Anda di halaman 1dari 89

GAMBARAN HYGIENE SANITASI SEKOLAH DASAR DI

WILAYAH KARANGSONG TAHUN 2022

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

VIDIA WULANSARI

132010118043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU

2022
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

GAMBARAN HYGIENE SANITASI SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

KARANGSONG TAHUN 2022

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Proposal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Wiralodra

Indramayu, September 2022


Komisi Pembimbing,
Pembimbing I

Tating Nuraeni, S.ST.,M.Kes


NIDN.041 511 880 3

Pembimbing II

Eko Maulana Syaputra, SKM., M.P.H


NIDN. 046099103

i
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

GAMBARAN HYGIENE SANITASI SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

KARANGSONG TAHUN 2022

Waktu Pelaksanaan
Tanggal, September 2022

Tanda Tangan

Penguji 1 H. Sutangi S.Kp., M.Kes ( )


NIDN. 8834810016

Penguji 2 Tating Nuraeni S.ST., M.Kes ( )


NIDN. 0415118803

Penguji 3 Eko Maulana Syaputra S.KM., M.PH ( )


NIDN. 046099103

Mengetahui ,

Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Wiralodra

H. Sutangi S.Kp., M.Kes


NIDN. 8834810016

ii
SURAT PERNYATAAN
KEABSAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Vidia Wulansari
Tempat dan tanggal lahir : Indramayu, 7 Agustus 1999
NPM : 132010118043
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Alamat : Jl. Letjend. Suprapto No.214 RT 016/RW 004,
Kelurahan Karangmalang, Kecamatan
Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Judul Skripsi : Gambaran Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar Di
Wilayah Karangsong Tahun 2022

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat adalah hasil karya saya
sendiri, tidak meniru atau menjiplak skripsi orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti bahwa isi skripsi ini meniru hasil karya orang lain atau ada unsur
menjiplak saya siap bertanggung jawab sesuai hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari
siapapun.

Indramayu, September 2022


Yang membuat pernyataan

Vidia Wulansari

NPM. 132010118043

iii
RIWAYAT HIDUP
Curiculum Vitae

A. Data Pribadi
Nama : Vidia Wulansari
Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 7 Agustus 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
Warga Negara : WNI
Alamat : BTN Bumi Dermayu Indah, Jl. Nusa Indah
Utama Blok B.11, Tambak, Kec. Indramayu,
Kab. Indramayu
No. Telepon / Hp : 08990721065
e-mail : vidiawulans@gmail.com

iv
B. Riwayat Pendidikan Formal
Periode Sekolah / Institusi / Jenjang
Jurusan
(Tahun) Universitas Pendidikan
2005 - 2006 TK Sekar Langit - TK
2006 - 2012 SDN Karanganyar 1 - SD
2012 - 2015 SMPN 1 Sindang - SMP
2015 - 2018 SMK Widya Utama Farmasi SMK
2018 - Sekarang Universitas Kesehatan S1
Wiralodra Masyarakat
Indramayu

C. Riwayat Pendidikan Non-Formal, Pelatihan dan Seminar


Tahun Lembaga / Instansi Keterampilan
2018 ISMKMI (Ikatan Senat Capacity Building BToPH
Mahasiswa Kesehatan (Basic Training of Public
Masyarakat Indonesia) Health)
2019 Universitas Wiralodra English Skill Improvement
Program
2020 Politeknik Negeri Indramayu Seminar Hari Ozon Nasional
2021 Balai Pelatihan HIPERKES Praktikum K3
Yogyakarta
2021 Universitas Wiralodra Optimaslisasi Pangan Lokal
Sebagai Upaya Pencegahan
Stunting
2021 Puskesmas Jatisawit Praktek Kerja Lapangan (PKL)

v
D. Riwayat Organisasi
1. Anggota Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMPN 1 Sindang periode 2012-
2013
2. Anggota Praja Muda Karana (Pramuka) SMPN 1 Sindang periode 2012-
2013
3. Anggota Praja Muda Karana (Pramuka) SMK Widya Utama periode 2015-
2017

4. Pengurus Senat Mahasiswa Bidang Pengembangan Organisasi Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra periode 2018-2019

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Indramayu, 23 Agustus 2022

Vidia Wulansari

vi
GAMBARAN HYGIENE SANITASI SEKOLAH DASAR DI WILAYAH
KARANGSONG TAHUN 2022

Oleh :
Vidia Wulansari
NPM. 132010118043

ABSTRAK

Latar Belakang : Keberadaan sanitasi lingkungan sekolah dalam infrastruktur


pendidikan cenderung dilupakan. Sedangkan kondisi kebersihan yang buruk dapat
berdampak negatif pada tingkat kesehatan siswa yang terlibat. UNICEF
Indonesia, dalam ringkasan penelitiannya tentang air minum, sanitasi dan
kebersihan, menyatakan bahwa 88% kematian anak akibat diare dapat dikaitkan
dengan praktik minum yang buruk dan air minum yang tidak aman. Diare pada
anak dapat dicegah dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air.
Perilaku cuci tangan yang baik dapat menurunkan risiko diare sebesar 42% hingga
47%. Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat higiene, personal hygiene
yang buruk, sumber air yang tercemar, selain dapat menyebabkan diare, juga
dapat menimbulkan penyakit lain seperti disentri, kolera, tipus, hepatitis, infeksi
streptokokus, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis,
parasite usus dan penyakit menular .
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Hygiene Sanitasi
Sekolah Dasar Di Wilayah Karangsong Tahun 2022.
Metode : Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode deskriptif,
populasi penelitian ini sebanyak 3 sekolah dasar. Sampel yang diambil
menggunakan Total Sampling sebanyak 3 sampel.
Hasil Penelitian : Berdasarkan penelitian pada variabel kantin mendapatkan skor
11 (91,7%), pada variabel sarana dan bangunan mendapatkan skor 58 (80,6%),
dan pada variabel vector dan binatang pembawa penyakit dengan skor 8 (88,9%).
Kesimpulan : Jumlah total skor variabel dari 3 sekolah dasar di wilayah
karangsong yaitu 77 (80,2%) yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
sekolah dasar dan 19 (19,8%) yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan total 80,2% termasuk
memenuhi persyaratan kesehatan hygiene sanitasi sekolah dasar menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006 karena total
skor minimal 75%.
Kata Kunci : Sanitasi, Sekolah Dasar, Hygiene.
Daftar Pustaka : (1990-2021)

vii
OVERVIEW OF ELEMENTARY SCHOOL SANITATION HYGIENE IN
THE KARANGSONG REGION IN 2022

By:
Vidia Wulansari
NPM. 132010118043

ABSTRACT
Background: The existence of school environment sanitation in educational
infrastructure tends to be forgotten. Meanwhile, poor hygiene conditions can harm
the health level of the students involved. UNICEF Indonesia, in a summary of its
research on drinking water, sanitation and hygiene, stated that 88% of child deaths
from diarrhea can be attributed to poor drinking practices and unsafe drinking
water. Diarrhea in children can be prevented by getting used to washing hands
with soap and water. Good hand washing behavior can reduce the risk of diarrhea
by 42% to 47%. Environmental sanitation that does not meet hygiene
requirements, poor personal hygiene, and polluted water sources, besides able to
cause diarrhea, can also cause other diseases such as dysentery, cholera, typhoid,
hepatitis, streptococcal infection, malaria, dengue fever, scabies, chronic
respiratory diseases. , intestinal parasites, and infectious diseases.
Objective: This study aims to determine the overview of primary school
sanitation hygiene in the Karangsong region in 2022.
Methods: This type of research uses quantitative descriptive methods, the
population of this study is 3 elementary schools. Samples were taken using Total
Sampling for as many as 3 samples.
Research Results: Based on research the canteen variable got a score of 11
(91.7%), the facilities and buildings variable got a score of 58 (80.6%), and on the
vector variable and disease-carrying animals with a score of 8 (88.9%).
Conclusion: The total number of variable scores from 3 elementary schools in the
Karangsong area is 77 (80.2%) which meet the basic school sanitation hygiene
requirements and 19 (19.8%) that do not meet the primary school sanitation
hygiene requirements. This shows that with a total of 80.2%, including fulfilling
the health requirements of primary school sanitation according to the Decree of
the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.
1429/MENKES/SK/XII/2006, the total score is at least 75%.
Keywords: Sanitation, Elementary School, Hygiene.
Bibliography : (1990-2021)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,

karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan yang telah diberikan-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat Menyusun skripsi ini dengan judul “Gambaran

Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar Di Wilayah Karangsong Tahun 2022”.

Penulis menyadari atas segala kekeliruan serta kekurangan yang dimiliki

walaupun telah diupayakan dengan segala kemampuan yang ada untuk

memberikan hasil yang terbaik dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik bagi perkembangan ilmu pengetahuan agar

tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.

Selesainya skripsi ini sebagai upaya yang telah dilakukan secara maksimal

oleh penyusun, dan terlepas dari bantuan serta bimbingan berbagai pihak, untuk

ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ujang Suratno, S.H., M.Si selaku Rektor Universitas Wiralodra

yang telah berkenan menerima penulis untuk belajar di Program Kesehatan

Masyarakat.

2. Bapak H. Sutangi, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Wiralodra yang telah memberikan izin untuk

menempuh pendidikan di Program Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Tating Nuraeni, S.ST., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Wiralodra serta dosen pembimbing 1 yang telah

ix
meluangkan waktu, pikiran, bimbingan, dan nasehat dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Ade Rahmawati, S.Si., M.PH selaku Ketua Program Kesehatan

Masyarakat Universitas Wiralodra yang memberikan masukkan dan arahan

selama menempuh pendidikan di Program Kesehatan Masyarakat.

5. Bapak Eko Maulana Syaputra, S.KM., M.PH selaku dosen pembimbing 2 yng

telah meluangkan waktu, pikiran, bimbingan, dan nasehat dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra yang

telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di Program

Kesehatan Masyarakat.

7. Staff akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra yang

telah membantu dalam proses pengurusan perkuliahan dan penyuratan

penelitian.

8. Teman-teman satu angkatan 2018, keluarga dan kerabat yang sudah

memberikan segalanya.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya

bagi rekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra, dan semua

pihak pada umumnya.

Indramayu, September 2022

Vidia Wulansari

x
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN SKRIPSI .................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTRA LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1. Tujuan Umum ....................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar.................................................. 4
2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................... 5
3. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................ 5
E. Penelitian Sebelumnya ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi ...................................................................... 6
B. Sanitasi Tempat-Tempat Umum .................................................. 7
C. Sanitasi Sekolah ........................................................................... 9

xi
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Teori .............................................................................. 19
B. Kerangka Konsep ......................................................................... 20
C. Definisi Operasional .................................................................... 20
D. Hipotesis ...................................................................................... 21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .................................................................. 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 22
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 22
D. Instrumen Penelitian .................................................................... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 24
F. Pengolahan Data ............................................................................ 25
G. Analisis Data ................................................................................ 25
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 27
1. Kondisi Geografis .................................................................... 27
2. Administrasi Wilayah .............................................................. 27
3. Profil Sekolah Dasar Desa Karangsong .................................. 28
B. Hasil Univariat............................................................................... 31
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Kantin Sekolah Dasar .................................................. 34
B. Gambaran Sarana dan Bangunan................................................... 36
1. Jarak Papan Tulis ..................................................................... 38
2. Kepadatan kelas ....................................................................... 39
3. WC/urinoir .............................................................................. 40
4. Dinding dan Lantai .................................................................. 42
5. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan dan Sabun ........................ 44
6. Pengelolaan Sampah ................................................................ 46
7. Sarana Pembuangan Air Limbah ............................................. 48
C. Gambaran Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit ..................... 49

xii
1. Angka Bebas Jentik (ABJ) ...................................................... 49
2. Angka Rata-Rata Populasi Lalat dan Kecoa ........................... 51
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 54
B. Saran .............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 57
LAMPIRAN ........................................................................................... 61

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Teori ................................................................................... 16
Gambar 2 Kerangka Konsep ............................................................................... 17

xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 4
Tabel 2 Parameter Kualitas Fisik Air .................................................................. 10
Tabel 3 Parameter Biologi Air ............................................................................ 10
Tabel 4 Parameter Kimia Air .............................................................................. 10
Tabel 5 Parameter Fisik Udara ............................................................................ 11
Tabel 6 Parameter Biologi Udara ........................................................................ 11
Tabel 7 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Vektor ..................... 15
Tabel 8 Definisi Operasional............................................................................... 17
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar .......................... 24
Tabel 10 Hasil Persentase Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar ............................... 26
Tabel 11 Gambaran Kantin Sekolah Dasar ......................................................... 27
Tabel 12 Gambaran Sarana dan Bangunan ......................................................... 29
Tabel 13 Gambaran Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit .......................... 38

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penilaian Hygiene Sanitasi SD

Lampiran 2 Peta Administrasi Desa Karangsong

Lampiran 3 Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tempat umum atau sarana pelayanan umum adalah tempat yang

memiliki fasilitas dan berpotensi terhadap terjadinya penularan penyakit.

