SKRIPSI
Oleh
NURUL AINI
NIM. 141000442
SKRIPSI
Oleh
NURUL AINI
NIM. 141000442
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Medan Johor Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyatan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Nurul Aini
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Program rujuk balik (PRB) merupakan salah satu program unggulan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan serta
memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit
kronis. Pelayanan PRB adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka panjang yang dilaksanakan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
spesialis/sub spesialis yang merawat. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan
pelaksanaan program rujuk balik pasien PTM peserta JKN di Puskesmas Medan
Johor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sampel pada penelitian ini
adalah informan yang dipilih secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Data diperoleh dengan
wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah mulai
berjalan dengan baik. Pemahaman petugas/tenaga pelayanan kesehatan pelaksana
PRB cukup baik namun pasien-pasien yang memanfaatkan PRB banyak yang
belum memahami. Ketersediaan alat sudah baik dan pengadaan obat sesuai fornas
dan diambil di apotek yang bekerja sama dengan BPJS. Berdasarkan hasil
penelitian ini diharapkan Puskesmas Medan Johor membuat komitmen dalam
pelaksanaan PRB terhadap pasien. BPJS Kesehatan selalu mengkoordinasi
terhadap puskesmas dalam peningkatan PRB. Dinas Kesehatan dapat
mengoptimalkan penyelenggaraan JKN khususnya sistem rujukan di puskesmas.
Apotek yang melayani obat PRB tetap menjaga kualitas pemasokan obat dari
distributor. Dalam pelaksanaan PRB, petugas/tenaga pelaksana PRB, ketersediaan
alat dan obat PRB, dan pengendalian PRB yang belum maksimal mengakibatkan
belum optimalnya PRB di Puskesmas Medan Johor. Diharapkan Puskesmas
Medan Johor, Apotek Kimia Farma, Rumah Sakit Mitra Sejati, BPJS Kesehatan
dan Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan koordinasi agar dapat berlangsung
dengan baik.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
Puskesmas Medan Johor Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang
memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
5. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan
vi
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan
7. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
perkuliahan.
serta seluruh dosen dan staf FKM USU yang telah memberikan ilmu,
9. Seluruh rekan-rekan FKM USU yang telah memberi semangat dan dukungan
10. Dengan penuh rasa hormat dan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
B.A dan Rabiah, S.Pd beserta keluarga yang telah memberikan bantuan,
ini, baik dari segi isi maupun bahasa.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Nurul Aini
vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Riwayat Hidup xiii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 10
Sistem Rujukan 10
Definisi sistem rujukan 10
Tata cara pelaksanaan rujukan berjenjang 11
Persyaratan system rujukan 13
Rujuk Balik 14
Definisi rujuk balik 14
Manfaat program rujuk balik 15
Ruang program rujuk balik 16
Peserta program rujuk balik 17
Mekanisme pendaftaran PRB 17
Mekanisme pelayanan obat PRB 17
Ketentuan pelayanan obat rujuk balik 19
Tata laksana rujuk balik 20
Jaminan Kesehatan Nasional 22
Pengertian jaminan kesehatan nasional 22
Pelayanan jaminan kesehatan nasional 23
Pembiayaan 25
Puskesmas 26
Definisi puskesmas 26
Fungsi puskesmas 27
Ketersediaan obat 29
Definisi Penyakit Tidak menular 29
Karakteristik penyakit tidak menular 30
viii
Universitas Sumatera Utara
Faktor risiko penyakit tidak menular 30
Program Rujuk Balik PTM Pada era JKN 31
Prosedur pelaksanaan rujuk balik 33
Kesiapan petugas/tenaga pelaksana program rujuk balik 34
Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik 34
Hasil Penelitian Yang Relevan 35
Kerangka Berpikir 36
Metode Penelitian 37
Jenis Penelitiaan 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Lokasi penelitian 37
Waktu penelitian 37
Informan Penelitian 37
Sumber Data 38
Data primer 38
Data sekunder 38
Instrumen Pengambilan Data 38
Metode Pengambilan Data 38
Daftar Pustaka 65
Lampiran 68
ix
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
4 Karakteristik Informan 43
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Pedoman Wawancara 69
6 Dokumentasi Penelitian 82
xii
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
1996 dan beragama Islam dengan suku bangsa Banjar. Penulis bertempat tinggal
di Jalan Cinta Karya Gg Sawah No. 9A Polonia Medan. Penulis merupakan anak
2014.
Nurul Aini
xiii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
Setiap orang yang ada di dunia ini memiliki hak yang sama, yaitu adalah
agar setiap orang bisa merasakan pelayanan kesehatan yang layak seperti
program jaminan sosial dengan bantuan sosial. Penggabungan kedua program itu
dijalankan dengan cara mewajibkan pemerintah untuk memberi bantuan dana JKN
dan keempat program jaminan sosial lainnya agar bisa membuat Indonesia lebih
sejahtera, adil dan makmur. Salah satu program yang dipilih SJSN untuk
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannnya dibayar oleh pemerintah.
ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh Pemerintah. Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah
hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat di berikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan
2014).
yaitu mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta
jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.
kebutuhan medis yang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh
oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.
tersier yang dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer
Pertama (FKTP) adalah program rujuk balik (Permenkes RI No. 99, 2015)
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
Spesialis/ Sub Spesialis yang merawat. Kondisi terkontrol/ stabil adalah suatu
parameter yang stabil sesuai dengan yang ditetapkan oleh dokter Spesialis/ Sub
Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi perhatian yang sangat
angka kematian dan kesakitan. Berdasarkan data WHO menunjukkan bahwa dari
57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. PTM juga membunuh penduduk
dengan usia yang lebih muda. Pada negera-negara dengan tingkat ekonomi rendah
dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang kurang dari
Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pelayanan PRB ini juga
menguatkan peran FKTP yang mampu menangani 155 diagnosa penyakit sesuai
dengan Kompetensi Dokter Umum yang dapat ditangani di FKTP, sehingga para
peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke rumah sakit, karena di FKTP
pun sudah bisa ditangani. Namun tidak menutup kemungkinan pada kasus-kasus
penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru
2015).
menyatakan pencapaian PRB hingga akhir tahun 2015 mencapai 34,05% atau
sejumlah 401.848 peserta dari 1,18 juta peserta dengan diagnosis penyakit kronis
sesuai jenis penyakit yang termasuk dalam PRB. Laporan BPJS menyatakan
bahwa jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada tahun 2015 ada
sebanyak 11,9 juta kunjungan dengan tingkat rasio rujukan 11,87%. Penyakit
kronis yang tergolong dalam PRB antara lain hipertensi essensial, asthma
818,804 peserta. Sedangkan, jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada
tahun 2017 ada sebanyak 18.9 juta kunjungan dengan tingkat rasio 12,57%.
(BPJS, 2018)
2018, diperoleh data penderita hipertensi 131 orang tahun 2017, sementara untuk
penyakit diabetes milletus ada sebanyak 104 orang, dan untuk penyakit asma ada
sebanyak 21 orang. Ketiga penyakit ini adalah penyakit kronis dan merupakan
storke di Puskesmas Johor rata-rata per bulan tahun 2017 sebanyak 234 orang.
Pasien yang kembali datang ke Puskesmas Medan Johor sebanyak 18 orang atau
7,7%.
salah satu faktor rendahnya rujuk balik yaitu karena ketidakfahaman beberapa
dokter tentang rujuk balik dan keterbatasan obat di puskesmas atau fasilitas
primer, dan juga ketidaktahuan pasien terhadap manfaat program rujuk balik
sehingga pasien yang pernah dirujuk balik, kembali ke rumah sakit. Adapun
alasan pasien tidak mau dirujuk balik karena pasien masih berasumsi bahwa
penanganan di rumah sakit jauh lebih baik dari puskesmas dari segi peralatan dan
obat-obatan.
2018, alur pemberian rujukan di Puskesmas Medan Johor adalah sebagai berikut,
setelah dipanggil pasien menuju poli sesuai dengan keluhannya. Pada saat
pemeriksaan apabila pasien masih dapat ditangani oleh dokter di puskesmas maka
pasien akan diberi obat lalu pulang. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh
spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke Rumah Sakit dan diberikan surat rujukan
sesuai dengan daftar Rumah Sakit dalam sistem rayonisasi dari Puskesmas Medan
Johor.
pasien bisa mendaftarkan diri pada petugas PRB. Pasien melakukan kontrol
dengan membawa identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol PRB. Dokter
puskesmas melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik yang
tercantum pada buku kontrol PRB. Kemudian pasien menebus obat di apotek yang
bekerjasama dengan BPJS tanpa perlu meminta rujukan dari puskesmas ke rumah
tanggal 24 Juli 2018, bahwa pasien PRB menebus obat di apotek yang
bulan setiap kali peresepan. Apabila obat tidak tersedia tetapi ada obat yang
fungsinya sama biasanya pihak apotek menelepon pihak rumah sakit yang
dilaksanakan dengan baik di RSUD Tidar.Pelayanan PRB masih ada yang tidak
sesuai dengan dengan pedoman pelaksanaan rujuk balik, yaitu dokter FKTL tidak
memberikan keterangan secara lengkap dan jelas pada surat rujuk balik yng
dibawa oleh pasien. Kurangnya informasi dari BPJS Kesehatan kepada para
dokter tentang sistem rujukan balik menjadikan perbedaan persepsi yang berakibat
pada tidak optimalnya aktivitas rujukan balik di RSUD Tidar. Tidak berjalannya
sistem rujuk balik juga terjadi karena cara mendapatkan obat yang dinilai kurang
Selain itu, menurut hasil penelitian Hilda, dkk (2015) bahwa pengambilan
obat secara bolak-balik membuat pasien tidak nyaman karena pasien harus
obat baik jumlah maupun jenis obat juga masih terbatas. Hal ini juga berpengaruh
harus setiap minggu berkunjung ke fasilitas kesehatan primer. Begitu juga dengan
pasien yang sudah pernah dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan, saat kembali ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama pasien tidak menemukan obat yang diperlukan
dan tersier.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
antara lain:
1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Puskesmas Medan Johor, agar
2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan
dengan pelaksanaan program rujuk balik dan sebagai tambahan informasi yang
Sistem Rujukan
baik vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang
peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan
ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti aturan yang berlaku sesuai
dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
tingkat pertama.
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
Pemerintah Daerah.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter
tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial
faskes tersebut.
tindakan.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari
kesehatan;
Diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; alasan dan
tujuan dilakukan rujukan; risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak
dilakukan; transportasi rujukan; dan risiko atau penyulit yang dapat timbul
Rujuk Balik
Kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil
dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang
kronis di Faskes Tingkat Pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk
Balik bagi Peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tahun 2014, manfaat rujuk
1. Bagi Peserta
penyakit.
Ruang lingkup program rujuk balik. Ruang lingkup program rujuj balik
1. Jenis Penyakit
1. Diabetes Mellitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. Asma
6. Epilepsy
7. Schizophrenia
8. Stroke
Komite Formularium Nasional, penyakit sirosis tidak dapat dilakukan rujuk balik
ke Faskes Tingkat Pertama karena sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak
2. Jenis Obat
a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub
b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan
PRB adalah: peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam
mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik. (BPJS, 2014)
adalah:
resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.
3. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan
4. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke dokter
dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta. (BPJS, 2014)
Peserta BPJS
Pojok PRB Peserta PRB
Kesehatan
1. Kartu BPJS
2. SEP
3. SRB
Mengisi formulir Buku Kontrol
4. Resep Rujuk
pendaftaran Approval oleh
Balik
Petugas BPJS
1. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali
peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional untuk Obat
resep yang ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah
resep obat PRB.Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat
4. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh
rujuk balik pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak
yang menerima rujuk balik dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut:
a. Prosedur Klinis
pengirim.
RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
dalam keadaan: (a) sehat atau sembuh; (b) sudah ada kemajuan klinis dan
boleh rawat jalan; (c) belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke
bersangkutan
b. Prosedur administratif
rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah
bersangkutan.
sebagainya.
a. Prosedur Klinis:
b. Prosedur Administratif:
1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Permenkes RI No. 28 Tahun 2014).
mengenai pengelolan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh
Nasional (2014), terdapat penjelasan tentang jenis pelayanan yang terdapat dalam
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu :
(manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
spesialistik yang meliputi :(a) administrasi pelayanan, (b) pelayanan promotif dan
preventif, (c) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; (d) tindakan medis
non spesialistik, (e) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, (f) transfusi
laboratorium tingkat pertama; (h) rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi medis.
3. Kompensasi Pelayanan
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib
yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
dilakukan adalah:
a. Iuran
teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan.
b. Pembayar Iuran
2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran
Presiden dan ditinjau ulang secara berkalas sesuai dengan perkembangan sosial
1. Pembayaran Iuran
Presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau sejumlah nominal tertentu
Puskesmas
puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas
goods) dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
menyelenggarakan fungsi :
penyakit.
dan preventif.
pelayanan kesehatan.
kesehatan mengacu pada daftar obat sesuai dengan standar Keputusan Menteri
gunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar
dapat ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan
umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah
pernafasan kronik (asma dan penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan
dan dalam waktu bersamaan mordibitas dan mortalitas PTM makin meningkat
penanggulangannya.
risiko menurut segi dari mana faktor risiko tersebut diamati. Terbagi menjadi dua
yaitu menurut dapat tidaknya faktor risiko itu diubah dan menurut kestabilan
a. Faktor risiko yang tidak dapat berubah (unchangeable risk factors) misalnya
b. Faktor risiko yang dapat berubah (changeable risk factors) misalnya kebiasaan
a. Faktor risiko yang dicurigai (suspected risk factors) yaitu faktor – faktor yang
belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor risiko.
b. Faktor risiko yang telah ditegakkan (established risk factors) yaitu faktor risiko
yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok sebagai faktor
Program rujuk balik pada era JKN ini menjadi salah satu program
kronis diantara nya terdapat Penyakit Tidak Menular yaitu Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Jantung, dan Asma. Dengan program rujuk balik ini penanganan dan
pengelolaan penyakit peserta BPJS Kesehatan menjadi lebih efektif, hal tersebut
yang melakukan agar PTM harus di rujuk balik pada era JKN(BPJS, Kesehatan
2014).
Jika pasien sudah dinyatakan pulih oleh dokter rumah sakit, maka
Puskesmas. Mekanisme ini diawali surat rekomendasi dokter rumah sakit tentang
atau kantor cabang BPJS untuk dimasukkan dalam mekanisme rujuk balik.
menebus obat di apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pada
awal dimulainya JKN, obat bagi penderita penyakit kronis sempat menjadi
masalah, karena obat hanya diberikan 3-7 hari. Obat tersebut pun harus diambil di
rumah sakit melalui rujukan dari faskes primer. Kondisi ini membuat tidak
mendapatkan obat. Dan pelayanan program rujuk balik PTM ini ada yang kondisi
stabil tetapi masih tidak terkontrol kondisi nya itu bisa dikelola di tingkat fasilitas
kesehatan primer. Awalnya peserta program rujuk balik PTM dari BPJS itu
dokter kelurga , dan klinik dan berjenjang ke FKTL di Rumah Sakit dan pasien
Pelayanan obat dalam rujuk balik pada era JKN pasien PTM dengan
Pertama ini di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer serta pemeberian obat yang di
Tingkat Lanjutan. Untuk daftar obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS),dan untuk daftar harga obat dan
mengenai sistem pembiayaan nya pelayanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
pelayanan obat , alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) pada
Peserta yang menderita penyakit kronis belum stabil diberikan resep obat
untuk kebutuhan 30 hari sesuai indikasi medis yang pemberiannya terbagi dalam
dua resep yaitu kebutuhan obat untuk sekurang–kurang nya 7 (Tujuh) hari
disediakan oleh Rumah Sakit, biaya sudah termasuk dalam komponen paket INA
CBG’s dan kebutuhan obat untuk sebanyak–banyaknya 23 (dua puluh tiga) hari
diresepkan oleh dokter yang merawat diambil di instalasi farmasi Rumah Sakit
atau Apotek/Depo Farmasi yang ditunjuk. Biaya obat ini ditagihkan secara fee for
balik program penyakit tidak menular (PTM) ada beberapa prosedur yang harus
Berdasarkan prosedur Rujuk Balik PTM terdapat salah satu nya adalah
Kesehatan , Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis , Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan dan Lembar resep obat/Salinan resep. Dan
setelah semua nya selesai akan diberi buku kontrol Program Rujuk Balik(BPJS,
2014).
petugas/tenaga pelaksanaan rujuk balik yang terlibat dalam pelaksanaan PRB ini
harus memahami pengertian tentang Program Rujuk Balik (PRB). