Anda di halaman 1dari 108

PENATALAKSANAAN MANAJEMEN GIZI

DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN


TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH
SYAFIRANEDLY RANGKUTI
NIM 121000209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENATALAKSANAAN MANAJEMEN GIZI
DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
SYAFIRANEDLY RANGKUTI
NIM 121000209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PENATALAKSANAAN MANAJEMEN GIZI DI RUMAH SAKIT UMUM

HAJI MEDAN TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Januari 2017

Yang membuat pernyataan

Syafiranedly Rangkuti

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Pelayanan gizi di rumah sakit sebagai salah satu komponen penunjang yang
diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan untuk menyelenggarakan
makanan bagi pasien. Manajemen penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit
Umum Haji Medan perlu dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui manajemen
penyelenggaraan makanan di RSU Haji Medan yaitu perencanaan, penerimaan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan dan
penyaluran makanan dengan teknik pengumpulan data dilakukan wawancara
mendalam dengan tujuh orang informan dan observasi untuk setiap proses
penyelenggaraan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen
penyelenggaraan makanan di RSU Haji Medan belum optimal. Hal ini dapat
terlihat dari jumlah tenaga yang belum mencukupi, sarana yang belum sesuai
dengan persyaratan, perencanaan menu 10 hari yang tidak pernah dilakukan
perubahan dari tahun 2007, penerimaan bahan makanan yang tidak dilakukan
sesuai kesepakatan dengan pihak leveransir, penyimpanan bahan makanan kering
yang bercampur dengan peralatan dan dokumen, tenaga pengolah makanan tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, penutup kepala dan
sarung tangan, pemeriksaan kondisi kesehatan tenaga pengolah makanan tidak
dilakukan secara rutin dan kurangnya tenaga distribusi sehingga terjadi
keterlambatan penyaluran makanan yang menyebabkan pasien membeli makanan
dari luar dan tidak menghabiskan makanan yang disajikan oleh pihak rumah sakit.
Disarankan kepada RSU Haji Medan untuk melakukan penambahan tenaga
di instalasi gizi terutama tenaga distribusi dan mengikuti persyaratan sarana
instalasi gizi. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk
melakukan perubahan menu secara rutin, meningkatkan pengawasan dan
pengendalian proses penerimaan bahan makananan, melakukan penyimpanan
bahan makanan sesuai dengan persyaratan, meningkatkan pengawasan dan
pengendalian pemakaian APD, melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga
pengolah makanan secara rutin dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian
terhadap jadwal penyaluran agar tidak terjadi keterlambatan.
Kata kunci: Manajemen Penyelenggaraan Makanan, Gizi, Rumah Sakit

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Nutrition services at the hospital is one of the supporting components


organized by nutrition installation that aims to organize meals for patients. The
management of the food at RSU Haji Medan should be carried out in accordance
with the Guidelines for Hospital Nutrition Services.
This study used a qualitative method to determine the management of the
provision of food in RSU Haji Medan such as planning, acceptance of foodstuffs,
storage of foodstuffs, food processing and food distribution with data collection
conducted with in-depth interviews with seven informants and observation for
every process food implementation.
The results showed that the implementation of the food management in RSU
Haji Medan has not been optimal yet. It can be seen from the amount of power
that has not been sufficient, which means not complying with the requirements,
10 days of menu-planning that never made a change from 2007, acceptance of
foodstuffs did not accord to the agreement with the supplier, storage of dry food
that mixed with equipment and documents, food processors did not use personal
protective equipment (PPE) such as aprons, headgear and gloves, health
inspection of food processors did not perform routinely and lack of distribution
resulting in late delivery of food which causes the patient buy food from outside
and not consume food that has served by the hospital.
It was suggested to RSU Haji Medan to perform additional personnel in the
installation and distribution of nutrition, especially human nutrition installation
means adhering the requirements. It was expected to the Installation Nutrition
RSU Haji Medan to change the menu regularly, improve surveillance and control
in the acceptance of foodstuff process, to store foodstuffs in accordance with the
requirements, improve surveillance and control about the use of PPE, doing health
inspection for food processors regularly and improve surveillance and control
about the schedule distribution in order to avoid delay.

Keywords: Management of the Food, Nutrition, Hospital

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Penatalaksanaan Manajemen Gizi di Rumah Sakit Umum Haji

Medan”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan semangat,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya

kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan juga

selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, meluangkan

waktu, memberikan saran, dukungan serta arahan untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing,

meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan serta arahan untuk

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Rusmalawaty, M.Kes dan Puteri Citra Cinta Asyura, SKM, MPH, selaku

Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen AKK yang telah

memberikan ilmu dan membantu penulis menyelesaikan kepentingan

administrasi selama masa perkuliahan.

8. Ir. Elida Hanum Lubis selaku Kepala Instalasi Gizi RSU Haji Medan dan

seluruh staff RSU Haji Medan yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. H. Syahrial Rangkuti, SE dan Hj. Desi Fatimah, SH, selaku orang tua penulis

yang selalu memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang serta doa yang

tiada henti kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Defriansyah Sani Rangkuti, Denriansyah Sani Rangkuti dan Dennyansyah

Rangkuti, selaku saudara kandung yang telah memberikan doa dan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Untuk Amriza Ansari Nasution yang selalu memberikan dukungan dan

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Untuk Sahabat 28 Januari (Babang, Deb, Diah, Epin, Febri, Laras, dan Ruth)

yang selalu memberikan dukungan, doa dan selalu membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13. Untuk Kak Nisa, Kak Dina, Tami, Fitri, Rani dan sepupu-sepupu yang selalu

mengingatkan, memberikan dukungan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Fauzan, Kak Pudan, Hani, Ica, Uti, Rini, Dini, Nining, Sisil, Nisa, Rio, Bang

Igfa dan teman-teman penulis yang selalu menemani, memberikan dukungan

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Untuk teman-teman FKM USU 2012 khususnya Peminatan AKK 2012 yang

telah memberikan arahan, bantuan dan dukumgan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

16. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, arahan

dan dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2017

Penulis

Syafiranedly Rangkuti

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian................................................................... ........ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8


2.1 Rumah sakit ..................................................................................... 8
2.1.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.............................................. 9
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit......................................................... 9
2.2 Instalasi Gizi ..................................................................................... 13
2.3 Tenaga Gizi Rumah Sakit ................................................................. 13
2.4 Sarana Instalasi Gizi Rumah Sakit ................................................... 14
2.5 Manajemen Penyelenggaraan Makanan ........................................... 17
2.5.1 Perencanaan Bahan Makanan ................................................. 18
2.5.2 Penerimaan Bahan Makanan .................................................. 20
2.5.3 Penyimpanan Bahan Makanan ............................................... 22
2.5.4 Pengolahan Makanan Rumah Sakit ........................................ 26
2.5.5 Penyaluran/Pendistribusian Makanan..................................... 28
2.6 Landasan Teori ................................................................................. 29
2.7 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 32


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............. .............................................. 32
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 32
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 32
3.3 Pemilihan Informan ......................................................................... 32

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 33
3.5 Definisi Operasional ........................................................................ 34
3.6 Teknik Analisa Data ........................................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 35


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 35
4.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan..................... 35
4.1.2 Sarana Rumah Sakit Umum Haji Medan ............................... 36
4.1.3 Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan ..................... 37
4.2 Karakteristik Informan...................................................................... 37
4.3 Tenaga Gizi Rumah Sakit ................................................................. 38
4.4 Sarana Instalasi Gizi ......................................................................... 41
4.5 Pelaksanaan Manajemen Penyelenggaraan Makanan di RSU Haji
Medan ............................................................................................... 42
4.5.1 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Perencanaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan................ 43
4.5.2 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penerimaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan ................. 46
4.5.3 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penyimpanan Bahan Makanan di RSU Haji Medan .............. 47
4.5.4 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Pengolahan Bahan Makanan di RSU Haji Medan ................. 48
4.5.5 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penyaluran Makanan di RSU Haji Medan ............................. 50
4.5.6 Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang Penyajian
Makanan dan Kualitas Makanan di RSU Haji Medan ........... 51

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 54


5.1 Tenaga Gizi RSU Haji Medan .......................................................... 54
5.2 Sarana Instalasi Gizi RSU Haji Medan ............................................ 56
5.3 Manajemen Penyelenggaraan Makanan ........................................... 58
5.3.1 Perencanaan ............................................................................ 58
5.3.2 Penerimaan Bahan Makanan .................................................. 61
5.3.3 Penyimpanan Bahan Makanan ............................................... 62
5.3.4 Pengolahan Bahan Makanan .................................................. 63
5.3.5 Penyaluran Makanan .............................................................. 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 68


6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 68

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.2 Saran ................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai di Instalasi Gizi RSU Haji Medan ...................... 5

Tabel 2.1 Kebutuhan Tenaga Gizi Berdasarkan Kelas Rumah Sakit............. 14

Tabel 4.1 Jenis dan Jumlah Tempat Tidur RSU Haji Medan .......................... 36

Tabel 4.2 Karakteristik Informan ................................................................... 38

Tabel 4.3 Data Pegawai Bagian Instalasi Gizi RSU Haji Medan .................. 38

Tabel 4.4 Tugas dan Fungsi Tenaga di Instalasi Gizi RSU Haji Medan ......... 39

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tenaga Gizi di

Instalasi Gizi RSU Haji Medan ..................................................... 40

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Sarana di Instalasi

Gizi RSU Haji Medan .................................................................. 42

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Perencanaan Menu di RSU Haji Medan ....................................... 43

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Perencanaan Anggaran di RSU Haji Medan ................................. 44

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Pengadaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan.......................... 45

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Penerimaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan ........................ 46

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Penyimpanan Bahan Makanan di RSU Haji Medan ..................... 47

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Pengolahan Bahan Makanan di RSU Haji Medan ........................ 48

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan

Penyaluran Makanan di RSU Haji Medan .................................... 50

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang

Penyajian Makanan di RSU Haji Medan ...................................... 51

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang

Kualitas Makanan di RSU Haji Medan ......................................... 52

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang

Makanan Habis di RSU Haji Medan ............................................. 52

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang

Penampilan Penyaji Makanan di RSU Haji Medan ...................... 53

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumus Indicator Staffing Needs (ISN) ....................................... 14

Gambar 2.2 Alur Penyelenggaraan Makanan ................................................. 18

Gambar 2.3 Landasan Teori ........................................................................... 30

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Haji Medan .................. 37

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Tabel observasi/pengamatan sarana peralatan/perlengkapan

Lampiran 3. Tabel observasi/pengamatan proses penyelenggaraan makanan

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6. Dokumentasi

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syafiranedly Rangkuti

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 8 Juli 1994

Suku Bangsa : Batak Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Syahrial Rangkuti, SE

Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing

Nama Ibu : Hj. Desi Fatimah, SH

Suku Bangsa Ibu : Melayu

Pendidikan Formal

1. TK/Tamatan Tahun : TK Harapan 1 Medan/2000

2. SD/Tamatan Tahun : SD Harapan 1 Medan/2006

3. SLTP/Tamatan Tahun : SMP Harapan 1 Medan/2009

4. SLTA/Tamatan Tahun : SMA Negeri 1 Medan/2012

5. Lama Studi di FKM USU : 2012 - 2017

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan antara lain melalui kegiatan

pelayanan kesehatan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, pelayanan

darah, pengamanan makanan dan minuman maupun kegiatan bedah mayat yang

didukung oleh sumber daya di bidang kesehatan (Undang-Undang RI Nomor 44

Tahun 2009).

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan kateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan

sosial ekonomi masyarakat yang harus mampu untuk meningkatkan pelayanan

yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI No. 44 Tahun 2009).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki

peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Indonesia. Menurut Aditama (2010) yang mengutip

pendapat Jolly dan Gerbaud, pasien yang di rawat di rumah sakit tidak hanya

mengharapkan pelayanan dan keperawatan yang baik. Mereka juga mengharapkan

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

kualitas akomodasi yang baik, makanan yang enak serta adanya hubungan baik

antara staf rumah sakit dengan para pasien.

Rumah sakit harus melaksanakan beberapa fungsi, salah satunya adalah

fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medis yaitu pelayanan gizi.

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan

dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

metabolisme. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan

penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap

keadaan gizi pasien (Kemenkes RI, 2013).

Keberhasilan pelayanan di rumah sakit dalam mendukung proses

penyembuhan penyakit pada pasien, sangat ditentukan oleh proses pengolahan

makanan mulai dari bahan makanan sampai menjadi makanan jadi yang siap

dikonsumsi oleh pasien. Pelayanan gizi dapat telaksana dengan baik apabila

didukung oleh manajemen penyelenggaraan makanan yang baik. Manajemen

penyelenggaraan makanan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai

dari perencanaan makanan sampai dengan distribusi makanan kepada

pasien/konsumen yang berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk

menghasilkan makanan dengan kualitas yang baik (Kemenkes RI, 2013).

Tahapan dalam penyelenggaraan makanan yang apabila dilakukan dengan

baik akan dapat menghindari terjadinya kerusakan pada makanan baik secara

fisik, kimia, maupun cita rasa. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit

seharusnya memperhatikan syarat higiene dan sanitasi, mengingat permasalahan

dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi terhadap makanan

(Soediono, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Pemberian makanan kepada pasien dilakukan sesuai dengan kondisi pasien

dan berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh pasien. Makanan yang habis

dimakan akan memenuhi kebutuhan kalori pasien sehingga dapat mempercepat

proses penyembuhan dan mempersingkat hari perawatan. Apabila makanan yang

disajikan tidak habis dimakan maka kalori yang dibutuhkan tidak mencukupi. Jika

hal ini berlangsung lama akan menyebabkan kekurangan gizi sehingga dapat

memperlambat proses penyembuhan dan memperlama hari perawatan (Kemenkes

RI, 2013).