Tempat umum adalah tempat berkumpulnya banyak orang untuk melakukan

kegiatan yang tidak teratur atau terus menerus, dibayar atau tidak dibayar, atau

tempat berkumpulnya banyak orang untuk melakukan kegiatan sehari-hari

(Imam, 2017). Sekolah termasuk dalam pelayanan umum dan menjadi sangat

penting karena sekolah adalah lembaga yang mempunyai peran strategis

terutama mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia. Penerapan sanitasi

lingkungan tidak hanya terbatas pada lingkungan rumah, lingkungan

kerja/kantor, tetapi juga lingkungan sekolah. Kebersihan sekolah sangat

penting karena sekolah memegang peranan yang strategis terutama dalam

pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia. (Devi,2019)

Keberadaan sanitasi lingkungan sekolah dalam infrastruktur pendidikan

cenderung dilupakan. Sedangkan kondisi kebersihan yang buruk dapat

berdampak negatif pada tingkat kesehatan siswa yang terlibat. UNICEF

Indonesia, dalam ringkasan penelitiannya tentang air minum, sanitasi dan

kebersihan, menyatakan bahwa 88% kematian anak akibat diare dapat

dikaitkan dengan praktik minum yang buruk dan air minum yang tidak aman.

Diare merupakan penyebab kematian utama pada anak di bawah usia 5 tahun

1
2

di Indonesia. Diare pada anak dapat dicegah dengan membiasakan mencuci

tangan dengan sabun dan air. Perilaku cuci tangan yang baik dapat

menurunkan risiko diare sebesar 42% hingga 47%. Sanitasi lingkungan yang

tidak memenuhi syarat higiene, personal hygiene yang buruk, sumber air

yang tercemar, selain dapat menyebabkan diare, juga dapat menimbulkan

penyakit lain seperti disentri, kolera, tipus, hepatitis, infeksi streptokokus,

malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis, parasite usus

dan penyakit menular (Feryasari, 2015).

Provinsi Jawa Barat memiliki 23.916 sekolah dasar temasuk sekolah

dasar negeri dan swasta, Kabupaten Indramayu memiliki 1.045 sekolah dasar

terdiri dari 865 Sekolah Dasar Negeri dan 180 Sekolah Dasar Sederajat, dari

1.045 Sekolah Dasar, dimana sekolah-sekolah tersebut tersebar di beberapa

Kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu. (Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kab. Indramayu,2020). Berdasarkan data profil sanitasi sekolah

tahun 2020, menyatakan bahwa akses Air, satu dari lima satuan pendidikan

Sekolah Dasar tidak memiliki sarana air yang layak. Tingkat akses dasar

fasilitas air di tingkat dasar di perkotaan (91%) jauh lebih tinggi dibandingkan

di perdesaan (74%). Pada akses sanitasi satu dari lima satuan pendidikan

Sekolah Dasar tidak memiliki sarana air yang layak. Selanjutnya yaitu akses

kebersihan, satu dari dua Sekolah Dasar tidak memiliki sarana cuci tangan

dengan air mengalir dan sabun. Tingkat akses fasilitas sanitasi dasar di tingkat

sekolah dasar di perkotaan (70%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan

(49%).
3

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu tahun

2020, sekolah merupakan kategori kesehatan lingkungan Tempat-tempat

Umum (TTU). Sekolah dasar yang telah disurvey berjumlah 1022, yang

memenuhi persyaratan yaitu sebanyak 613 (59,98%). Melihat data tersebut,

dapat dilihat bahwa kondisi sanitasi lingkungan sekolah dasar yang terdapat di

wilayah kabupaten Indramayu masih dalam kondisi yang kurang memenuhi

syarat kesehatan.

Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa dalam satu waktu yang

sama. Kondisi sanitasi sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

memiliki risiko terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan di

lingkungan sekolah. Adapun penyakit yang paling banyak terjadi pada anak

usia sekolah adalah diare. Penyakit diare merupakan urutan 10 penyakit

terbanyak di Kabupaten Indramayu yaitu sebanyak 32.369 kasus pada tahun

2020. (Profil Kes Kab Indramayu,2020)

Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti pada sekolah

dasar yang berada di wilayah karangsong pada tanggal 30 Mei 2022, bahwa

sebagian tidak ada tempat cuci tangan air yang mengalir dan sabun, tempat

cuci tangan dan sabun penting untuk menghindari dari penyakit diare. Pada

konstruksi bangunan beberapa atap ruang kelas ada yang berlubang dan langit-

langit kotor berdebu, keadaan dinding sekolah mengelupas dan kotor. Ada

sebagian lantai yang tidak rata dan retak, ada 1 sekolah yang hanya terdiri dari

1 daun pintu atau hanya 1 pintu dengan 1 arah saja, seharusnya terdiri dari dua

daun pintu dengan arah bukaan ke luar, jendela tidak dilengkapi dengan
4

gordyn, gordyn berfungsi untuk menghindari kelebihan cahaya yang masuk

agar tidak silau. Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis perlu melakukan

penelitian lebih lanjut tentang bagaimana Gambaran hygiene sanitasi

lingkungan pada Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Karangsong, Indramayu

Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar di wilayah

Karangsong.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi sekolah dasar di

wilayah Karangsong Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kegiatan pangan Sekolah Dasar di wilayah

Karangsong.

b. Mengetahui gambaran sarana dan bangunan Sekolah Dasar di wilayah

Karangsong.

c. Mengetahui gambaran vektor dan binatang pembawa penyakit Sekolah

Dasar di wilayah Karangsong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar

a. Sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas sekolah dasar

b. Sebagai informasi untuk memperbaiki kontruksi bangunan yang tepat


5

c. Sebagai informasi untuk menambah fasilitas ruangan-ruangan pada

sekolah dasar

d. Diharapkan dapat meningkatkan fasilitas sanitasi sekolah.

2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkembangkan penelitian

menjadi lebih baik lagi.

3. Manfaat Bagi Peneliti

a. Menjadi bahan proses belajar bagi peneliti

b. Menambah pengalaman peneliti

c. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti

d. Menerapkan ilmu yang telah di dapat selama di bangku perkuliahan

E. Penelitian Sebelumnya

Tabel 1 : Penelitian Sebelumnya

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


1. Gambaran Sanitasi Sekolah Rancangan Tahun dan lokasi
Dasar Negeri dan MI di deskriptif, penelitian
Kecamatan Jelbuk Kabupaten variabel tunggal,
Jember. (Gurit Mustika Sari, jenis kuantitatif, Sampel dan
2011) variabel tunggal populasinya
2. Gambaran Sanitasi Dasar Pada Rancangan Tahun dan lokasi
Sekolah Dasar di Kecamatan deskriptif, penelitian
Wayhalim Kota Bandar variabel tunggal,
Lampung. (Bella P. Riyan Sari, jenis kuantitatif, Sampel dan
2018) variabel tunggal populasinya
3. Gambaran Kondisi Sanitasi Rancangan Tahun dan lokasi
Sekolah di Kota Kupang Tahun deskriptif, penelitian
2020. (Agustina Solo, 2020) variabel tunggal,
jenis kuantitatif, Sampel dan
variabel tunggal populasinya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah salah satu komponen kesehatan yang harus diawasi dari

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan manusia.

Kondisi kebersihan yang buruk dapat membahayakan perkembangan fisik,

kelangsungan hidup, dan kesehatan seseorang. Sanitasi merupakan upaya

manusia untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Higiene adalah tindakan

untuk menjaga kesehatan agar tidak terserang berbagai penyakit. Sanitasi

dapat diselenggarakan pada lingkungan fisik, ekonomi, budaya, sosial, dan

sebagainya. Dari definisi-definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

sanitasi adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat untuk

mencegah tersebarnya berbagai penyakit dan untuk meningkatkan derajat

kesehatan lingkungan masyarakat.

Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu multidisiplin yang

mempelajari dinamika interaksi antara sekelompok orang atau masyarakat

serta berbagai perubahan komposisi sub-lingkungan. orang dapat

menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat dan penelitian upaya untuk

memperbaiki dan mencegahnya. Kesehatan lingkungan adalah keadaan suatu

kelompok masyarakat yang sangat mempengaruhi kesehatan dan kebersihan

anggota masyarakat tersebut. Kesehatan lingkungan harus dilakukan secara

optimal agar dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.

6
7

B. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

1. Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum

Tempat umum atau sarana pelayanan umum adalah tempat yang

memiliki fasilitas dan berpotensi terhadap terjadinya penularan penyakit.

Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana banyak orang

berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-

menerus, baik secara membayar maupun tidak, atau suatu tempat dimana

banyak orang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari. (Imam,

2017) Pengertian sanitasi tempat-tempat umum (STTU) adalah suatu

usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak

terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul

menularnya berbagai jenis penyakit. STTU dapat pula dipahami sebagai

suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat

yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar

terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan. Sanitasi

Tempat -tempat Umum adalah suatu usaha untuk mengawasi, mencegah

dan mengendalikan kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil

usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama yang erat hubungannya

dengan timbulnya dan menularnya penyakit serta kemungkinan terjadinya

kecelakaan. (Suparlan, 2012)

2. Tujuan Sanitasi Tempat-tempat Umum

Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain :

a. Untuk memantau keadaan sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.


8

b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.

c. Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular

(communicable diseases) dan penyakit akibat kerja (occupational

diseases).

3. Kriteria Sanitasi Tempat-tempat Umum

Adapun batas-batas ketentuan untuk menggolongkan sebuah tempat

disebut sebagai tempat-tempat umum. Kriteria sanitasi tempat-tempat

umum, antara lain :

a. Tempat tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan

masyarakat khusus.

b. Terdapat tempat atau gedung yang bersifat permanen.

c. Dalam tempat tersebut dilakukan kegiatan atau aktivitas yang dapat

menimbulkan risiko terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat

kerja dan kecelakaan. Tempat beraktivitas pengusaha, pegawai, dan

pengunjung.

d. Memiliki fasilitas atau perlengkapan umum seperti Sarana Air Bersih

(SAB), Water-closet (WC), Urinoir, tempat sampah dll.

4. Jenis Sanitasi Tempat-tempat Umum

Ada beberapa jenis tempat umum, antara lain :

a. Hotel

b. Restoran

c. Kolam renang atau pemandian umum


9

d. Pasar dan Pusat Perbelanjaan (Supermarket)

e. Salon dan pangkas rambut

f. Tempat wisata atau tempat rekreasi atau taman hiburan

g. Terminal, bandar udara, stasiun, dan pelabuhan

h. Tempat ibadah

i. Bioskop

j. Rumah sakit

k. Sekolah

l. Perkantoran atau industry

C. Sanitasi Sekolah

Untuk menciptakan suasana yang bersih dan sehat dalam lingkungan

sekolah, sarana dan prasarana sekolah seharusnya dikelola dengan baik untuk

mengendalikan faktor-faktor yang dapat berisi terhadap kesehatan lingkungan

sekolah. Pernyataan itu berdasarkan Keputusan Direktur Jendral PP&PL

Dapartemen Kesehatan Nomor. HK.03.05/D/I .4/2870/2007 Tentang Petunjuk

Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehataan Lingkungan di Sekolah bahwa

untuk menindak lanjuti keputusan Mentri Kesehatan nomor

1429/menkes/SK/XII/2006. Salah satu bentuk sanitasi sekolah adalah

Tersedianya UKS atau unit kesehatan masyarakat yang dibentuk di tiap

sekolah dengan kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan titik sasaran dari

UKS adalah seluruh peserta didik beserta warga sekolah.

Usaha peningkatan kesehatan lingkungan di sekolah merupakan salah

satu program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) yang bertujuan untuk


10

meningkatkan kesehatan sekolah pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan agar

mencapai keadaan sehat baik, secara fisik, mental spiritual, maupun social

ekonomi dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sekolah

merupakan tempat berkumpulnya peserta didik, guru dan orang lain yang

memungkinkan terjadinya penularan penyakit. Untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit dalam lingkungan sekolah, serta untuk mendukung

program kesehatan lingkungan yang sehat maka perlu adanya sarana sanitasi

sekolah yang memenuhi syarat.

1. Syarat Sanitasi Sekolah

a. Air

Air dimanfaatkan manusia untuk keperluan sehari-hari seperti

mandi, minum, mencuci, kakus dan untuk dikonsumsi. Air bersih adalah

air yang terbebas dari kuman maupun bakteri dan memenuhi baku mutu

air yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 32 Tahun 2017 (Naway,

2013). Syarat pada air di sekolah yaitu tersedianya air bersih di sekolah

minimal 15 liter/orang/hari dan tersedia sepanjang waktu. Memenuhi

kualitas air secara fisik, biologi dan kimia sesuai dengan PERMENKES

No. 32/Menkes/2017.

1) Kualitas Fisik Air

Kualitas fisik air bersih dapat diukur menggunakan

parameter fisik standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk

media air keperluan higene sanitasi yang sesuai dengan

PERMENKES No. 32/Menkes/2017.


11

Tabel 2 Parameter Kualitas Fisik Air

Standar Baku
Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar
Maks)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/L 1000
4. Suhu ℃ Suhu udara
±3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau
Sumber: (Permenkes, 2017)

2) Kualitas Biologi Air

Kualitas air bersih secara biologi dapat diukur

menggunakan parameter biologi standar baku mutu kesehatan

lingkungan untuk media air keperluan higene sanitasi yang sesuai

dengan Permenkes No. 32/Menkes/2017.

Tabel 3 Parameter Biologi Air

Standar Baku
Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar
Maks)
1. Total coliform CFU/100 ml 50
2. E.Coli CFU/100 ml 0
Sumber: (Permenkes, 2017)
3) Kualitas Kimia Air

Kualitas air bersih secara kimia dapat diukur menggunakan

parameter kimia standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk

media air keperluan higene sanitasi yang sesuai dengan permenkes

No. 32/Menkes/2017.
12

Tabel 4 Parameter Kimia Air


Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit Mutu
(Kadar Maks)
1. pH mg/l 6,5 – 8,5
2. Fe mg/l 1
3. Mn mg/l 0,5
Sumber: (Permenkes, 2017)
b. Udara

Kualitas udara yang baik tidak hanya sangat penting untuk

kelangsungan hidup manusia tetapi penting juga bagi tumbuhan, hewan,

tanah dan air (Ahmad et al., 2020). Menurut Rasyidah (2018) kualitas

udara yang menurun selain dapat mempengaruhi kesehatan manusia juga

dapat mempengaruhi kondisi tumbuhan secara fisiologis, sehingga

menyebabkan adanya suatu tingkatan kepekaan, peka dan kurang peka

(resisten) serta dapat menyebabkan perubahan lingkungan khusunya

kualitas udara. Syarat pada udara pada di sekolah yaitu memenuhi secara

fisik dan biologi dan persyaratan kesehatan.

1) Kualitas Fisik Udara

Tabel 5 Parameter Fisik Udara

Standar Baku
Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar
Maks)
1. Pencahayaan Lux 200 - 300
2. Kelembapan % Rh 40 – 60
3. Laju ventilasi udara m3/menit/org 0,15 – 0,25
4. Kebisingan dB(A) 45
5. PM 2,5 µg/m3 35 dalam 24
jam
Sumber : (Permenkes, 2011)
13

2) Kualitas Biologi

Tabel 6 Parameter Biologi Udara


Standar Baku
No. Parameter Wajib Unit Mutu
(Kadar Maks)
1. Jamur CFU/m3 0
2. Bakteri Patogen CFU/m3 0
3. Angka Kuman CFU/m3 <700
Sumber : (Permenkes,2011)
3) Persyaratan Kesehatan

a) Sekolah bebas dari asap rokok

b) Lingkungan sekolah tidak banyak debu

c) Pencahayaan ruang kelas dapat untuk membaca buku dengan jelas

tanpa bantuan penerangan pada siang hari (bisa membaca dengan

jelas dengan jarak 30 cm)

d) Udara dalam ruang sekolah tidak pengap/terasa nyaman

e) Udara dalam ruang sekolah tidak berbau.

c. Kantin Sekolah

Dalam kegiatan aktifitas peserta didik atau warga sekolah terdapat

kegiatan membeli makanan dan minuman di kantin sekolah. Kantin

sekolah harus memenuhi standar kantin sehat yang menyediakan

makanan utama atau ringan yang menyehatkan, yaitu bergizi, higienis

dan aman dikonsumsi bagi peserta didik dan warga sekolah lainnya.

Standar dan kriteria kantin sehat berdasarkan tentang Kemenkes

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang pedoman penyelenggaraan

kesehatan lingkungan sekolah yaitu sebagai berikut :

1) Tersedia tempat mencuci peralatan makanan dan minuman dengan


14

air mengalir

2) Tersedianya tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir

3) Tersedia tempat penyimpanan bahan-bahan makanan

4) Tersedia tempat penyimpanan makanan siap saji yang tertutup

5) Tersedia tempat penyimpanan peralatan makan dan minum

6) Jarak kantin dengan lokasi pembuangan sampah sementara (TPS)

minimal 20 meter.

d. Sarana dan Bangunan

1) Sarana dan Bangunan

Berdasarkan Kemenkes 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang

pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah yaitu

sebagai berikut :

a) Jarak papan tulis dengan murid terdepan minimal >2,5 meter

b) Jarak papan tulis dengan murid paling belakang maksimal 9

meter

c) Kepadatan kelas minimal 1,75 m2/murid

d) Lebar anak tangga minimal 30 cm

e) Tinggi anak tangga maksimal 20 cm

f) Lebar tangga/luas tangga minimal 150 cm

g) Jumlah sarana WC/urinoir Laki-laki minimal 1 : 40

h) Jumlah sarana WC/urinoir Perempuan minimal 1 : 25

2) Persyaratan Kesehatan

Berdasarkan Kemenkes 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang


15

pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah yaitu

sebagai berikut :

a) Tidak ada genangan (halaman sekolah, atap, talang)

b) Dinding kuat, tidak retak, tidak pecah

c) Dinding tidak berjamur

d) Dinding tidak dicat dengan kapur

e) Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, tidak retak, tidak licin,

mudah dibersihkan

f) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan tangan

g) Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun

di setiap kelas

h) Kamar mandi bersih dan tidak berbau

i) Ventilasi dan penerangan kamar mandi cukup

j) Lantai kamar mandi kedap air, tidak licin, tidak ada genangan air

k) Kamar mandi/WC tersedia air bersih dan sabun

l) Tersedia tempat sampah organic dan anorganik disetiap ruangan

m) Tidak ada sampah yang berserakan

n) Tersedia Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah

o) Tidak ada sampah membusuk/berbau di TPS

p) Air limbah mengalir dan lancar

q) Tersedia penampungan air limbah yang tertutup

r) Saluran pembuangan air limbah kedap air dan tertutup

s) Tersedia septic tank dalam kondisi baik (tidak pecah,tidak bocor)


16

t) Tersedia area titik kumpul untuk evakuasi

u) Tidak tersedia penampungan air permanen di kamar mandi/WC.

e. Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah

teridentifikasi terutama terkait dengan penyakit menular tropis

(tropical diseases), baik yang endemis maupun penyakit menular

potensial wabah. Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis

yang merupakan penyakit tular Vektor dan zoonotik, maka upaya

pengendalian terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

menjadi bagian integral dari upaya penanggulangan penyakit tular

Vektor, termasuk penyakit-penyakit zoonotik yang potensial dapat

menyerang manusia, yang memerlukan Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan.

Berdasarkan peraturan Kepmenkes nomer 50 tahun 2017 tentang

standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan

untuk vektor dan binatang pembawa penyakit serta pengendaliannya,

berikut adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan tersebut

dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 7

Tabel 7 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Vektor


No. Vektor Parameter Satuan Ukur Nilai Baku
Mutu
1. Nyamuk ABJ (angka Persentase ≥95
bebas jentik) rumah/
bangunan yang
negatif larva
2. Lalat Indeks Populasi Angka rata- <2
Lalat rata populasi
17

lalat
3. Kecoa Indeks Populasi Angka rata- <2
Kecoa rata populasi
kecoa
Sumber : (Permenkes, 2017)
1. ABJ (Angka Bebas Jentik)

Keberadaan jentik nyamuk Ae. Aegyptidi suatu wilayah

merupakan Indicator terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di

wilayah tersebut. MenurutDepkesRI (2005b), apabila Angka Bebas

Jentik (ABJ) < 95% atau House Indeks(HI) > 5%, berarti di tempat

tersebut terdapat populasi nyamuk penular DBD.Tingginya tingkat

kepadatan nyamuk Ae. aegypti akan meningkatkanresikopenularan

virus dengue. Selama jentik yang ada di tempat-tempat

perindukantidak diberantas, akan muncul nyamuk-nyamuk baru

yang menetas dan penularanvirus dengue akan terulang kembali

(Depkes RI, 2005b, 2007).

Rumus ABJ :

𝐴𝐵𝐽 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 x100

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

2. Angka rata-rata populasi Lalat

Angka rata-rata itu merupakan petunjuk (indeks) populasi

pada satu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil

pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau blok grill

adalah sebagai berikut:


18

a. 0 – 2 : rendah atau tidak menjadi masalah

b. 3 – 5 : sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat

– tempat berkembang biakan lalat (tumpukan sampah,

kotoran hewan, dan lain-lain)

c. 6 – 20 : tinggi/ padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-

tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan

upaya pengendaliannya

d. 21 keatas: sangat tinggi/ sangat padat dan perlu dilakukan

pengamanan terhadap tempat-tempat perkembang bikkan lalat

dan tindakan pengendalian lalat.

