pada saat dikaji klien tidak memiliki isi pikiran seperti obsesi, magis,

pobia, waham, dan mengalami kontrol pikiran, dan lainnya, saat ini

isi pikiran klien dibuktikan kalau klien tidak memulai berinteraksi

dengna lingkungan sekitarnya.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

10. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi:

Waktu Tempat Orang

Jelaskan:

Saat dilakukan pendekatan klien terlihat bingung dan memilih diam,

klien masih mengenali tempat bahwa dia berada dirumah, dan dia

masih mengenali ibunya dan saudaranya.

Masalah Keperawatan: gangguan proses berfikir

11. Memori

 Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat

Jangka panjang jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan:

klien tidak dapat menceritakan kejadian 1 bulan yang lalu, pasien

dapat mengingat siapa yang ia temui yang baru saja ia temui, klien

tidak menjawab tentang kegiatan hari ini.


41

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah  Tidak Tidak


beralih mampuberkonsentr mampuberhitung
asi sederhana
Jelaskan:

Klien tampak tidak mampu berkonsetrasi, klien hanya diam dan

melamun, pasien tidak memberikan jawaban tentang pertanyaan

yang diajukan

Masalah Keperawatan: Tidak mampu berkonsentrasi

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan  Gangguan bermakna

Jelaskan:

Pasien tidak dapat mengambil keputusan walaupun dibantu. Pasien

tetap tetap diam dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungannya

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

14. Daya tilik diri

 Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan:

Pasien tidak tau dengan penyakit yang sedang ia alami sekarang dan

pasien tetapberfikir bahwa dia baik-baik saja

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


42

3.1.7 Aktivitas Sehari – hari

1. Nutrisi
Tn. K makan 2-3x sehari, makannya tanpa dibantu, menggungakan
piring, tidak ada makanan yang dipantang
2. Cairan
Tn. K selalu minum air putih, dengan frekuensi 5-6 gelas sehari
3. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama: Tidak Tidur
Tidur malam lama: 22.00 s/d 07.00
Aktivitas sebelum/sesudah tidur: tidak ada

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan 
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan 

Menjaga kerapihan makanan 

Mencuci pakaian 

Pengaturan keuangan 

9. Aktivitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja 
43

Transportasi 

Olah Raga 

Lain-lain :

Jelaskan:

Ibu klien selalu menyiapkan makananya, dan klien dapat makan,

minum dan mandi secara mandiri, klien akan tidur ketika merasa sudah

mengantuk, klien juga tidak pernah melakukan aktivitas sehari-hari

dirumah, klien hanya duduk berdiam diri saja. Klien sudah tidak

mengkomsumsi obat.

Masalah Keperawatan:

Isolasi Sosial

10. Rekreasi
Klien tidak pernah melakukan rekreasi, karena klien tidak mau untuk

keluar rumah/melakukan aktivitas rumah

11. Penggunaan rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang


Sewaktu mudanya klien dan teman-teman klien selalu meminum

minuman alkohol, namun saat ini klien tidak mengkomsumsinya.

3.1.8 Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptive
 Menyendiri  minum alcohol
 reaksi lambat
 menghindar
44

3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan

Masalah dengan kelompok :


Klien tidak melakukan aktivitas kelompok dilingkungannya dan
memilih untuk diam dirumah
Masalah dengan lingkungan :
Klien apatis pada lingkungan sekitarnya dan tidak mencoba untuk
melakukan berinteraksi dengan lingkungannya
Masalah dengan pekerjaan :
Klien sudah tidak bekerja lagi dan memilih berdiam diri dirumah
Masalah dengan perumahan :
Klien saat dirumah tidak melakukan aktivitas rumah tangga
Masalah dengan ekonomi :
Keluarganya sudah cukup memenuhi kebutuhan klien
Masalah dengan pelayanan kesehatan :
Keluarga klien tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan, hanya
saja keluarga klien memilih untuk merawat klien dirumah
Masalah lainnya :
Tidak ada
Masalah keperawatan :Isolasi sosial
3.1.10 Kurang pengetahuan tentang

Penyakit jiwa

Koping
Penyakit fisik
Lainnya
Faktor predisposisi 
System pendukung 
Obat-obatan 
Penjelasan :
Keluarga pasien tidak mengetahui bahwa pasien mengalami gangguan

jiwa, dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien menjadi seperti


45

itu karena kesambet. Setelah diobati dirumah sakit dan pergi ke ustadz

keluarga pasien memutuskan pengobatan dan mengurus pasien

dirumah saja.

Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

3.1.11 Aspek Penunjang

Diagnosa medis :
Tidak Terkaji
Terapi medis :
Tidak Terkaji
Laboratorium :
Tidak Terkaji
3.1.12 Daftar Masalah Keperawatan

1. Isolasi Sosial

2. Penurunan aktivitas ibadah

3. Kurang pengetahuan

3.2 Analiasa data

Tabel 3.1
Analisa Data

NO DATA MASALAH
1 Ds : Isolasi Sosial
-Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah keluar rumah
dan melakukan aktivitas. Jika bertemu dengan orang lain klien
hanya diam dan menghindar.
- keluarga klien mengatakan bahwa klien murung setelah pulang
dari batam, klien tidak menceritakan kenapa klien menjadi menarik
dirinya, dan keluarga beranggapan bahwa klien kesambet.
- Klien hanya berbicara seperlunya dan itu hanya dengan ibunya.
- Ibu Klien mengatakan bahwa adik-adik jarang mengajak Tn. K
mengobrol ataupun mencoba berinteraksi dengan Tn. K
- ibu klien hanya membawa klien ke ustad, namun tetap tidak ada
perubahan.
- keluarga mengatakan bahwa saat muda klien pernah dipaksa
untuk minum-minuman alkohol.
46

Do :
- Saat mencoba berkenalan klien tampak menghindar
- Saat ditanya nama klien hanya diam
- Sikap klien apatis
- Afek Data
- klien terlihat melamun
- klien terlihat lesu
- Tidak adanya kontak mata
- Ibu klien tampak bingung dan cemas dengan keadaan klien

3.3 Diagnosa Keperawatan

Bedasarkan prioritas pokok diatas yang dialami oleh klien Tn. K

setelah dilakukan kajian lebih mendalam di dapatkan masalah Isolasi Sosial

dan masalah ini penulis mengangkatnya sebagai topik utama yang

selanjutnya dibuat dalam bentuk perencanaan keperawatan.


47

3.4 Intervensi Keperawatan

Tabel 3.2

Perencanaan keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial Klien mampu : Setelah .. x pertemuan klien SP 1 (Tgl........) :
1. Menyadari mampu : 1. Bina hubungan saling percaya
penyebab 1. Membina hubungan 2. Identifikasi penyebab
isolasi sosial saling percaya a) Siapa orang yang satu rumah dengan pasien?
2. Berinteraksi 2. Menyatakan penyebab b) Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya ?
dengan orang isolasi sosial, keuntungan c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa
lain berinteraksi dengan orang sebabnya
lain dan kerugian bila 3. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
tidak berintraksi dengan dengan orang lain
orang lain a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasan
3. Melakukan interaksi berintraksi dengan orang lain
dengan orang orang lain b) Tanyakan apa yang pasie tidak ingin berintraksi
secara bertahap dengan orang lain
c) Diskusikan keuntungan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengna orang
lain
d) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan
fisik

4. Latih berkenalan
48

a) Jelaskan pada klien cara berintraksi dengan orang


lain
b) Berikan contoh cata berintraksi dengan orang lain
c) Berikan kesempatan pasien mempraktekan cara
berintraksi dengna orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat
d) Mulailah bantu pasien berintraksi dengan satu
orang teman/angota keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukan kemajuan
tingkatkan jumlah intraksi dengan 2,3,4 orang dan
seterusnya
f) Beri pujian untuk pasien dari setiap kemajuan
intraksi yang telah dilakukan
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berintraksi dengna orang lain mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan intraksinya
h) Masukan kedalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 (Tgl......)
1. Evaluasi SP1
2. Latih berhubungan sosial secara bertahap
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan
SP 3 (Tgl......)
1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan pasien
49

Keluarga mampu Setelah ...x pertemuan SP 1 (Tgl.....)


merawat pasien keluarga mampu: 1. Indentifikasi masalah yang dihadapi keluarga
isolasi sosial 1. Menjelaskan tentang dalam merawat pasien
dirumah masalah Isolasi Sosial 2. Menjelaskan isolasi sosial
dan dampaknya pada 3. Cara merawat pasien Isolasi Sosial
pasien 4. Latih (simulasi)
2. Penyebab Isolasi Sosial 5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Sikap keluarga untuk pasien
membantu pasien SP 2 (Tgl......)
mengatasi Isolasi 1. Evaluasi SP 1
Sosialnya 2. Latih (langsung kepasien )
4. Pengobatan yang 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
berkelanjutan dan pasien
mencegah putusnya obat SP 3 (Tgl....)
5. Tempat tujukan dan 1. Evaluasi SP 1 dan 2
fasilitas yang tersedia 2. Latih ( Langsung ke pasien )
bagi pasien 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 4 ( Tgl..... )
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. Rencana tindakan lanjut keluarga
4. Follow up
5. Tujukan
50

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.3

Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa
Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal keperawatan
28-juni- 2021 Isolasi Sosial SP 1 (klien ) Jam 14.00 S:-
1. Membina hubungan saling percaya
R/ O:
- Saat memulai membina hubungan klien - Pasien diam, tidak ada
terlihat menghindar dan acuh respon
- tidak ada respon dari klien - Tidak ada kontak mata
- tidak adanya kontak mata - Pasien menghindar saat
2. MengIdentifikasi penyebab didekatkan
a) Menanyakan siapa orang yang satu rumah - Pasien tidak kooperatif
dengan pasien? A : SP 1 belum tercapai
b) Menanyakan Siapa yang dekat dengan P:
pasien? Apa sebabnya ? - Lanjutkan intervensi Sp 1
c) Menanyakan Siapa yang tidak dekat dengan
pasien? Apa sebabnya
R/
- klien tidak menjawab
- klien tidak memperhatikan
- tidak ada respon
3. Mendikusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
51

a) Menanyakan pendapat pasien tentang


kebiasan berintraksi dengan orang lain
b) Menanyakan apa yang pasie tidak ingin
berintraksi dengan orang lain
c) Mendiskusikan keuntungan kerugian bila
pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengna orang lain
d) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik
R/ klien tidak menjawab
4. Melatih berkenalan
a) Menjelaskan pada klien cara berintraksi
dengan orang lain
b) Memberikan contoh cata berintraksi dengan
orang lain
c) Memberikan kesempatan pasien
mempraktekan cara berintraksi dengna orang
lain yang dilakukan dihadapan perawat
d) Memulailah bantu pasien berintraksi dengan
satu orang teman/angota keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukan kemajuan
tingkatkan jumlah intraksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya
f) Beri pujian untuk pasien dari setiap
kemajuan intraksi yang telah dilakukan
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berintraksi dengna orang lain
mungkin pasien akan mengungkapkan
52

keberhasilan atau kegagalannya beri


dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan intraksinya
R/ klien menolak berkenaln dengan orang
lain
SP 1 (Keluarga ) S:
1. Mengindentifikasi masalah yang dihadapi - keluarga mengatakan “
keluarga dalam merawat pasien sebenarnya sangat melelahkan
2. Menjelaskan isolasi sosial merawat pasien, karena sudah
3. Cara merawat pasien Isolasi Sosial berobat, tidak sedikit biaya yang
4. Melatih (simulasi) dikeluarkan tapi, Tn. K tidak
ada perubahan, jadi saya tidak
lagi melakukan pengobatan
padanya, adik-adiknya maupun
kerabat juga pernah mencoba
untuk mengobrol dengan Tn. K,
namun dia tetap diam, dan jika
dipaksa dia bakal marah-marah,
tanpa memukul. Jadi adik-
adiknya tidak mau lagi mencoba
mengobrol dengan Tn. K”
- “ saya ngerti jadi saya akan
membantu Tn. K untuk
beintraksi dengan orang lain,
kemudian membantu melakukan
kegiatan harian dirumah seperti
mencuci piring, mencuci baju”
O : keluarga mampu
53

menjelaskan masalah yang


dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
A : SP 1 tercapai
P : Intervensi dilanjutakan SP 2
29 juni 2021 SP 1 (klien) jam : 16. 00 S:-
1. Membina hubungan saling percaya
R/ O:
- Saat memulai membina hubungan klien - Pasien diam, tidak ada
terlihat menghindar dan acuh respon
- tidak ada respon dari klien - Tidak ada kontak mata
- tidak adanya kontak mata - Pasien tidak kooperatif
2. MengIdentifikasi penyebab A : SP 1 belum tercapai
a) Menanyakan siapa orang yang satu rumah P:
dengan pasien? Lanjutkan intervensi Sp 1
b) Menanyakan Siapa yang dekat dengan
pasien? Apa sebabnya ?
c) Menanyakan Siapa yang tidak dekat dengan
pasien? Apa sebabnya
R/
- klien tidak menjawab
- klien tidak memperhatikan
- tidak ada respon
3. Mendikusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
a) Menanyakan pendapat pasien tentang
kebiasan berintraksi dengan orang lain
b) Menanyakan apa yang pasie tidak ingin
54

berintraksi dengan orang lain


c) Mendiskusikan keuntungan kerugian bila
pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengna orang lain
d) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik
R/ klien tidak menjawab
4. Melatih berkenalan
a) Menjelaskan pada klien cara berintraksi
dengan orang lain
b) Memberikan contoh cata berintraksi dengan
orang lain
c) Memberikan kesempatan pasien
mempraktekan cara berintraksi dengna orang
lain yang dilakukan dihadapan perawat
d) Memulailah bantu pasien berintraksi dengan
satu orang teman/angota keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukan kemajuan
tingkatkan jumlah intraksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya
f) Memberi pujian untuk pasien dari setiap
kemajuan intraksi yang telah dilakukan
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berintraksi dengna orang lain
mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan intraksinya
55

R/ klien menolak berkenalan dengan orang


lain
SP 2 ( keluarga) S : ibu klien mengatakan “
1. Evaluasi SP 1 sudah saya lakukan, tapi Tn. K
2. Melatih (langsung kepasien ) tetap menolak dan diam saja,
buktinya saya membantu Tn. K
berkenalan dengan nengnya
susah, terus pas saudara-
saudaranya mencoba mengobrol
dengannya tapi, dia menolak
dan tetap diam”
O : keluarga mampu melakukan
perawatan bagi pasien dirumah
A : SP 2 Tercapai
P:
- Lanjutkan Intervensi
- SP 3
30 juni 2021 SP 1 ( 30 juni 2021 ) jam : 15. 00 S:-
1. Membina hubungan saling percaya
R/
- klien sudah mau bersalaman O : - klien masih tetap diam
- adanya kontak mata walau sebentar - mulai adanya kontak mata
2. Mengidentifikasi penyebab - mau menerima salaman
a) Menanyakan siapa orang yang satu rumah dengan 2 orang
dengan pasien? - klien sudah tidak
b) Menanyakan Siapa yang dekat dengan menghindar saat
pasien? Apa sebabnya ? didekatkan
c) Menanyakan Siapa yang tidak dekat dengan
56

pasien? Apa sebabnya A : SP 1 belum tercapai


R/
- klien tidak menjawab P : Lanjutkan SP 1
- klien mulai memperhatikan
- tidak ada respon
3. Mendikusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
a) Menanyakan pendapat pasien tentang
kebiasan berintraksi dengan orang lain
b) Menanyakan apa yang pasie tidak ingin
berintraksi dengan orang lain
c) Mendiskusikan keuntungan kerugian bila
pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengna orang lain
d) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik
R/ klien tidak menjawab
4. Melatih berkenalan
a) Menjelaskan pada klien cara berintraksi
dengan orang lain
b) Memberikan contoh cata berintraksi dengan
orang lain
c) Memberikan kesempatan pasien
mempraktekan cara berintraksi dengan orang
lain yang dilakukan dihadapan perawat
d) Memulailah bantu pasien berintraksi dengan
satu orang teman/angota keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukan kemajuan
57

tingkatkan jumlah intraksi dengan 2,3,4


orang dan seterusnya
f) Beri pujian untuk pasien dari setiap
kemajuan intraksi yang telah dilakukan
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berintraksi dengna orang lain
mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan intraksinya
R/ klien mulai menerima salam dari 2 orang
SP 3 ( Keluarga ) S : keluarga klien mengatakan :
1. Mengevaluasi SP 1 dan 2 “ susah neng, emang dasarnya
2. Melatih (langsung ke pasien ) Tn. K begitu, saudara-
SP 4 (keluarga ) saudaranya juga sudah mencoba
1. Evaluasi Kemampuan keluarga tapi tidak diladeni. Tapi
2. Evaluasi kemampuan tindakan lanjut keluarga sekarang sudah mau salaman
- Follow Up dengan nengnya dan masnya.
- rujukan Kalau kemarin-kemarinkan
masih susah” “ iya neng, nanti
saya akan mencoba membawa
Tn. K kerumah sakit lagi buat
kelanjutan pengobatannya, nanti
saya minta tolong sama saudara-
saudara untuk membantu saya
mengantar Tn. K kerumah sakit.
Mudah-mudahan aja, kali ini
Tn. K dapat sembuh seengganya
58

mendinganlah”
O : keluarga mampu mengambil
keputusan dalam menangani
pasien
A : SP 3 dan 4 tercapai
P : intervensi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas masalah yang ditemukan oleh penulis selama

memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Isolasi Sosial : Menarik

diri didesa Karang Song Wilayah kerja Puskesmas Margadadi Tahun 2021.

Masalah yang akan dibahas yaitu kesenjangan yang ditemukan penulis Bab

II yang berisi tinjauan teoritis dan Bab III yang berisi pelaksanaan secara langsung

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Isolasi Sosial : Menarik diri didesa

Karang Song Wilayah kerja Puskesmas Margadadi Tahun 2021. Beberapa

kesamaan dan perbedaan yang ditemukan penulis selama melaksanakan asuhan

keperawatanyaitu :

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian penulis menemukan kesamaan antara teori dan

kasus. Pada teori temukan tanda dan gejala dimana pasien banyak diam dan

tidak mau bicara, menyendiri dan tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain, pasien tampak sedih, ekspresi datar, dan kontak mata kurang. Pada

kasus ditemukan data dari Tn. K dimana saat melakukan wawancara 3 x

pertemuan diberikan pertanyaan pasien hanya diam, apatis, tidak mampu

berinteraksi, kontak mata kurang dan menyendiri.

4.2 Diagnosa

Pada tahap diagnosa penulis menemukan kesamaan antara teori dan

kasus. Pada teori care problem adalah Isolasi Sosial, penyebabnya karena

harga diri rendah, jika tidak dilakukan perawatan akan mengalami

59
60

Halusinasi. Data yang didapat pada pasien adalah pasien mengalami Isolasi

Diri karena terdapat faktor biologis akibat dimana pasien kertegantungan

alhokol menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa : Isolasi sosial.

Perbedaan dari teori bahwa Tn. K mengalami Isolasi Sosial bukan karena

harga diri rendah.

4.3 Intervensi

Perencanaan keperawatan yang disusun pasien didasarkan diagnosa

keperawatan yang sudah ditetapkan. Perencanaan memerlukan kriteria

spesifik dan kriteria pencapaian waktu yang jelas. Askep perencanaan dari

masing-masing diagnosa keperawatan berdasarkan proritas masalah menurut

kebutuhan pasien. Perencanaan yang akan dilakukan diantaranya: mampu

membina hubungan saling percaya, mampu mengenal isolasi sosial, mampu

berintraksi secara baik dengan keluarga dan lingkungan, mampu

berkomunikasi dengan baik saat melakukan kegiatan rumah tangga dan

sosial, dan melakukan terapi pengenalan pada kasus isolasi sosial. Tahap

perencanaan ini dilakukan setelah diagnosa keperawatan, penulis

menentukan perencanaan yang disusun pada kasus, tidak ada kesenjangan

karena teori dengan kasus sama dan melakukan rencana Social Skill

Training dimana dalam melakukannya penulis akan berusaha untuk

melakuakn perkenalan dengan pasien dan mencoba untuk menggali

perasaan klien. Dalam pembuatan perencanaan penulis tidak menemukan

masalah maupun hambatan karena dalam pembuatan perencanaan penulis

banyak didukung oleh literatur mengenai intervensi keperawatan yang ada


61

pada Tn. K serta adanya dukungan dari keluarga. Didalam perencanaan juga

tidak ada perbedaan antara teori dan kasus.

4.4 Implementasi

Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah disusun dan dilaksanakan baik mandiri maupun bersama keluarga.

Hambatan yang dihadapi penulis yaitu waktu yang terbatas hanya 3 hari dan

pasien tidak kopratif dalam melakukan perencanaan. Penulis berusaha

melakukan observasi dengan memantau hasil pemeriksaan pasien setiap hari

untuk memastikan perkembangannya. Pada implementasi ini penulis tidak

menemukan kesenjangan karena implementasi dilakukan sesuai dengan

intervensi yang sudah ditetapkan

4.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi untuk menentukan kemampuan pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan penulis. Evaluasi yang sudah

dilakukan dan didapatkan hasil SP 1 pada pasien tidak tercapai, sedangkan

hasil SP keluarga mampu merawat pasien Isolasi Sosial teratasi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan langsung Pada Pasien Tn. K

dengan Isolasi Sosial : Menarik diri Di Desa Karang Song Wilayah kerja

Puskesmas Margadadi. Maka penulis mendapatkan pengalaman nyata

tentang asuhan keperawatan pada pasien diantaranya mampu :

1. Melakukan pengkajian secara komprehensif didapatkan hasil dimana

pasien mengalami gangguan jiwa : Isolasi sosial setelah pulang dari

batam 10 tahun yang lalu, dan saat masih muda pasien ketergantungan

alkohol, dan keluarga pasien beranggapan bahwa pasien kesambet

2. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul

pasien mengalami gangguan isolasi sosial karena kertergantungan

alkohol dimana hal tersebut termasuk dalam faktor biologis

3. Membuat rencana Asuhan Keperawatan pada tahap ini perawat akan

melakukan rencana Social Skills Training dan melakukan SP pada

keluarga

4. Melakukan implementasi Pada Pasien didapatkan hasil selama 3 hari

pasien masih tidak kooperatif dan keluarga kooperatif

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada tahap ini didapatkan hasil SP

pada pasien tidak teratasi dan Sp keluarga teratasi

6. Penulis dapat menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

63
64

5.2 Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan sehubungkan dengan karya

tulis ilmiah adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Penulis harus lebih meningkatkan pengetahuan dibidang asuhan

keperawatan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh

selama masa perkuliahan dalam kehidupan sehari-hari di tempat kerja

maupun masyarakat.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dijadikan data dasar untuk

pemberian materi pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan

keperawatan, khususnya Sosial : Menarik diri.

3. Bagi penulis selanjutnya

Karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi referensi awal guna

menggali pengetahuan yang lebih, untuk menuju perawat profesional

dimasa yang akan datang dalam menghadapi tuntutan zaman dan

perkembangan ilmu teknologi yang semakin pesat.


DAFTAR PUSTAKA

Aji, P,R. (2017). Upaya Meningkatkan Isolasi Sosial dengan Melatih Cara
Berkenalan pada Klien Isolasi Sosial. Hal 1- 6
Amin, M dan saputra, Y (2019). Pengeruh Edukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien dengan Isolasi Sosial.
Hal 96-105
Arfiroh, A,A dan Sholikah, A, A. (2020). Asuhan Keperwatan Jiwa pada
Pasien Dengan Isolasi Sosial Rs. A. R. Arif zaenudin surakart. Hal
89-90
Berhimpng, E dan rompas, S. (2016). Pengaruh latihan Keterampilan Sosial
Terhadap kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial di RSJ Prof.
Dr. V. II., Ratumbuysang manado. Hal 1-6
Damanik, K, R dan Amidos, J. (2020). Terapi Kognitif Terhadap Kemampuan
Interaksi Pasien Skizofrenia dengan Isolasi Sosial. Hal 226--235
Hendarsih, S dan Induniasih. (2018). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta.
Pustaka baru
Indrayani, Y, A dan Wahyudi, T. (2018). Situasi kesehatan jiwa di Indonesia.
Jakarta. Pusat Data dan Informasi Kemenkes.
Nurhalimah. (2016). Keperawatan jiwa . Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan
Ovari, I dan Khwan, M. (2017). Faktor Prediposisi dan Presipitasi
Berhubungan dengan Pasien Gangguan Jiwa di puskesmas Panti
Pasaman. Hal 89-90
Suerni, T. (2019). Gambaran faktor Prediposisi Pasien Isolasi Sosial. Hal 57-66
Sutejo. (2013). Penerapan Terapi Sosial Skill Training pada Pasien Isolasi
Sosial dengan Pendekatan Teori Dorothy E. Johnson. Behavior
System Model di kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor. Hal
28-38
Yuswatiningsing, E dan Rahmawati, I, M, H. (2020). Terapi Social Skill
Training (SST) Untuk Klien Isolasi Sosial. Mojokerto.STIKes
Majapahit Mojokerto.
Lampiran 1

STANDAR PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK)

Nama Mahasiswa : Amalia T. Bahari


Tanggal/hari : 28 Juli 2021
Pertemuan :1

A. Proses Keperawatan
1) Kondisi klien
Data Subjektif :
Tidak terkaji
Data Objektif :
- Pasien terlihat menarik diri ketika sedang berinteraksi
- Pasien tampak menyendiri.
- Pasien tampak tidak berinteraksi dengan orang lain.
- Pasien terlihat melamun
- Pasien terlihat banyak diam dan tidak mau mengikti kegiatan.
- Pasien tampak lesu.
- Afek pasien datar
- Pasien terlihat tidak melakukan beraktivitas.
- Kontak mata pasien kurang.
- Pada saat perawat bertanya pasien hanya diam dan tidak menjawab
2) Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Tujuan Khusus
- Membina hubungan saling percaya.
- Membantu pasien menyadari isolasi sosialnya
4) Tindakan Keperawatan
- Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain.
- Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
- Mendiskusikan kepada pasien keuntungan dan kerugian dari
berinteraksi
- Melatih berkenalan
- Memasukan jadwal kegiatan pasien

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1) Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Amalia T. Bahari.
Bapak bisa panggil saya Amalia, saya mahasiswa dari Akper Saifuddin
Zuhri Indramayu. Nama bapak siapa ya, dan suka dipanggil apa?
Sebelumnya saya sudah bertemu dengan ibu, sekarang saya ingin
mengobrol dengan bapak, apakah boleh pak?
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini ?
c. Kontrak
a) Topik : “apakah bapak tidak keberatan untuk berbicara dengan saya?
Bagaimana kalau kita berbicara untuk lebih saling mengenal
sekaligus agar bapak dapat mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain”.
b) Waktu : “kita akan membicarakannya selama 15 menit, Bapak
bersedia?”.
c) Tempat : “ menurut bapak dimana tempat yang nyaman untuk bisa
berbincang bincang ? apakah disini?”.
d) Tujuan : “agar bapak bisa mengetahui keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang”.
2) Fase Kerja
Sebelumnya ibu sebagai ibunya klien, saya ingin bertanya kepada ibu
tentang bagaimana kebiasaan bapak dalam berinteraksi dengan orang lain?
Pasien menjawab “sebelum Tn. K tidak pernah berintraksi dengan prang
lain maupun saudara-saudaranya“ Apa yang menyebabkan bapak tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain? “ jadi tuh, kejadian 10 tahun yang lalu
Tn. K pergi kebatam untuk bekerja, namun setelah pulang dia jadi lebih
diam dirumah dan tidak berintraksi dengan orang lain, ketika ditanya
kenapa Tn. K tidak menjawab, jadi kemungkinan Tn. k ini kesambet“,
“sebelumnya apakah ibu tahu apa saja keuntungan bila bapak memiliki
banyak teman atau bergaul akrab dengan mereka? “ saya tahu, nanti Tn. K,
jika Tn. K mau berintraksi tidak akan murung lagi, dan dapat beraktivitas
normal seperti biasasnya”, “Iya ibu benar jika Tn. K mau berintraksi tidak
akan murung lagi, dan dapat beraktivitas normal seperti biasasnya, jadi klie
tidak menyendiri lagi dan tidak sering melamun” “Kalau kerugian apakah
ibu tahu? “Saya tidak tahu”, “oh begitu ya bu” Maaf ya pak apakah bapak
tahu berkenalan yang baik dan benar itu seperti apa? “Yang saya tahu
berkenalan itu saling sapa terus mengajak ngobrol” “ Iya bu benar sekali
salah satunya itu tapi sebelum sapa kita harus melakukan seperti berjabat
tangan ya bu, ibu bagus sekali dalam menjawab pertanyaan saya”
Baiklah bukalau begitu mulai sekarang ibu harus sering mencoba
membantu Tn. K untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kalau
hari saya memberi tahu cara membantu Tn. K dalam berkenalan yang baik
dan benar kepada Bu? “Iya Boleh” “nah, jadi Ibu bisa mengajak saudara –
saudara ataupun ibu sendiri untuk mencoba mengobrol dengan Tn. K,
kemudian menyuruh Tn. K setidaknya mencuci piring bekas makanannya
sendiri”.
3) Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Ibu, tadi saya sudah mengajarkan cara membantu Tn. K untuk
berinteraksi, Bagaimana perasaan setelah kita mmengetahui cara untuk
membantu Tn. K berinteraksi?” “iya, saya merasa lega karena ada cara
untuk membantu pasien“ kalau bisa ibu coba ulangi lagi apa yang kita
obrolkan tadi?” “ iya neng, jadi saya harus mencoba untuk mengajak
adik-adiknya untuk mencoba mengobrol dengan pasien dan menyuruh
pasien untuk melakuakn kegaitan setidaknya mencuci piring bekas
makananya” “Bagus sekali bu masih mengingat obrolan kita.”
b. Tindak lanjut
Baiklah bu, mulai sekarang ibu mencoba mengajak saudara-
saudara Tn. K untuk mencoba mengobrol dengan .Tn. K dan mencoba
menyuruh Tn. K untuk melakukan kegiatan aktivitas setidaknya
memncoba untuk memencuci piring bekas makannya sendiri”
c. Kontrak
Baiklah bu, untuk pertemuan hari ini saya rasa sudah cukup.
Bisa dilanjutkan besok lagi ya bu. Besok saya akan ke rumah ibu
sekitar jam 4 sore ya bu, berapa lama ya bu waktunya untuk bisa
ngobrol ngobrol kembali? Bagaimana jika 25menit, apakah ibu setuju
?. Baiklah bu kerja bagus hari ini. Sampai bertemu besok lagi ya bu.
STANDAR PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Nama Mahasiswa : Amalia T. Bahari


Tanggal/hari : 29 Juli 2021
Pertemuan :2

A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Data Subjetif
Tidak Terkaji
Data Objektif
- Klien belum menjawab pertanyaan
- Kontak mata mulai ada
- Klien mulai ada tatapan ketika proses perkenalan
- Terkadang masih memalingkan wajahnya
2) Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Tujuan Khusus
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
4) Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Melatih berhubungan sosial secara bertahap
- Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1) Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Assalamualaikum pak, apakah bapa masih ingat dengan saya ?
pak saya Amalia yang kemarin datang ke rumah bapak. Bagaimana
pak tidurnya tadi malam ? apakah nyenyak ?
b. Evaluasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini setelah kemarin mengetahui cara
membantu Tn. K untuk berintrasi dan melakuakn aktivitas sederhana?
nantinya kegiatannya teruskan ya bu. “iya neng” Ibu kemarin saya
minta ibu untuk mengajak saudara-saudara Tn. k untuk mengobrol
dengan Tn. K dan melakukan Aktivatas ringan, apakah ada
perkembangan?” “ tidak ada neng, Tn. K tetap diam, dia menolak
untuk diajak mengobrol ataupun disuruh melakuakn aktivitas
sederhana yang neng ajurkan kemarin” “ ohh begitu ya bu”
c. Kontrak
a) Topik : “ Sesuai janji kita kemarin setelah ibu mengetahui
keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain,
sekarang kita akan belajar berkenalan dengan orang lain, agar
mampu berinteraksi dengan orang lain”.
b) Waktu : “ kita akan mengobrol selama 20 menit ya sesuai janji
kemarin, apakah bersedia?”.
c) Tempat :”sesuai janji kita kemarin, kita akan mengobrol disini saja
ya bu”.
d) Tujuan :”Agar bapak bisa dan mampu berkenalan dengan orang
lain”.
2) Fase Kerja
Sebelumnya kemarin ibu sudah mengatakan sudah lega karena sudah
tahu cara membantu Tn. K berinteraksi, nah sekarang saya mengingatkan
lagi ya bu dan akan mencontohkannya. Begini bu “ Ibu mengajak saudara-
saudaranya untuk mengobrol dengna Tn. K dan menyuruh Tn. K
melakukan aktivitas sederhana dengan menyuruh klien untuk mencuci
piring bekas makannya sendiri” “ iya neng, ibu mengerti nanti ibu akan
mencoba terus, mudah-mudahan bakal ada berkembangannya.
3) Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan ibu setelah mempraktekkan cara membantu
Tn. K berinteraksi? “khawatiran saya menjadi berkurang” “ syukurlah
bu jika kekhawatiran ibu berkurang”
b. Tindakan Lanjut
Sekarang mari kita masukan ke dalam jadwal harian ya bu, agar
setiap hari ibu mulai membiasakan membantu Tn. K dalam
berinteraksiorang lain lagi, baiklah kalau begitu saya akan
memasukkan kegiatan ini pada jadwal harian bapak dan saya akan
mengecek kembali apakah bapak benar sudah berkenalan dengan
orang lain apa belum.
c. Kontrak
Saya rasa pertemuan hari ini sudah cukup ya bu.Besok saya
akan kembali lagi untuk berlatih berinteraksi dengan orang lain, sambil
melakukan kegiatan rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring
dan lain sebagainya. Besok saya akan ke rumah ibu kurang lebih jam
3sore ya bu, berapa lama ya bu waktunya untuk bisa ngobrol ngobrol
kembali? Bagaimana jika 20 menit lagi, apakah ibu setuju ?. Baiklah
bu kerja bagus hari ini. Sampai bertemu besok lagi ya bu.
STANDAR PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK)

Nama Mahasiswa : Amalia T. bahari


Tanggal/hari : 30 Juni 2021
Pertemuan :3

A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Data Subjektif
Tidak terkaji
Data Objektif
- Klien mau bersalaman
- Mulai tidak memalingkan wajahnya
- Sering ada kontak mata
2) Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3) Tujuan Khusus
Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
4) Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi SP 1 dan SP 2
- Melatih kepada pasien cara berkenalan dengan 2orang atau lebih.
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi Kemampuan Tindak Lanjut keluarga
- Follow Up
- Rujukan

B. Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan


1) Fase Orientasi
a) Salam Teraupetik
Selamat pagi pak, apakah bapak masih ingat dengan saya ? iya
benar pak saya Amalia mahasiswa dari Akper Saifuddin Zuhri
Indramayu.
b) Evaluasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Kemarin kita sudah latihan
sudah mencoba membantu Tn. K untuk berinteraksi, apakah Tn. K
sudah mulai Berinteraksi? Apakah ada perkemabangan? Apakah
sudah mau mencuci piring bekasnya sendiri? Bagaimana perasaan
bapak setelah bisa berkenalan dengan orang lain?”.
c) Kontrak
Baiklah bu sesuai janji saya kemarin hari ini mencoba kemabali
membantu Tn. K untuk berinteraksi
2) Fase Kerja
“ bagaimana bu, apakah Tn. K sudah mau berinteraksi?” “ tidak neng, Tn.
K tetap diam walaupun sudah diajak bicara” “bagaimana dengan aktivitas
sederhananya mencuci piring bekasnya sendiri” “ tetap tidak ada respon
neng” “begitu ya, tapi, ibu bagus sekali sudah mencoba membantu Tn. K”
“iya neng, tapi sekarang sudah ada kemauan untuk bersalaman dengan
nengnya” “ iya bu, bagus sekali” “ jadi ibu apakah ada kemauan untuk
membawa Tn. K kerumah sakit?” “iya neng, nanti saya akan mencoba membawa
Tn. K kerumah sakit lagi buat kelanjutan pengobatannya, nanti saya minta tolong sama
saudara-saudara untuk membantu saya mengantar Tn. K kerumah sakit. Mudah-mudahan
aja, kali ini Tn. K dapat sembuh seengganya mendinganlah” “ bagus sekali ibu,sudah
membuat keputusan yang tepat, semoga dengan adanya pengobatan berlanjut Tn. K dapat
ada perkembangannya” “ iya neng”
3) Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana bu perasaannya setelah ada perkembangan dari Tn. K
? “ senang, karena kemarin-kemari Tn. K tidak mau sama sekali
bersalam dengan nengnya” “iya bu bagus sekali”.
b) Tindak Lanjut
Baiklah bu, Alhamdulillah bapak sudah mampu membantu TN. K
dalam berinteraksi dan juga sekarang Tn. K mulai ada
perkembangannya kemudian, ibu sudah memutuskan untuk
melanjutkan pengobatan bagi Tn. K, kerja bagus ibu, karena hari ini
adalah hari terakhir saya melakukan kunjungan rumah bapak.
Terimakasih bu sudah bekerja sama dengan baik.Wassalamualaikum.
Kondisi pasien : Tn.U mulai menampakkan kemajuan, dengan mau
bersalaman dengan perawata, walaupun masih belum bisa menjawab
semua pertanyaan dari perawat sejak awal, tapi keluarga mampu
memutuskan untuk melanjutkan pengobatan bagi TN.K
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Satuan Acara Penyuluhan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Keperawatan Jiwa Tahun 2021

Disusun Oleh:
AMALIA T. BAHARI

Nim: 201814401003

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI

Jl. Pahlawan No. 45 Bunderan Kijang Indramayu

Tahun 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Isolasi Sosial

Sub Topik : Mengatasi Isolasi Sosial dengan Melatih Terapi Social Skills
Training

LATAR BELAKANG
Individu yang mengalami gangguan jiwa akan mempengaruhi perilaku
seseorang termasuk perubahan perilaku Isolasi Sosial. Isolasi sosial adalah kondisi
kesendirian yang dialami individu sebagai kondisi yang negatif dan mengancam,
kondisi ini merupakan ketidakmampuan seseorang dalam bersosialisasi atau
berintraksi dengan masyarakat dan sulit dalam mengungkapkan perasaan.
Seseorang dengan isolasi sosial akan sangat sulit dalam mengungkapkan
keinginan serta tidak mampu berkomunikasi dengan baik ( Diah, 2018).
Menurut pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI pada tahun
2017 dalam situasi Global terdapat 14,4 %, Asia Tenggara 13,5 %, Indonesia
13,4 % yang mengalami gangguan jiwa (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan hasil pendataan jumlah penderita yang mengalami Isolasi Sosial di
jawa tengah pada tahun 2018-2019 terdapat 21,9%, kemudian data yang diperoleh
dari RS jiwa dijakarta yang mengalami isolasi sosial 11,4 %. (Suwarni, 2019).
Menurut data yang didapat dari penelitian Eyvin dengan jumlah pasien 30 orang
dengan isolasi sosial terdapat jenis kelamin laki-laki 17 orang (56,7 %) dan
perempuan 13 orang (43,3 %), menunjukan bahwa laki-laki lebih mungkin
memunculkan gejala negatif dibandingkan wanita dan wanita tampaknya memiliki
fungsi sosial lebih baik daripada laki-laki. (Eyvin, dkk 2016).
Individu yang mengalami isolasi sosial dikarenakan adanya tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang kurang baik, kemudian adanya norma yang
salah dianut dalam keluarga, individu merasa tidak dicintai oleh keluargnya,
jarang adanya komunikasi dengan keluarga jika ada masalah, kemudian klien
merasa terintimidasi dalam lingkunganya. (Titik Suerni, 2019). Kekerasan
didalam keluarga juga mempengaruhi seseorang akan mengalami isolasi Sosial,
kemudian tertekan dengan tuntutan didalam keluarga yang tidak sesuai dengan
dirinya ataupun terjadinya konflik dimasyarakat, selain itu, individu dengan
isolasi sosial memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti kegagalan
yang berulang dalam mencapai impian, dan kurangnya penghargaan yang diterima
dari pihak keluarga maupun dilingkungannya. (Nurhalimah, 2016).
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 3×20 menit diharapan
keluarga dan pasien mengetahui Isolasi Sosial dan terapi Social Skills
Training dan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 3×20 menit diharapan
keluarga dan pasien mengetahui dan dapat menjelaskan:
1. Menjelaskan pengertian Isolasi Sosial

2. Menjelaskan penyebab Isolasi Sosial

3. Menyebutkan tanda dan gejala Isolasi Sosial

4. Menjelaskan tentang terapi Social Skill Training

2. Pokok Bahasan
1. Pengertian Penyakit Isolasi Sosial

2. Penyebab Isolasi Sosial

3. Tanda dan gejala Isolasi Sosial

4. Cara Terapi Social Skill Training

3. Sasaran
Pasien dan Keluarga
4. Waktu
Hari/tanggal : Selasa, 28– 30 Juni 2021
Jam : 14.00 – 14.20 (20 menit)
5. Strategi Kegiatan
a. Metode
Ceramah
Tanya jawab
b. Media
Leaflet
c. Kegiatan
No URAIAN KEGIATAN METODE MEDIA WAKTU
1. Pendahuluan : Ceramah Lisan 2 menit
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan : a. Ceramah Leaflet 15 menit
1. Menjelaskan pengertian penyakit Isolasi b. Diskusi
Sosial c. Tanya jawab

2. Menjelaskan penyebab Isolasi Sosial

3. Menyebutkan tanda dan gejala Isolasi


Sosial

4. Menjelaskan tentang terapi Social Skills


Training

3. Penutup : Ceramah Lisan 3 menit


a. Memberikan kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk bertanya.
b. Menyampaikan kesimpulan materi.

6. Evaluasi
a. Evaluasi Terlampir
a. Bentuk : Langsung
b. Jenis pertanaan : Lisan
c. Jumlah pertanyaan : 5 pertanyaan
d. Waktu : 5 menit
b. Evaluasi
1. Apa Pengertian Penyakit Isolasi Sosial
2. Apa Penyebab Isolasi Sosial
3. Apa Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial
4. Bagaimana cara terapi Social Skill Training
7. Referensi
Aji, P,R. (2017). Upaya Meningkatkan Isolasi Sosial dengan Melatih Cara
Berkenalan pada Klien Isolasi Sosial. Hal 1-6
Amin, M dan saputra, Y (2019). Pengeruh Edukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien dengan Isolasi Sosial.
Hal 96-105
Arfiroh, A,A dan Sholikah, A, A. (2020). Asuhan Keperwatan Jiwa
pada Pasien Dengan Isolasi Sosial Rs. A. R. Arif zaenudin surakart.
Hal 89-90
Berhimpng, E dan rompas, S. (2016). Pengaruh latihan Keterampilan
Sosial Terhadap kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial di RSJ
Prof. Dr. V. II., Ratumbuysang manado. Hal 1-6
MATERI PENYULUHAN
HIPERBILIRUBIN

1. Pengertian Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Menarik diri merupkan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain. ( Inama, 2017).
2. Penyebab Penyakit Isolasi Sosial
1. Keterlambatan berkembang
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidaksesuaian nilai –nilai dengna norma
5. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidak adakuatan sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka,
pengendalian diri buru
3. Tanda & Gejala Isolasi Sosial
Subjektif :
1. Perasaan sepi
2. Persaan tidak nyaman
3. Perasaan bosan
4. Perasaan ditolak
5. Ketidakmampuan berkonsentrasi
Data objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau berbicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berintraksi
5. Tampak sedih
6. Ekspresi datar
4. Terapi Social Skill training
1. Sesi 1 : akan melatih keterampilan subjek mendengarkan orang lain
dengan berkomunikasi yang abik seperti menggunakan bahasa tubuh
yang tepat, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab
pertanyaan dan bertanya untuk klasifikasi
2. Sesi 2 : akan melatih keterampilan subjek untuk dapat membuat
pertmintaan dengan orang lain, dan memberikan pertolongan kepasa
orang
3. Sesi 3 : melatih keterampilan subjek untuk terlihat dalam aktivitas
bersama dengan subjek lain, dirungan serta memberikan eskpresi
perasaan positif dalam aktivitas tersebut.
4. Sesi 4 : melatih keterampilan subjek untuk menghadapi situasi sulit
dengan dapat menerima kritikan, menerima penolakan, minta maaf
Lampiran 3

LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : Amalia T. Bahari


NIM : 201814401008
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI DESA KARANG
SONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGADADI.
TAHUN 2021
PEMBIMBING : Ns.Rahmaniar, M.Kep

TANDA TANGAN

NO TANGGAL MATERI SARAN Mahasiswa Pembimbing

1. 28 Juni 2021 - Judul KTI Diperbaiki lagi, tambahkan


dengan apa implementasinya.
2. 01 Juli 2021 - Judul KTI Judul cukup baik, ACC

3. 06 Juli 2021 - BAB 1 - Cover perbaiki cara


- Cover penulisan
- Tambahkan tambahakan
sumber tentang isolasi sosial
- Perbaiki kembali kalimatnya
- Perbaiki cara penulisan
kutipan
4. 07 Juli 2021 - BAB 1 - Perbaiki penempatan data
- Perbaiki kalimat
- Perbaiki cara penulisan
kutipan
- Perjelas kasusnya
5. 15 Juli 2021 Revisi BAB I Perbaiki cara penyambungan
BAB II materinya
Tambahkan dari sumber
bukunya

6 16 Juli 2021 - Revisi BAB I - BAB 1 Perbaiki kembali


- Revisi BAB kalimatnya
II - BAB II rapikan kalimat
- BAB III - Tambahkan riwayat klien
- Perbaiki dalam pernkajian
- Perbaiki tulisan
-
7 17 Juli 2021 - Revisi BAB 1 - BAB 1 perbaiki kalimatnya
- Revisi BAB 2 sedikit lagi dan penempatan
data
- BAB 2 perbaiki kalimat

8 19 Juli 2021 - Revisi BAB 1 BAB 1 ACC


- Revisi BAB 2 BAB II perbaiki kalimat

9. 20 Juli 2021 - Revisi BAB 3 - BAB 3 Perbaiki datanya,


- BAB 4 dan 5 kalimatnya dan fokuskan
keisolasi sosialnya
- BAB 4 dan 5 perbaiki
kalimat
Perjelas tentang social skill
training

10. 21 Juli 2021 - Revisi BAB - BAB 3 ACC


3 - BAB 4 ACC
- BAB 4 dan 5
REKOMENDASI HASIL SIDANG KTI

PENGUJI RESIVI/SARAN TANGGAL/


PARAF 1&2
PENGUJI 1

PENGUJI 2

Keterangan :
Paraf 1 : Acc dari penguji revisi atau sara
Paraf 2 : Acc dari pembimbing atas perbaikan revisi atausaran

Indramayu Juli 2021

Rahmaniar, M. Kep.
NIK: 2020007001
Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Amalia T. Bahari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 7 November 1999

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Alamat : Desa Karang Song Blok. Sawah Sekotak Rt/Rw

001/004

Email : amaliabahari130@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. SD N PABEAN UDIK 1 : 2006 - 2012

2. SMP N 2 INDRAMAYU : 2012 - 2014

3. SMA N 2 INDRAMAYU : 2015 - 2018

4. AKPER SAIFUDDIN ZUHRI INDRAMAYU : 2018 - 2021


B. Penyebab Isolasi Sosial
Tanda dan Gejala
Isolasi Sosial Isolasi Sosial

Subjektif :
Perasaan sepi
Persaan tidak
1. Keterlambatan berkembang nyaman
Perasaan bosan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan
Perasaan ditolak
yang memuaskan
Ketidakmampuan
3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap berkonsentrasi
A. Pengertian
perkembangan
Isolasi sosial adalah suatu gangguan 4. Ketidaksesuaian nilai –nilai dengna

hubungan interpersonal yang terjadi norma Data objektif

5. Ketidaksesuaian perilaku sosial Banyak diam


akibat adanya kepribadian yang tidak
Tidak mau
dengan norma
fleksibel yang menimbulkan perilaku berbicara
6. Perubahan penampilan fisik Menyendiri
maladaptif dan mengganggu fungsi Tidak mau
7. Perubahan status mental
seseorang dalam hubungan sosial. berintraksi
8. Ketidak adakuatan sumber daya
Tampak sedih
Menarik diri merupkan percobaan untuk personal (mis. Disfungsi berduka, Ekspresi datar

pengendalian diri buruk Dan dangkal


menghindari interaksi dengan orang lain,
Kontak mata kurang
menghindari hubungan dengan orang lain.
C. Kerugian bila tidak bersosialisasi D. Manfaat bersosialisasi 2. Sesi 2 : akan melatih keterampilan

subjek untuk dapat membuat

pertmintaan dengan orang lain, dan

memberikan pertolongan kepasa orang

3. Sesi 3 : melatih keterampilan subjek

untuk terlihat dalam aktivitas bersama


1. Menghindari depresi

2. Menurunkan resiko demensia dengan subjek lain, dirungan serta

3. Merasa nyaman memberikan eskpresi perasaan positif


1. Sulit mengenal masyarakat
4. Memotivasi jalani gaya hidup sehat
2. Tidak dapat menyatu dengan lingkungan dalam aktivitas tersebut,
sekitarnya 5. Mencegah penurunan kesehatan mental
1. Sesi 4 : melatih keterampilan subjek
3. Sulit untuk menyesuaikan diri dengan nilai,
norma, dan struktur sosial dalam masyarakat untuk menghadapi situasi sulit
E. Mengatasi Isolasi Sosial
4. Kepribadian seseorang sulit terbentuk dan
tidak sejalan dengan tata nilai dan norma yang 1. Sesi 1 : akan melatih keterampilan dnegan dapat menerima kritikan,
dijadikan pendoman
subjek mendengarkan orang lain dengan menerima penolakan, minta maaf.
5. Potensi-potensi yang dimiliki tidak akan
berkembang dengan baik berkomunikasi yang abik seperti

menggunakan bahasa tubuh yang tepat,

mengucapkan salam, memperkenalkan

diri, menjawab pertanyaan dan bertanya

untuk klasifikasi

Anda mungkin juga menyukai