Penelitian tentang manajemen gizi sudah banyak dilakukan, seperti

penelitian Jufri dkk (2012) tentang manajemen pengelolaan makanan di Rumah

Sakit Umum Lanto DG. Pasewang Kabupaten Jeneponto. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa perencanaan anggaran belum ada tetapi dilakukan

pembayaran langsung dan perencanaan menu belum sepenuhnya sesuai dengan

Pedoman Gizi Rumah Sakit (PGRS). Pemesanan dan pembelian bahan makanan

dilakukan oleh Kepala Instalasi Gizi, kebutuhan makanan disesuaikan dengan

jumlah pasien sesuai standar porsi per orang per jenis makanan. Penerimaan

bahan makan meliputi pemeriksaan berdasarkan daftar belanja namun seringkali

tidak ditimbang untuk mengetahui takaran atau ukuran, yang bertanggungjawab

penerimaan bahan makanan adalah Kepala Instalasi Gizi sekaligus menyimpan

bahan makanan. Proses pengolahan bahan makanan dilakukan juru masak mulai

dari membersihkan bahan makanan sampai pada proses memasak diawasi oleh

petugas gizi. Proses pendistribusian dan penyajian makanan dilakukan setelah

semua proses pengolahan selesai, makanan disajikan dalam rantang bersekat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

mangkuk stainless, proses distribusi dibedakan atas dua sistem yaitu sentralisasi

untuk pasien lontara dan desentralisasi untuk pasien VIP.

Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2015), tentang analisis manajemen

penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk

Pakam, hasil penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan menu dan

perencanaan kebutuhan bahan makanan telah diatur oleh Kepala Instalasi Gizi.

Penerimaan dan penyimpanan bahan makanan telah mengacu pada konsep atau

acuan umum yang berlaku di rumah sakit. Aspek operasional dalam proses

pengolahan bahan makanan diawali dengan proses persiapan bahan makanan, cara

kerja yang efektif dan kesesuaian tempat serta pengaturan ruang pengolahan. Pada

proses penyaluran makanan sudah sesuai dengan jadwal penyajian makanan dan

jenis diet pasien. Namun fenomena kurangnya kelengkapan petugas saat

penyajian (celemek dan penutup kepala) menjadi faktor yang perlu diperbaiki

dalam proses penyajian makanan di RSUD Lubuk Pakam.

Rumah Sakit Umum Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit milik

pemerintah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. RSU Haji Medan memiliki

beberapa unit pelayanan kesehatan. Instalasi gizi merupakan salah satu unit yang

memberikan pelayanan kesehatan, berupa pemberian makanan yang berkualitas

sesuai kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap di rumah sakit. Instalasi gizi di

RSU Haji Medan mempunyai struktur organisasi yang dikepalai oleh Kepala

Instalasi Gizi. Pelayanan gizi di Instalasi Gizi RSU Haji Medan bertujuan untuk

menyelenggarakan pelayanan gizi terhadap pasien sebagai salah satu usaha

menunjang penyembuhan atau pengobatan. Instalasi Gizi RSU Haji Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

dibawah tanggungjawab Kepala Instalasi Gizi. Pegawai Instalasi Gizi RSU Haji

Medan berjumlah 37 orang, yaitu:

Tabel 1.1 Jumlah pegawai di Instalasi Gizi RSU Haji Medan


No. Jabatan Jumlah (orang)
1. Kepala Instalasi Gizi 1
2. Ahli Gizi 8
3. Tenaga Pengolah Makanan 14
4. Tenaga Peracik 8
5. Tenaga Distribusi 6
Total 37

Pegawai Instalasi Gizi RSU Haji Medan hanya 8 orang yang lulusan dari

pendidikan gizi (D3) yaitu Ahli Gizi, sedangkan tenaga pengolah, tenaga peracik

dan petugas distribusi merupakan lulusan SMK Tata Boga dan SMA. Waktu kerja

tenaga pengolah makanan dan tenaga peracik dibagi menjadi 3 shift kerja

sedangkan tenaga distribusi dibagi menjadi 2 shift kerja. Setiap pegawai Instalasi

Gizi RSU Haji Medan sudah mempunyai tugas pokok dan fungsi.

Penyelenggaraan makanan di RSU Haji Medan dilakukan mulai dari

perencanaan yang dilakukan oleh Kepala Instalasi Gizi menggunakan siklus menu

10 hari yang disesuaikan dengan data kebutuhan jumlah pasien dan diagnosa

penyakit yang diderita pasien yang didapatkan dari petugas rawat inap. Pembelian

bahan makanan dilakukan secara harian sesuai dengan kebutuhan, khususnya

bahan makanan basah. Selanjutnya dilakukan proses penerimaan bahan makanan

untuk dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pengolahan. Setelah proses

pengolahan, makanan disajikan di dapur dan dilakukan penyaluran dengan troli

makanan ke ruang rawat inap. Selanjutnya alat makanan yang kotor akan dibawa

kembali ke Instalasi Gizi RSU Haji Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dengan Kepala

Instalasi Gizi di RSU Haji Medan ditemukan bahwa pelaksanaan manajemen gizi

yang belum optimal, seperti; (1) Gudang penyimpanan bahan makanan kering

belum sesuai dengan PGRS, terlihat dari gudang bahan makanan kering yang

dicampur dengan peralatan masak, peralatan makan dan dokumen. Hal ini dapat

membuat serangga maupun binatang pengerat lainnya akan masuk ke gudang,

sehingga dapat merusak kualitas dari bahan makanan kering; (2) Jumlah tenaga

distribusi yang kurang sehingga dapat mengakibatkan keterlambatan dalam proses

penyajian makanan kepada pasien; (3) Tenaga pengolah makanan tidak memakai

celemek dan penutup kepala. Tenaga pengolah makanan merupakan salah satu

vektor yang dapat mencemari makanan secara fisik jika tidak memakai celemek

dan penutup kepala; dan (4) Sebagian makanan tidak habis dimakan pasien.

Menurut Moehyi (1995) bahwa fungsi makanan dalam upaya penyembuhan

penyakit dapat berupa salah satu bentuk terapi, penunjang pengobatan dan

tindakan medis.

Maka dari pada itu perlu dilakukan penelitian terhadap manajemen gizi

yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pengolahan, dan

penyaluran sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan gizi di RSU Haji

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan manajemen gizi di Rumah Sakit

Umum Haji Medan”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen gizi di

Rumah Sakit Umum Haji Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak antara lain:

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen RSU Haji Medan agar

melaksanakan manajemen gizi sesuai dengan pedoman yang berlaku serta

meningkatkan pengawasan agar manajemen gizi dapat terlaksana dengan

optimal.

2. Bagi peneliti lain dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman,

dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok

permasalahan yang sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

3. Sebagai tambahan informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk (1) mempermudah akses

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; (2) memberikan

perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit

dan sumber daya manusia di rumah sakit; (3) meningkatkan mutu dan

mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan (4) memberikan kepastian

hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah

sakit. Pelayanan kesehatan paripuran adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (UU RI No. 44 Tahun 2009)

Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit yang didirikan dan

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah harus merupakan unit pelaksana teknis

daerah atau lembaga teknis daerah yang diselenggarakan berdasarkan pengelolaan

keuangan badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014).

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

2.1.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan dan paripurna. Untuk menjalankan tugas

tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaran pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka meningkatkan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 Tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan

berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana.

Klasifikasi rumah sakit umum terdiri dari :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:

(1) pelayanan gawat darurat yang diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam

sehari secara terus menerus.

(2) pelayanan medik spesialis dasar yaitu pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.

(3) pelayanan medik spesialis penunjang yaitu pelayanan anestesiologi,

radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.

(4) pelayanan medik spesialis lain yaitu pelayanan mata, telinga hidung

tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,

kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik,

dan kedokteran forensik.

(5) pelayanan subspesialis yaitu spesialisasi bedah, penyakit dalam,

kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung

tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,

kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik,

dan gigi mulut.

(6) pelayanan spesialis gigi dan mulut yaitu pelayanan bedah mulut,

konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi,

dan penyakit mulut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:

(1) pelayanan gawat darurat yang harus diselenggarakan 24 (dua puluh

empat) jam sehari secara terus-menerus.

(2) pelayanan medik spesialis dasar yaitu pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.

(3) pelayanan medik spesialis penunjang yaitu pelayanan anestesiologi,

radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.

(4) pelayanan medik spesialis lain paling sedikit berjumlah 8 (delapan)

pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yaitu pelayanan mata, telinga

hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan

kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah

plastik, dan kedokteran forensik.

(5) pelayanan subspesialis paling sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan dari 4

(empat) subspesialis dasar yaitu spesialisasi bedah, penyakit dalam,

kesehatan anak, dan obstetri dan ginekologi.

(6) pelayanan spesialis gigi dan mulut yaitu pelayanan bedah mulut,

konservasi/endodonsi, dan orthodonti.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

(1) pelayanan gawat darurat yang harus diselenggarakan 24 (dua puluh

empat) jam sehari secara terus-menerus.

(2) pelayanan medik umum yaitu pelayanan medik dasar, medik gigi mulut,

kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

(3) pelayanan medik spesialis dasar yaitu pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, obstetri, dan ginekologi.

(4) pelayanan medik spesialis penunjang medik yaitu pelayanan

anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik.

(5) pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:

(1) pelayanan gawat darurat yang harus diselenggarakan 24 (dua pulu empat)

jam sehari secara terus-menerus.

(2) pelayanan medik umum yaitu pelayanan medik dasar, medik gigi mulut,

kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

(3) pelayanan medik spesialis dasar paling sedikit berjumlah 2 (dua) dari 4

(empat) pelayanan medik spesialis dasar yaitu pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi.

(4) pelayanan medik spesialis penunjang yaitu pelayanan radiologi dan

laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

2.2 Instalasi Gizi Rumah Sakit

Instalasi gizi adalah wadah pelayanan gizi rumah sakit, bertujuan untuk

memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada

instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk

mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut,

makan penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan sehingga

menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang memenuhi

syarat kesehatan (Aritonang, 2009).

2.3 Tenaga Gizi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit bahwa tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit

adalah profesi gizi yang terdiri dari 2 profesi yaitu;

1. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau

sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (intership) dan telah

lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi,

makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.

2. Teknikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Gizi sesuai aturan yang

berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan

teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

RD bertanggungjawab terhadap pelayanan asuhan gizi dan pelayanan

makanan dan dietetik, sementara TRD bertanggungjawab membantu RD dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

melakukan asuhan gizi dan pelayanan makanan serta dietetik serta melaksanakan

kewenangan sesuai dengan kompetensi (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan penelitian Badan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia

kesehatan tahun 2012 mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode

perhitungan Analisis Beban Kerja atau WISN (Work Load Indicator Staf Need),

diperoleh jumlah optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas rumah sakit agar

dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan berkualitas untuk menjamin

keamanan pasien. Kebutuhan RD dan TRD di rumah sakit adalah sebagai berikut;

Tabel 2.1 Kebutuhan Tenaga Gizi Berdasarkan Kelas Rumah Sakit


Rumah Registered Teknikal Registered Kebutuhan
No.
Sakit Dietisien (RD) Dietisien (TRD) Tenaga Gizi
1. Kelas A 56 16 72
2. Kelas B 22 15 37
3. Kelas C 18 12 30
4. Kelas D 9 14 23
Sumber: Kemenkes RI (2013)

Kebutuhan jumlah tenaga juga dapat dihitung menggunakan metode

Indicator Staffing Needs (ISN). Metode ini menghitung jumlah kebutuhan tenaga

berdasarkan jenis kegiatan dan volume pelayanan. Tiap unit harus dapat

memproyeksikan kegiatan atau keluaran apa yang akan dihasilkan pada masa

mendatang untuk kemudian dapat memproyeksikan kebutuhan tenaganya (Depkes

RI, 2007).

Adapun rumus Indicator Staffing Needs (ISN) adalah sebagi berikut;

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 x 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡


Kebutuhan Tenaga =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Sumber: Depkes RI (2007)

Gambar 2.1 Rumus Indicator Staffing Needs (ISN)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.4 Sarana Instalasi Gizi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan

Gizi Rumah Sakit disebutkan bahwa kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat

berjalan dengan optimal bila didukung dengan sarana yang memadai untuk

melaksanakan penyelenggaraan makanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam sarana penyelenggaraan makanan yaitu;

1. Letak tempat penyelenggaraan makanan yaitu;

a. Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat

diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien.

b. Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain

disekitarnya.

c. Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman bahan

makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar.

d. Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang

cuci (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.

e. Mendapat udara dan sinar yang cukup.

2. Tempat yang diperlukan di ruang penyelenggaraan makanan terdiri dari;

a. Tempat penerimaan bahan makanan untuk penerimaan bahan makanan dan

mengecek kualitas dan kuantitas bahan makanan.

b. Ruang penyimpanan bahan makanan yang terdiri dari 2 jenis yaitu

penyimpanan bahan makanan basah dan penyimpanan bahan makanan

kering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

c. Tempat persiapan bahan makanan untuk mempersiapkan bahan makanan

dan bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,

menumbuk, memotong dan lain-lain.

d. Tempat pengolahan dan distribusi makanan.

e. Tempat pencucian bahan makanan yang terletak tepisah dengan tempat

pencucian peralatan dan dilengkapi dengan sarana air panas. Tempat

penyimpanan alat-alat dapur besar dan kecil disimpan di ruangan khusus

sehingga mudah bagi pengawas untuk inventarisasi alat.

f. Tempat pembuangan sampah.

g. Ruang fasilitas pegawai adalah ruangan yang dibuat untuk tempat ganti

pakaian pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil.

h. Ruang pengawas.

3. Peralatan dan Perlengkapan yang diperlukan di ruang penyelenggaraan

makanan terdiri dari;

a. Ruang penerimaan: timbangan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda,

kereta angkut, dan alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras,

pisau dan sebagainya.

b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar: timbangan 20-100

kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer dan tempat bahan makanan dari

plastik atau stainless steel.

c. Ruang persiapan bahan makanan: meja kerja, meja daging, mesin sayuran,

mesin kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer, blender,

timbangan meja, talenan, bangku kerja, penggiling bumbu, dan bak cuci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

d. Ruang pengolahan makanan: ketel uap 10-250 lt, kompor, oven,

penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang sate,

toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, tempat sampah dan

lemari.

e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat: bak cuci, rak alat, tempat sampah

dan lemari.

f. Dapur susu: meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah,

pencuci botol, mixer, blender, lemari es, tungku dan meja pemanas.

g. Ruangan pegawai: kamar mandi, locker, meja, kursi, tempat sampah,

tempat sholat dan tempat tidur.

h. Ruang perkantoran, meja, kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari es, alat

peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, mesin ketik, AC

dan sebagainya.

2.5 Manajemen Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang dilakukan mulai dari penentuan peraturan pemberian makanan rumah sakit

sampai dengan distribusi makanan kepada pasien/konsumen agar tercapainya

status gizi yang optimal melalui diet yang tepat (Kemenkes RI, 2013). Tujuan dari

penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah menyediakan makanan dengan

kualitas yang baik sesuai dengan jumlah kebutuhan gizi, biaya, serta layak dan

memadai bagi konsumen untuk mencapai status gizi yang optimal. Sasaran

penyelenggaraan makanan di rumah sakit yaitu pasien, terutama pasien rawat inap

dan karyawan (dokter dan pegawai).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Kegiatan penyelenggaraan makanan untuk konsumen di rumah sakit meliputi:

penentuan peraturan pemberian makanan rumah sakit, penyusunan standar bahan

makanan rumah sakit, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan

makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, pemesanan

dan pembelian bahan makananan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan dan

penyaluran bahan makanan, persiapan bahan makanan pemasakan bahan

makanan, sampai dengan distribusi makanan (Kemenkes RI, 2013).

Perencanaan Pengadaan Penerimaan dan


Menu Bahan Penyimpanan
Bahan Persiapan
dan
Pengolahan
Pelayanan Penyajian Makanan
Makanan Distribusi
Makanan di
Pasien Makanan
Ruang

Gambar 2.2 Alur Penyelenggaraan Makanan

Sumber: Kemenkes RI (2013)

2.5.1 Perencanaan Bahan Makanan

Perencanaan merupakan awal dari kegiatan manajemen, karena semua

kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Perencananan

makanan rumah sakit terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan menu,

perencanaan kebutuhan makanan, perencanaan anggaran bahan makanan,

pengadaan bahan makanan dan pemesanan dan pembelian bahan makanan

(Kemenkes RI, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Perencanaan menu adalah kegiatan menyusun dan memadukan hidangan

dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi, cita rasa

yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi. Tujuan

perencanaan menu adalah untuk memenuhi kecukupan gizi, selera konsumen serta

untuk memenuhi kepentingan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.

Perencanaan kebutuhan bahan makanan merupakan kegiatan menetapkan

macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu

tertentu, dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit.

Tujuan perencanaan kebutuhan makanan adalah tersedianya taksiran macam dan

jumlah bahan makanan dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu

yang ditetapkan untuk pasien rumah sakit.

Perencanaan anggaran bahan makanan adalah suatu kegiatan penyusunan

biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan

yang dilayani. Perencanaan anggaran bahan makanan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien yang

dilayani sesuai dengan standart yang ditetapkan.

Kegiatan pengadaaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan

makanan, perhitungan harga makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan

dan melakukan survei pasar. Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan

makanan yang ditetapkan oleh instalasi gizi sesuai dengan ukuran, bentuk,

penampilan, dan kualitas bahan makanan. Survei pasar merupakan kegiatan untuk

mencari informasi mengenai harga bahan makanan yang ada dipasaran, sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai dasar perencanaan anggaran bahan

makanan.

Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan bahan makanan

berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen/pasien yang dilayani,

sesuai periode pemesanan yang ditetapkan. Pembelian bahan makanan merupakan

serangkaian kegiatan penyediaan macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan

untuk memenuhi kebutuhan konsumen/pasien sesuai ketentuan/kebijakan yang

berlaku. Sistem pembelian yang sering dilakukan antara lain; (1) pembelian

langsung ke pasar (The Open Market of Buying); (2) pembelian dengan

musyawarah (The Negotiated of Buying); (3) pembelian yang akan datang (Future

Contract); (4) pembelian tanpa tanda tangan (Unsigned Contract/Auction); (5)

pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive).

2.5.2 Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi

pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan

kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi

yang telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli. Langkah penerimaan bahan

makanan harus disesuaikan dengan sistem pembelian yang dilakukan, apakah

melalui tender atau sistem pembelian lainnya (Depkes RI, 2007).

Prinsip dalam penerimaan bahan makanan adalah jumlah yang diterima

harus sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus sesuai dengan

spesifikasi yang disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

tercantum dalam faktur pembelian harus sama dengan harga bahan makanan yang

tercantum dalam perjanjian jual beli.

Adapun prasyarat penerimaan bahan makanan antara lain: (1) tersedianya

daftar pesanan bahan maknan berupa macam dan jumlah bahan makanan yang

akan diterima pada waktu tertentu; (2) tersedianya spesifikasi bahan makanan

yang telah ditetapkan. Langkah penerimaan bahan makanan adalah: (1) bahan

makanan diperiksa sesuai dengan daftar pesanan (yang memuat satuan dan jumlah

volume) dan spesifikasi bahan makanan; (2) bahan makanan basah langsung

didistrubusikan ke bagian pengolahan, bahan makanan kering disimpan di

gudang/penyimpanan kering; (3) bahan makanan yang tidak langsung

dipergunakan saat itu dilakukan penyimpanan di ruang pendingin (freezer/chiller).

Terdapat dua macam bentuk atau cara menerima bahan makanan secara

umum, yaitu:

(1) Blind receiving atau cara buta

Dimana petugas penerimaan bahan makanan tidak menerima spesifikasi

bahan makanan serta faktur pembelian dari penjualan/vendor. Petugas

penerimaan langsung mengecek, menimbang dan menghitung bahan makanan

yang datang di ruang penerimaan kemudian mencatat di buku laporan atau

formulir yang telah dilengkapi dengan jumlah, berat dan spesifikasi lain jika

diperlukan. Pihak vendor mengirim faktur pengiriman bahan makanan

langsung ke bagian pembayaran dan bagian penerimaan mengirim lembar

formulir bahan makanan yang diterima untuk dicocokkan oleh bagian

pembelian/pembayaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

(2) Conventional atau konvensional

Dimana petugas penerimaan bahan makanan menerima faktur dan

spesifikasi satuan dan jumlah bahan makanan yang dipesan. Jika jumlah dan

mutu tidak sesuai, petugas penerima berhak mengembalikannya. Namun

petugas penerima harus mencatat semua bahan makanan yang diterima dan

bahan makanan yang dikembalikan untuk dilaporkan kepada bagian

pembelian atau pembayaran. Prosedur pengembalian bahan makanan,

sebaiknya petugas pengiriman bahan makanan ikut mengakui ketidakcocokan

pesanan dengan pengiriman yang ditandai dengan membubuhkan tanda

tangan di formulir pengembalian bahan makanan. Disamping itu perlu diberi

catatan bahwa bahan makanan yang dikembalikan tersebut harus segera

diganti atau mengubah isi faktur pengiriman.

Pencatatan bahan makanan yang diterima harus dilakukan secara teliti,

sistemati dan teratur. Hal ini merupakan salah satu faktor penting sebagai

dokumentasi tertulis tentang jumlah, mutu bahan makanan yang diterima. Data

tersebut dapat dijadikan bahan monitoring, pengawasan dan pengendalian

kegiatan atau bahkan dapat dijadikan bahan perencanaan kebutuhan yang akan

datang (Depkes RI, 2007).

2.5.3 Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu tata cara menata,

menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik

kualitas maupun kuantitas digudang bahan makanan kering dan basah serta

pencatatan dan pelaporannya (Depkes RI, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Fungsi dari penyimpanan bahan makanan adalah menyelenggarakan

pengurusan bahan makanan agar setiap waktu diperlukan dapat melayani dengan

tepat, cepat dan aman digunakan dengan cara efisien. Sesuai dengan jenis barang

dalam suatu proses industri, terdapat empat jenis gudang yaitu gudang

operasional, gudang perlengkapan, gudang barang jadi dan gudang musiman.

Dalam sistem penyelenggaraan makanan yang terkait dengan bahan makanan

adalah gudang operasional. Prinsip dasar dalam penyimpanan bahan makanan

adalah: tepat tempat, tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan tepat nilai.

Sesuai jenis bahan makanan gudang operasional dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

(1) Gudang bahan makanan kering

Gudang bahan makanan kering merupakan tempat penyimpanan bahan

makanan kering yang tahan lama seperti beras, gula, minyak, dan lain-lain.

Syarat utama untuk menyimpan bahan makanan kering adalah ruang khusus

kering, tidak lembab, pencahayaan cukup, ventilasi dan sirkulasi udara baik,

serta bebas dari serangga dan binatang pengerat lainnya. Penyimpanan bahan

makanan dalam kondisi gelap dan lembab akan mendorong pertumbuhan

organisme tertentu seperti jamur. Suhu ruangan yang dianjurkan adalah 19-

20°C, yang harus sering dikontrol untuk menjaga kestabilan.

Dalam penataan/penempatan barang, bahan makanan harus disusun

beraturan, diberi tanggal penerimaan dan setiap jenis bahan makanan diberi

pembatas. Bahan makanan yang perputarannya cepat, diletakkan dekat

dengan tempat penyaluran dan sebaliknya. Bahan makanan yang berbau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

tajam seperti terasi, harus dipisahkan dan tidak berdekatan dengan bahan

makanan yang mudah menyerap bau seperti tepung-tepungan.

(2) Gudang bahan makanan segar/basah

Gudang bahan makanan segar merupakan tempat menyimpan bahan

maknana yang masih segar seperti daging, ikan, unggas, sayuran dan buah.

Bahan makanan tersebut umumnya merupakan bahan makanan yang mudah

rusak, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk memperlambat kerusakkan

terutama disebabkan oleh mikroba.

Secara umum setiap jenis bahan makanan segar memiliki suhu penyimpanan

tertentu yang optimal untuk menjaga kualitas. Pengelompokan bahan

makanan segar sesuai dengan suhu penyimpanan adalah:

(1) Penyimpanan segar (Fresh Cooling), bahan makanan disimpan dalam

lemari pendingin dengan suhu berkisar antara 1-4°C untuk suhu cair,

telur dan makanan matang. Untuk sayuran segar berkisar antara 10-15°C.

(2) Penyimpanan dingin (Chilly), bahan makanan disimpan di lemari es

dengan suhu antara (-5)-0°C. Suhu ini dibutuhkan untuk menyimpan

daging ikan atau unggas tidak lebih dari 3 (tiga) hari.

(3) Penyimpanan beku (Freezer), suhu di ruang penyimpanan ini sangatlah

dingin yaitu sekitar (-10)°C, dapat digunakan untuk menyimpan daging

dalam waktu lama.

Suhu ruangan gudang bahan makanan segar diperiksa dua kali sehari, yaitu

pada saat gudang dibuka dan ditutup sehingga keamanan bahan makanan

didalamnya dapat terkontrol (Depkes RI, 2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam

keadaan bersih, terlindungi dari debu, terlindungi dari bahan kimia berbahaya,

serta terlindungi dari serangga dan hewan lain (Sabarguna dkk, 2011). Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, menyatakan ada beberapa persyaratan

hygiene dan sanitasi makanan pada bahan makanan. Pada gudang bahan makanan

kering yaitu: (1) semua bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi;

(2) bahan makanan tidak diletakkan dibawah saluran/pipa air untuk menhindarkan

terkena bocoran; (3) tidak ada drainase di sekitar gudang makanan; (4) semua

bahan makanan disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15-25 cm;

(5) suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22°C; (6)

gudang harus antitikus dan serangga; dan (7) penempatan bahan makanan harus

rapi dan ditata tidak terlalu rapat untuk menjaga sirkulasi udara.

Persyaratan hygiene dan sanitasi pada gudang bahan makanan basah yaitu:

(1) bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman disimpan pada suhu

penyimpanan sejuk (cooling) 10-15°C; (2) bahan makanan berprotein yang akan

segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4-10°C;

(3) bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24

jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0-4°C; (4)

pintu tidak boleh sering dibuka karena dapat meningkatkan suhu; (5) makanan

yang berbau tajam (udang, ikan dan lain-lain) harus dalam kondisi tertutup; dan

(6) pengambilan dengan cara first in first out (FIFO), yaitu yang disimpan lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dahulu juga digunakan lebih dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk (Depkes

RI, 2004)

Adapun prasyarat penyimpanan bahan makanan, yaitu: (a) adanya sistem

penyimpanan barang; (b) tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan

sesuai dengan persyaratan; dan (c) tersedianya kartu stock/buku catatan keluar

masuknya bahan makanan. Langkah-langkah penyimpanan bahan makanan, yaitu:

(a) setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera dibawa

ke ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin; (b) apabila bahan makanan

langsung digunakan, setelah ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan

bahan makanan setempat dibawa ke ruang persiapan bahan makanan. Untuk

semua kelas Rumah Sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan makanan

kering (gudang bahan makanan) dan ruang pendingin, serta ruang pembeku

(freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda menurut Rumah Sakit masing-

masing. Freezer (pembeku) umumnya dimiliki oleh Instansi yang besar yang

dimaksudkan untuk menyimpan bahan makanan dalam jangka waktu yang agak

lama.

2.5.4 Pengolahan Makanan Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan

Gizi Rumah Sakit disebutkan bahwa pengolahan makanan adalah suatu kegiatan

mengubah atau memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap

dimakan, berkualitas dan aman dikonsumsi. Tujuan pengolahan makanan yaitu:

(1) mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan; (2) meningkatkan nilai

cerna; (3) meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

penampilan makanan (kualitas makanan); dan (4) bebas dari bahan potensial dan

zat yang berbahaya bagi tubuh.

Terdapat 2 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengolahan makanan,

yaitu;

(1) Tenaga pengolahan makanan (penjamah makanan)

Tenaga pengolahan makanan adalah seorang tenaga yang menjamah

makanan baik dalam persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun

dalam menyajikan makanan. Pejamah makanan merupakan salah satu vektor

yang dapat mencemari bahan pangan baik berupa cemaran fisik, kimia

maupun biologis (Kemenkes RI, 2013).

Penjamah makanan harus memperhatikan beberapa syarat dalam mengolah

makanan yaitu;

a. Kondisi kesehatan yang tidak menderita penyakit mudah menular seperti

batuk, pilek, diare dan lainnya dan menutup luka.

b. Menjaga kebersihan diri seperti mandi teratur, menggosok gigi paling

sedikit dua kali dalam sehari, membiasakan diri membersihkan lubang

hidung, lubang telinga dan sela-sela jari secara teratur, memcuci rambut

secara rutin dua kali dalam seminggu dan kebersihan tangan seperti kuku

dipotong pendek, kuku tidak di cat atau kutek dan bebas luka.

c. Kebiasaan mencuci tangan yang di lakukan sebelum menjamah atau

memegang makanan, memegang peralatan makanan, setelah keluar dari

WC atau kamar kecil, setelah meracik bahan mentah seperti daging, ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

dan lainnya, dan setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman,

memegang uang dan lainnya.

d. Perilaku penjamah makanan dalam melakukan pelayanan penanganan

makanan seperti tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung atau sela-

sela jari/kuku, tidak merokok, menutup mulut saat bersin atau batuk, tidak

meludah sembarangan di dapur, tidak menyisir rambut sembarangan

terutama di ruangan persiapan dan pengolahan, dan tidak memegang,

mengambil, memindahkan dan mencicipi makanan langsung dengan

tangan (tanpa alat).

e. Penampilan penjamah makan harus selalu bersih dan rapi serta memakai

celemek, memakai tutup kepala, memakai alas kaki yang tidak licin, tidak

memakai perhiasan, dan memakai sarung tangan, jika diperlukan.

(2) Tempat pengolahan makanan (dapur)

Dapur adalah suatu tempat yang digunakan untuk mempersiapkan dan

mengolah makanan dan minuman. Dapur harus memenuhi persyaratan teknis

higiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan

dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya (Kemenkes

RI, 2013).

2.5.5 Penyaluran/Pendistribusian Makanan

Penyaluran atau distribusi makanan merupakan serangkaian kegiatan

penyaluran makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang

dilayani. Penyaluran makanan bertujuan agar konsumen/pasien mendapatkan

makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Kegiatan penyaluran makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

meliputi penerimaan hidangan, penungguan, penyajian dan pelayanan. (Depkes

RI, 2007)

Sistem penyaluran makanan yang digunakan mempengaruhi makanan yang

disajikan tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan

yang ada. Sistem penyaluran makanan terdiri dari 3 macam yaitu;

(1) Sentralisasi

Sentralisasi adalah suatu cara mengirim hidangan makanan dan disajikan

dalam alat makan di ruang pengolah makanan (dapur) pusat.

(2) Desentralisasi

Desentralisasi adalah cara pengiriman makanan pasien yang dibawa ke ruang

perawatan dalam jumlah banyak/besar, kemudian dipersiapkan ulang dan

disajikan dalam alat makan pasien sesuai dengan dietnya.

(3) Kombinasi

Penyaluran makanan secara kombinasi dilakukan dengan cara sebagian

makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari

tempat produksi, dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar yang

distribusinya dilaksanakan setelah sampai di ruang perawatan.

Makanan yang telah siap santap akan diangkut dengan tempat dan alat

pengangkutan oleh tenaga pramusaji. Cara pengangkutan makanan harus

memperhatikan beberapa hal yaitu; (1) makanan diangkut dengan menggunakan

kereta dorong yang tertutup dan bersih; (2) pengisian kereta dorong tidak sampai

penuh, agar masih tersedia udara untuk ruang gerak; dan (3) perlu diperhatikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan atau barang

kotor.

2.6 Landasan Teori

Teori manajemen menurut Ivancevich et al (2007) yang meliputi masukan,

proses dan keluaran merupakan landasan teori yang diimplementasikan dalam

manajemen penyelenggaraan makanan di rumah sakit, yang di dalamnya termasuk

proses perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pengolahan dan penyaluran bahan

makanan. Skema landasan teori diuraikan sebagai berikut:

Masukan (Input)
Proses
 Man
 Planning Keluaran
 Money
 Organizing
 Methods
 Staffing (Output)
 Materials
 Directing
 Machine
 Controling
 Market
Gambar 2.3 Landasan Teori
Sumber: Ivancevich et al (2007)
2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Proses
Masukan (Input) Manajemen
Penyelenggaraan Makanan Keluaran (Output)
 Tenaga Gizi RSU Haji Medan Standar
 Sarana
1. Perencanaan
2. Penerimaan
3. Penyimpanan
4. Pengolahan
5. Penyaluran

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Alur penelitian dari penelitian ini adalah mengkaji manajemen

penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan yang meliputi; (1)

perencanaan bahan makanan; (2) penerimaan bahan makanan; (3) penyimpanan

bahan makanan; (4) pengolahan bahan makanan; dan (5) penyaluran makanan.

Penelitian ini untuk melihat fenomena yang sebenarnya kemudian dibahas dan

dibandingkan dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Kemenkes RI,

2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi untuk

mengetahui pelaksanaan manajemen gizi di RSU Haji Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian instalasi gizi Rumah Sakit Umum Haji

Medan. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa

pelaksanaan manajemen gizi di Instalasi Gizi RSU Haji Medan masih kurang

sesuai dengan Pedoman Gizi Rumah Sakit (PGRS).

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan

Januari 2017.

3.3 Pemilihan Informan

Pengambilan informan berdasarkan pertimbangan tertentu, yakni orang-

orang yang terlibat dalam proses penyelenggaraan makanan. Informan tersebut

terdiri dari:

1. Kepala Instalasi Gizi

2. Petugas Penerimaan Bahan Makanan

3. Petugas Penyimpanan Bahan Makanan

4. Petugas Pengolahan Makanan

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

5. Petugas Penyaluran Makanan

6. Pasien Rawat Inap

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung berhadapan dengan

narasumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan proses triangulasi, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama (Saryono dan Anggraeni, 2013).

2. Observasi

Observasi merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan dengan

menggunakan panca indera. Pengamatan yang dilakukan adalah apakah yang

disampaikan informan sesuai dengan yang fakta yang dilakukannya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan yang dilakukan dengan cara mengambil

data-data dari dokumentasi, catatan-catatan dan administrasi yang menyangkut

dengan masalah yang diteliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.5 Definisi Operasional

1. Perencanaan bahan makanan adalah kegiatan merencanakan kebutuhan bahan

makanan, anggaran, pengadaan, pemesanan, pembelian bahan makanan serta

merencanakan menu dalam penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi

Rumah Sakit untuk mencapai tujuan pelayanan gizi rumah sakit yang baik.

2. Penerimaan bahan makanan adalah kegiatan menerima bahan makanan yang

telah dipesan dengan langkah-langkah yang meliputi pemeriksaan/penelitian,

pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan

makanan yang diterima sesuai dengan pesanan dan perjanjian jual beli.

3. Penyimpanan bahan makanan adalah bahan makanan yang telah diterima

selanjutnya disimpan di gudang bahan makanan sebelum diolah oleh petugas

pengolah makanan untuk menjaga kualitas dan kuantitas bahan makanan.

4. Pengolahan bahan makanan adalah kegiatan memberikan bahan makanan

kepada petugas pengolah yang akan diolah menjadi makanan yang sesuai

dengan kebutuhan gizi pasien.

5. Penyaluran makanan adalah kegiatan penyaluran makanan yang sesuai

dengan kebutuhan gizi pasien yang dilakukan pada waktu tertentu.

3.6 Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul, teknik untuk menganalisis data tersebut yaitu

dengan menggunakan teknik deskriptif analitik. Data yang sudah terkumpul akan

digambarkan melalui proses analitik, kemudian akan dibahas secara mendalam

dalam bentuk naratif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


RSU Haji Medan merupakan rumah sakit kelas B yang diproyeksikan

sebagai rumah sakit rujukan kesehatan yang utama di wilayah Sumatera Utara dan

sekitarnya. Lokasi RSU Haji Medan berada di Kabupaten Deli Serdang dan

berada di perlintasan perbatasan Kota Medan. selain RSU Haji Medan, di

Kabupaten Deli Serdang terdapat 1 rumah sakit pemilik Pemerintah yang lain

yaitu RSUD Lubuk Pakam yang merupakan rumah sakit kelas C.

4.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Haji Medan

Visi RSU Haji Medan adalah rumah sakit unggulan dan pusat rujukan

dengan pelayanan bernuansa Islami, ramah lingkungan dan berdaya saing sesuai

standar Nasional dan Internasional.

Misi RSU Haji Medan adalah sebagai berikut;

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia,

Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang

memiliki integritas dan religius.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Haji

Medan sesuai dengan standar Nasional dan Internasional dengan prinsip

kenyamanan dan keselamatan.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum

Haji Medan Provinsi Sumatera Utara melalui Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan

5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih, ramah,

aman dan nyaman serta lingkungan yang sehat bernuansa Go Green.

4.1.2 Sarana Rumah Sakit Umum Haji Medan

RSU Haji Medan memiliki luas tanah sebesar 60.002 m² dan luas bangunan
sebesar 13.837 m². RSU Haji Medan memiliki fasilitas rawat jalan yang terdiri
dari 25 poliklinik, fasilitas rawat inap dan sarana penunjang lainnya yang terdiri
dari 12 fasilitas penunjang yang salah satunya adalah instalasi gizi.

Tabel 4.1 Jenis dan Jumlah Tempat Tidur RSU Haji Medan
No. Jenis Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur
1. Suite Room 2
2. Kelas Utama A/Super VIP 4
3. Kelas Utama B/VIP 28
4. Kelas IA 34
5. Kelas IB 52
6. Kelas II 24
7. Kelas III 79
8. Ranjang Bayi 17
9. Ruang ICU 14
Jumlah 254

4.1.3 Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan

Instalasi gizi merupakan salah satu bagian dari RSU Haji Medan dan fungsi

dari pelayanan gizi adalah bagian dari upaya penyembuhan pasien yang

diselenggarakan secara terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan lainnya di

RSU Haji Medan. Tujuan Instalasi Gizi RSU Haji Medan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

menyelenggarakan pelayanan gizi terhadap pasien sebagai salah satu usaha

menunjang penyembuhan atau pengobatan.

Misi dari Instalasi Gizi RSU Haji Medan adalah pelayanan gizi yang islami,

profesional, dan bermutu pada pasien. Instalasi Gizi RSU Haji Medan juga

memiliki motto adalah “SEDAP” (Selera Enak dan bergizi, Dihidangkan Agar

Pasien cepat sembuh).

Struktur organisasi Instalasi Gizi RSU Haji Medan seperti pada skema
berikut ini:

KA. INSTALASI GIZI

KAUR. PENGOLAHAN KAUR. PENYULUHAN


MAKANAN GIZI

STAF STAF

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Haji Medan

4.2 Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 informan, yang terdiri dari 1

informan Kepala Instalasi Gizi, 1 informan petugas penerimaan dan penyimpanan,

1 informan petugas pengolahan, 1 informan petugas distribusi, dan 3 pasien rawat

inap. Adapun tabel karakteristik informan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Tabel 4.2 Karakteristik Informan

Jenis Umur
No. Nama Pendidikan Jabatan
Kelamin (Tahun)
1. Ir. Elida Hanum Perempuan 46 S1 Kepala
Lubis Instalasi Gizi
2. Selly Perempuan 32 D3 Petugas
Penerimaan
dan
Penyimpanan
3. Idawati Perempuan 44 SMK Petugas
Pengolah
Makanan
4. Idayanti Perempuan 35 SMA Petugas
Distribusi
5. Elpin Laki-laki 60 - Pasien Rawat
Inap
6. Fitri Perempuan 30 - Pasien Rawat
Inap
7. Hartanti Perempuan 64 - Pasien Rawat
Inap

4.3 Tenaga Gizi Rumah Sakit

Jumlah pegawai di Instalasi Gizi RSU Haji Medan sebanyak 37 orang yang

terdiri dari 1 orang Kepala Instalasi Gizi, 8 orang Ahli Gizi, 14 orang petugas

pengolah makanan, 8 orang peracik makanan, dan 6 orang petugas distribusi.

Berikut data pegawai di Instalasi Gizi RSU Haji Medan :

Tabel 4.3 Data Pegawai Bagian Instalasi Gizi RSU Haji Medan
No. Nama Jabatan Bagian
1. Ir. Elida Hanum Lubis Kepala Instalasi Gizi
Staff Ahli Gizi,
Penerimaan
2. Selly Novianti Instalasi Gizi
dan
Penyimpanan
3. Febrina Sari Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi
4. Khairunnisa Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi
5. Rahmi Dwi Kurnia Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi
6. Riska Utami Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

7. Dinar Rizki Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi


8. Vella Rizka Octari Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi
9. Yolla Rahma Dhani Staff Ahli Gizi Instalasi Gizi
10. Hamidah Staff Pengolah Instalasi Gizi
11. Hotmaria Daulay Staff Pengolah Instalasi Gizi
12. Idawati Staff Pengolah Instalasi Gizi
13. Kartika Sari Staff Pengolah Instalasi Gizi
14. Mainah Staff Pengolah Instalasi Gizi
15. Nikmah Juraidah Staff Pengolah Instalasi Gizi
16. Nurhayani Staff Pengolah Instalasi Gizi
17. Tunjamilah Staff Pengolah Instalasi Gizi
18. Julianti Staff Pengolah Instalasi Gizi
19. Leli Haiyun Staff Pengolah Instalasi Gizi
20. Sri Rita Staff Pengolah Instalasi Gizi
21. Sri Mahdalena Staff Pengolah Instalasi Gizi
22. Sri Handayani Staff Pengolah Instalasi Gizi
23. Hotriani Staff Pengolah Instalasi Gizi
24. Erlinawati Staff Peracik Instalasi Gizi
25. Mardiana Staff Peracik Instalasi Gizi
26. Rismayani Staff Peracik Instalasi Gizi
27. Maslati Srg Staff Peracik Instalasi Gizi
28. Rika Andriani Staff Peracik Instalasi Gizi
29. Sri Widari Staff Peracik Instalasi Gizi
30. Julia Fitriani Staff Peracik Instalasi Gizi
31. Elvi Susanti Staff Peracik Instalasi Gizi
32. Dewi Mahrani Staff Distribusi Instalasi Gizi
33. Sri Ruliana Staff Distribusi Instalasi Gizi
34. Sri Wahyuni Staff Distribusi Instalasi Gizi
35. Idayanti Staff Distribusi Instalasi Gizi
36. Siti Nurbaya Staff Distribusi Instalasi Gizi
37. Sri Widari Staff Distribusi Instalasi Gizi

Adapun tugas dan fungsi setiap staff sebagai berikut;

Tabel 4.4 Tugas dan Fungsi Tenaga di Instalasi Gizi RSU Haji Medan

No. Jabatan Tugas dan Fungsi


1. Kepala Instalasi Gizi 1. Sebagai tanggung jawab ruangan.
2. Bertanggung jawab terhadap jalannya
pelayanan gizi.
3. Bertanggung jawab dalam pengadaan
bahan makanan pasien (diet pasien).
4. Menghitung jumlah pasien dan
kebutuhan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Staff Ahli Gizi 1. Bertanggung jawab terhadap diet


pasien.
2. Melakukan konsultasi/penyuluhan
gizi bagi pasien

3. Staff Penerimaan dan 1. Bertanggung jawab terhadap


Penyimpanan penerimaan bahan makanan.
2. Bertanggung jawab terhadap
penyimpanan bahan makanan.

4. Staff Pengolah 1. Mempersiapkan bahan makanan yang


akan diolah (proses peracikan).
2. Bertanggung jawab dalam proses
pengolahan bahan makanan (diet
pasien).

5. Staff Peracik 1. Mempersiapkan bahan makanan yang


akan diolah (proses peracikan).
2. Mengambil alat makan pasien yang
kotor dari ruangan rawat inap.
3. Mencuci alat makan pasien dan alat
masak.
4. Membersihkan ruangan instalasi gizi.

6. Staff Distribusi 1. Mengantarkan makanan (diet) pasien


ke ruang rawat inap

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tenaga Gizi di


Instalasi Gizi RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 1 Jumlah pegawai di sini ada 37 orang, tapi Ahli Gizi
Kepala Instalasi Gizi hanya ada 8 orang mereka semua sudah mempunyai
STRTGz. Kalau dilihat dengan PGRS belum sesuai,
masih kurang.

Tenaga distribusi juga masih kurang, jadi kalau mau


antar makanan tidak bisa langsung semua diantarkan.

Latar belakang pendidikan kalau Ahli Gizi tamatan


D3, untuk petugas pengolah makanan dan distribusi
tamatan SMA dan SMK, dan Kepala Instalasi Gizi
tamatan S1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Kalau petugas belum ada yang mengikuti pelatihan.


Pelatihan yang diikuti hanya pelatihan yang
diselenggarakan oleh rumah sakit saja, seperti
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Bantuan
Hidup Dasar (BHD), dan Character Building.

Berdasarkan tabel di atas bahwa untuk jumlah tenaga gizi di RSU Haji

Medan belum mencukupi. Ahli Gizi hanya berjumlah 8 orang dan sudah memiliki

Surat Tanda Registrasi Tenaga Gizi (STRTGz). Pada proses distribusi mengalami

hambatan karena petugas distribusi hanya 6 orang, hal ini mengakibatkan

terlambatnya distribusi makanan kepada pasien. Semua petugas di Instalasi Gizi

RSU Haji Medan belum mengikuti pelatihan gizi dan hanya mengikuti pelatihan

yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit.

4.4 Sarana Instalasi Gizi

Letak dan posisi Instalasi Gizi RSU Haji Medan telah mengacu pada

beberapa persyaratan yang telah ditetapkan antara lain: mudah dicapai dari semua

ruang perawatan, agar pelayanan dapat dilakukan dengan baik dan merata untuk

semua pasien; kebisingan dan keributan di dapur tidak mengganggu ruangan lain;

tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, dan ruang cuci

(laundry); dan mempunyai jalan langsung dari luar untuk mempermudah

pengiriman bahan makanan. Adapun hasil dari wawancara mendalam dengan

Kepala Instalasi Gizi di RSU Haji Medan sebagai berikut;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Sarana di Instalasi


Gizi RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 1 Untuk tempat penyelenggaraan makanan belum
Kepala Instalasi Gizi memadai karena ruangan instalasi gizi di sini sudah
dari dulu seperti ini, jadi kalau mau dirubah harus
direnovasi semua, butuh dana juga. Jadi kami
memanfaatkan apa yang ada saja.

Tata ruangnya yang kurang memadai, seperti ruang


pengolah seharusnya tertutup, tapi di sini belum bisa
dibuat tertutup hanya jendela dan pintu yang ditutup.
Kantor Kepala dan Ahli Gizi saja masih gabung. Gas
sudah diluar dan dibuat sentral.

Untuk peralatan belum sesuai dengan PGRS, masih


ada peralatan yang belum ada di sini.

APD standar sudah ada, dana untuk APD dari RS dan


sponsor. Tapi sudah ada APD kadang petugasnya
malas pakainya.

Berdasarkan tabel di atas bahwa sarana di Instalasi Gizi RSU Haji Medan

belum memadai dan belum memenuhi PGRS. Tata ruang instalasi gizi masih

belum sesuai dengan standar karena dapur pengolah makanan tidak tertutup

sehingga terkadang dari luar sudah tercium aroma saat proses pemasakan.

Peralatan penyelenggaraan makanan belum memenuhi standar sehingga masih ada

peralatan tidak dimiliki Instalasi Gizi RSU Haji Medan. Alat Pelindung Diri

(APD) sudah sesuai dengan standar, tetapi petugas pengolah makanan masih ada

yang tidak menggunakan APD pada saat proses memasak.

4.5 Pelaksanaan Manajemen Penyelenggaraan Makanan di RSU Haji Medan

RSU Haji Medan memiliki satu instalasi gizi yang salah satu kegiatannya

adalah manajemen penyelenggaraan makanan yang terdiri dari perencanaan bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan

bahan makanan dan penyaluran bahan makanan. Instalasi Gizi RSU Haji Medan

beroperasi secara penuh 3 shift (pagi, siang, malam) mengingat bahwa kebutuhan

gizi disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk pasien rawat inap.

4.5.1 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan Perencanaan


Bahan Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Perencanaan Menu di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 1 Kami masih pakai daftar siklus menu makanan 10 hari
Kepala Instalasi Gizi yang tahun 2007 itu.

Ada panitia. Untuk perencanaan menu, orang gizi udah


pasti, Kepala Instalasi Gizi, bagian penunjang medik
dan Wadir Penunjang Medik. Direktur nanti akhirnya
setuju atau tidak.

Kalau untuk menunya itu, tidak dilakukan perubahan


rutin, kadang sekali-sekali, di siklus menu itu tidak ada
muncul cap cai, nanti waktu di menu gado-gado akan
diganti dengan cap cai sekali-sekali tetapi tidak rutin
diganti.

Kami tidak ada menu pilihan. Kalau kami ada menu


pilihan, kami harus stand by bahan makanan. Menu
pilihan tidak ada tetapi permintaan itu ada karena
alergi, kepercayaan atau vegetarian. Hanya sebatas itu
saja.
Berdasarkan tabel di atas bahwa Instalasi Gizi RSU Haji Medan

melaksanakan perencanaan menu yang diadakan oleh panitia yang terdiri dari

Kepala Instalasi Gizi, Ahli Gizi, bagian penunjang medik dan Wakil Direktur

Penunjang Medik. Perencanaan menu dilakukan dengan siklus menu 10 hari yang

telah ditetapkan pada tahun 2007. Perubahan menu tidak pernah dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

sebelumnya, namun hanya pada waktu tertentu menu dapat diganti sesuai dengan

keputusan Kepala Instalasi Gizi. Instalasi Gizi RSU Haji Medan tidak melayani

pasien yang meminta menu makanannya dirubah. Permintaan menu hanya berlaku

pada pasien dengan alasan alergi, kepercayaan atau vegetarian.

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan


Perencanaan Anggaran di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 1 Perencanaan anggaran dilakukan setahun sekali dalam
Kepala Instalasi Gizi Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Perencanaan
anggaran dilakukan setiap bulan Oktober. Setiap bahan
makanan yang dibutuhkan harus ditulis di RBA dan
disesuaikan dengan siklus menu makanan yang
berlaku pada tahun tersebut. RBA itu akan kita ekspos,
kita paparkan dihadapan bagian anggaran, bagian
akuntansi, bagian verifikasi, dan Kepala Rumah Sakit
atau yang mewakili, biasanya yang mewakili adalah
Wadir Keuangan.

Perencanaan kita buat berdasarkan jumlah pasien


terbanyak dalam satu hari ditambahkan dengan hasil
kesepakatan kita lalu dikalikan satu tahun.

Dana berasal dari rumah sakit, swakelola kita. Kalau


APBD cuma belanja modal yang sifatnya inventaris
seperti troli, tungku masak dan lemari es. Kalau untuk
aktifitas sehari-hari dananya dari swakelola rumah
sakit.

Berdasarkan tabel di atas bahwa proses perencanaan anggaran dilakukan

setiap satu tahun dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Perencanaan

anggaran dilakukan berkoordinasi dengan bagian lain seperti bagian anggaran,

bagian akuntansi, bagian verifikasi dan Wakil Direktur Keuangan. Dalam

perhitungan kebutuhan bahan makanan di RSU Haji Medan dilakukan dengan

menghitung jumlah pasien terbanyak dalam satu hari kemudian ditambahkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

dengan hasil kesepakatan dan dikalikan untuk selama satu tahun. Dana untuk

pengadaan bahan makanan di RSU Haji Medan dianggarkan dari pendapatan

rumah sakit, sementara APBD Provinsi Sumatera Utara hanya digunakan untuk

pengadaan yang bersifat inventaris. Besarnya dana pengadaan makanan pasien

adalah sekitar Rp. 32.000 – Rp. 40.000 per pasien untuk makan sebanyak lima

kali dalam satu hari.

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan


Pengadaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 1 Pemesanan harian dilakukan empat atau lima hari
Kepala Instalasi Gizi sebelum harinya. Jadi usulan belanja dibuat sesuai
dengan jumlah pasien pada hari ini dan daftar menu
pada harinya nanti. Setiap satu hari sebelum harinya,
dilakukan recek ulang terhadap jumlah kebutuhan
bahan makanan sesuai jumlah pasien dengan via
telepon. Karena ada kemungkinan penambahan
ataupun pengurangan bahan makanan yang akan
dibeli. Selanjutnya rekanan yang akan membeli bahan
makanan dan mengantarkan ke instalasi gizi.

Usulan belanja dilakukan setiap hari Senin, Selasa dan


Rabu. Jadi pada hari Senin dilakukan usulan untuk hari
Rabu dan Kamis, pada hari Selasa dilakukan usulan
untuk hari Jumat dan Sabtu, dan pada hari Rabu
dilakukan usulan untuk hari Minggu, Senin dan Selasa.

Pengadaan dilakukan oleh perusahaan atau leveransir.


Berdasarkan tabel di atas bahwa kegiatan pemesanan bahan makanan kering

dan bahan makanan basah dilakukan empat atau lima hari sebelum hari

pembelian. Usulan belanja dilakukan berdasarkan jumlah pasien pada hari

pemesanan dan disesuaikan dengan menu pada hari pembelian. Namun satu hari

sebelum hari pembelian, Kepala Instalasi Gizi akan melakukan pemeriksaan ulang

daftar usulan belanja terhadap jumlah pasien pada hari tersebut dan selanjutnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

diberitahu kepada pihak ketiga (leveransir) melalui via telepon tentang

penambahan atau pengurangan bahan makanan.

Proses pengadaan bahan makanan tidak dapat dilakukan pengumpulan data,

karena pengadaan bahan makanan dilakukan oleh pihak ketiga (leveransir).

Sebelumnya pihak RSU Haji Medan dan pihak leveransir melakukan kesepakatan

kerja sama dalam jenis, harga, dan spesifikasi bahan makanan yang harus

disediakan oleh pihak leveransir kepada pihak rumah sakit. Pembayaran dilakukan

setiap bulan sesuai dengan laporan bahan makanan yang telah diterima.

4.5.2 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan Penerimaan


Bahan Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penerimaan Bahan Makanan di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 2 Penerimaan seharusnya dilakukan pagi, karena petugas
Petugas Penerimaan penerimaan jadwal dinas pukul 08.00 WIB, tapi kakak
Bahan Makanan belum datang. Walaupun ada pegawai lain yang sudah
datang, mereka tidak bisa menerima barang karena
kakak belum periksa dan timbang bahan makanan. Jadi
saat kakak datang barang baru diterima dan juga
barang berikutnya sekitar pukul 09.00 WIB.

Barang yang masuk ke sana dulukan, dari pintu


belakang dekat pengolahan ditaruh disitu
belanjaannya, terus disesuaikan dengan permintaan
ditimbang sesuai apa tidak.

Nanti ada jumlah permintaan harian dari gizi kan, nanti


disesuaikan dengan catatan Ibu Eli. Mana yang kurang
dan rusak. Bahan yang rusak langsung diganti oleh
rekanan.

Seharusnya ada pemeriksaan bon dari pasar dan usulan


belanja dari sini, tapi bon dari pasar tidak ada. Pada
kontrak sudah dilampirkan tentang bon dari pasar,
tetapi tidak terlaksana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Barang yang sudah diterima nanti dicatat setiap


harinya.

Berdasarkan tabel di atas bahwa kegiatan penerimaan bahan makanan

dilakukan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan. Kegiatan ini seharusnya dilakukan

mulai pukul 08.00 WIB, tetapi petugas penerima bahan makanan datang pukul

09.00 WIB sehingga penerimaan bahan makanan terlambat. Penerimaaan

dilakukan mulai dari pemeriksaan jumlah, macam, dan spesifikasi bahan makanan

yang diterima sesuai dengan permintaan. Faktur pembelian dari rekanan tidak ada

sehingga dalam pemeriksaan hanya dilakukan dengan daftar usulan pembelian

dari Kepala Instalasi Gizi. Pencatatan penerimaan bahan makanan dilakukan

setiap hari.

4.5.3 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan Penyimpanan


Bahan Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penyimpanan Bahan Makanan di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 2 Penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
Petugas Penerimaan makanan basah dipisah. Bahan yang segar seperti ikan
Bahan Makanan disimpan di kulkas beku, kalau sayur disimpan di
kulkas pendingin aja. Bahan makanan kering nanti ke
gudang kering.

Suhu di gudang bahan makanan kering tidak ada atau


suhu kamar. Suhu di gudang bahan makanan basah
sesuai dengan suhu di kulkas, kalau kulkas beku -3°C
dan kulkas pendingin 21°C.

Barang yang masuk dan keluar selalu dicatat dan


dilaporkan. Namun setiap barang yang masuk tidak
diberi label tanggal masuk.

Pengambilan bahan makanan dilakukan dengan cara


first in first out (FIFO).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Untuk gudang kering belum memadai, karena masih


menyatu dengan peralatan makan, peralatan masak dan
berkas. Gudang basah hanya kulkas beku dan kulkas
pendingin.

Persiapan bahan makanan dilakukan oleh petugas


gudang.

Berdasarkan tabel di atas bahwa penyimpanan bahan makanan dibedakan

menjadi gudang bahan makanan kering dan gudang bahan makanan basah. Pada

gudang bahan makanan basah disimpan di penyimpanan beku (freezer) dan

penyimpanan segar (fresh cooling). Gudang bahan makanan kering masih belum

sesuai dengan PGRS, penyimpanan bahan makanan kering digabungkan dengan

peralatan masak, peralatan makan dan dokumen-dokumen. Bahan makanan yang

masuk selalu dicatat di daftar stock barang yang dilakukan setiap hari.

Pengambilan bahan makanan dilakukan dengan cara first in first out (FIFO),

petugas gudang akan melakukan persiapan bahan makanan yang akan diberikan

kepada petugas peracik bahan makanan dan petugas pengolah makanan.

4.5.4 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan Pengolahan


Bahan Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Pengolahan Bahan Makanan di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 3 Jam kerja petugas pengolahan bahan makanan dibagi
Petugas Pengolah menjadi 3 shift, yaitu shift pagi, shift siang dan shift
Makanan malam.

Pertama bahan makanan diracik, siap bahan diracik


semua lalu diolah oleh petugas pengolah makanan
sesuai dengan menu pada hari itu dan diet pasien yang
sudah diberikan oleh Bu Eli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Semua bumbu sama takarannya, kalau pasien sakit


jantung baru berdiet itu paling rebusan. Bumbu sama
tapi untuk pasien sakit jantung dengan cara direbus.

Sebelum mengolah cuci tangan, pakai celemek, pakai


topi, itu peraturan dari rumah sakit. Tapi kadang ada
yang topinya tinggal jadi hanya pakai celemek.

Untuk penyajian makanan dilakukan sesuai dengan


diet pasien dan alat makan sesuai dengan kelas rawat
inap.

Informan 1 Untuk cek kesehatan petugas pengolah makanan tidak


Kepala Instalasi Gizi berjalan rutin. Cek kesehatan hanya dilakukan pada
saat penerimaan pegawai.

Berdasarkan tabel di atas bahwa pengolahan bahan makanan dibagi menjadi

3 shift yaitu pagi pada pukul 08.00-14.30 WIB, siang pada pukul 14.30-21.00

WIB dan malam pada pukul 21.00-08.00 WIB. Pada proses pengolahan bahan

makanan petugas pengolah makanan hanya menggunakan celemek. Sebelum

melakukan proses pengolahan, petugas pengolah makanan harus mencuci tangan

kemudian dilakukan kegiatan persiapan bahan makanan yang meliputi beberapa

proses yaitu membersihkan, mengupas, memotong, merendam dan sebagainya.

Pengolahan bahan makanan dilakukan sesuai dengan menu pada hari yang telah

ditentukan dan diet pasien. Pengolahan bahan makanan untuk penyakit tertentu

dilakukan secara terpisah. Penyajian makanan dilakukan oleh petugas pengolah

makanan. Alat makan pasien disesuaikan dengan kelas ruang rawat inap yaitu

kelas suite room, super VIP, dan VIP menggunakan mangkok keramik dan baki

kayu, kelas I menggunakan mangkok keramik dan baki melamin, kelas II

menggunakan plato melamin, dan kelas III menggunakan piring stainless.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Gizi menyatakan bahwa

cek kesehatan petugas pengolah makanan tidak dilakukan secara rutin dan hanya

dilakukan saat penerimaan pegawai.

4.5.5 Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan Penyaluran


Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Gizi Tentang Pelaksanaan
Penyaluran Makanan di RSU Haji Medan

Informan Pernyataan
Informan 4 Jam kerja untuk petugas distribusi terbagi atas 2 shift
Petugas Distribusi yaitu shift pagi dan shift sore.

Distribusi dilakukan dengan sistem sentralisasi.

Pengantaraan makanan langsung ke ruang rawat inap.


Setiap makanan jadi sudah dilabelin nama, diet dan
ruang rawat inap.

Peralatan makan yang digunakan sudah disiapkan di


instalasi gizi. Makanan disajikan menggunakan alat
makan sesuai dengan kelas ruang rawat inap. Makanan
yang telah siap lalu ditutup dengan plastik wrap.
Selanjutnya makanan dimasukkan ke troli dan siap
untuk diantarkan ke pasien.

Pengantaran makanan dilakukan sebanyak 5 kali yaitu


makan pagi, snack pagi, makan siang, snack sore dan
makan malam.

Pasien diberi waktu makan selama 1 jam, setelah itu


kami akan mengambil piring kotornya. Kalau pasien
belum habis memakannya kami minta untuk
dipindahkan ke piring mereka jika masih mau dimakan
lagi.

Berdasarkan tabel di atas bahwa jam kerja petugas distribusi dibagi menjadi

2 shift yaitu shift pagi dan shift sore. Distribusi makanan dilakukan dengan sistem

sentralisasi. Penyajian makanan dan alat makan telah disiapkan di instalasi gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Makanan yang sudah dibagi sesuai dengan alat makan berdasarkan kelas ruang

rawat inap dan diet pasien ditutup menggunakan plastic wrap agar tidak terkena

debu dan serangga. Distribusi makanan dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari

yaitu sarapan pada pukul 07.00 WIB, snack pagi pada pukul 10.00 WIB, makan

siang pada pukul 12.00 WIB, snack sore pada pukul 16.00 WIB dan makan

malam pada pukul 17.00 WIB. Waktu pengantaran makanan dilakukan selama 1

jam dan pengambilan piring kotor dilakukan 1 jam setelah pengantaran makanan.

Makanan yang tidak habis dimakan akan dibawa lagi ke instalasi gizi atau

keluarga pasien memindahkan makanan ke piring mereka jika masih akan

dimakan.

4.5.6 Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang Penyajian Makanan


dan Kualitas Makanan di RSU Haji Medan
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang
Penyajian Makanan di RSU Haji Medan
Informan Pernyataan
Informan 5 Sudah tepat waktu
Penampilan makanan cukup menarik
Alat makanan sudah bersih
Tidak pernah membawa makanan dari luar

Informan 6 Sudah tepat waktu


Penampilan makanan cukup menarik
Alat makanan bersih
Pernah bawa makanan dari luar kalau tidak selera
dengan makanan dari rumah sakit

Informan 7 Kadang tepat waktu kadang tidak


Penampilan makanan cukup menarik
Alat makanan bersih
Pernah beli makanan dari luar karena tidak selera
dengan makanan rumah sakit dan makanan datang
lama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 3 informan pasien rawat inap, 2

informan menyatakan bahwa distribusi makanan sudah tepat waktu. Hanya

informan 7 yang menyatakan bahwa distribusi makanan kadang tidak tepat waktu.

Semua informan menyatakan bahwa penampilan makanan cukup menarik dan alat

makan disajikan dengan bersih. Dari 3 informan pasien rawat inap, 2 informan

menyatakan bahwa informan masih mengonsumsi makanan dari luar karena

beberapa alasan yaitu terlambatnya distribusi makanan, menu makanan, dan tidak

selera makan.

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang


Kualitas Makanan di RSU Haji Medan
Informan Pernyataan
Informan 5 Kalau baru datang langsung dimakan, aromanya enak
Rasa makanan cukup enak

Informan 6 Aroma makanannya biasa saja


Rasa makanan cukup enak

Informan 7 Aroma makanan biasa saja


Rasa makanan kurang enak

Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 3 informan pasien rawat inap, 2

informan menyatakan bahwa aroma makanan biasa saja. Sementara untuk rasa

makanan hanya dua informan pasien rawat inap yang menyatakan cukup enak dan

informan 7 menyatakan bahwa rasa makanan kurang enak.

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang


Makanan Habis di RSU Haji Medan
Informan Pernyataan
Informan 5 Kadang habis kadang enggak sesuai dengan selera

Informan 6 Tidak habis karena tidak selera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Informan 7 Tidak habis karena sudah memakan makanan yang


dibeli dari luar

Berdasarkan tabel di atas bahwa 2 dari 3 informan menyatakan tidak habis

memakan makanan yang telah disajikan oleh rumah sakit sesuai dengan dietnya.

Informan 5 menyatakan kadang menghabiskan makanan dan tidak menghabiskan

makanan sesuai dengan selera.

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Pasien Rawat Inap Tentang


Penampilan Petugas Distribusi di RSU Haji Medan
Informan Pernyataan
Informan 5 Petugas memakai celemek
Petugas sudah rapi
Petugas ramah

Informan 6 Petugas memakai celemek


Petugas sudah rapi
Petugas ramah

Informan 7 Petugas memakai celemek


Petugas sudah rapi
Petugas ramah

Berdasarkan tabel di atas bahwa 3 informan pasien rawat inap menyatakan

bahwa petugas distribusi makanan sudah memakai APD yaitu celemek,

berpakaian rapi dan ramah kepada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

Pelayanan gizi di rumah sakit menduduki tempat yang sama pentingnya

dengan pelayanan lain seperti pelayanan pengobatan, perawatan medis dan

sebagainya yang diberikan untuk penyembuhan penyakit. Bentuk pelayanan gizi

di rumah sakit akan tergantung pada tipe rumah sakit, macam pelayanan

spesialistis yang diberikan rumah sakit tersebut. Pelayanan dalam bentuk yang

paling umum adalah penyelenggaraan makanan bagi penderita yang dirawat

(Moehji, 1986).

Penyelenggaraan makanan merupakan rangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan

anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan,

pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.

Pelaksanaan penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal bila

didukung dengan sarana yang memadai serta tenaga gizi dan tenaga pendukung

yang cukup (Kemenkes RI, 2013).

5.1 Tenaga Gizi RSU Haji Medan

Tenaga gizi merupakan salah satu sumber daya manusia penting karena

menjadi kunci dalam keberhasilan kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah

sakit. Sesuai dengan bidang kegiatannya, tenaga yang diperlukan dalam kegiatan

penyelenggaraan makanan meliputi tenaga profesi gizi, tenaga profesi non-gizi

serta tenaga pelaksana teknis (Depkes RI, 2007).

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55

Jumlah tenaga gizi di Instalasi Gizi RSU Haji Medan belum sesuai dengan

Pedoman Gizi Rumah Sakit (PGRS). RSU Haji Medan belum memiliki tenaga

RD (Sarjana Gizi) yang seharusnya untuk rumah sakit kelas B mempunyai 22

tenaga RD. Tenaga TRD (Ahli Gizi) di RSU Haji Medan hanya berjumlah 8

orang, hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan TRD di rumah sakit menurut PGRS

yang seharusnya mempunyai 15 orang tenaga TRD. Kekurangan tenaga gizi ini

dapat menghambat pelaksanaan pelayanan gizi dan manajemen penyelenggaraan

makanan yang baik dan berkualitas.

Dari tingkat pendidikan, pendidikan dari tenaga pelaksana sudah sesuai

dengan PGRS. Ahli Gizi di RSU Haji Medan berlatar belakang pendidikan D3

dan memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Gizi (STRTGz), tenaga pengolah

berlatar belakang pendidikan SMK Tata Boga dan SMA yang sudah

berpengalaman dalam mengolah makanan sehingga mendukung pelaksanaan

kegiatan pengolahan makanan yang baik dan tenaga penyaji dan distribusi berlatar

belakang pendidikan SMA.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Gizi RSU Haji

Medan menyatakan bahwa tenaga gizi masih kurang dan belum sesuai dengan

PGRS terutama pada tenaga distribusi yang hanya berjumlah 6 orang dan waktu

kerja dibagi menjadi 2 shift sehingga hanya 3 orang yang bekerja dalam setiap

shift yang mengakibatkan keterlambatan dalam distribusi makanan kepada pasien.

Hasil dari perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan jenis kegiatan dan volume

pelayanan dengan menggunakan metode Indicator Staffing Needs (ISN)

didapatkan bahwa jumlah tenaga distribusi yang kurang sebanyak 3 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

RSU Haji Medan belum pernah mengirimkan tenaga gizi untuk mengikuti

pelatihan gizi. Namun seluruh tenaga di instalasi gizi hanya mengikuti pelatihan-

pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak RSU Haji Medan. Hal ini tidak sesuai

dengan PGRS yang menyatakan bahwa peningkatan jenjang pendidikan dan

pelatihan berjenjang dan berlanjut bagi petugas atau tenaga pelayanan gizi di

rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan

keilmuan yang terkait dengan peningkatan pelayanan gizi.

5.2 Sarana Instalasi Gizi RSU Haji Medan

Kegiatan penyelenggaraan makanan akan berjalan dengan optimal bila

didukung dengan sarana yang memadai. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam penyelenggaraan makanan adalah letak tempat penyelenggaraan makanan

dan tempat-tempat yang diperlukan di ruang penyelenggaraan makanan

(Kemenkes RI, 2013).

RSU Haji Medan sudah memiliki letak tempat penyelenggaraan makanan

yang sudah sesuai dengan PGRS yaitu mudah dicapai dari semua ruang

perawatan, kebisingan dan keributan di ruang pengolahan tidak mengganggu

ruangan lain, mudah dicapai kendaraan dari luar, tidak dekat dengan tempat

pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci (laundry) dan lingkungan yang

kurang memenuhi syarat kesehatan dan mendapat udara dan sinar yang cukup.

Proses penyelenggaraan makanan hanya dilakukan di satu tempat yaitu

Instalasi Gizi RSU Haji Medan yang digunakan sebagai dapur dan tempat

penyajian. Instalasi gizi dibagi menjadi beberapa tempat yaitu;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

1. Tempat penerimaan makanan terletak di pintu belakang yang langsung

terhubung dengan jalan masuk ke rumah sakit sehingga memudahkan proses

penerimaan.

2. Tempat penyimpanan bahan makanan terbagi dua yaitu gudang bahan

makanan basah dan gudang bahan makanan kering.

3. Tempat pengolahan makanan dan persiapan bahan makanan hanya dilakukan

pada satu meja dan berdekatan dengan tempat pencucian yang juga dekat

dengan pintu tempat penerimaan bahan makanan.

4. Tempat pencucian makanan yang satu ruangan dengan tempat pengolahan

makanan.

5. Tempat penyimpanan alat makanan digabungkan dengan gudang bahan

makanan kering dan rak piring berada di samping tempat pencucian.

6. Ruang fasilitas pegawai hanya ada satu ruangan yang bersebelahan dengan

gudang bahan makanan basah.

7. Ruang pengawas untuk Kepala Instalasi Gizi sudah tersedia dan bergabung

dengan Ahli Gizi.

Hal ini menunjukkan bahwa tempat yang diperlukan untuk proses

penyelenggaraan sudah sesuai dengan PGRS. Namun ada tempat yang belum

memenuhi standar yang sudah ditetapkan yaitu tempat penyimpanan bahan

makanan kering yang masih bergabung dengan penyimpanan peralatan masak,

peralatan makan dan dokumen dan ruangan tempat pengolahan makanan yang

tidak tertutup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Peralatan dan perlengkapan yang dimiliki Instalasi Gizi RSU Haji Medan

untuk mendukung proses penyelenggaraan bahan makanan belum sepenuhnya

sesuai dengan PGRS. Adapun beberapa peralatan dan perlengkapan yang tidak

dimiliki oleh Instalasi Gizi RSU Haji Medan yaitu;

1. Ruang penerimaan tidak memiliki timbangan 100-300 kg yang digantikan

dengan timbangan 2 kg dan timbangan 20 kg; dan alat-alat kecil seperti

pembuka botol dan penusuk beras.

2. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar tidak memiliki

timbangan 20-100 kg yang digantikan dengan timbangan 2 kg.

3. Ruang persiapan bahan makanan tidak memiliki meja daging, mesin sayuran,

mesin kelapa, mixer, dan mesin pemotong dan penggiling daging.

4. Ruang pengolahan makanan tidak memiliki ketel uap 10-250 lt, meja

pemanas, mixer, toaster dan pemanggang sate.

5. Dapur susu tidak memiliki sterelisator, mixer, pencuci botol dan meja

pemanas.

6. Ruang perkantoran tidak memiliki lemari es, mesin ketik dan AC yang

digantikan dengan kipas angin.

5.3 Manajemen Penyelenggaraan Makanan

5.3.1 Perencanaan

Perencanaan menu di RSU Haji Medan sudah sesuai dengan PGRS yang

dilakukan dengan secara tim yang melibatkan Bagian Penunjang Medik dan

Wakil Direktur Penunjang Medik dan siklus menu 10 hari yang masih dipakai

hingga sekarang. Penggunaan siklus menu 10 hari tidak pernah berubah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

sebelumnya dari tahun 2007 hingga sekarang. Perubahan menu hanya dilakukan

untuk pasien tertentu dengan alasan alergi, kepercayaan ataupun vegetarian.

Namun perubahan menu secara rutin perlu dilakukan untuk pergantian menu atau

modifikasi menu.

Proses perencanaan anggaran di RSU Haji Medan sejalan dengan PGRS

yang dilakukan setiap satu tahun dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran (RBA),

menentukan jenis bahan makanan yang sesuai dengan daftar siklus menu 10 hari,

menetapkan spesifikasi harga bahan makanan dan mengalikan jumlah kebutuhan

bahan makanan periode satu tahun dengan harga satuannya.

Perhitungan kebutuhan bahan makanan di RSU Haji Medan dilakukan

sesuai dengan PGRS. Perhitungan kebutuhan dilakukan dengan cara menghitung

jumlah pasien terbanyak dalam satu hari kemudian ditambahkan dengan hasil

kesepakatan dan dikalikan untuk kebutuhan selama periode satu tahun. Setiap

rincian bahan makanan yang dibutuhkan harus dicantumkan di dalam RBA.

Dana untuk melakukan pengadaan bahan makanan dianggarkan dari

pendapatan RSU Haji Medan, hal ini dikarenakan RSU Haji Medan termasuk

dalam Badan Layanan Umum (BLU). Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor

23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum bahwa

BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi

dan produktivitas. Sementara APBD Provinsi Sumatera Utara hanya digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

untuk pengadaan yang bersifat inventaris seperti kulkas, alat masak, dan lain-lain.

Besarnya dana pengadaan makanan pasien adalah sekitar Rp. 32.000 – Rp. 40.000

per pasien untuk makan sebanyak lima kali dalam satu hari.

Pemesanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah dilakukan

empat atau lima hari sebelum hari pembelian. Usulan belanja dilakukan

berdasarkan jumlah pasien pada hari pemesanan dan disesuaikan dengan menu

pada hari pembelian. Namun satu hari sebelum hari pembelian, Kepala Instalasi

Gizi melakukan pemeriksaan ulang daftar usulan belanja terhadap jumlah pasien

pada hari tersebut dan akan diberitahukan kepada pihak leveransir melalui via

telepon tentang penambahan ataupun pengurangan bahan makanan yang

dibutuhkan.

Pengadaan bahan makanan di RSU Haji Medan dilakukan oleh pihak ketiga

(leveransir) yang sebelumnya sudah melakukan kesepakatan kerja sama dengan

pihak RSU Haji Medan dengan cara tender terbatas yaitu perlelangan yang

dilakukan diantara para leveransir. Pihak leveransir yang memenangkan tender

akan bekerjasama dengan pihak RSU Haji Medan selama satu tahun dengan

pembayaran pengadaan yang dilakukan setiap bulan.

Perencanaan dalam manajemen penyelenggaraan makanan di RSU Haji

Medan sudah sesuai dengan PGRS yaitu; (1) perencanaan siklus menu 10 hari

yang telah dilakukan pada tahun 2007 dan masih berlaku sampai sekarang; (2)

perencanaan kebutuhan bahan makanan dilakukan setiap satu tahun; (3)

perencanaan anggaran bahan makanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

makanan setiap satu tahun; (4) kegiatan pengadaan bahan makanan dilakukan oleh

pihak ketiga (leveransir) yang sebelumnya dilakukan kesepakatan kerjasama

dengan cara tender terbatas; (5) pemesanaan bahan makanan dilakukan setiap

empat sampai lima hari sebelum hari pembelian.

5.3.2 Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan dilakukan

setiap hari oleh petugas penerima bahan makanan. Penerimaan bahan makanan ini

seharusnya dilakukan pada pukul 08.00 WIB namun petugas penerima datang

pada pukul 09.00 WIB sehingga proses penerimaan bahan makanan terlambat.

Penerimaan bahan makanan diawali dari memeriksa bahan makanan sesuai

dengan spesifikasi bahan makanan dan daftar pesanan dari Kepala Instalasi Gizi.

Bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi bahan makanan dan/atau

rusak akan diganti oleh pihak leveransir. Pihak leveransir tidak memberikan

faktur pembelian sehingga petugas penerima bahan makanan memeriksa dari

daftar pesanan yang dibuat Kepala Instalasi Gizi.

Bentuk penerimaan bahan makanan di RSU Haji Medan dilakukan dengan

blind receiving (cara buta) yaitu petugas penerimaan bahan makanan tidak

menerima spesifikasi bahan makanan serta faktur pembelian dari pihak leveransir.

Namun pihak leveransir tidak mengirimkan faktur pembelian ke pihak RSU Haji

Medan, karena tidak ada faktur pembelian dari pasar.

Instalasi Gizi RSU Haji Medan melakukan penerimaan bahan makanan

setiap hari. Penerimaan bahan makanan sudah mengikuti langkah-langkah yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

telah ditetapkan pada PGRS yaitu; (1) bahan makanan diperiksa sesuai dengan

daftar pesanan dan spesifikasi bahan makanan. Makanan yang rusak akan segera

diganti oleh pihak leveransir; (2) bahan makanan basah langsung didistribusikan

ke bagian pengolahan, bahan makanan kering disimpan di gudang; (3) bahan

makanan yang tidak langsung digunakan saat itu dilakukan penyimpanan di ruang

pendingin (freezer/chiller); (4) bentuk penerimaan bahan makanan dilakukan

dengan cara buta; dan (5) Pencatatan dilakukan setiap hari dan pelaporan

dilakukan setiap bulan.

5.3.3 Penyimpanan Bahan Makanan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas penyimpanan bahan

makanan, menyatakan bahwa penyimpanan bahan makanan dibedakan menjadi

gudang bahan makanan kering dan gudang bahan makanan basah. Bahan

makanan yang masuk dan keluar selalu dicatat di daftar stock barang yang

dilakukan setiap hari. Pengambilan bahan makanan dilakukan dengan cara first in

first out (FIFO), petugas gudang akan mempersiapkan bahan makanan yang akan

diolah dan diberikan kepada petugas pengolah.

Penyimpanan bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSU Haji Medan

masih tercampur dengan alat makan, alat masak dan dokumen-dokumen, tidak

adanya pengelompokan bahan makanan dan kurangnya pencahayaan serta

sirkulasi udara. Hal ini dapat menyebabkan gudang menjadi lembab, adanya

serangga dan bahan makanan mudah rusak. Petugas gudang selalu membersihkan

dan memberikan kapur barus untuk menghindari adanya serangga seperti semut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

dan kecoa. Dalam penataan bahan makanan, petugas tidak memberikan tanggal

penerimaan dan tidak ada pembatas jenis bahan makanan.

Keadaan ini tidak sejalan dengan pernyataan Moehji (1986) yang

menyatakan bahwa penyimpanan bahan makanan untuk penyelenggaraan

makanan orang sakit perlu diperhatikan agar bahan makanan yang sudah diterima

tidak menjadi rusak dan busuk. Bahan makanan kering disimpan di gudang yang

ditempatkan di atas rak-rak khusus. Penyimpanan bahan makanan kering ini

hendaknya tidak campur baur, tetapi ditempatkan menurut kelompoknya. Selain

untuk mencegah kerusakan, juga untuk memudahkan pengambilannya.

Penyimpanan bahan makanan basah di Instalasi Gizi RSU Haji Medan

belum sesuai dengan PGRS tetapi sudah memiliki 2 penyimpanan yaitu

penyimpanan segar dan penyimpanan dingin. Pada penyimpanan segar suhu

pendingin sudah sesuai dengan syarat yaitu (-3)°C, namun pada penyimpanan

dingin untuk sayuran belum sesuai, seharusnya dengan suhu 10-15°C tetapi

penyimpanan dingin di Intalasi Gizi RSU Haji Medan dengan suhu 21°C. Suhu

penyimpanan bahan makanan sangat menentukan keamanan dan kualitas bahan

makanan.

5.3.4 Pengolahan Bahan Makanan

Berdasarkan wawancara dengan petugas pengolah makanan, menyatakan

bahwa pengolahan bahan makanan diawali dengan proses persiapan bahan

makanan yang terdiri dari membersihkan, memotong, mengupas, merendam dan

sebagainya. Pengolahan dilakukan sesuai dengan menu pada hari yang telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

ditentukan dan diet pasien. Pengolahan bahan makanan untuk pasien dengan

penyakit tertentu akan dilakukan secara terpisah. Penyajian makanan juga

dilakukan oleh petugas pengolah makanan. Hal ini sudah sesuai dengan PGRS,

tetapi belum ada standar potong dan bentuk yang dapat mengakibatkan rasa

makanan yang tidak sama dan porsi yang tidak sesuai dengan yang diperhitungan.

Pengolahan bahan makanan dilakukan sesuai dengan jumlah pasien rawat

inap yang ada pada hari tersebut. Namun Instalasi Gizi RSU Haji Medan tidak

memperkirakan adanya penambahan pasien di saat jadwal makan, sehingga diet

makanan untuk pasien yang di rawat inap tidak tersedia.

Pengolahan bahan makanan harus memperhatikan 2 hal pokok yaitu tenaga

pengolah makanan atau penjamah makanan dan tempat pengolahan makanan

(dapur). Beberapa hal yang harus diperhatikan penjamah makanan adalah kondisi

kesehatan, kebersihan diri, kebiasaan mencuci tangan sebelum menjamah

makanan, perilaku penjamah makanan dan penampilan penjamah makanan. Dapur

harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah resiko

pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, dan

hewan lainnya (Kemenkes RI, 2013).

Tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan belum sesuai

dengan persyaratan yaitu pemeriksaan kondisi kesehatan tidak dilakukan secara

rutin dan penjamah bahan makanan yang tidak memakai Alat Pelindung Diri

(APD) yaitu celemek, penutup kepala, dan sarung tangan. Pemeriksaan kondisi

kesehatan hanya dilakukan pada saat penerimaan pegawai. Penjamah bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

makanan tidak menggunakan APD dengan alasan tidak nyaman dan mengganggu

proses pengolahan bahan makanan. Namun hal ini dapat mencemari makanan

baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis karena penjamah makanan

merupakan salah satu vektor yang mencemari makanan.

Dapur di Instalasi Gizi RSU Haji Medan masih belum sesuai dengan PGRS.

Ruang pengolahan bahan makanan belum tertutup sehingga serangga maupun

hewan lainnya masuk ke dapur dan dapat mencemari makanan; dan aroma saat

proses pemasakan tercium dari luar ruangan.

5.3.5 Penyaluran Makanan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas distribusi makanan,

menyatakan bahwa makanan yang dibagi sesuai dengan alat makan berdasarkan

kelas ruang rawat inap dan diet pasien, namun tidak ada penimbangan terlebih

dahulu. Makanan yang telah siap santap ditutup menggunakan plastic wrap untuk

menghindarkan debu dan serangga. Makanan disalurkan dengan menggunakan

troli makanan tertutup dan langsung disalurkan kepada pasien di setiap ruangan.

Jalur penyaluran makanan dan jalur pengangkutan alat makan kotor dilakukan

dengan satu jalur yang sama. Penampilan tenaga distribusi memakai APD yaitu

celemek, berpakaian rapi, dan ramah kepada pasien.

Proses penyaluran makanan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan tidak sejalan

dengan persyaratan yang dibuat oleh Depkes RI (2007) karena pengisian kereta

dorong penuh sehingga tidak tersedia ruang gerak dan jalur penyaluran makanan

dan jalur pengangkutan alat makan kotor belum terpisah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Penyaluran makanan di RSU Haji Medan menggunakan cara sentralisasi,

karena makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan di tempat

pengolahan makanan dan makanan langsung dibagikan kepada pasien. Adapun

keuntungan dan kelemahan dari cara sentralisasi di RSU Haji Medan yaitu dengan

keuntungan pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti, ruangan pasien

terhindar dari bau masakan dan kebisingan, dan makanan dapat disampaikan

langsung ke pasien dengan sedikit kemungkinan kesalahan pemberian makanan.

Kelemahan dari cara sentralisasi adalah makanan sampai ke pasien dalam

keadaan sudah dingin dan makanan mungkin sudah tercampur serta kurang

menarik.

Instalasi Gizi RSU Haji Medan tidak sejalan dengan pernyataan Moehyi

(1992) yang menyatakan bahwa penyaluran makanan harus memperhatikan

beberapa hal yaitu, makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada pasien

tepat pada waktunya, makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau

porsi yang telah ditentukan dan kondisi makanan yang disajikan juga harus sesuai.

Penyaluran makanan di RSU Haji Medan belum dilaksanakan tepat pada

waktunya, karena jumlah petugas distribusi yang kurang sehingga terjadi

keterlambatan penyaluran makanan yang membuat pasien membeli makanan dari

luar rumah sakit dan tidak menghabiskan makanan diet yang disajikan.

Penyajian makanan belum sesuai dengan standar porsi dan tidak ditimbang

oleh petugas penyaji makanan sehingga masih banyak makanan yang tidak habis

dimakan oleh pasien karena porsi makanan terlalu banyak. Kondisi makanan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

disajikan terkadang sudah dalam keadaan dingin karena terlambat dalam

pengantaran makanan menjadi alasan pasien tidak habis memakan dietnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang penatalaksanaan manajemen gizi di RSU

Haji Medan masih belum sesuai dengan Pedoman Gizi Rumah Sakit (PGRS). Hal

ini dapat dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut;

1. Jumlah tenaga gizi dan tenaga distribusi di Instalasi Gizi RSU Haji Medan

belum mencukupi dan belum sesuai dengan PGRS.

2. Sarana penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Haji Medan belum

sesuai dengan PGRS yang terlihat dari tempat penyimpanan bahan makanan

kering, tempat pengolahan makanan yang belum memenuhi standar dan

peralatan dan perlengkapan yang belum lengkap.

3. Proses perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,

perencanaan anggaran, pengadaan bahan makanan dan pemesanan bahan

makanan sudah sesuai dengan PGRS.

4. Proses penerimaan bahan makanan sudah mengikuti langkah-langkah yang

telah ditetapkan pada PGRS. Namun pada proses penerimaan tidak ada

pemberian faktur pembelian dari pihak leveransir.

5. Penyimpanan bahan makanan belum sesuai dengan PGRS terlihat dari

gudang bahan makanan kering digabung dengan penyimpanan peralatan

makan, peralatan masak dan dokumen-dokumen.

6. Pengolahan makanan dilakukan dari proses persiapan, pemasakan sampai

penyajian makanan sudah sesuai dengan PGRS. Namun petugas pengolah

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69

makanan belum sesuai dengan PGRS yang terlihat dari pemeriksaan kondisi

kesehatan petugas tidak dilakukan secara rutin dan petugas tidak memakai

APD pada saat melakukan pengolahan makanan seperti celemek dan penutup

kepala.

7. Proses penyaluran makanan belum sesuai dengan PGRS yang terlihat dari

pengisian kereta dorong yang penuh dan masih terjadi keterlambatan

penyaluran makanan.

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan

penatalaksanaan manajemen gizi di RSU Haji Medan sebagai berikut;

1. Diharapkan kepada RSU Haji Medan untuk melakukan penambahan tenaga

gizi dan tenaga distribusi di instalasi gizi terutama tenaga distribusi makanan

untuk menghindari keterlambatan penyaluran makanan kepada pasien.

2. Diharapkan kepada RSU Haji Medan untuk mengikuti ketentuan PGRS pada

sarana instalasi gizi terutama persyaratan tempat yang diperlukan untuk

penyelenggaraan makanan dan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan

agar dapat mendukung proses penyelenggaraan makanan dengan baik.

3. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk melakukan

perubahan menu yang rutin sehingga dapat melakukan pergantian atau

modifikasi menu.

4. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk meningkatkan

pengawasan dan pengendalian dalam proses penerimaan bahan makanan yang

dimulai dari pemeriksaan bahan makanan dan pemberian faktur pembelian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

dari pihak leveransir kepada petugas penerimaan bahan makanan untuk

menghindari kesalahan pada pencatatan dan pelaporan.

5. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk melakukan

penyimpanan bahan makanan sesuai dengan PGRS agar menjaga kualitas dan

kuantitas bahan makanan.

6. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk meningkatkan

pengawasan dan pengendalian terhadap pemakaian APD dan pemeriksaan

kondisi kesehatan petugas pengolahan makanan.

7. Diharapkan kepada Instalasi Gizi RSU Haji Medan untuk meningkatkan

pengawasan dan pengendalian terhadap jadwal penyaluran makanan agar

tidak terjadi keterlambatan pengantaran yang mengakibatkan pasien membeli

makanan dari luar dan tidak menghabiskan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press

Aritonang, I. 2009. Manajemen Penyelenggaraan Makanan dan Asuhan Gizi.


Yogyakarta: CEBios.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1024 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.

_____________________. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah


Sakit. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. Jakarta.

Ivancevich, J.M.; Konopaske, R.; Matteson, M.T. 2007. Perilaku dan


Manajemen Organisasi Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Jufri, J.; Hamzah, A.; Bahar, B. 2012. Manajemen Pengelolaan Makanan di


Rumah Sakit Umum Lanto DG. Pasewang Kabupaten Jeneponto.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/24c9c23a7982075502dbecb6c3ea538.pd
f (diakses pada tanggal 27 Agustus 2016)

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78


Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

_______________________. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Moehji, S. 1986. Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

________. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:


Bhratara.

________. 1995. Pengaturan Makanan dan Diit Untuk Penyembuhan


Penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum.

Sabarguna, B.S.; Rubaya, A.K.; Sukmaniah, S. 2011. Sanitasi Makanan dan


Minuman Menuju Peningkatan Mutu Efisiensi Rumah Sakit. Jakarta:
Salemba Medika.

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72

Saryono. Anggraeni, M.D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Simanjuntak, M.B.U. 2015. Analisis Manajemen Penyelenggaraan Makanan


di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Pakam. Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soediono. 2009. Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Gambaran Pelaksanaan Manajemen Gizi di RSU Haji Medan

1. Daftar Pertanyaan Tentang Tenaga Gizi untuk Kepala Instalasi Gizi

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Apakah jumlah tenaga gizi yang dibutuhkan sudah memenuhi persyaratan?

2. Apakah latar belakang pendidikan seluruh tenaga penyelenggaraan

makanan sudah sesuai dengan persyaratan?

3. Apakah seluruh tenaga penyelenggaraan makanan sudah mengikuti

pelatihan gizi?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Daftar Pertanyaan Tentang Sarana Instalasi Gizi untuk Kepala Instalasi

Gizi

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Apakah sarana instalasi gizi di RSU Haji Medan sudah memenuhi

persyaratan?

2. Apakah tempat penyelenggaraan makanan yang dibutuhkan sudah

memenuhi persyaratan?

3. Apakah peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan sudah memenuhi

persyaratan?

Dilakukan observasi (pengamatan langsung) terhadap sarana instalasi

gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Daftar Pertanyaan Proses Perencanaan untuk Kepala Instalasi Gizi

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Bagaimana proses dan langkah-langkah perencanaan makanan pasien?

2. Apakah perencanaan dilakukan berdasarkan jumlah pasien tahun lalu?

3. Bagaimana perencanaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah

untuk kebutuhan sehari-hari?

4. Apakah dalam merencanakan kebutuhan gizi RS, perencanaan dilakukan

bersama/berkoordinasi dengan sektor/bagian lain?

5. Setelah dilakukan perencanaan, bagaimana proses peranggaran dan

pengadaan?

Dilakukan observasi (pengamatan langsung) terhadap dokumen-dokumen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Daftar Pertanyaan Proses Penerimaan dan Penyimpanan untuk Petugas

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana langkah-langkah penerimaan bahan makanan yang

dilakukan?

2. Bagaimana petugas menerapkan prinsip kesesuaian jumlah dan

spesifikasi bahan makanan antara yang dipesan dan diterima?

3. Apakah petugas melakukan pencatatan dan pelaporan bahan makanan

yang diterima?

4. Bagaimana proses penyimpanan bahan makanan kering dan bahan

makanan basah?

Dilakukan observasi (pengamatan langsung) terhadap petugas saat proses

penerimaan bahan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Daftar Pertanyaan Proses Pengolahan untuk Petugas Pengolah Makanan

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Bagaimana prosedur dalam pengolahan makanan?

2. Bagaimana petugas pengolah makanan menjaga kebersihan diri

sehingga makanan tidak terkontaminasi?

3. Apakah ada peraturan untuk memakai APD selama proses pengolahan

bahan makanan?

4. Apakah dilakukan pemerikasaan kesehatan secara rutin untuk petugas

pengolah makanan?

5. Bagaimana teknik mengolah makanan untuk pasien dengan jenis

penyakit tertentu?

6. Bagaimanan prosedur penataan yang digunakan untuk pengolahan

makanan?

Dilakukan observasi (pengamatan langsung) terhadap petugas saat proses

pengolahan bahan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Daftar Pertanyaan Proses Penyaluran untuk Petugas Penyaluran

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
6. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Bagaimana proses penyaluran makanan dari dapur ke ruangan pasien?

2. Bagaimana peralatan yang digunakan untuk membawa makanan dari

dapur ke ruangan?

3. Bagaimana jadwal penyajian makanan untuk pasien?

4. Pada pukul berapa makanan diantar kepada pasien?

5. Bagaimana prosedur penyaluran makanan sehingga bebas dari

kontaminasi bahan pencemar?

Dilakukan observasi (pengamatan langsung) terhadap petugas saat proses

penyaluran makanan dari dapur ke ruang rawat inap serta penyajian

makanan kepada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Daftar Pertanyaan Kualitas Makanan untuk Pasien Rawat Inap

A. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Tanggal Wawancara :

B. Pertanyaan

1. Apakah menurut Bapak/Ibu penyaluran makanan tepat pada waktu

makan yang ditentukan?

2. Apakah Bapak/Ibu pernah membawa makanan dari luar rumah sakit?

Kenapa?

3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang penyajian makanan yaitu:

a. Penampilan makanan

b. Kebersihan peralatan makan

c. Aroma makanan

d. Rasa makanan

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang penampilan petugas penyaji

makanan?

5. Apa saran Bapak/Ibu?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2

Tabel observasi/pengamatan sarana peralatan dan perlengkapan

Tidak
No. Ruang Peralatan/Perlengkapan Ada
Ada
1. Penerimaan a. Timbangan 100-300 kg 
b. Rak bahan makanan beroda 
c. Kereta angkut 
d. Pembuka botol 
e. Penusuk beras 
f. Pisau 

2. Penyimpanan a. Timbangan 20-100 kg 


bahan makanan b. Rak bahan makanan 
kering dan segar c. Lemari es 
d. Freezer 
e.Tempat bahan makanan dari 
plastik atau stainless steel

3. Persiapan bahan a. Meja kerja 


makanan b. Meja daging 
c. Mesin sayuran 
d. Mesin kelapa 
e. Mesin pemotong dan 
penggiling daging
f. Mixer 
g. Blender 
h. Timbangan meja 
i. Talenan 
j. Bangku kerja 
k. Penggiling bumbu 
l. Bak cuci 

4. Pengolahan a. Ketel uap 10-250 lt 


makanan b. Kompor 
c. Oven 
d. Penggorengan 
e. Mixer 
f. Blender 
g. Lemari es 
h. Meja pemanas 
i. Pemanggang sate 
j. Toaster 
k. Meja kerja 
l. Bak cuci 
m. Kereta dorong 
n. Rak alat 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


o. Tempat sampah 
p. Lemari 

5. Pencuci dan a. Bak cuci 


penyimpanan alat b. Rak alat 
c. Tempat sampah 
d. Lemari 

6. Dapur susu a. Meja kerja 


b. Meja pembagi 
c. Sterelisator 
d. Tempat sampah 
e. Pencuci botol 
f. Mixer 
g. Blender 
h. Lemari es 
i. Tungku dan meja pemanas 

7. Pegawai a. Kamar mandi 


b. Locker 
c. Meja 
d. Kursi 
e. Tempat sampah 
f. Tempat tidur 

8. Perkantoran a. Meja 
b. Kursi 
c. Lemari es 
d. Alat peraga 
e. Alat tulis menulis 
f. Komputer 
g. Printer 
h. Lemari kaca 
i. Mesin ketik 
j. AC 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3

Tabel observasi/pengamatan proses penyelenggaraan makanan

No. Proses Hasil Pengamatan


1. Proses perencanaan Perencanaan menu mengikuti siklus
menu 10 hari sejak dari tahun 2007.
Perencanaan anggaran dilakukan setiap
satu tahun. Pengadaan bahan makanan
dilakukan oleh pihak ketiga (leveransir)
yang sebelumnya dilakukan kesepakatan
kerjasama dengan cara tender terbatas.
Pemesanan bahan makanan dilakukan
setiap empat sampai lima hari sebelum
hari pembelian.

2. Proses penerimaan Bahan makanan diterima oleh petugas


pada pukul 09.00 WIB. Bahan makanan
yang diterima diperiksa jumlah, berat,
jenis, dan kondisi bahan makanan.
setelah itu bahan makanan dipisahkan
menjadi bahan makanan basah dan bahan
makanan kering yang akan disimpan di
masing-masing gudang bahan makanan
basah dan gudang bahan makanan kering.

3. Proses penyimpanan Penyimpanan bahan makanan basah


dibagi menjadi 2 penyimpanan yaitu
penyimpanan segar dan penyimpanan
beku. Daging dan ikan yang tidak diolah
akan disimpan di penyimpanan beku,
sementara untuk sayur dan buah
disimpan di penyimpanan segar.
Penyimpanan bahan makanan kering
dilakukan dengan menyusun bahan
makanan di rak. Tetapi bahan makanan
tidak diberikan label tanggal masuk.

4. Proses pengolahan Sebelum pengolahan dilakukan peracikan


bahan makanan dengan memotong,
mengupas, membersihkan, merendam
dan lainnya. Bahan makanan yang sudah
disiapkan siap untuk diolah. Sebagian
petugas pengolah makanan tidak
memakai celemek dan penutup kepala.

5. Proses penyaluran Penyaluran dilakukan belum sesuai


dengan jadwal distribusi makanan. Masih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terlihat keterlambatan distribusi makanan
kepada pasien. Petugas distribusi
memakai celemek saat memberikan
makanan ke ruangan rawat inap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 5

SURAT SELESAI PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI

Gambar 1. Gudang Bahan Makanan Kering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. Gudang Bahan Makanan Basah

Gambar 3. Daftar Stock Barang Setiap Jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. Proses Pengolahan Bahan Makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. Proses Penyajian Makanan

Gambar 6. Troli Makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 7. Wawancara dengan petugas gudang instalasi gizi RSU Haji
Medan

Gambar 8. Foto bersama Kepala Instalasi Gizi dan Ahli Gizi RSU Haji
Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai