SKRIPSI
Oleh
SILMI HASANAH
NIM. 161000266
Oleh
SILMI HASANAH
NIM. 161000266
Menyetujui
Pembimbing :
i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Higiene
Djoelham Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Silmi Hasanah
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Pengelolaan makanan yang higienis dan sehat perlu diawasi secara khusus. Yang
mana pelayanan makanan rumah sakit diperuntukkan bagi pasien rawat inap
dengan ancaman penyebaran kuman yang tinggi. Pengelolaan makanan perlu
dilakukan observasi penerapan prinsip hygiene sanitasi makanan, pengetahuan
dan prilaku penjamah makanannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keadaan instalasi gizi, higiene dan sanitasi pengelolaan makanan,
serta pengawasan terkait higiene sanitasi pengelolaan makanan di di instalasi gizi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2020. Jenis penelitian deskriptif. Subjek
penelitian adalah penjamah dan objeknya pengelolaan makanan yang ada di
instalasi gizi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pada instalasi gizi
sudah memadai, higiene sarana dan prasarana belum memenuhi syarat dengan
total nilai 80 (86.9%) menurut Permenkes No. 1096/MENKES/PER/VI/2011.
SDM pada instalasi gizi sudah memenuhi kualifikasi namun tidak memenuhi
secara kuantitas menurut Permenkes RI No.78 tahun 2013. Analisa prinsip higiene
sanitasi penyelenggaraan makanan belum memenuhi syarat Permenkes No.
1096/MENKES/PER/VI/2011 serta Permenkes No. 7 Tahun 2019. Pengawasan
higiene sanitasi belum dilakukan dengan maksimal. Untuk pengetahuan, sikap dan
prilaku penjamah sudah baikPenjamah makanan memiliki pengetahuan, sikap dan
tindakan yang baik. Disarankan agar rumah sakit meningkatkan fasilitas yang
dibutuhkan oleh karyawan, memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada
penjamah makanan tentang hygiene sanitasi makanan serta perencanaan kegiatan
pengawasan tahunan pada instalasi gizi.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Hygienic and healthy food management needs special supervision. Where the
hospital food service is intended for inpatients with a high threat of spreading
germs. Food management needs to be carried out by observing the application of
the principles of food sanitation hygiene, knowledge and behavior of food
handlers. The purpose of this study was to determine the condition of the
nutrition, hygiene and food management sanitation installations, as well as
supervision related to food management sanitation hygiene in the nutrition
installation of Dr. R.M. Djoelham Binjai Year 2020. The type of descriptive
research. The research subjects were handlers and the object was food
management in the nutrition installation. Collecting data using observation sheets
and questionnaires. The results showed that the facilities and infrastructure at the
nutrition installation were adequate, the hygiene facilities and infrastructure had
not met the requirements with a total value of 80 (86.9%) according to Permenkes
No. 1096 / MENKES / PER / VI / 2011. Human resources in nutrition
installations have met the qualifications but do not meet in quantity according to
Permenkes No.78 of 2013. Analysis of the principles of hygiene and sanitation in
food management has not met the requirements of Permenkes No. 1096 /
MENKES / PER / VI / 2011 and Permenkes No. 7 of 2019. Supervision of
sanitation hygiene has not been carried out optimally. For knowledge, attitudes
and behavior of food handlers are good. Food handlers have good knowledge,
attitudes and actions. It is recommended that the hospital improve the facilities
needed by employees, provide training and counseling to food handlers about
food sanitation hygiene and planning annual monitoring activities in nutrition
installations.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. RM.
Djoelham Binjai Tahun 2020”. Skripsi ini disusun guna sebagai salah satu
memperoleh dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes. selaku Plt. Ketua Departemen Kesehatan
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberi masukan dan saran
4. Ir. Indra Chahaya S., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
skripsi ini.
vi
Universitas Sumatera Utara
5. Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu
6. Arfah Mardiana Lubis, M.Psi. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
Sumatera Utara.
8. Kepada Rumandawaty dan staff selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD Dr. RM.
Djoelham Binjai yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
S.Pd., M.Pd. serta adik tercinta Nikita Maulidiana yang tak pernah lelah
itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
Silmi Hasanah
vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 8
Rumah Sakit 8
Jenis rumah sakit 8
Klasifikasi rumah sakit 9
Instalasi Gizi 10
Ruang lingkup 11
Tenaga gizi 11
Kualifikasi tenaga gizi 15
Makanan 17
Sumber pencemaran makanan 18
Peran makanan dalam penyebaran penyakit 19
Penyakit Bawaan Makanan ( Foodborne Disease) 20
Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman 22
Pengawasan Higiene Sanitasi Makanan Rumah Sakit 33
Kerangka Konsep 35
Metode Penelitian 36
Jenis Peneltian 36
Lokasi dan Waktu Penelitian 36
Populasi dan Sampel 36
viii
Universitas Sumatera Utara
Objek Penelitian 37
Definisi Operasional 37
Metode Pengumpulan Data 39
Metode Pengukuran 40
Metode Analisis Data 41
Hasil Penelitian 42
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 42
Gambaran Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 43
Sarana dan prasarana 44
SDM 51
Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSUD
Dr. RM. Djoelham Binjai 54
Higiene dan sanitasi pada pemilihan bahan makanan di
instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 54
Higiene dan sanitasi pada penyimpanan bahan makanan di
instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 55
Higiene dan sanitasi pengolahan makanan di Instalasi Gizi
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 57
Higiene dan sanitasi penyimpanan makanan jadi di instalasi
gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 66
Higiene dan sanitasi pada pengangkutan makanan di instalasi
gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 67
Higiene dan sanitasi pada penyajian makanan di instalasi gizi
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 68
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi
Gizi Dr. RM. Djoelham Binjai 68
Internal 68
Eksternal 69
Pembahasan 71
Instalasi Gizi RSUD Dr. RM Djoelham Binjai 71
Sarana dan prasarana 71
SDM 81
Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSUD
Dr. RM. Djoelham Binjai 83
Higiene dan sanitasi pada penyimpanan bahan makanan di
instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 84
Higiene dan sanitasi penyimpanan makanan jadi di instalasi
gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 90
Higiene dan sanitasi pada pengangkutan makanan di instalasi
gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 91
ix
Universitas Sumatera Utara
Higiene dan sanitasi pada penyajian makanan di instalasi gizi
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai 91
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi
Gizi Dr. RM. Djoelham Binjai 92
Keterbatasan Penelitian 93
Daftar Pustaka 96
Lampiran 99
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
xii
xiii
No Judul Halaman
2. Kerangka konsep 35
xiv
No Judul Halaman
3. Denah Gedung dan Dapur Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. 101
Djoelham Binjai
xv
xvi
September 1998. Penulis beragama Islam, anak keempat dari lima bersaudara dari
Tahun 2003. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 020584 Binjai pada Tahun
2004 –2010, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Binjai Tahun 2010 –
2013, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Binjai pada Tahun 2013 – 2016.
Silmi Hasanah
xvii
Latar Belakang
data profil kesehatan Indonesia tahun 2019 dengan persentase kenaikan sejumlah
pelayanan kesehatan klinis tetapi juga pelayanan non klinis. Pelayanan non klinis
makanan untuk pasien rawat inap. Penyediaan makanan di rumah sakit merupakan
kepada pasien rawat inap. Penyediaan makanan ini dilaksanakan dengan tujuan
kebutuhan, dan pelayanan yang baik serta layak bagi pasien yang mengonsumsi
Pelayanan gizi di rumah sakit baik berupa layanan asuhan gizi maupun
penyelenggaraan makan bagi pasien di rumah sakit merupakan faktor yang sangat
asupan gizi yang tepat selama menjalani perawatan di rumah sakit maka hal ini
1
Universitas Sumatera Utara
2
sanitasi makanan ditentukan oleh ada atau tidaknya zat kontaminan terhadap
adalah ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan
untuk masyarakat, agar makanan sehat dan bebas dari kontaminasi. Makanan yang
beberapa cara agar makanan tetap aman dan sehat meliputi penyimpanan,
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Batu Bara Tahun 2018 diketahui
bahwa penjamah makanan di Instalasi gizi RSUD Batu Bara tidak menggunakan
sarung tangan pada saat kontak dengan makanan. Hanya 2 (dua) prinsip higiene
sanitasi yang telah memenuhi persyaratan yaitu dalam hal pemilihan bahan baku
pengelolaan makanan dan minuman di Instalasi Gizi RSUD Batu Bara belum
kuman peralatan makan ( piring ) di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pancaran
Kasih GMIM Kota Manado masih belum memenuhi standar berdasarkan aturan
yang ada dan angka kuman pada peralatan makan diperoleh pada kisaran 28.000 -
72.000 koloni/cm2 . Jumlah ini termasuk dalam kategori melebihi nilai ambang
batas angka kuman. Hal ini dapat dikaitkan dengan tempat makan untuk pasien
memiliki 2 (dua) jenis bahan yaitu pasien kelas II dan III mendapatkan tempat
makan berbahan plastik yang memiliki sudut mati yang sulit dibersihkan,
sedangkan pasien kelas I mendapatkan yang tempat makanan berbahan stainless
steel.
Makanan dan Keberadaan Bakteri pada Makanan Jadi di RSUD Dr. Harjono
Diri (APD), belum mengikuti pelatihan higiene sanitasi, dan belum melakukan
Makanan di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan Tahun 2019 bahwa
indikator yang belum memenuhi standar yaitu penerangan yang kurang dari 200
lux dan dinding tidak bersih, pada tempat pengolahan makanan terdapat 3 (tiga)
jadi tidak ditutup, pada pengangkutan dan penyajian makanan terdapat masing-
bahwa para penjamah makanan belum ada kepatuhan untuk memakai Alat
setahun
yang mana tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Daerah Djoelham para penjamah makanan tidak memakai alat pelindung diri yang
Kemudian Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham tidak memiliki
lemari yang tertutup dan bersih untuk menyimpan wadah dan peralatan makanan
Binjai.
Perumusan Masalah
ditemukan para penjamah makanan dan minuman tidak memakai Alat Pelindung
Diri ( APD ) yang lengkap sehingga dapat menyebabkan kontaminasi yang tidak
mengetahui apakah RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai sudah menerapkan Peraturan
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keadaan higiene dan sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi RSUD Dr.
Tujuan khusus.
1. Untuk mengetahui sarana dan prasana serta sumber daya manusia di instalasi
instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai berdasarkan Peraturan Menteri
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai agar memenuhi
4. Sebagai bahan informasi untuk peneliti lain yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
Tinjauan Pustaka
Rumah Sakit
upaya promotif dan preventif, melainkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif
juga. Untuk memperolah upaya kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh dari
2015).
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit
diselenggarakan dalam rumah sakit pemerintah, rumah sakit daerah, dan rumah
Rumah sakit daerah adalah satuan organisasi yang melaksanakan tugas teknis dari
sakit swasta adalah organisasi legal yang memiliki usaha bergerak pada kegiatan
sebanyak 16,92%. Di tahun 2014 jumlah rumah sakit sebanyak 2.406 meningkat
menjadi 2.813 pada tahun 2018. Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan
8
Universitas Sumatera Utara
9
tahun 2018 terdiri dari 2.269 Rumah Sakit Umum (RSUD) dan 554 Rumah Sakit
dantaranya 4 jenis oleh pemerintah pusat (Kemenkes, Kepolisian, Polri, K/L dan
BUMN), 3 jenis oleh pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) dan RS
Umum milik swasta. Terdapat 17 jenis rumah sakit khusus di Indonesia dengan
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) sebagai jenis rumah sakit khusus terbanyak
setiap tahunnya. Rumah Sakit Khusus terbanyak pada tahun 2018 yaitu Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA) sebesar 67,46%, Rumah Sakit Jiwa sebesar 7,78%,
yang diberikan terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus (Depkes,
2014).
Rumah sakit umum. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
pelayanan yang diberikan, rumah sakit umum terbagi atas 4 yaitu Rumah Sakit
Umum Kelas A, Rumah Sakit Umum Kelas B, Rumah Sakit Umum Kelas C, dan
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang menyediakan pelayanan kedokteran
spesialis maupun subspesialis secara lengkap. Rumah sakit ini merupakan rumah
Rumah sakit kelas B berdiri pada ibukota provinsi (propincial hospital) yang
menerima rujukan dari dari rumah sakit kota/kabupaten. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit umum kelas C. Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang
dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan
Rumah sakit umum kelas D. Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang
bersifat peralihan karena akan dinaikkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas C.
puskemas.
Rumah sakit khusus. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhasan yang lain
(Depkes, 2018).
Instalasi Gizi
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
(Anonim, 2017) Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang disesuaikan
kepada keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
penyakit. pasien yang dalam proses penyembuhannya tidak berjalan lacar sering
Terapi gizi atau terapi diet adalah kegiatan dari perawatan penyakit agar
kebutuhan gizi sesuai dengan kemampuan organ. Diet pasien harus senantiasa
3. Penyelenggaraan makanan
atas pegawai ahli dan pegawai non ahli. Pegawai yang ahli adalah tenaga gizi
yang sudah memiliki pendidikan dasar khusus gizi seperti sarjana gizi, sarjana
muda gizi, serta tenaga menengah gizi atau “peratur gizi”. Karena itu tenaga
pemasak serta tenaga pembersih atau pekarya lain yang bekerja di bidang
penyelenggaraan makanan digolongkan dalam tenaga non ahli gizi. (Menkes,
2013).
untuk 75-100 tempat tidur, di perlukan 1(satu) tenaga ahli gizi dan 2 tenaga
menengah gizi dan untuk 5-6 tempat tidur dibutuhkan 1(satu) tenaga pemasak. 60-
Ahli gizi. Seseorang ahli gizi (sarjana atau sarjana muda gizi) harus bisa
mengaplikasikan ilmu gizi pada pasien yang ditangani. Tugas dan tanggung jawab
c. Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai dengan pola
instalasi gizi.
instalasi gizi.
kerja pegawai.
h. Merencanakan , mengembangkan, membina, menilaikan kegiatan pelayanan
gizi ruang rawat inap. Penyuluhan dan rujukan gizi. Kegiatan penelitian
calon sarjana muda gizi. Tenaga menengah gizi, pegawai kesehatan atau
tugas dan tanggung jawab seorang pengatur atau pembantu ahli gizi meliputi
(Intiyati, 2018).
peralatan.
makanan.
2018).
a. Merencanakan cara kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan menu dan
kepala pemasak.
pemasak.
(Intiyati, 2018).
a. Mengambil makanan dari dapur untuk dibawa ke ruangan.
instalasi gizi harus dipimpin dan dikepalai oleh seseorang yang benar-benar ahli
gizi dan dietetik, juga harus menguasai administrasi makanan banyak dan
Makanan
dan pertumbuhan manusia. Makanan wajib sehat, aman dan higienis, tidak
(Mukono, 2004).
Menurut Notoatmojo (2003) ada empat fungsi pokok makanan bagi
biologi atau kimia, bahan asing atau bahan lain yang tidak sengaja ditambahkan
banyaknya penyakit dari makanan. Sumber kontaminasi dapat datang dari mana
saja, namun yang faktor yang paling berisiko menjadi kontaminan terbesar adalah
2005).
sebagainya.
4. Kontaminasi radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radio aktif,
(tiga) yaitu :
dalam makanan akibat lalai baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh,
serangga yang tercampur dengan nasi goreng, dan boraks yang dicampurkan
makanan yang telah dimasak sempurna. Contoh, nasi yang dihinggapi lalat
yaitu:
racun.
penyakit apabila makanan tercemar oleh bahan yang berbahaya untuk kesehatan,
suhu dan waktu yang cukup serta kondisi yang memungkinkan tumbuhnya
makanan yang mengandung racun dapat berasal dari jamur, kerang, pestisida,
susu, bahan bracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan, dan bakteri
(WHO, 2008).
Pada dasarnya, racun bisa merusak semua organ tubuh manusia, tetapi
yang paling mudah diganggu adalah saluran cerna dan sistem saraf. Gangguan
saluran cerna menimbulkan gejala seperti sakit perut, rasa mual, muntah, dan
terkadang disertai diare. Sementara itu, gangguan sistem saraf timbul dengan
gejala rasa lemah, gatal, kesemutan (parestesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot
pernapasan (Arisman,2009).
ringan. Keracunan ringan biasanya lenyap dalam beberapa jam dengan sendirinya.
Sedangkan, keracunan berat baru akan mereda setelah beberapa hari, minggu, atau
bulan. Keracunan berat bahkan sering meninggalkan gejala sisa, seperti kanker,
kebutaan kongenital (pada bayi dengan ibu yang menelan zat toksik sewaktu
(tiga) yaitu :
terlihat.
Sanitasi berarti sehat dalam bahasa latin. Dalam industri pangan, sanitasi
dan kesesuaian pangan pada seluruh tahap rantai makanan (Codex Alimentarius
Comission, 1997).
Higiene merupakan upaya mempertahankan kesehatan dengan cara
adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan (Depkes RI. 2004).
Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan teknis yang ditetapkan untuk barang
hasil dari rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi
Higiene dan sanitasi sebagai patokan penting dalam industri pangan siap
saji atau jasa boga. Kegiatan higiene dan sanitasi merupakan bagian penting dari
industri pangan siap saji agar dihasilkan produk yang aman, bermutu, bergizi dan
ditujukan agar tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
mewujudkan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam pengelolaan makanan
(Depkes, 2013).
bahan baik terolah maupun tidak termasuk bahan tambahan makanan dan bahan
makanan harus :
2. Sebelum diolah bahan pangan harus melalui pemilihan guna menjamin mutu
pangan.
4. Makanan tidak dikemas : baru dan segar; tidak basi, busuk, rusak atau
suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan
bahan makanan kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan
yaitu bahan pangan kering dan bahan pangan basah (Rauf, 2013). Jenis bahan
makanan kering seperti tepung-tepungan, mie, beras, bumbu kering, dan beberapa
Bahan pangan kering lebih awet dibanding bahan pangan golongan lain karena
kadar air lebih rendah. Penyebab kerusakan bahan pangan kering biasanya karena
cara penyimpanan yang salah. Bahan pangan kering mudah menyerap air dan bau
(Intiyati, 2018).
Bahan pangan basah merupakan bahan pangan dengan kadar air tinggi.
Bahan pangan basah harus digunakan segera, apabila tidak digunakan segera
maka bahan pangan harus di simpan pada keadaan suhu rendah untuk
5. Bahan pangan hendaknya disimpan pada tempat dengan ketinggian atau jarak
6. Suhu gudang bahan pangan kering dan kaleng dijaga kurang dari 25 °C
8. Penempatan bahan pangan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga
sirkulasi udara.
10. Bahan makanan kering seperti contohnya tepung dan biji disimpan pada suhu
13. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO) yaitu yang disimpan lebih
dahulu digunakan dahulu dan First Expired First Out (FEFO) yaitu yang
memiliki masa kadaluarsa lebih pendek lebih dahulu digunakan agar tidak
14. Didalam dapur harus tersedia tempat penyimpanan contoh pangan jadi (food
penyimpanan FIFO (First In First Out). Berikut prinsip sistem penyimpanan FIFO
(Intiyati, 2018) :
pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap
selalu dibersihkan. Kain pel untuk lantai diberi kode hijau pada gagangnya.
silang.
dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan
semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
7. Peralatan
a. Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara
b. Peralatan memasak tidak larut dalam asam/basa atau garam dan tidak
melepas bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam
Antimon (Stibium)
berbeda.
dikeringkan.
8. Wadah penyimpanan makanan memiliki tutup dan lubang untuk keluar panas
12. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan
dahulu.
hangat.
kedalam makanan.
dimaksudkan untuk mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas
makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik
rawan untuk perkembangbiakan bakteri pathogen dan pembusuk pada suhu yang
a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
minuman
c. Jumlah kandungan logam berat atau ressidu pestisida, tidak boleh melebihi
d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu yang
e. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi
berikut Tabel 3
Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan makanan,
memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga
(Aritonang, 2012).
Cara pengangkutan untuk bahan pangan dan makanan siap santap berbeda
kondensasi.
f. Suhu pada kendaraan pengangkutan harus sesuai dengan makanan yang
akan disajikan.
makanan sudah jadi kepada konsumen. Penyajian makanan yang buruk dapat
(Wirdatika, 2018).
4. Pangan yang harus disajikan hangat dan dingin diletakkan pada tempat
tugas mengawas untuk membuktikan hasil kerja sesuai dengan yang direncanakan
(Winardi, 2000).
rumah sakit itu sendiri guna mempertahankan mutu pelayanan kesehatan (Saputra,
2014).
melakukan pengawasan.
pangan siap saji, air bersih, alat pangan, dan alat masak.
laboratorium.
6. Kantin dan rumah makan dalam lingkungan rumah sakit merupakan tanggung
Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Petugas sanitasi dari
dengan metode uji petik guna menilai kualitas makanan. Instrumen inspeksi
Kerangka Konsep
Memenuhi Syarat
Pengawasan
Internal Tidak Memenuhi Syarat
Eksternal Permenkes RI No. 7 tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Gambar 2. Kerangka
konsep
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
penelitian yang mengungkapkan mengenai suatu objek yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam untuk melihat Higiene dan Sanitasi Pengelolaan
Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai tahun 2020.
Binjai. Lokasi penelitian dipilih karena rumah sakit tersebut milik Pemerintah
intensif.
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah 1 orang kepala instalasi gizi
serta seluruh penjamah makanan di instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai
sebanyak 12 orang yang terdiri dari 5 orang juru masak, 5 orang pramusaji, dan 2
teknik total sampling, maka sampel dari penelitian ini adalah seluruh penjamah
makanan yang ada di instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai yaitu
36
Universitas Sumatera Utara
37
Objek Penelitian
pengelolaan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai yang
Definisi Operasional
menyelenggarakan makanan dan pengatur diet untuk kebutuhan pasien rawat inap.
maupun non gizi yang sesuai kualifikasi untuk melengkapi organisasi instalasi
gizi.
Sarana dan prasarana. Sarana dan Prasarana adalah tempat dan fasilitas
pengangkutan pangan siap saji kepada konsumen demi menjaga mutu pangan
tersebut.
memilih bahan berkualitas yang akan diolah baik bahan pangan kemasan maupun
untuk mempertahankan bahan pangan agar tetap dalam kondisi terbaik saat akan
mengolah bahan pangan menjadi pangan siap saji yang dengan memperhatikan
menghantarkan makanan yang sudah diletakkan pada wadah bersih dengan alat
Sakit.
agar pengelolaan makanan terlaksana sesuai dengan rencana, dan sesuai dengan
ketidaktertiban.
Sakit.
Sakit.
langsung di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Djoelham Binjai terkait Higiene
dan Sanitasi Pengolahan Makanan di Instalasi Gizi dengan lembar observasi dan
Sakit.
Data sekunder. Pengumpulan data sekunder didapat dari arsip RSUD Dr.
Dr. RM. Djoelham Binjai menggunakan 2 (dua) lembar observasi tentang Uji
Kelaikan Fisik untuk higiene sanitasi makanan jasaboga dan Higiene Sanitasi
1. Instalasi Gizi
Instalasi Gizi mencakup lokasi dan bangunan serta sumber daya manusia
sebagai berikut :
a. Memenuhi Syarat, apabila sesuai dengan Permenkes Nomor
3. Pengawasan
2019
Tahun 2019
Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. RM.
Sejarah berdirinya RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai. RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai merupakan rumah sakit pemerintah kota Binjai dengan tipe B.
Rumah sakit ini memiliki luas area 4.229 m² dan luas bangunan 3.159 m². Rumah
sakit ini didirikan oleh Tengku Musa pada tahun 1927. Pada awal berdirinya,
rumah sakit ini bernama RSU Binjai yang memiliki satu gedung dengan fasilitas
yang masih sederhana dengan hanya memiliki satu orang dokter yang bertugas.
Tahun 1976 – 1980 status RSU Binjai merupakan rumah sakit pembantu
dasar dengan RSU Tanjung Pura sebagai rumah sakit induknya. Tahun 1981–
1985 merupakan periode proses dimana RSU Binjai menuju RSUD kelas C
dengan program sistem paket dokter spesialis. Tahun 1985 – 1987 Departemen
Pada tanggal 18 Mei 1992, nama RSU Binjai berubah nama menjadi
Binjai. RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai telah lulus akreditasi B pada tanggal 15
Juni 2017 dan telah memperoleh akreditaasi tingkat paripurna dari Komisi
42
Universitas Sumatera Utara
43
Visi, misi dan motto RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai. RSUD Dr. R.
M. Djoelham Binjai dalam menjalankan tugasnya memiliki visi dan misi, yaitu :
1. Visi RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai yaitu menjadi Rumah Sakit Umum
sejahtera.
pelaksanaan nya instalasi gizi dibagi atas 2 shift kerja yaitu pagi dan sore.
Pengorganisasian dan uraian tugas para SDM pada Instalasi Gizi : (a) kegiatan
pelayanan gizi dilakukan dan diorganisir oleh dietisen sebagai koordinator (b)
bagan organisasi menjelaskan garis tugas hubungan kerja (c) terdapat uraian
Gambar 3 . Struktur organisasi pada instalasi gizi RSUD Dr.RM. Djoelham Binjai
Sarana dan prasarana instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai.
terlampir dalam program kerja instalasi gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai
Tahun 2018 dimana terdapat kekurangan sarana dan prasarana seperti kulkas
dengan pengatur suhu, food model, penyimpanan bahan makanan basah dan
kering, trolley makanan pasien, alat ukur berat badan dan tinggi badan .
Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti untuk melihat uji kelaikan fisik higiene sanitasi makanan di
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai yang dilihat dari segi bangunan,
pencahayaan, penghawaan, air kotor, fasilitas cuci tangan dan toilet, ruang
makan dan masak. Berikut ini adalah rincian hasil observasi yang disajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 4
Distribusi Kelaikan Bangunan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Distribusi Kelaikan Bangunan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
adalah 26 dan belum memenuhi syarat kesehatan karena lingkungan rumah sakit
tidak begitu bersih dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang
dan tikus. Namun secara konstruksi bangunan kuat dan tidak ada yang retak.
Kemudian pertemuan sudut lantai dinding tidak lengkung (Konus). Skor variabel
Djoelham Binjai terdiri dari beberapa aspek pengukuran yaitu air bersih, air kotor,
fasilitas cuci tangan dan toilet serta pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5
Distribusi Kelaikan Fasilitas Sanitasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai
adalah 5 dan telah memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sumber air bersih
yang aman, jumlah cukup dan bertekanan, pembuangan air limbah dan saluran air
hujan lancar dan tidak menggenang. Skor air kotor adalah 1 dan belum memenuhi
skor variabel fasilitas cuci tangan dan toilet adalah 3 dan sudah memenuhi syarat
kesehatan yaitu jumlah fasilitas cuci tangan dan toilet cukup, tersedia sabun,
sampah yang cukup dan bertutup. Anti lalat, kecoa dan tikus serta dilapisi kantong
Tabel 6
Distribusi Kelaikan Karyawan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
wawancara terhadap beberapa karyawan tidak ada keluhan penyakit kulit, bisul,
luka terbuka dan ISPA. Mereka selalu mencuci tangan sampai bersih, kuku
dipotong pendek, bebas kosmetik, pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut
pendek. Namun sebagian karyawan masih ada yang memakai perhiasan, hal
Binjai terdiri dari beberapa aspek pengukuran yaitu makanan dan perlindungan
Tabel 7
Distribusi Kelaikan Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
disajikan ulang belum memenuhi syarat kesehatan karena makanan yang selesai
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 8
Distribusi Kelaikan Peralatan Makan dan Masak di Instalasi Gizi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai
makan dan masak adalah 15 dan telah memenuhi syarat kesehatan. Untuk Proses
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Berikut ini adalah rincian hasil
Tabel 9
Sanitasi Makanan yang dilakukan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai tahun 2020 belum memenuhi syarat karena skor penilaian higiene sanitasi
Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang ada di instalasi gizi rumah
sakit Dr. R.M. Djoelham berjumlah 19 orang yang terdiri dari 1 orang kepala
instalasi gizi dengan 5 orang anggota, 1 orang bagian administrasi dan inventaris,
pagi, siang dan malam. Dietisen pada SDM Instalasi Gizi ada yang menjalani
Tabel 10
Daya Manusia (SDM) di instalasi gizi rumah sakit Dr. R.M. Djoelham adalah
kerja rata – rata bekerja selama 1 - 10 tahun berjumlah 12 orang (66,7%) serta ahli
gizi berjumlah 5 orang (27,7%). Kepala instalasi gizi rumah sakit Dr. R.M.
Distribusi Sumber Daya Manusia (SDM) di Instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. R.M.
Djoelham Binjai
pemasak di komando oleh ahli gizi ruangan yang bertugas mengatur diet pasien
per ruangan. Para pendistribusi makanana juga merangkap tugas menjadi petugas
Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. RM.
Djoelham Binjai
(enam) prinsip higiene sanitasi makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai yang dilihat dari segi pemilihan bahan makanan, penyimpanan
Tabel 12
Kategori
Kriteria Penilaian MS TMS
Bahan makanan secara fisik dalam keadaan baik. √
Pembelian bahan makanan ditempat yang resmi
√
dan berkualitas.
Bahan makanan kemasan memiliki label dan
√
merek serta dalam keadaan baik.
Bahan makanan yang tidak dikemas harus dalam
√
keadaan baik.
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa semua kriteria penilaian
telah memenuhi syarat yang telah di tentukan yakni bahan makanan dan makanan
jadi yang akan digunakan dalam keadaan segar dan tidak busuk. Bahan makanan
dalam keadaan baik dan utuh. Pembelian bahan makanan dibeli ditempat yang
resmi dan terawasi seperti bahan makanan kemasan dibeli dari distributor resmi
dan bahan makanan basah yang dibeli langsung di pasar tradisional setiap harinya.
Bahan makanan kemasan dalam keadaan yang baik dan utuh dimana bahan –
bahan tersebut tidak kadaluarsa, mempunyai label dan merek serta mempunyai
nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tabel 13
Kategori
Kriteria Penilaian MS TMS
Tempat penyimpanan bahan makanan dalam keadaan
bersih, bebas dari debu, Bebas dari bahan kimia √
berbahaya, bebas dari serangga dan hewan lain.
Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi. √
Bahan makanan tidak diletak dibawah saluran/ pipa
air (air bersih maupun air limbah) untuk √
menghindari terkena kebocoran.
Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan. √
Semua bahan makanan disimpan pada rak – rak
dengan ketinggian rak terbawah yaitu 30 cm dari
√
lantai, 15 cm dari dinding, 50 cm dari langit -langit
bangunan.
Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata
√
tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara.
(bersambung)
Tabel 13
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman,
disimpan pada suhu penyimpanan sejuk √
(cooling)
100 C – 150 C.
Bahan makanan yang mengandung protein dan akan
segera diolah kembali disimpan pada suhu √
penyimpanan dingin (chilling) 40 C – 100 C.
Bahan makanan yang mengandung protein dan
mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam
√
disimpan pada penyimpanan dingin sekali
(freezing) dengan suhu 00 C – 40 C.
Bahan pangan berprotein yang mudah rusak untuk
jangka kurang dari 24 jam disimpanan pada √
penyimpanan beku ( frozen ) dengan suhu < 0 °C
Pemeriksaan kulkas berkala minimal 4 kali dalam
√
setahun.
Pangan berbau tajam harus tertutup Pengambilan
√
dengan cara FIFO (First In First Out).
Suhu gudang bahan pangan kering dan kaleng dijaga
kurang dari 25 °C sampai dengan suhu ruang yang
√
aman.
Gudang dibangun anti tikus dan serangga. √
Penyimpanan bahan pangan dilakukan monitoring
√
dan pencatatan suhu minimal 2 kali per hari.
Food Bank Sampling yang disimpan 3 x 24 jam. √
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
menyimpan barang, tetapi masih saja terdapat serangga seperti kecoa di gudang
tempat penyimpan alat pengangkutan bahan makanan masih terdapat tikus, kecoa
±7 cm, dan tinggi penyimpanan bahan makanan kering hanya 100 cm.
Pemeriksaan kulkas sudah dilakukan oleh teknisi swasta yang dipanggil secara
pencatatan suhu minimal 2 kali per hari tidak dilakukan secara optimal.
makanan
Binjai.
Tabel 14
Kategori
Kriteria Penilaian MS TMS
Tempat pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik setiap sebelum dan sesudah √
kegiatan.
Dilengkapi dengan sungkup dan cerobong asap. √
Pintu masuk bahan pangan mentah dan pangan
√
terpisah.
Pertemuan antara lantai dan dinding harus
√
lengkung.
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
penilaian yang diteliti, hanya 1 (satu) kriteria penilaian yang tidak memenuhi
syarat higiene sanitasi yaitu pertemuan antara lantai dan dinding harus lengkung.
Berdasarkan hasil observasi tidak semua lantai dan dinding di instalasi Gizi
Tabel 15
Distribusi Higiene Sanitasi pada Peralatan Masak di Instalasi Gizi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Mudah dibersihkan dan tidak boleh melepas racun ke makanan (food
√
grade).
Tidak patah dan kotor, serta tidak dicampur. √
Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam. √
Peralatan masak seperti talenan dan pisau dibedakan untuk pangan
√
mentah dan pangan siap saji.
Peralatan segera dicuci, didesinfeksi (larutan kaporit 50 ppm atau air
√
80⁰C selama 2 menit) dan dikeringkan.
Peralatan bersih disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari
√
vektor.
Tempat cuci tangan minimal 1 (satu). √
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
penilaian yang diteliti, hanya 1 (satu) kriteria penilaian yang tidak memenuhi
didesinfeksi (larutan kaporit 50 ppm atau air 80⁰C selama 2 menit) dan
dikeringkan. Namun setelah dilakukan observasi di instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai terdapat fasiltias sanitasi untuk air panasnya namun tidak
digunakan, untuk penggunaan kaporit juga tidak ada. Di instalasi Gizi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai alat masak yang digunakan terbuat dari stainles steel.
Penjamah makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.
Tabel 16
Distribusi Higiene Sanitasi pada Penjamah Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Harus sehat dan terbebas dari penyakit menular. √
Minimal 2 (dua) kali setahun diperiksa
√
kesehatannya oleh dokter.
Harus menggunakan pakaian kerja dan
perlengkapan pelindung pengolahan pangan
√
dapur seperti celemek, sarung tangan, dan
penutup mulut (masker).
Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan
√
sesudah keluar dari kamar kecil.
Tidak merokok selama bekerja. √
Tidak berkuku panjang. √
Tidak melakukan kebiasaan buruk seperti
√
meludah, menggaruk, dan lain-lain
Tidak menggunakan perhiasan. √
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
kriteria penilaian yang diteliti, hanya 2 (dua) kriteria penilaian yang tidak
observasi di instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terlihat Sumber Daya
sepatu karet hanya dipakai saat belanja bahan makanan setiap pagi di pasar
tradisional. Selanjutnya, terlihat pula sebagian besar penjamah makanan ada yang
memakai perhiasan seperti gelang emas, dan kalung emas. Hal ini dikarenakan
seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Tabel 17
Pertanyaan n %
Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud higiene sanitasi?
a.Upaya mengendalikan faktor resiko untuk menjaga mutu 15 83.3%
pangan
b.Upaya mengelola makanan menjadi makanan bergizi 3 16.4%
c.Upaya menjaga kesehatan untuk mencari makanan 0
Apakah yang dimaksud dengan personal higiene di
tempat bekerja?
a.Kebersihan diri saat sesudah bekerja 1 5.5%
b.Perilaku hidup bersih dan sehat penjamah makanan 13 72.2%
selama penyelenggaraan makanan
c.Menjaga kebersihan diri agar selalu sehat 4 22.2%
Kapan saja dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh penjamah
makanan?
a.Setiap 12 bulan sekali 0
b.Setiap 6 bulan sekali 18 100%
c.Setiap 18 bulan sekali 0
Alat pelindung diri apa saja yang wajib dipakai saat bekerja, dan
apa kegunaannya?
a.Celemek (apron), tutup kepala, sarung tangan, masker dan 14 77.7%
sepatu kedap air. Untuk mencegah kontaminasi dari
penjamah ke makanan
b.Sepatu safety, baju kerja, penutup mulut dan helm. 4 22.3%
Untuk melindungi diri dari resiko kerja
c.Celemek, masker, dan sarung tangan. Untuk melindungi diri 0
dari noda masakan
(bersambung)
Tabel 17
Pertanyaan n %
Dibawah ini adalah waktu untuk mencuci tangan di
tempat pengolahan makanan?
a.Sebelum mengolah makanan, sesudah mengolah makanan, dan 10 55.6%
selesai memakai toilet
b.Sebelum mengolah makanan dan sesudah makan 8 44.4%
c.Sebelum masuk ke toilet
Manakah dibawah ini yang merupakan Personal Higiene?
a.Menjaga minuman dan makanan dari jangkauan penjamah 0
makanan
b.Mengunyah dan mengobrol di tempat bekerja 0
c. Menjaga kuku tetap bersih, tidak ngobrol dan mengunyah, dan 18 100%
tidak memakai perhiasan
Apa yang anda lakukan apabila mendapati luka saat bekerja?
a. Membiarkan luka terbuka hingga kering 16 88.8%
b. Menutup luka dengan kain bersih/ penutup luka 2 11.2%
c. Membersihkan luka dengan air
Apakah yang dimaksud FIFO?
a.First In First Out adalah sistem rotasi stok dengan 6 33.4%
memakai stok yang terlebih dulu datang
b.First In First Up adalah sistem mengangkat barang yang 11 61.2%
lebih dulu datang
c.First In First Out adalah sistem menyimpan barang di 1 5.5
dalam dan diluar peti es
Etika bersin ditempat penyelenggaraan makanan...
a.Menutup mulut dan hidung dengan lengan dengan cara 10 55.6%
menekuk siku
b. Menutup mulut dengan telapak 5 27.8%
tangan c.Menutup mulut dengan sapu 3 16.6%
tangan
Apakah tujuan dilaksanakan pelatihan higiene sanitasi?
a.Meningkatkan pengetahuan memasak 0
b.Meningkatkan pengetahuan akan bahaya kontaminasi 9 50%
c.Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola 9
makanan yang benar sesuai peraturan higiene sanitasi makanan
memahami apa yang dimaksud higiene sanitasi (83.3%) begitu juga dengan
higiene yang lain beberapa penjamah melakukan cuci tangan dengan sabun di saat
toilet (55.6%).
(77.7%) dan menutup mulu dan hudyng dengan menekuk siku saat batuk (55.6%).
(33.4%).
Tabel 18
Pengetahuan n %
Baik 14 77,8
Sedang 4 22,2
Buruk 0 0
Jumlah 18 100
kerja di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai berpengetahuan baik
(22.2%).
Sikap. Sikap tenaga kerja di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Jawaban
Setuju Kurang Tidak
Pernyataan N %
Setuju Setuju
n % n % n %
Tabel 20
Sikap n %
Baik 18 100%
Jumlah 18 100
kerja di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai mempunyai sikap yang
Tabel 21
Jawaban N %
Ya Kadang- Tidak
Pernyataan
Kadang
n % n % n %
Melakukan pemeriksaan 0 0 0 0 0 18 100
kesehatan minimal 6 bulan 18
sekali
Menutup mulut saat bersin 15 83.3 3 16.7 0 0 18 100
dan batuk dengan lengan
Mencuci tangan saat setelah 14 77.8 2 11.1 0 0 18 100
menggunakan toilet dan
sebelum mengolah makanan
dengan sabun
Melakukan pelatihan higiene 0 0 0 0 18 100 18 100
sanitasi makanan
(bersambung)
Tabel 22
Jawaban N %
Ya Kadang- Tidak
Pernyataan
Kadang
n % n % n %
Memastikan kuku pendek dan 18 0 0 0 0 0 18 100
bersih serta tubuh dalam
keadaan sehat
Menggunakan celemek, 5 27.8 13 72.2 0 0 18 100
penutup kepala, masker,
sarung tangan dan sepatu
kedap air
Menutup luka segera saat 18 100 0 0 0 0 18 100
teriris atau terluka
Menerapkan FIFO dalam 7 38.9 6 33.3 5 27.8 18 100
penyelenggaraan makanan
Menggunakan baju 0 0 0 0 18 100 18 100
bekerja berbeda dengan
baju saat
keluar tempat bekerja
Dapur dibersihkan 12 66.7 6 33.3 0 0 18 100
menggunakan desinfektan
saat akan dan setelah
digunakan
kesehatan 6 bulan sekali, memastikan kuku dan tubuh dalam keadaan sehat saat
akan bekerja, dan menutup luka saat teriris. Tidak semua penjamah menerapkan
FIFO (38,9%). Para penjamah makanan tidak menggunakan baju berbeda saat
bekerja. Mereka tidak menggunakan APD yang lengkap saat bekerja dengan
alasan tidak optimal dalam melakukan pekerjaan. Para penjamah juga tidak
Tindakan n %
Baik 10 66,4%
Sedang 8 44,6%
Buruk 0 0%
Jumlah 18 100
kerja di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai mempunyai tindakan yang
Binjai.
Tabel 24
Kategori
Kriteria Penilaian MS TMS
Makanan masak tidak busuk atau basi √
Penyimpanan dengan FIFO dan FEFO √
Wadah setiap jenis makanan terpisah dan mempunyai tutup
yang menutup sempurna tetapi berventilasi √
untuk mengeluarkan uap
Makanan tidak bercampur dengan makanan mentah √
Suhu makanan jadi :
Makanan kering 25⁰C s/d √
30⁰C Makanan Basah >60⁰C √
Makanan cepat basi ≥65,5⁰C √
Makanan disajikan dingin 5⁰C s/d 10⁰C √
ke wadah terlebih dahulu, melainkan diangkat beserta alat masaknya dan tidak
ditutup. Suhu makanan saat akan disajikan sesuai dengan elemen kriteria
penilaian. Pengaturan menu diet disesuaikan dengan jumlah pasien pada hari
Binjai.
Tabel 25
Kategori
Kriteria Penilaian MS TMS
Makanan diangkut menggunakan kereta dorong yang tertutup
√
dan bersih dan dilengkapi pengatur suhu.
Tidak mengisi kereta dorong sampai penuh. √
Memperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
√
mengangkut bahan atau barang kotor.
Tempat angkut makanan kedap air, permukaan halus dan
√
mudah dibersihkan.
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
pengangkutan makanan telah memenuhi syarat yang telah di tentukan yakni kereta
dorong yang digunakan bersih hanya saja tidak dilengkapi dengan pengatur suhu.
Kemudian tempat angkut makanan yang kedap air, permukaan halus dan mudah
Tabel 26
Distribusi Higiene Sanitasi pada Penyajian Makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Terhindar dari pencemaran dan peralatan yang dipakai harus
√
bersih.
Makanan jadi yang disiap disajikan harus memakai wadah
√
dan tertutup.
Wadah yang digunakan untuk menyajikan makanan jadi harus
bersifat foodgrade dan tidak menggunakan bahan √
polystyren.
Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
√
pada penghangat dengan suhu 60 °C dan 4 °C.
Perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih. √
Pangan langsung disajikan. √
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Makanan yang telah selesai dimasak langsung disajikan kepada seluruh pasien
Pengawasan
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Pengawasan higiene sanitasi
ini adalah rincian hasil observasi yang disajikan dalam tabel 11 dan tabel 12.
Tabel 27
Distribusi Pengawasan Internal Higiene Sanitasi di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan √
bersama petugas terkait penyehatan pangan di rumah sakit. √
Melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan parameter
mikrobiologi.
Pemeriksaan kesehatan menyeluruh maksimal √
terhadap penjamah makanan setiap 2 (dua) kali
setahun dan
pemeriksaan usap dubur maksimal setiap tahun.
Rumah sakit bertanggung jawab pada pengawasan penyehatan
√
pangan jasaboga di dalam lingkungannya.
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
penilaian yang diteliti, terdapat 3 (tiga) kriteria penilaian yang tidak memenuhi
syarat pengawasan internal higiene sanitasi. Di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Tabel 28
Kategori
Kriteria Penilaian
MS TMS
Pengawasan oleh petugas sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan √
Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak.
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat, TMS = Tidak Memenuhi Syarat
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terdapat 1 (satu) kriteria penilaian
yang diteliti yaitu Pengawasan oleh petugas sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak dan kriteria ini tidak memenuhi
Instalasi Gizi
Instalasi gizi pada RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai mencakup 4 (empat)
ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit. Ruang lingkup pelayanan gizi meliputi
(a) pelayanan gizi rawat jalan (b) Pelayanan gizi rawat inap (c) Penyelenggaraan
Makanan (d) Penelitian dan Pengembangan Gizi (Menkes, 2013). Pelayanan gizi
rawat jalan didukung dengan adanya kegiatan konseling gizi. Namun dalam
pelaksanaannya, ruang konseling gizi jarang didatangi pasien dengan rujukan dari
dokter poliklinik.
Instalasi gizi terdiri atas ruang konseling gizi dan ruang penyelenggaraan
belajar, dan toilet. Jam kerja pada instalasi gizi terbagi menjadi 2 (dua) yaitu shift
pagi dan sore karena kegiatan penyelenggaraan makanan terjadi hingga sore hari.
Sarana dan prasarana. Menurut laporan tahunan instalasi gizi RSUD Dr.
RM. Djoelham Binjai tahun 2018 terdapat beberapa kekurangan sarana dan
prasarana yang mengacu kepada Pedoman Gizi Rumah Sakit 2013 yaitu gudang
penyimpanan bahan makanan basah dan kering, trolley makanan pasien, kulkas
dengan pengatur suhu, food model, alat ukur berat badan dan tinggi badan. Dari
beberapa kekurangan tersebut, hanya food model yang belum memadai pada
71
Universitas Sumatera Utara
72
Kesehatan nomor. 1096 tahun 2011 tentang Jasaboga. Uji kelaiakan fisik higiene
lingkungan rumah sakit tidak begitu bersih dan bebas dari barang-barang yang
tidak berguna atau barang sisa. Hal ini memungkinkan juga sebagai tempat
retak dan kuat, hal tersebut dibuktikan dengan usia bangunan yang lama tapi tetap
kokoh. Kemudian pertemuan sudut lantai dinding tidak lengkung (Konus). Skor
Menurut Depkes RI (2003) Instalasi Gizi rumah sakit harus terletak pada
lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu,
asap, serangga, dan tikus. Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai
tinggal.
Berdasarkan hasil penelitian lantai instalasi gizi kuat, kedap air, tidak licin,
lantai instalasi gizi belum memenuhi syarat kesehatan karena masih membentuk
sudut mati. Sudut yang dibentuk antara lantai dengan dinding berbentuk siku-siku,
melengkung dengan jari-jari minimal 7,62 meter dari lantai sehingga akan
Menurut Depkes RI (2003) lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,
kedap air, tidak licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan. Kondisi lantai yang
berlubang sebaiknya diperbaiki supaya tidak menjadi tempat genangan air dan
dilakukan hendaknya tidak hanya pada bagian yang mudah dijangkau saja, tetapi
sesudah proses pengolahan makanan oleh petugas khusus yang telah ditunjuk.
Berdasarkan observasi peneliti pintu instalasi gizi terbuat dari bahan yang
kuat dan mudah dibersihkan karena terbuat dari bahan alumunium dan kaca, serta
pintu rapat dengan lantai. Menurut Depkes RI (2003) pintu harus dibuat dari
bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, pintu dapat ditutup dengan baik dan
membuka kearah luar, setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam,
sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan memakai lampu neon 40 watt
bekerja, kelelahan mata, dan menurunnya efisiensi kerja (Suma’mur PK, 1993).
Hal ini dapat diatasi dengan mengganti bola lampu yang sudah tidak berfungsi
lagi atau menambah jumlah lampu sampai penerangan 20 foot candle/fc (200 lux)
pada titik 90 cm dari lantai (Nugraheni, 2017). Penempatan letak lampu sedapat
menimbulkan silau dan tersebar merata. Bola lampu yang digunakan harus tetap
terjaga kebersihannya.
kesehatan karena dinding rata, bersih, kedap air, dan dilapisi keramik setinggi ¾
dari tinggi lantai ke plafon. Ventilasi alam instalasi gizi belum mencapai 10 %
dari luas lantai 45 𝑚2. Ventilasi buatan (exhauster) sebanyak 2 buah berfungsi
dengan baik. Menurut Depkes RI (2003) udara dalam ruangan akan selalu segar
jika ruangan tersebut mempunyai ventilasi yang baik sehingga menghasilkan suhu
antara 20⁰C – 25⁰C dengan kelembaban 40% - 50%. Sesuai dengan persyaratan
ventilasi untuk mengatur sirkulasi udara ruangan sehingga terasa nyaman dan
segar.
menimbulkan masuk angin, tidak menimbulkan silau pada siang hari dan ada
gerak udara dari bawah keatas, dan cukup menjamin peredaran udara dengan baik.
Perlu juga dijaga agar lubang - lubang udara tidak terhalang sehingga aliran udara
ruangan tetap lancar (Depkes RI, 2003). Ventilasi pada instalasi gizi tidak
variabel air bersih adalah 5 dan telah memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki
sumber air bersih yang aman, jumlah cukup dan bertekanan, pembuangan air
limbah dan saluran air hujan lancar dan tidak menggenang. Berdasarkan hasil
penelitian, penyediaan air bersih di dapur instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai berasal dari PDAM Tirtanadi. Air ini akan digunakan untuk proses
pengolahan bahan makanan, juga digunakan untuk mencuci peralatan masak serta
Skor air kotor adalah 1 dan belum memenuhi syarat kesehatan dikarenakan
pemisah sampah dengan limbah cair. Menurut Depkes (2003) saluran air limbah
Menurut pedoman sanitasi rumah sakit, setiap ruangan harus dilengkapi dengan
satu unit septik tank, bagian yang terbuka diusahakan tertutup dan konstruksi
bangunan harus lebih rendah dari sistem /saluran pembuangan air limbah melalui
septik tank. Sebaiknya limbah dari dapur instalasi gizi dipasang perangkat lemak
dikumpulkan ke septik tank. Saluran dibuat tertutup dan dipasang lobang kontrol
memenuhi syarat kesehatan yaitu jumlah fasilitas cuci tangan dan toilet cukup,
observasi peneliti jumlah tempat cuci tangan tenaga kerja di instalasi gizi cukup.
Pada tempat cuci tangan terdapat sabun dan alat pengering. Fasilitas tempat cuci
sebelum dan sesudah menjamah makanan, setelah keluar dari kamar mandi.
Tempat cuci tangan instalasi dilengkapi air bertekanan, detergent, pengering atau
lap tangan yang bersih. Tempat mencuci peralatan berdekatan letaknya dengan
dapur. Menurut Depkes RI (2003), jumlah tempat cuci tangan harus disesuaikan
dengan jumlah karyawan, fasilitas cuci tangan harus dilengkapi dengan air yang
dengan dapur atau ruang makan, tampak bersih, berbentuk leher angsa, tersedia
air yang cukup untuk keperluan pegawai dan pengolahan makanan, tersedia
sabun. Menurut Depkes RI (2003) letak toilet tidak berhubungan langsung dengan
dapur, ruang persiapan makanan, ruang tamu dan gudang makanan, didalam toilet
harus tersedia jamban, peturasan dan bak air, tersedia cermin, tempat sampah,
tempat abu rokok, serta sabun, air limbah dibuang ke septic tank, riol atau lubang
peresapan yang tidak mencemari air tanah, jamban harus dibuat dengan type leher
angsa dan dilengkapi dengan air penggelontoran yang cukup serta sapu tangan
kertas (tissue).
Skor variabel pembuangan sampah adalah 2 dan sudah memenuhi syarat
kesehatan seperti tempat pembuangan sampah yang cukup dan bertutup, kedap
air, anti lalat, kecoa dan tikus serta dilapisi kantong plastik yang selalu diangkat
jika terisi sampah. Sesuai pedoman sanitasi rumah sakit dan standar minimal yang
ditetapkan, maka tempat sampah harus terpisah antara sampah basah dan sampah
kering. Tempat sampah harus terbuat dari bahan kedap air, mempunyai tutup,
konstruksi kuat, tidak mudah berkarat, mudah dalam pengisian, pengosongan, dan
pembersihan. Letak sampah harus jauh dari tempat pengolahan makanan atau
ditempatkan pada sudut ruangan (Depkes RI, 2003). Dengan demikian tempat
wawancara terhadap beberapa karyawan tidak ada keluhan penyakit kulit, bisul,
luka terbuka dan ISPA. Menurut Mubarrak (2009) bahwa dari seorang penjamah
kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah makanan yang batuk atau luka
ditangannya. Mereka selalu mencuci tangan sampai bersih, kuku dipotong pendek,
bebas kosmetik, berhijan. Namun sebagian karyawan masih ada yang memakai
instalasi gizi tetap dibiarkan melakukan kegiatan rutin dan hanya dianjurkan untuk
berobat. Hal ini dapat dipahami karena dokter yang memberikan pengobatan tidak
antara bibir dan tangan kemudian makanan. Tidak ada penjamah makanan yang
merokok saat mengolah makanan telah sesuai dengan syarat yang dianjurkan dan
variabel makanan adalah 6 dan telah memenuhi syarat kesehatan. Kemudian skor
Untuk penanganan makanan yang potensial berbahaya karena tidak ditutup belum
memenuhi syarat kesehatan karena makanan yang selesai dimasak tidak ditutup.
instalasi gizi utuh dan tidak rusak, bahan makanan terolah dalam kemasan asli,
terdaftar, berlabel dan tidak kadaluwarsa karena bahan makanan dibeli setiap hari,
penyajian masih belum sesuai kriteria seperti mencuci bahan makanan di tempat
pencucian ikan di tempat pencucian sayur bahkan mereka meracik bahan tidak di
ditutup.
bahwa skor variabel peralatan makan dan masak adalah 15 dan telah memenuhi
syarat kesehatan. Untuk Proses pencucian melalui tahapan mulai dari pembersihan
di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai telah memenuhi syarat
kesehatan.
digunakan. Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang, sebagian
peralatan disimpan di ruang pencucian dan sebagian ada yang disimpan di ruang
pembersihan sisa makanan yang dibedakan antara makanan basah dan makanan
terpisah dengan tempat pencucian bahan makanan dan terpisah dengan ruang
keutuhannya, Hal ini terlihat dari peralatan masak yang masih utuh, tidak rusak
atau retak. Menurut Depkes RI (2003), Kebersihan peralatan harus selalu dijaga
1. Prosedur Pencucian
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai belum memenuhi syarat kesehatan karena
digunakan segera dicuci tidak menunggu banyak atau seluruh pekerjaan telah
selesai. Pembilasan selain menggunakan air dingin juga harus menggunakan air
alat tersebut pada rak-rak petirisan yang tersedia dan dibiarkan kering dengan
sendirinya. Cara ini telah memenuhi syarat dari segi hygiene dan sanitasi.
3. Desinfeksi Peralatan
peralatan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai sudah memenuhi
bahan kimia. Cara ini belum sesuai dengan persyaratan hygiene dan sanitasi.
Desinfeksi merupakan salah satu upaya untuk membunuh kuman penyakit yang
dapat meluas penularannya melalui makanan yang kontak dengan peralatan yang
tidak saniter. Seharusnya seluruh peralatan yang sudah dicuci lalu dilakukan
desinfektan dengan menggunakan air panas 80 C selama 2 menit atau bahan kimia
Sumber daya manusia. Sumber daya manusia pada Instalasi Gizi RSUD
Dr. RM. Djoelham Binjai terdiri atas kepala instalasi gizi, ahli gizi, penerima
peralatan. Jumlah SDM pada instalasi gizi ini sebanyak 18 (delapan belas) orang
bertugas menjadi inventaris. Para ahli gizi dan pendistribusi makanan masing-
Gizi Rumah Sakit, rumah sakit tipe B harus memiliki sebanyak 37 orang dibagi
gizi berjumlah 5 orang (27,7%). Kepala instalasi gizi rumah sakit Dr. R.M.
no.78 tahun 2013 tentang PGRS. Kemudian untuk 5 ahli gizi lainnya yaitu
Lisbeth memenuhi kulifikasi III, Fany memenuhi kualifikasi II, Jenima memenuhi
usia yang bertambah membuat dirinya matang dalam berpikir dan mudah
dari pendidikan non formal. Faktor lain yang juga berperan adalah adanya kursus
atau pelatihan yang diberikan kepada penjamah makanan yang berkaitan dengan
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai belum pernah memberikan pelatihan yang
Mereka memakai pakaian yang sama baik itu pada saat pulang dan datang ke
di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai sudah memiliki perilaku higiene
yang baik tetapi masih ada sebagian penjamah yang memiliki perilaku higiene
yang kurang baik seperti tidak memakai masker saat memasak makanan, tidak
bahan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, semua kriteria
penilaian telah memenuhi syarat yang telah di tentukan yakni bahan makanan dan
makanan jadi yang akan digunakan dalam keadaan segar dan tidak busuk. Bahan
makanan dalam keadaan baik dan utuh. Pembelian bahan makanan dibeli ditempat
yang resmi dan terawasi seperti bahan makanan kemasan dibeli dari distributor
resmi dan bahan makanan basah yang dibeli langsung di pasar tradisional setiap
harinya. Bahan makanan kemasan dalam keadaan yang baik dan utuh dimana
bahan – bahan tersebut tidak kadaluarsa, mempunyai label dan merek serta
mempunyai nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
2007).
Penyimpanan bahan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
sanitasi penyimpanan bahan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
dibersihkan saat akan menyimpan barang, tetapi masih saja terdapat serangga
masih terdapat tikus, kecoa ataupun serangga lainnya. Gudang bahan makanan
kering diletakkan dibawah, 11.5 cm lebih tinggi dari lantai dan tidak menyatu
dengan dinding sebesar 7 cm dan 6.5 cm. Seharusnya semua bahan makanan yang
disimpan pada rak dengan ketinggian rak terbawah yaitu 30 cm dari lantai, 15 cm
dari lantai, hanya ±6 cm dari dinding, tinggi penyimpanan bahan makanan kering
hanya 100 cm. Tempat penyimpanan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, terlindung dari bahan kimia berbahaya serta
penting dilakukan dengan cara yang baik agar bahan makanan tidak mudah rusak
atau membusuk sehingga tetap dalam keadaan yang baik ketika akan diolah, dan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dapat diketahui bahwa dari 4 (empat) kriteria
penilaian yang diteliti, hanya 1 (satu) kriteria penilaian yang tidak memenuhi
syarat higiene sanitasi yaitu pertemuan antara lantai dan dinding harus lengkung.
Pada saat melakukan pengamatan di survey awal, peneliti melihat tidak semua
lantai dan dinding di instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai melengkung.
Lantai selalu dibersihkan dengan antiseptik setiap sesudah kegiatan. Pintu untuk
mengolah bahan makanan mentah dan makanan jadi terpisah sehingga terhindar
sungkup dan cerobong asap sehingga tempat pengolahan makanan tidak pengap.
pengolahan dan makanan olahan, karena itu kebersihan tempat pengolahan dan
Berdasarkan hasil observasi peralatan masak di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai dapat diketahui bahwa dari 7 (tujuh) kriteria penilaian yang
diteliti, hanya 1 (satu) kriteria penilaian yang tidak memenuhi syarat higiene
kaporit 50 ppm atau air 80⁰C selama 2 menit) dan dikeringkan. Namun setelah
dilakukan observasi di instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terdapat
fasiltias sanitasi untuk air panasnya namun tidak digunakan, untuk penggunaan
Di instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai alat masak yang
digunakan terbuat dari stainles steel. Tertelannya bagian alat masak atau lapisan
coating alat masak dapat menyebabkan keracunan logam berat yang dapat
(Budiono,2018). Selain itu peralatan masak disimpan di rak yang tertutup akan
mengakibatkan potensial alat tercemar baik oleh debu, serangga dan hewan
lainnya (Andriani,2009).
Berdasarkan hasil observasi penjamah makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai dapat diketahui bahwa dari 8 (delapan) kriteria penilaian yang
diteliti, hanya 2 (dua) kriteria penilaian yang tidak memenuhi syarat higiene
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terlihat tenaga kerja bagian pengolah makanan
tangan. Penggunaan sepatu karet hanya dipakai saat belanja bahan makanan setiap
makanan ada yang memakai perhiasan seperti gelang emas, dan kalung emas. Hal
ini dikarenakan seluruh tenaga kerja di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
bakteri patogen tanpa mengalami efek sakit yang serius pada diri mereka. Orang
pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi penjamah makanan
sarung tangan dan penutup mulut (masker). Penggunaan masker dilakukan agar
makanan tidak ada yang menggunakan sarung tangan tetapi sudah menggunakan
alat khusus seperti sendok, alat penjepit makanan, sendok sayur dan sendok nasi
makanan, sendok sayur dan sendok nasi tetapi tangan yang sudah terkontaminasi
telanjang harus dihindari, karena tangan yang bersih sekalipun dapat membawa
memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses, atau sumber lain ke
makanan, oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus
dilakukan oleh penjamah makanan. Dalam hal ini penjamah makanan di instalasi
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan
mutlak diperlukan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu
kelompok masyarakat, pengetahuan yang baik merupakan hal yang baik untuk
dapat menerima atau menerapkan suatu pesan atau informasi yang disampaikan.
adalah keterampilan.
Tingkat pengetahuan seorang penjamah makanan mempunyai pengaruh
makanan selama dalam proses pengolahan sampai menjadi makanan yang siap
bertindak yang tidak sesuai dan bertentangan dengan kaidah atau norma
kesehatan.
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Fungsi sikap belum
makanan yang baik akan berhubungan dengan perilaku hygiene dalam mengolah
tentang hygiene dan sanitasi makanan, selain itu sikap juga dapat didasari oleh
pengalaman yang didapat serta budaya yang biasa dilakukan, selain itu masih ada
lagi yaitu dengan fasilitas yang tersedia. Seperti sikap penjamah makanan yang
dengan memakai pakaian kerja menggunakan celemek dan menutup kepala pada
saat bekerja, mencuci tangan saat sebelum dan sesudah bekerja dengan
keterbatasan fasilitas seperti tidak tersedianya masker atau peralatan yang kurang
baik sebanyak orang 10 (66,4%) dan sebanyak 8 orang (44,6%) tenaga kerja
makanan yang sudah baik. Meskipun para penjamah tidak memperoleh pelatihan
terkait higiene sanitasi jasaboga namun mereka paham betul tindakan mereka
berperilaku baik.
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan dukungan dari pihak lain (Notoamodjo, 2007). Para penjamah perlu
difasilitasi agar senantiasa berperilaku bersih dan sehat saat bekerja baik berupa
pelatihan maupun APD yang mendukung karena tindakan yang didasarkan pada
pengetahuan akan lebih bertahan dari pada tindakan yang tidak didasarkan oleh
Djoelham Binjai. Penyimpanan makanan masak pada instalasi gizi ini tidak
masak yang dipakai saat itu digunakan juga untuk wadah penyimpanan. Wadah
tempat penyimapanan makanan jadi harus memiliki tutup dengan lubang ventilasi
uap (Menkes,2013). Saat suhu makanan masak sudah turun kemudian makanan
masak langsung di sajikan dalam wadah makan yang kemudian disusun dalam
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dapat diketahui bahwa semua kriteria penilaian
pengangkutan makanan telah memenuhi syarat yang telah di tentukan yakni kereta
dorong yang digunakan bersih hanya saja tidak dilengkapi dengan pengatur suhu.
Kemudian tempat angkut makanan yang kedap air, permukaan halus dan mudah
makanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari
Berdasarkan hasil observasi penyajian makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
telah memenuhi syarat yang telah di tentukan. Makanan yang telah selesai
dimasak langsung disajikan kepada seluruh pasien yang dirawat inap di RSUD Dr.
Pengawasan
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Berdasarkan hasil observasi
Dr. R.M. Djoelham Binjai diketahui bahwa dari 4 (empat) kriteria penilaian yang
pengawasan internal higiene sanitasi. Di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tidak
tetap harus dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab
mikrobiologi 2 kali dalam setahun dan tidak ada petugas yang bertugas untuk
harus lebih diperhatikan lagi karena dari hasil pengamatan masih ada beberapa hal
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Berdasarkan hasil observasi
pengawasan eksternal higiene sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan
eksternal higiene sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai terdapat 1 (satu) kriteria penilaian yang diteliti yaitu Pengawasan
insidentil atau mendadak dan kriteria ini tidak memenuhi persyaratan higiene
terlaksana sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan bisa
ketidaktertiban (Depkes,2013).
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
1. SDM (Sumber Daya Manusia) pada Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. Djoelham
Permenkes RI No.78 tahun 2013 tentang PGRS. Sarana dan Prasana sudah
memadai, dan hasil perhitungan higiene sanitasi sarana dan prasana instalasi
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2020 belum memenuhi syarat
makanan memiliki pengetahuan baik (77,8%), sikap yang baik (100%) dan
makanan di instalasi gizi rumah sakit Dr. R.M. Djoelham tahun 2020 adalah
tidak memenuhi syarat dengan total penilaian yang memenuhi syarat sebanyak
3. Pengawasan pada Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai belum
94
Universitas Sumatera Utara
95
Saran
1. Kepala instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham agar melakukan monitoring
2. makanan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham agar sesuai dengan
makanan seperti sarung tangan, masker dan sepatu khusus dapur. Hal ini
pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali oleh dokter yang
berwenang.
Andriani, M., Chairil, Z., & Tan, M. (2009). Analisis aplikasi higiene sanitasi
makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Jurnal Kesehatan Bina Husada, 6(2), 49-58.
Arisman. (2009). Keracunan makanan : buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC.
Ayu, E. & Catur, A. (2016). Hubungan pengetahuan dengan sikap dan higiene
perorangan (personal higiene) penjamah makanan asrama putri. Jurnal
Media Gizi Indonesia, 11(2), 120–126.
Bakri, B., Intiyati, A., & Widatika. (2018). Bahan Ajar Gizi : Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi. Diakses dari http://bppsdmk.kem
kes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2018/09/SistemPenyelenggaraan
-Makanan-Institusi_SC.pdf
POM. (2006). Penerapan Higiene dan Sanitasi pada Industri pangan Siap Saji
(IPSS). Diakses 10 Februari 2020 dari http//:www.pom.go.id/new/view
/more/berita/145/Penerapanhigienepadaindustripangansiapsaji.html
Syahlan, V., Joseph, W., & Sumampouw, J. (2018). Higiene Sanitasi pengelolaan
makanan dan angka kuman peralatan makan (piring) di instalasi gizi
RSUD Pancaran Kasih GMIM Kota Manado. Jurnal Kesmas, 7(5).
and
Control. Diakses dari https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/
43771/9789241547222_eng.pdf;jsessionid=7E2F763F8F0B3ED5ED6E
B 2AD17811481?sequence=1
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian
Lampiran 3. Denah Gedung dan Dapur
Lampiran 4. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai
Lampiran 5. Lembar Observasi
4. Rumah sakit bertanggung jawab pada pengawasan penyehatan pangan jasaboga di dalam
lingkungannya
B. Eksternal
1. Pengawasan oleh petugas sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara
insidentil atau mendadak
Jenis Kelamin
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 2 11.1 11.1 11.1
SMA 10 55.6 55.6 66.7
Perguruan Tinggi 6 33.3 33.3 100.0
Total 18 100.0 100.0
Profesi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kepala Instalasi Gizi 1 5.6 5.6 5.6
Ahli Gizi 5 27.8 27.8 33.3
Pengolah Makanan 5 27.8 27.8 61.1
Pendistribusi Makanan 5 27.8 27.8 88.9
Pencuci Peralatan 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 21-30 5 27.8 27.8 27.8
31-40 6 33.3 33.3 61.1
41-50 4 22.2 22.2 83.3
>50 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1-10 12 66.7 66.7 66.7
11-20 3 16.7 16.7 83.3
21-30 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0