3. Angka rata-rata populasi kecoa

Kecoa merupakan salah satu indikator dalam baik atau

buruknya sanitasi di Indonesia karena menurut Permenkes No 48

standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran dalam

pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit kriteria indeks

kecoa maksimal 2 ekor/plate (20x20m) dalam pengukuran 24 jam

(Kemenkes, 2016).
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori

Air

Udara

Kantin Hygiene Sanitasi Sekolah


SD
Sarana dan
Bangunan

Vektor dan
Binatang Pembawa
Penyakit

Gambar 1 : Kerangka Teori

Menurut : (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

19
20

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Kantin
2. Sarana dan Bangunan Hygiene Sanitasi Sekolah
3. Vektor dan Binatang SD
Pembawa Penyakit

Gambar 2 Kerangka Konsep

Justifikasi variabel yang tidak diteliti yaitu :

1. Air

Variabel Air pada penelitian ini tidak diteliti karena keterbatasan

alat untuk mengukur kualitas air secara fisik, biologi dan kimia.

2. Udara

Variabel udara pada penelitian ini tidak diteliti karena keterbatasan

alat untuk mengukur kualitas air secara fisik dan biologi.

C. Definisi Operasional
Tabel 8 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Kantin Kegiatan yang Formulir Observasi Memenuhi Ordinal
berada di kantin penilaian dan persayaratan
sekolah,tempat hygiene Wawancara minimal 75% dari
yang sanitasi jumlah skor
menyediakan SD maksimal 36
makanan dan (Permenkes,2006)
minuman di
21

lingkungan
sekolah.
Sarana dan Kondisi dan Formulir Observasi Memenuhi Ordinal
Bangunan ketersediaan penilaian dan persayaratan
sarana sekolah hygiene Wawancara minimal 75% dari
dan konstruksi sanitasi jumlah skor
bangunan SD maksimal 36
sekolah. (Permenkes,2006)
Vektor dan Kegiatan melihat Formulir Observasi Memenuhi Ordinal
Binatang angka bebas penilaian dan persayaratan
Pembawa jentik nyamuk, hygiene Wawancara minimal 75% dari
Penyakit populasi lalat dan sanitasi jumlah skor
kecoa. SD maksimal 36
(Permenkes,2006)

D. Hipotesis

1. Ha : Adanya Sekolah Dasar Negeri Yang Memenuhi Persyaratan

Sanitasi Sekolah.

2. Ho :Tidak adanya Sekolah Dasar Negeri yang Memenuhi Persyaratan

Sanitasi Sekolah.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Metode

penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan untuk

membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut serta penampilan dan hasilnya (Arikunto,2006).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD di Wilayah Karangsong, Indramayu.

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar Di Wilayah

Karangsong, Indramayu yaitu sejumlah 3 Sekolah Dasar Di Wilayah

Karangsong.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling.

Sampel pada penelitian ini adalah 3 Sekolah Dasar Negeri di Wilayah

Karangsong Indramayu yaitu SD Negeri Karangsong 1, SD Negeri

Karangsong 2 dan SD Negeri Karangsong 3.

22
23

D. Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar

formulir penilaian hygiene sanitasi SD yang sesuai dengan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

lingkungan Sekolah. Dalam penelitian ini menyiapkan 3 formulir untuk 3 SD

yang ada di wilayah Karangsong

Cara Penilaian formulir penilaian hygiene sanitasi SD sebagai berikut :

a. Isi data umum dengan lengkap.

b. Cara penilaian berdasarkan nilai mutlak artinya nilai yang diberikan sesuai

dengan nilai yang tercantum dalam kolom 5 (nilai) jika tidak sesuai dengan

komponen penilaian maka diberi skor 0.

c. Skor adalah jumlah bobot x nilai

d. Jumlah skor adalah hasil penjumlahan dari masing-masing variable

Jumlah skor maksimal adalah 36

e. Hasil yang memenuhi persyaratan mencapai penilaian minimal 75% dari

jumlah skor maksimal = 36

f. Untuk komponen bagian tangga, apabila tidak terdapat tangga maka

pembagi (skor maksimal) dikurangi 4 (36-4 = 32)

g. Nilai sekolah dasar yang memenuhi persyaratan untuk sekolah dasar yang

tidak mempunyai tangga minimal adalah 75% x 32 = 24


24

E. Teknik Pengambilan Data

1. Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data

sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil atau diperoleh dan

dikumpulkan langsung dari jawaban responden penelitian dengan

menggunakan lembar kuesioner yang telah disusun oleh peneliti. Selain

itu, data primer dalam penelitian ini juga diperoleh dari hasil observasi

menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui

pengumpulan dokumen-dokumen yang telah ada pada sekolah.

Dokumen yang digunakan peneliti untuk penelitian ini seperti jumlah

murid yang ada di sekolah, fasilitas yang tersedia, dan data kepala

sekolah.

2. Pengambilan Data

Proses pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara

observasi dengan format penilaian hygiene sanitasi SD ke lingkungan

sekolah yang diteliti dan wawancara terhadap responden, dimana

responden adalah Guru/TU di sekolah. Sebelum melakukan penelitian,

peneliti terlebih dahulu melakukan observasi. Observasi dilakukan dengan

cara mengamati lingkungan sekolah.


25

F. Pengolahan Data

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Yaitu mengecek apakah

lembar penilaian ada yang belum terisi.

2. Coding

Kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka dan bilangan. Pengkodean data ini bertujuan untuk mengklarifikasi

data jawaban dari masing-masing pertanyaan dengan kode tertentu

sehingga mempercepat proses entri data dan mempermudah proses analisis

data.

3. Memberi Skor (Skoring)

Untuk memberi skor terhadap variabel yang perlu diberi skore

dengan menghitung dan menjumlahkan skore.

4. Menyusun Data (Tabulating)

Setelah data diberi kode lalu dikelompokkan dan dikoreksi

kemudian disajikan dalam bentuk tabel yaitu tabel distribusi dan

dinarasikan dalam bentuk kalimat.

G. Analisis Data

Analisa Univariat

Analisis univariat (Deskriptif) ini adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Pada

umumnya tujuan dari analisis univariat adalah untuk mengetahui gambaran


26

distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel dependen dan independen yang

ada pada suatu penelitian. Variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu

gambaran hygiene sanitasi SD.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Karangsong merupakan wilayah pesisir di Kabupaten

Indramayu. Adapun Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, merupakan

desa yang menurut cerita para sesepuh dahulu adalah pemekaran dari Desa

Pabean Udik. Desa Pabean Udik sebelumya memiliki wilayah sangat luas.

Pada tahun 1980-an, Pemerintah Desa Pabean Udik melakukan pemekaran

sebagaimana permohonan masyarakat untuk menjadi tiga desa, yakni Desa

Brondong dan Desa Karangsong.

1.Kondisi Geografis

Secara geografis Desa Karangsong memiliki panjang garis pantai

0,9 km dan merupakan desa dengan tipologi desa pesisir atau pantai dengan

wilayah yang langsung berbatesan denagan Laut Jawa. Sebagian desa

pantai atau pesisir, letaknya berada di daratan rendah dengan ketinggian 0,5

meter sampai 1,0 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-

rata 2.000 mm/tahun, dan bersuhu udara rata-rata 27℃.

2. Administrasi Wilayah

Desa Karangsong secara administratif salah satu desa di wilayah

Kecamatan Indramayu, Kabupatn Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Desa

Karangsong terletak ±3 km di sebelah timur dari pusat pemerintahan

27
28

Kecamatan Indramayu. Luas wilayah Desa Karangsong sekitar 8,16 km2

berada pada ketinggian 0,5 mdpl (meter dari permukaan laut) dengan

kepadatan penduduk sebesar 1.616 jiwa/km2.

Desa Karangsong merupakan wilayah dataran rendah pantai

dengan suhu rata-rata berkisar antara 29o - 31o C. Dari total luas wilayah

Desa Karangsong, sekitar 204 hektar (ha) atau ¼ total luas wilayah

dimanfaatkan sebagai lahan tambak ikan. Hal ini berimplikasi pada mata

pencaharian masyarakat yang sebagian besar menjadi petani tambak ikan

dan nelayan. Adapun asal mula nama Karangsong berasal dari Karang

yang bearti “tanah” dan Song yang berarti “tak berpenghuni”. Jadi

Karangsong berarti tanah yang tak berpenghuni. Hal ini sesuai dengan asal

mula daerah Desa Karangsong yang berbentuk dari tanah timbul

(Aanslibbing) sejauh 1 sampai 2 km sebagai hasil dari endapan sedimen di

muara (pertemuan antara sungai dan laut) yang dibawa oleh aliran sungai.

Tentu saja pada waktu itu tanah timbul tersebut tak berpenghuni.

3. Profil Sekolah Dasar Desa Karangsong

a. Profil SD Negeri Karangsong I

1) Nama Sekolah : UPTD SDN 1 Karangsong

2) NPSN : 20216145

3) Alamat : Jl. Raya Pantai Song RT 5/RW 2

4) Dusun : Wanasari

5) Desa/ Kelurahan : Karangsong

6) Kecamatan : Indramayu
29

7) Kabupaten/Kota : Indramayu

8) Provinsi : Jawa Barat

9) Kode Pos : 45219

10) Status : Negeri

11) Bentuk Pendidikan : SD

12) Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

13) SK Pendirian Sekolah : Inpres No. 4 1982

14) Jumlah Peserta Didik : 192

Laki-Laki : 116

Perempuan : 76

15) Jumlah Guru :8

16) Jumlah Tenaga Kependidikan : 2

b. Profil SD Negeri Karangsong II

1) Nama Sekolah : UPTD SDN 2 Karangsong

2) NPSN : 20216641

3) Alamat : Jl. Pantai Song RT 2/RW 2

4) Dusun : Song Tengah

5) Desa/ Kelurahan : Karangsong

6) Kecamatan : Indramayu

7) Kabupaten/Kota : Indramayu

8) Provinsi : Jawa Barat

9) Kode Pos : 45219

10) Status : Negeri


30

11) Bentuk Pendidikan : SD

12) Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

13) SK Pendirian Sekolah : 4407/65-f/1979

14) Jumlah Peserta Didik : 276

Laki-Laki : 153

Perempuan : 123

15) Jumlah Guru :8

16) Jumlah Tenaga Kependidikan : 4

c. Profil SD Negeri Karangsong III

1) Nama Sekolah : UPTD SDN 3 Karangsong

2) NPSN : 20233703

3) Alamat : Jalan Ondrust RT:004/RW:004

Komplek Perumahan Nelayan

4) Dusun : Karangsong

5) Desa/ Kelurahan : Karangsong

6) Kecamatan : Indramayu

7) Kabupaten/Kota : Indramayu

8) Provinsi : Jawa Barat

9) Kode Pos : 45219

10) Status : Negeri

11) Bentuk Pendidikan : SD

12) Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

13) SK Pendirian Sekolah : 421.2KEP.29342.DISDIK2005


31

14) Jumlah Peserta Didik : 200

Laki-Laki : 110

Perempuan : 90

15) Jumlah Guru :6

16) Jumlah Tenaga Kependidikan : 2

B. Hasil Univariat

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar

Komponen Tidak Memenuhi Memenuhi Jumlah


Syarat Syarat %
N
N % N %
Kantin
Tersedia tempat cuci peralatan 1 33,3 2 66,7 3 100
makanan
Tersedia tempat penyimpanan 0 0 3 100 3 100
makanan jadi
Tersedia tempat penyimpanan 0 0 3 100 3 100
peralatan makan minum
Jauh dari sumber pencemaran 0 0 3 100 3 100
minimal 20 m
Sarana dan Bangunan
Sarana dan Bangunan
Jarak papan tulis dengan murid 0 0 3 100 3 100
terdepan. Ket : Minimal > 2,5 meter
Jarak papan tulis dengan murid 0 0 3 100 3 100
paling belakang. Ket : Maks 9m
Kepadatan Kelas. Ket : Minimal 2 66,7 1 33,3 3 100
1,75 m2/murid
Lebar anak tangga. Ket : Minimal - - - - - -
30 cm
Tinggi anak tangga. Ket : Maksimal - - - - - -
20 cm
Lebar tangga/luas tangga. Ket : - - - - - -
Minimal 150 cm
Jumlah sarana WC/urinoir Laki- 3 100 0 0 3 100
laki. Ket : Minimal 1 : 40
32

Jumlah sarana WC/urinoir 3 100 0 0 3 100


Perempuan. Ket : Minimal 1 : 25
Persyaratan Kesehatan
Tidak ada genangan (halaman 0 0 3 100 3 100
sekolah, atap, talang).
Dinding kuat, tidak retak, tidak 2 66,7 1 33,4 3 100
pecah.
Dinding tidak berjamur. 2 66,7 1 33,4 3 100
Dinding tidak dicat dengan kapur. 0 0 3 100 3 100
Lantai kuat, kedap air, permukaan 0 0 3 100 3 100
rata, tidak retak, tidak licin, mudah
dibersihkan.
Tangga harus dilengkapi dengan - - - - - -
pegangan tangan.
Tersedia tempat cuci tangan dengan 2 66,7 1 33,4 3 100
air mengalir dan sabun di setiap
kelas.
Kamar mandi bersih dan tidak 0 0 3 100 3 100
berbau.
Ventilasi dan penerangan kamar 0 0 3 100 3 100
mandi cukup.
Lantai kamar mandi kedap air, 0 0 3 100 3 100
tidak licin, tidak ada genangan air.
Kamar mandi/WC tersedia air 0 0 3 100 3 100
bersih dan sabun.
Tersedia tempat sampah organik 0 0 3 100 3 100
dan anorganik di setiap ruangan.
Tidak ada sampah yang berserakan. 0 0 3 100 3 100
Tersedia Tempat Pembuangan 0 0 3 100 3 100
Sementara (TPS) sampah.
Tidak ada sampah membusuk/ 1 33,4 2 66,7 3 100
berbau di TPS.
Air limbah mengalir dengan lancar. 0 0 3 100 3 100
Tersedia penampungan air limbah 1 33,4 2 66,7 3 100
yang tertutup.
Saluran pembuangan air limbah 1 33,4 2 66,7 3 100
kedap air dan tertutup.
Tersedia septic tank dalam kondisi 0 0 3 100 3 100
baik (tidak pecah, tidak bocor).
Tersedia area titik kumpul untuk 0 0 3 100 3 100
evakuasi.
Tidak tersedia penampungan air 0 0 3 100 3 100
permanen di kamar mandi/WC.
Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit
Angka Bebas Jentik (ABJ). Ket : 1 33,4 2 66,7 3 100
33

Maksimal 100%
Angka rata-rata populasi lalat. Ket 0 0 3 100 3 100
: Maksimal
< 2 ekor
Angka rata-rata populasi kecoa. Ket 0 0 3 100 3 100
: Maksimal < 2 ekor
Total Skor (n) 19 77 96
Total Skor (%) 19,8 80,2 100
Sumber : (Data Primer Tahun 2022)
Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jumlah total skor

variabel dari 3 sekolah dasar di wilayah karangsong yaitu 77 (80,2%) yang

memenuhi persyaratan hygiene sanitasi sekolah dasar dan 19 (19,8%) yang

tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi sekolah dasar. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan total 80,2% termasuk memenuhi persyaratan

kesehatan hygiene sanitasi sekolah dasar menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006 karena total skor minimal

75%.

Tabel 10 Hasil Persentase Hygiene Sanitasi Sekolah Dasar

No. Hasil SD N 1 SD N 2 SD N 3
KR.SONG KR.SONG KR.SONG
1. Memenuhi Syarat 84,4% 81,2% 75%
2. Tidak Memenuhi 15,6% 18,8% 25%
Syarat
Sumber : (Data Primer Tahun 2022)
Berdasarkan Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa persentase skor

dari 3 sekolah dasar yaitu, SD Negeri 1 Karangsong memenuhi syarat

dengan skor 84,4%, SD Negeri 2 Karangsong memenuhi syarat dengan

skor 81,2% dan SD Negeri 3 Karangsong memenuhi syarat dengan skor

75%.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Kantin Sekolah Dasar

Kantin adalah tempat pelayanan dimana makanan diolah dan disediakan

untuk warga sekolah di lingkungan sekolah, sehingga cukup besar

kemungkinan makanan yang diproduksi di kantin sekolah akan menimbulkan

gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan. Oleh karena itu, kualitas

makanan yang diproduksi, dipasok dan dijual di kantin harus memenuhi

persyaratan higienis dan menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme

patogen. Berikut adalah hasil penilaian kantin sekolah dasar di wilayah

karangsong.

Tabel 11 Gambaran Kantin Sekolah Dasar

No. Variabel SD N 1 SD N 2 SD N 3
KR.SONG KR.SONG KR.SONG
1. Tersedia tempat cuci peralatan Ya Tidak Ya
makanan
2. Tersedia tempat penyimpanan Ya Ya Ya
makanan jadi
3 Tersedia tempat penyimpanan Ya Ya Ya
peralatan makan minum
4 Jauh dari sumber pencemaran Ya Ya Ya
minimal 20 m
Sumber : (Data Primer Tahun 2022)
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian sekolah sudah

memenuhi persyaratan. Tetapi ada 1 sekolah yang tidak menyediakan tempat

34
35

cuci peralatan makanan yaitu SD Negeri Karangsong 2, hal tersebut tidak

menyediakan karena peralatan makanan dan alat masak dibawa pulang dan di

cuci dirumah dan terkadang dicuci dahulu di wc sekolah.

Berdasarkan pengamatan ke kantin di 3 sekolah dasar di wilayah

karangsong, pedagang kantin ada yang memakai ember untuk mencuci

peralatan makanan, ada yang sudah ada keran air yang mengalir untuk

mencuci, dan menumpang cuci peralatannya di kamar mandi sekolah. Dengan

mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene dan

Higiene Jajanan, maka pembangunan fasilitas jajanan harus memenuhi

persyaratan, salah satunya memiliki tempat untuk membersihkan alat, jika

memungkinkan, dengan membersihkan tempat makanan terpisah. Kantin atau

bilik sekolah tempat peralatan telah digunakan harus dicuci dengan air keran

bersih atau 2 bak dengan menggunakan sabun. Proses pencucian terdiri dari 4

tahap yaitu pencucian sisa makanan dengan 3 bak, perendaman, pencucian dan

pembilasan.

Penelitian senada yang dilakukan oleh Febria (2009) di Palembang

menyimpulkan bahwa sanitasi peralatan alat pada pedagang makanan jajanan

di sekolah dasar negeri di Palembang termasuk tidak baik dari segi

peralatannya (65,2%). Selanjutnya, Penelitian yang dilakukan oleh Nur, et al

(2018) menunjukkan bahwa sebanyak 16 kantin (73%) di setiap sekolah dasar

wilayah kerja puskesmas mojopanggung sudah dalam keadaan bersih tersedia

tempat untuk mencuci tangan dan tempat sampah di setiap ruangan.


36

Penelitian serupa lainnya oleh Aliefiyah dan Merisa (2018) berdasarkan

observasi dan penilaian bahwa 7 kantin sekolah tanpa bangunan kokoh, aman

dan permanen otomatis tidak memiliki tempat untuk mencuci piring dan

fasilitas cuci tangan (wastafel) dengan sabun. Namun, kantin sekolah yang

sudah memiliki bangunan yang kokoh, aman dan permanen belum tentu

memiliki fasilitas untuk mencuci alat makan dan wastafel.

B. Gambaran Sarana dan Bangunan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa persyaratan lingkungan sekolah

yaitu sebagi berikut dengan hasil penilaian sekolah dasar di wilayah

karangsong :

Tabel 12 Gambaran Sarana dan Bangunan

No. Variabel SD N 1 SD N 2 SD N 3
KR.SONG KR.SONG KR.SON
G
1. Jarak papan tulis dengan murid Ya Ya Ya
terdepan. Ket : Minimal > 2,5 meter
2. Jarak papan tulis dengan murid paling Ya Ya Ya
belakang. Ket : Maksimal 9m
3. Kepadatan Kelas. Ket : Minimal 1,75 Ya Tidak Tidak
m2/murid
4. Lebar anak tangga. Ket : Minimal 30 - - -
cm
5. Tinggi anak tangga. Ket : Maksimal 20 - - -
cm
6. Lebar tangga/luas tangga. Ket : - - -
Minimal 150 cm
7. Jumlah sarana WC/urinoir Laki-laki. Tidak Tidak Tidak
Ket : Minimal 1 : 40
37

8. Tidak ada genangan (halaman sekolah, Ya Ya Ya


atap, talang).
9. Dinding kuat, tidak retak, tidak pecah. Tidak Tidak Ya
10. Dinding tidak berjamur. Tidak Tidak Ya
11. Dinding tidak dicat dengan kapur. Ya Ya Ya
12. Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, Ya Ya Ya
tidak retak, tidak licin, mudah
dibersihkan.
13. Tangga harus dilengkapi dengan - - -
pegangan tangan.
14. Tersedia tempat cuci tangan dengan air Tidak Ya Tidak
mengalir dan sabun di setiap kelas.
15. Kamar mandi bersih dan tidak berbau. Ya Ya Ya
16. Ventilasi dan penerangan kamar mandi Ya Ya Ya
cukup.
17. Lantai kamar mandi kedap air, tidak Ya Ya Ya
licin, tidak ada genangan air.
18. Kamar mandi/WC tersedia air bersih Ya Ya Ya
dan sabun.
19. Tersedia tempat sampah organik dan Ya Ya Ya
anorganik di setiap ruangan.
20. Tidak ada sampah yang berserakan. Ya Ya Ya
21. Tersedia Tempat Pembuangan Ya Ya Ya
Sementara (TPS) sampah.
22. Tidak ada sampah membusuk/ berbau Ya Ya Tidak
di TPS.
23. Air limbah mengalir dengan lancar. Ya Ya Ya
24. Tersedia penampungan air limbah Ya Ya Tidak
yang tertutup.
25. Saluran pembuangan air limbah kedap Ya Ya Tidak
air dan tertutup.
26. Tersedia septic tank dalam kondisi Ya Ya Ya
baik (tidak pecah, tidak bocor).
27. Tersedia area titik kumpul untuk Ya Ya Ya
evakuasi.
28. Tidak tersedia penampungan air Ya Ya Ya
permanen di kamar mandi/WC.
Sumber : (Data Primer Tahun 2022)
38

1. Jarak Papan Tulis

Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran semua (100%)

sekolah dasar sudah memenuhi persyaratan yaitu jarak papan tulis dengan

murid terdepan rata-rata 2,7 meter dan jarak papan tulis dengan murid yang

paling belakang yaitu rata-rata 6,3 meter. Penelitian ini menunjukkan bahwa

sesuai (100%) dengan syarat persyaratan sekolah menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006.

Menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pelaksanaan Pedoman Kebersihan

Lingkungan Sekolah, jarak dari papan tulis ke siswa barisan depan wajib

>2,5 meter, dan jarak dari papan tulis ke siswa terakhir maksimal 9 Meter.

Karena jika jaraknya terlalu dekat, kurang dari 2,5 meter, saat papan tulis

dibersihkan, debu kapur atau spidol akan terbang dan terhirup, yang akan

mempengaruhi fungsi pernapasan untuk waktu yang lama. Jika jarak papan

tulis dengan siswa terakhir > 9 meter akan menimbulkan masalah

konsentrasi belajar. Berdasarkan pengamatan dari 3 sekolah semua sudah

menggunakan papan tulis putih dengan spidol.

Penelitian ini tidak sejalan dengan Hasriana (2017) yaitu ada 2

sekolah (15,4%) yang tidak memenuhi syarat jarak papan tulis, disebabkan

karena kurangnya pengetahuan guru terhadap jarak ideal papan tulis dengan

bangku paling depan dan belakang, selain itu juga disebabkan karena siswa

yang sering menggeser meja dan kursi pada saat membersihkan ruangan dan
39

pada waktu istirahat. Penelitian lainnya yang tidak sejalan yang dilakukan

oleh Wijayanti (2013) di Surabaya Barat dengan jumlah sekolah sebanyak

15 sekolah, 13% tidak memenuhi syarat sekolah yang jarak antara papan

tulis dan meja terdepan siswanya kurang dari 2,5 meter. Selain itu, penelitian

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syeri dkk (2020) menyatakan

bahwa dari 7 sekolah dasar yang diteliti semua nya (100%) memenuhi

persyaratan jarak papan tulis.

2. Kepadatan Kelas

Berdasarkan penelitian dari 3 sekolah, hanya ada 1 sekolah

(66,7%) yang memenuhi persyaratan kepadatan kelas. Rata-rata jumlah

peserta murid sebanyak 32-46 murid per kelas dan luas kelas rata-rat 30-

32m² dan lebar 5m². Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No.24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah sudah memenuhi

syarat dengan aturan luas minimum ruang kelas 30m² dan lebar 5m². Tetapi

dengan jumlah murid 35 tidak memenuhi persyaratan karena minimal 32

murid perkelas.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa kepadatan kelas minimal 1,75

m2/murid. :Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang

tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya persentase

ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini akan
40

menimbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko

penularan penyakit.

Penelitian ini sejalan dengan Hasriana (2017) yaitu ada 2 sekolah

(15,4%) yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena banyaknya siswa

dan serta pihak sekolah tidak mengetahui luas minimal ruangan kelas untuk

setiap siswa. Selanjutnya penelitian lainnya yang sejalan yang dilakukan

oleh Menik (2016) menunjukkan bahwa kepadatan ruang kelas di SMA

Negeri 2 Sidoarjo melebihi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Pemerintah telah menetapkan rasio minimum ruang kelas 2m²/peserta didik,

sedangkan ukuran tiap ruang kelas di SMA Negeri 2 sidoarjo adalah 7,5m x

7,5 m. Untuk mendapatkan rasio minimum sesuai standar pemerintah,

jumlah peserta didik pada tiap kelas di SMA Negeri 2 Sidoarjo seharusnya

28-29 peserta didik. Namun sesuai dengan dokumen absensi kelas yang

penulis dapatkan, tiap kelas pada sekolah tersebut rata-rata memiliki 39-41

peserta didik. Itu berarti jumlah peserta didik pada tiap kelas di SMA Negeri

2 Sidoarjo melebihi 39% dari kapasitas standar.

3. WC/urinoir

Berdasarkan hasil penelitian pada jumlah WC/urinoir dari 3

sekolah yang diteliti, semua sekolah (100%) tidak memenuhi persyaratan

karena kurang nya jumlah sarana WC/urinoir yang tidak sebanding dengan

jumlah siswa/siswi. Berdasarkan pengamatan jumlah wc yang ada di sekolah

dasar berjumlah 2 wc untuk laki-laki, 2 wc untuk perempuan dan 1-2 wc


41

untuk guru. Semua sekolah menyediakan sabun dan air nya bersih, tidak

berbau dan penerangan kamar mandi cukup.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa jumlah sarana WC/urinoir Laki-

laki minimal 1:40 dan jumlah sarana WC/urinoir Perempuan 1:25. Pedoman

yang lainnya yaitu WC/urinoir harus bersih dan tidak berbau, ventilasi dan

penerangan kamar mandi cukup, lantai kamar mandi/WC/urinoir kedap air,

tidak licin dan tidak ada genangan air.

Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biaknya

nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang

memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan

beristirahatnya nyamuk. WC dan urinoir : Tinja dan urine merupakan

sumber penularan penyakit perut (diare, cacingan, hepatitis ). Penyakit ini

ditularkan melalui air, tangan, makanan dan lalat.

Penelitian ini sejalan dengan Hasriana (2017) bahwa semua

sekolah (100%) tidak memenuhi syarat indikator WC/urinoir disebabkan

karena kurangnya pengetahuan pihak sekolah akan jumlah ideal WC/urinoir

terhadap jumlah siswa dan siswi, kurangnya dana untuk memenuhi jumlah

WC/urinoir.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Blessing Dube dan

James January (2012) yang berasal dari Negara Zimbabwe dalam

penelitiannya toilet tidak digunakan dan dirawat oleh anak-anak sekolah dan
42

tidak sesuai dengan aturan pemerintah dan tidak memadai, sekolah yang

diteliti hanya ada 1 jamban untuk 36 murid hal ini yang bisa menyebabkan

penyumbatan dan menyebabkan kotor dan bau pada jamban.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Uwem Friday dkk

(2008) yang berasal dari Negara Nigeria, dari 3 sekolah milik pemerintah

menunjukkan kondisi sanitasi jamban buruk yang menyebabkan Prevalensi

infeksi kecacingan adalah 54,9% anak sekolah di sekolah negeri perkotaan,

63,5% di sekolah negeri pedesaan.

4. Dinding dan Lantai

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 sekolah (66,67%) yang

tidak memenuhi persyaratan dinding, karena ada sebagian dinding yang

retak dan mudah retak, pecah dan berjamur. Berdasarkan pengamatan ada 2

sekolah yang sebagian bangunan dinding nya mempunyai coretan, berjamur

karena ada yang dinding nya basah atau merembes di bagian atas, mudah

retak dan cat nya mengelupas, hal ini bisa menyebabkan debu bertebaran,

kelas menjadi kotor dan tidak indah dilihat dan bisa menjadi timbulnya

penyakit. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa dinding harus kuat,

tidak retak, tidak pecah, tidak berjamur dan tidak dicat dengan kapur.

Penelitian ini sejalan dengan Wijiyanti (2010) bahwa kondisi

dinding di Surabaya Barat 40% sekolah dasar kondisi dindingnya kotor,


43

20% dalam keadaan lembab 33% sekolah dasar yang dindingnya selalu

terkena percikan air. 27% sekolah dasar yang kondisi dindingnya mudah

retak. Penelitian lainnya yaitu yang dilakukan oleh Novianti dkk

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dinding sekolah dasar dari

21 sekolah dasar terdapat 4 (19,0%) dinding sekolah dasar yang memenuhi

syarat. Hal ini menunjukkan bahwa presentase dinding sekolah dasar yang

tidak memenuhi persyaratan kesehatan lebih banyak dibandingkan yang

memenuhi syarat. Dinding sekolah yang tidak memenuhi syarat tersebut

karena dinding sekolah berwarna kurang terang, kotor, banyak coretan-

coretan yang tidak berkaitan dengan proses pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua sekolah (100%) lantai

sudah memenuhi persyaratan , tetapi ada sekolah yang lantai nya sebagian

retak, lantai kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa lantai harus kuat, kedap air,

permukaan rata, tidak retak, tidak licin, mudah dibersihkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijiyanti (2010) bahwa

kondisi lantai di Surabaya Barat 27% kondisi lantainya retak. Penelitian

lainnya yaitu yang dilakukan oleh Novianti dkk berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan, lantai sekolah dasar dari 21 sekolah dasar

terdapat 14 (66,7%) lantai sekolah dasar yang memenuhi syarat.


44

Selanjutnya Penelitian Dari hasil observasi Devi dan Wiwik (2018)

lantai di sekolah dasar Kecamatan Kramatwatu Wilayah Utara seluruhnya

berlantaikan keramik. Lantai-lantai tersebut memiliki permukaan lantai yang

rata dan kedap air. Lantai sekolah haruslah lantai yang kedap air, karena

lantai yang tidak kedap air dapat menyerap air sehingga menyebabkan

kondisi lantai akan lembab dan berpotensi menjadi tempat berkembang biak

bakteri, jamur yang dapat meningkatkan penularan penyakit.

5. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan dan Sabun

Berdasarkan hasil penelitian dari 3 sekolah hanya terdapat 1

sekolah (33,33%) yang menyediakan tempat cuci tangan dengan air

mengalir dan sabun. Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit.

Kebiasaan cuci tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit

diare 30%. Tersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun

bertujuan untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan

sabun sebelum makan atau sesudah buang air besar merupakan salah satu

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa setiap kelas harus tersedia tempat

cuci tangan dengan air mengalir dan sabun di setiap kelas. Penelitian ini

sejalan dengan Syeri (2020) hanya ada 1 (14,2%) dari 7 sekolah yang
45

menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun di setiap

kelas.

Selanjutnya, hasil penlitian yang dilakukan Rosiy (2012) terhadap

sarana pencucian tangan di Sekolah Dasar Kota Tembilahan Kabupaten

Indragiri Hilir, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 34% sekolah

dasar di Kota Tembilahan tidak memiliki sarana tempat pencucian tangan,

sedangkan 17% diantaranya memiliki wastafel namun dalam keadaan yang

buruk. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1429 tahun 2006

minimal disediakan 1 tempat cuci tangan untuk 2 kelas, tempat cuci tangan

harus dilengkapi air mengalir dan sabun (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2006).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Apri dan Azmi (2018)

menunjukkan bahwa tempat cuci tangan di tiga SD Negeri 80% memenuhi

standar kesehatan tempat cuci tangan yang ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2014 tentang STBM terkait kriteria

utama sarana cuci tangan pakai sabun. Dari hasil observasi ditemukan masih

banyak tempat cuci tangan yang belum memenuhi standar yang telah

ditetapkan dalam peraturan tersebut. Kriteria tempat cuci tangan pakai sabun

antara lain tersedia air bersih yang dapat mengalir. Semua tempat cuci

tangan di ketiga sekolah tidak ada yang menyediakan sabun. Terdapat satu

sekolah yang tempat cuci tangannya hanya menggunakan ember. Selain itu

satu sekolah tidak berfungsi tempat cuci tangannya, karen akeran rusak dan

salurannya mampet.
46

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Uwem Friday dkk

(2008) yang berasal dari Negara Nigeria, dari 3 sekolah milik pemerintah

menunjukkan tidak tersedianya sabun cuci tangan, yang menyebabkan

prevalensi infeksi kecacingan adalah 54,9% anak sekolah di sekolah negeri

perkotaan, 63,5% di sekolah negeri pedesaan. Hasil penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Jack E. T. Grimes et.al (2016) yang berasal dari Negara

Ethiopia menunjukkan Sekolah dengan skor kebersihan yang lebih tinggi

(yaitu sekolah dengan ketersediaan jamban yang lebih baik dengan sabun

atau abu, baskom, dan air untuk mencuci tangan) memiliki cacing tambang

yang jauh lebih sedikit (Kendall's b = -0,076, 95% CI: -0,13 hingga -0,020).

6. Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil penelitian ada 1 sekolah (33,33%) yang

mempunyai TPS yang sampah nya busuk dan berbau, dikarenakan dicampur

oleh sampah rumah tangga dan sekolah nya menyatu dengan perumahan dan

bisa berasal dari sampah organik yang basah. Pada sub variabel sampah

lainnya yaitu tersedia tempat sampah organik dan anorganik di setiap

ruangan, tidak ada sampah yang berserakan dan tersedia Tempat

Pembuangan Sementara (TPS). Berdasarkan hasil penelitian dari 3 sekolah,

semua sekolah (100%) sudah memenuhi persyaratan. Berdasarkan

pengamatan di SD wilayah karangsong semua sudah mempunyai tempat

sampah di setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan dan mempunyai

TPS. Sampah diangkut setiap hari setelah jam pulang sekolah dan diangkut
47

ke TPS terdekat oleh petugas kebersihan wilayah tersebut. Penanganan

sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoak. Selain itu

dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Syeri (2020) bahwa 7

(100%) sekolah yang diteliti tidak tersedia tempat sampah organik dan

anorganik di setiap ruangan. Dan penelitian selanjutnya tidak sejalan dengan

penelitian Syeri (2020) bahwa dari 7 sekolah ,ada 1 sekolah (14,3%) yang

sampah nya berserakan di halaman sekolah. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Agustina (2020) menunjukan bahwa hasil inspeksi sanitasi

tempat sampah dari 9 sekolah yang ada di Kota Kupang memenuhi syarat 8

sekolah dengan persentase (88,8%) dan tidak memenuhi syarat 1 sekolah

dengan persentase (11,1%).

Penelitian yang dilakukan oleh Apri (2018) Kondisi sarana

pembuangan sampah di tiga SD Negeri 88.9% telah memenuhi standar

kesehatan sarana pembuangan sampah yang tercantum dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Safitri (2020)

menunjukkan pada fasilitas pembuangan sampah sebanyak 85% sekolah

tersedia tempat sampah disetiap ruangan namun hanya 12% sekolah yang

menyediakan tempat sampah tertutup.


48

7. Sarana Pembuangan Air Limbah

Berdasarkan hasil penelitian ada 1 sekolah (33,33%) yang tidak

memenuhi persyaratan karena penampungan air limbah yang terbuka dan

saluran pembuangan air limbah yang terbuka seharusnya tertutup dan kedap

air. Berdasarkan pengamatan semua sekolah air limbah nya mengalir dan

lancar, tersedia septic tank dalam kondisi baik. Sarana pembuangan air

limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan

menimbulkan bau, mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan

bersarangnya tikus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan

penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah). Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah menyebutkan bahwa air limbah harus mengalir dengan

lancar, tersedia penampungan air limbah yang tertutup dan saluran

pembuangan limbah kedap air dan tertutup.

Penelitian ini sejalan dengan Agustina Solo (2020) tentang air

limbah bahwa dari 9 sekolah yang memenuhi syarat hanya ada 2 (22,2%)

dikarenakan saluran pembuangan air limbah tidak tertutup dan tidak

mengalir dengan lancar. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Apri

dan Azmi menunjukka kondisi SPAL dari ketiga sekolah didapatkan nilai

92,9% telah memenuhi standar SPAL yang ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan


49

Lingkungan Sekolah. Namun demikian, masih ada deskriptor yang belum

dipenuhi dengan maksimal dan perlu ditingkatkan lagi. Kriteria tersebut

antara lain saluran SPAL yang tertutup. Saluran terbuka dapat

membahayakan peserta didik karena bisa saja peserta didik terjatuh saat

berlarian. Selain dapat membahayakan, saluran pembuangan yang terbuka

juga dapat mengganggu pemandangan dan menimbulkan bau tidak sedap.

C. Gambaran Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Tabel 13 Gambaran Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

No. Variabel SD N 1 SD N 2 SD N 3
KR.SONG KR.SONG KR.SONG
1. Angka Bebas Jentik (ABJ). Ket Tidak Ya Ya
: Maksimal 100%
2. Angka rata-rata populasi lalat. Ya Ya Ya
Ket : Maksimal < 2 ekor
3 Angka rata-rata populasi kecoa. Ya Ya Ya
Ket : Maksimal < 2 ekor
Sumber : (Data Primer Tahun 2022)
1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Berdasarkan pada tabel 13 diatas ada 1 (33,33%) sekolah yang

terdapat jentik nyamuk , berdasarkan pengamatan terhadap 3 sekolah

didapatkan sekolah yang ditemukan jentik nyamuk adalah 33,33% dari

jumlah sekolah yang diamati. Berdasarkan rumus ABJ dibawah ini :

𝐴𝐵𝐽 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 x100

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎


50

Sehingga hasil yang didapatkan :

𝐴𝐵𝐽 = 2 x 100% = 66,7 %


3

Berdasarkan hasil perhitungan ABJ sekolah dasar di wilayah

karangsong tidak memenuhi persyaratan ABJ karena target pencapaian

angka bebas jentik yakni 95%. Penelitian ini sejalan dengan Oka Lesmana

dan Rd Halim (2020) pada hasil perhitungan ABJ di kelurahan Kenali

Asam Bawah adalah 70%, yang menandakan bahwa nilai ABJ dibawah

standar nasional atau kepadatan jentik nyamuk masih tinggi serta berisiko

mempercepat penularan penyakit DBD oleh vector nyamuk Aedes Aegypti

di wilayah tersebut. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Alfitrah dkk (2016) menunjukkan bahwa ABJ di Pelabuhan

Talang Duku Jambi sebesar 69,23% termasuk dalam katagori rendah

(<95%) Hal ini mengindikasikan bahwa risiko terjadinya kasus DBD

cukup tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosidi dan Wiku (2016) dari hasil

penelitian diketahui bahwa distribusi frekuensi angka bebas jentik di

Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka sebagian besar kurang

baik yakni sebesar 45,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar kondisi rumah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan

Sumberjaya masih banyak dijumpai adanya jentik nyamuk penular DBD.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kurniawan (2016) menunjukkan

Angka Bebas Jentik didapatkan hasil sebesar 85%. Artinya dari 15 rumah
51

yang diperiksa tersebut masih terdapat jentik nyamuk. Indikator ABJ yang

95%, diperum dinyatakan masih dibawah indikator yang mana merupakan

faktor risiko untuk terjadinya persebaran penyakit DBD karena faktor

nyamuk menjadi besar.

2. Angka Rata-Rata Populasi Lalat dan Kecoa

a) Angka Rata-Rata Populasi Lalat

Berdasarkan hasil penelitian populasi lalat di 3 sekolah yang

diteliti, semua sekolah (100%) tidak ada lalat artinya populasi lalat

termasuk rendah, berdasarkan peraturan Kepmenkes nomer 50 tahun

2017 tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan

kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit serta

pengendaliannya termasuk memenuhi persyaratan karena angka rata-

rata populasi lalat <2.

Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan

masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran

pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau

menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang

rentan (Kusnoputranto, 2000).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Luthfi Hanifar

(2017) Hasil tingkat kepadatan lalat setelah dibandingkan dengan

Peraturan Kepmenkes RI No. 261/MENKES/SK/II/1998 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan hasil tersebut menunjukan bawah


52

tingkat kepadatan lalat dilima kantin masih memenuhi syarat karena

angka yang didapatkan tidak melebihi angka 2 Bila di katagorikan

masuk pada katagori rendah sehingga tidak menjadi masalah.

Selanjutnya, penelitian tidak sejalan dengan Yulia dan Eram (2017)

Dari hasil pengukuran kepadatan lalat pada sampel pertama yaitu SD 2

Sendangguwo ditemukan kepadatan lalat pada tempat sampah dengan

jumlah 3 ekor per blok grill. Pada sampel kedua yaitu SD 3 Sambiroto

kepadatan lalat pada tempat sampah dengan jumlah 15 ekor per blok

grill. Menurut Depkes RI (1992) apabila kepadatan lalat lebih dari 2

ekor per blok grill pada tempat sampah, hal tersebut termasuk dalam

populasi cukup padat yang memerlukan upaya pengendalian.

b) Angka Rata-Rata Populasi Kecoa

Berdasarkan hasil penelitian populasi kecoa di 3 sekolah yang

diteliti, semua sekolah (100%) tidak ada kecoa. Berdasarkan peraturan

Kepmenkes nomer 50 tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan

lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang

pembawa penyakit serta pengendaliannya termasuk memenuhi

persyaratan karena angka rata-rata populasi kecoa <2.

Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan

penyakit. Peranan tersebut antara lain sebagai vektor mekanik bagi

mikroorganisme patogen, sebagai inang perantara bagi beberapa

spesies cacing, menyebabkan timbulnya reaksi alergi seperti

dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata. Penyakit yang


53

ditularkan kecoa antara lain kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit

lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi buruk (Kemenkes RI,

2014)

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fitra (2021) Ditemukan kecoa jenis periplaneta americana diluar

gedung yaitu di area pengelolaan air limbah (bak penampungan air

limbah). Keberadaan kecoa di tempat tersebut erat kaitannya dengan

kondisi lingkungan gelap dan banyak nutrisi serta kondisi suhu rata-

rata 30ºC dan kelembaban 78% disukai kecoa. Dan dari hasil

pengamatan yang dilakukan oleh Muhammad Alfitrah dkk (2016)

menghasilkan Data hasil pengamatan kecoa di Pelabuhan Talang Duku

Jambi Tahun 2016, menunjukan terdapat kepadatan kecoa dengan

interpretasi tinggi sebesar 8,33%, untuk interpretasi sedang sebesar

66,67%, sedangkan untuk interpretasi rendah sebesar 25%. Dilihat dari

hasil interpretasi perlu dilakukan pengamanan tempat

berkembangbiakan dan rencana pengendalian baik secara kimia dan

non kimia. Pada tahun 2016 sampai sekarang belum perna dilakukan

pengendalian secara kimia.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Jumlah total skor variabel dari 3 sekolah dasar di wilayah karangsong

yaitu skor 77 (80,2%) yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi

sekolah dasar dan skor 19 (19,8%) yang tidak memenuhi persyaratan

hygiene sanitasi sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan total

skor 80,2% termasuk memenuhi persyaratan kesehatan hygiene sanitasi

sekolah dasar menurut Keputusan Menteri Kesehatan

RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006 karena total skor minimal 75%.

2. Berdasarkan penelitian pada variabel kantin menunjukkan bahwa dari 3

sekolah ada 1 sekolah (33,33%) yang tidak memenuhi persyaratan karena

sekolah tidak menyediakan tempat cuci peralatan makanan.

3. Berdasarkan penelitian pada variabel Sarana dan Bangunan menunjukkan

bahwa :

a) Jarak papan tulis murid depan dan belakang semua sekolah (100%)

sudah memenuhi syarat.

b) Kepadatan kelas ada 1 sekolah (33,3%) yang tidak memenuhi

persyaratan.

54
55

c) WC/urinoir dari 3 sekolah, semua tidak memenuhi persyaratan karena

jumlah wc tidak sebanding dengan jumlah murid.

d) Dinding ada 2 sekolah (66,67%) yang tidak memenuhi persyaratan

dinding, karena ada sebagian dinding yang retak dan mudah retak,

pecah dan berjamur, pada lantai semua sekolah sudah memenuhi

persyaratan (100%).

e) Ketersediaan cuci tangan dan sabun dari 3 sekolah hanya terdapat 1

sekolah (33,33%) yang menyediakan tempat cuci tangan dengan air

mengalir dan sabun.

f) Pada pengolahan sampah ada 1 sekolah (33,33%) yang tidak

memenuhi persyaratan karena mempunyai TPS yang sampah nya

busuk dan berbau.

g) Sarana SPAL ada 1 sekolah (33,33%) sekolah yang tidak memenuhi

persyaratan karena penampungan air limbah yang terbuka dan saluran

pembuangan air limbah yang terbuka.

4. Berdasarkan penelitian pada variabel Vektor dan Binatang Pembawa

Penyakit, pada sub variabel Angka Bebas Jentik hasil perhitungan dengan

rumus ABJ menghasilkan 66,7%, hasil tersebut tidak memenuhi

persyaratan ABJ karena target pencapaian angka bebas jentik yakni 95%.

Pada sub variabel populasi lalat dan kecoa sudah memenuhi persyaratan

karena populasi tidak ada atau < 2.


56

B. Saran

1. Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekolah

seperti yang tertera pada isi peraturan KEPMENKES RI

1429/Menkes/SK/XII/2006. Sekolah agar meningkatkan kedisiplinan bagi

siswa didik untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kebersihan

lingkungan, perilaku membuang sampah, kebersihan jamban sekolah.

2. Bagi Puskesmas dan Dinas Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi penilaian program kerja inspeksi

tempat-tempat umum dan UKS. Dan memberikan fasilitas sanitasi yang

belum terdapat di sekolah di wilayah Karangsong.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melengkapi variabel

yang tidak diteliti yaitu variabel air dan udara.


DAFTAR PUSTAKA

Abd.Rachman, R. Wiku, A.2016. Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan


Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue Dengan Angka Bebas Jentik Di
Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Jurnal
Kesehatan.

Achmadi, dkk.2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Buku Kompas,


Jakarta.

Agustina Solo.2020. Gambaran Kondisi Sanitasi Sekolah di Kota Kupang Tahun


2020. Skripsi. Poltekkes Kupang.

Agustina Febria, Pambayan Rindi, Fatmalina.2009. Higiene dan Sanitasi Pada


Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar Di
Keluarahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009 : Palembang

Ahmad, et al.2020. Pengaruh pemberian kompos tablet diperkaya mineral dan


trichoderma sp. Terhadap produktivitas dan kandungan vitamin X bawang
merah (Allium ascalonium). Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Vol 24
(1).

Anwar, M. S. H Saaludian.1999. Studi Lingkungan Perairan air Sungai di


Kecamatan Gambut dan Kertak Hanyu Kalimantan Selatan, Jakarta, Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan.

Azwar.2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta :Mutiara Sumber


Widya.

Bella P,Riyan Sari.2018. Gambaran Sanitasi Dasar Pada Sekolah Dasar di


Kecamatan Wayhalim Kota Bandar Lampung. Skripsi. Poltekkes
Tanjungkarang.

Blessing, D., James, J.2012. Factors Leading to Poor Water Sanitation Hygiene
Among Primary School Going Children in Chitungwiza. Journal Public
Health Afrika.

Budi, K.,Praba, G.,Sri, Y.2018. Hubungan Sanitasi Tpm Terhadap Kepadatan


Kecoa Di Pelabuhan Pemenang Kkp Kelas II Mataram. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal) Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018.

57
58

Darsah Fitri.2021. Pengamatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dan


Metode Pengendaliannya di PT.Lion Boga Tanggerang. Laporan Tinjauan :
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno Hatta.

Depkes,RI.2006. Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Depkes,RI.1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :


416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Depkes RI, Jakarta.

Depkes,RI.2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50


Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit
Serta Pengendaliannya. Depkes RI, Jakarta

Depkes,RI.2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam
Ruang Rumah. Depkes RI, Jakarta.

Desmawirdani.2019. Implementasi Pelaksanaan Sanitasi Sekolah Di Sekolah


Dasar Berpredikat Sekolah Sehat Di Kota Jambi Tahun 2019.Skripsi.
Universitas Sriwijaya

Novianti Devi, Eko Wiwik.2018. Implementasi Sanitasi Lingkungan Di Sekolah


Dasar: Laporan Inspeksi. Kesehatan Lingkungan, Pp. 175-188.

Gurit M,S.2011. Gambaran Sanitasi Sekolah Dasar Negeri dan MI di Kecamatan


Jelbuk Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember

Hasriana, Jafar Nuurhidayat dan Silvia.2017 Healthy Environment Development


In School Health Units Of Public Primary Schools In Bontobahari
Bulukumba. Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 76-85:
UNHAS

Imam, S. 2017. Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Gosyen Publishing.

Jack E. T. Grimes et.al.2016. School Water, Sanitation, and Hygiene, Soil-


Transmitted Helminths, and Schistosomes: National Mapping in Ethiopia.
Journal Plos Neglected Tropical Diseases

Kusnoputranto, H.2003. Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Fakultas Kesehatan


Masyarakat VI.
59

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pengendalian Kecoa. Jakarta : DItjen PP dan PL

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pengendalian Lalat. Jakarta : DItjen PP dan PL

Muhammad, A.,Hutwan, S.,Nazarudin.2016. Strategi Pengelolaan Sanitasi


Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Pelabuhan Sehat Di Pelabuhan Talang
Duku Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan.

Naway Ridwan.2013. Pengembangan Sistem Pelayanan Air Bersih. JSS,


Mei.Ppp.444-451.

Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nur, R.A., Septi, I.P dkk.2018. Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sekolah Dasar Di
Kabupaten Banyuwangi.Jurnal JPH RECODE Oktober 2018; 2 (1) : 11-21

Oka Lesmana, Rd Halim.2020. Gambaran Tingkat Kepadatan Jentik Nyamuk


Aedes Aegypti Di Kelurahan Kenali Asam Bawah Kota Jambi. Jurnal
Kesmas Jambi (JKMJ)

Oktavia Menik, C.N. Pengaruh Kepadatan Ruang Kelas Terhadap Proses


Pembelajaran Pai Di SMA Negeri 2 Sidoarjo.Skripsi : UIN Sunan Ampel
Surabaya

Putri Ika.2010. Studi Kondisi Fisik dan Sanitasi Sekolah Dasar Negeri Di
Wilayah Surabaya Utara dan Surabaya Barat: UNESA

Rasyidah.2018. Kelimpahan Lumut Kerak (Lichenes) Sebagai Bioindikator


Kualitas Udara Di Kawasan Perkotaan Kota Medani : UIN Sumatra Utara

Risca Nur,Indra Septa,Ayu Merisa. 2018. Inspeksi Kesehatan Lingkungan


Sekolah Dasar Di Kabupaten Banyuwangi. JPH, Pp. 11-21.

Riyadi dan Bratakusumah, Deddy.2004. Perencanaan Pembangunan Daerah:


Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.. Gramedia,
Pustaka Utama. Jakarta.

Safitri, A.D.2020. Kondisi Sanitasi Lingkungan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Di Sekolah Dasar. Jurnal : Higeia Journal Of Public Health Research
And Development.

Setiawan, F.D.2008. Perawatan Mekanikal Mesin Produksi, Maximus,


Yogyakarta.
60

Suparlan.2012. Pengantar Pengawasan Higyene Snitasi Tempat-Tempat Umum,


Wisata dan Usaha-Usaha Untuk Umum. Surabaya: Percetakan Duatujuh.

Sri Mulyati, H. A.2021. Tinjauan Sanitasi Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah


Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu Tahun 2020. JNPH, Oktober.Pp.
100-107.

Syeri Oktaviani Tewuh, dkk.2020. Gambaran Inspeksi Sanitasi Kesehatan


Lingkungan Sekolah Dasar. Kesmas, Pp. 176-183.

Umar.2003. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Ujung Pandang: FKM Unhas,


Widya: Jakarta.

UNICEF Indonesia.2012.Ringkasan Kajian Air Bersih,Sanitasi dan


Kebersihan.Diakses dari :https://www.unicef.org/Indonesia/id/A8_-
_B_Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.

Uwem, F.W., Simon, N.O., Chiedu, F.M., Sammy, O.S., 2008. Helminthiasis and
Hygiene Conditions of Schools in Ikenne, Ogun State, Nigeria. Journal Plos
Neglected Tropical Diseases.

Yulia, S.N.K., Eram, T.P.2017. Kondisi Sanitasi Dan Kepadatan Lalat Kantin
Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu. Jurnal of Health
Education 1 (2) (2016).
LAMPIRAN

61
Lampiran 1

PENILAIAN HYGIENE SANITASI SD

1. Nama SD :
2. Tanggal Penilaian : 4. Alamat :
3. Nama Kepala Sekolah : 5. Jumlah Murid :

Wajib
NO VARIABEL/KOMPONEN BOBOT NILAI SCORE
Terpenuhi
A PANGAN
1 Kantin
a Tersedia tempat cuci peralatan makanan Tidak 1
b Tersedia tempat penyimpanan makanan jadi Tidak 1
c Tersedia tempat penyimpanan peralatan makan Tidak 1
minum
d Jauh dari sumber pencemaran minimal 20 m Tidak 1
B SARANA DAN BANGUNAN
1 Sarana dan Bangunan
Jarak papan tulis dengan murid terdepan. Ket : Tidak 1
a
Minimal > 2,5 meter
Jarak papan tulis dengan murid paling Tidak 1
b
belakang. Ket : Minimal
c Kepadatan Kelas. Ket : Minimal 1,75 m2/murid Ya 1
d Lebar anak tangga. Ket : Minimal 30 cm Tidak 1
e Tinggi anak tangga. Ket : Maksimal 20 cm Tidak 1
f Lebar tangga/luas tangga. Ket : Minimal 150 cm Tidak 1
g Jumlah sarana WC/urinoir Laki-laki. Ket : Ya 1
Minimal 1 : 40
h Jumlah sarana WC/urinoir Perempuan. Ket : Ya 1
Minimal 1 : 25
2 Persyaratan Kesehatan
a Tidak ada genangan (halaman sekolah, atap, Tidak 1
talang).
b Dinding kuat, tidak retak, tidak pecah. Tidak 1
c Dinding tidak berjamur. Tidak 1
d Dinding tidak dicat dengan kapur. Tidak 1
Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, Tidak 1
e
tidak retak, tidak licin, mudah dibersihkan.
f Tangga harus dilengkapi dengan pegangan Tidak 1
tangan.
Tersedia tempat cuci tangan dengan air Tidak 1
g
mengalir dan sabun di setiap kelas.
h Kamar mandi bersih dan tidak berbau. Tidak 1

62
63

Wajib
NO VARIABEL/KOMPONEN BOBOT NILAI SCORE
Terpenuhi
i Ventilasi dan penerangan kamar mandi cukup. Tidak 1
Lantai kamar mandi kedap air, tidak licin, tidak Tidak 1
j
ada genangan air.
k Kamar mandi/WC tersedia air bersih dan sabun. Tidak 1
Tersedia tempat sampah organik dan Tidak 1
l
anorganik di setiap ruangan.
m Tidak ada sampah yang berserakan. Tidak 1
n Tersedia Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tidak 1
sampah.
o Tidak ada sampah membusuk/ berbau di TPS. Tidak 1
p Air limbah mengalir dengan lancar. Tidak 1
q Tersedia penampungan air limbah yang tertutup. Tidak 1
r Saluran pembuangan air limbah kedap air dan Tidak 1
tertutup.
Tersedia septic tank dalam kondisi baik Tidak 1
s
(tidak pecah, tidak bocor).
t Tersedia area titik kumpul untuk evakuasi. Tidak 1
Tidak tersedia penampungan air Tidak 1
u
permanen di kamar mandi/WC.
C VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
1 Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
a Angka Bebas Jentik (ABJ). Ket : Maksimal Ya 1
100%
b Angka rata-rata populasi lalat. Ket : Maksimal Ya 1
c Angka rata-rata populasi kecoa. Ket : Maksimal Tidak 1
Total Score
Jumlah Total Kriteria Utama Minimal (Ya) 5
Jumlah Kriteria Utama Minimal Yang Terpenuhi
Total Jumlah Komponen 36
Presentase Skor Inspeksi
Mengetahui : ……………………
Kepala Sekolah / MI Penilai/Pemeriksa

NIP
64
y ty

Lampiran 2

Peta Administrasi Desa Karangsong

Sumber : KKN-PPM UGM 2016


65

Lampiran 3
Surat Tugas Bimbingan Skripsi
66

Lampiran 4
Surat Permohonan Ijin Penelitian
67
68
69

Lampiran 5
Surat Balasan Penelitian
70
71
72

Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai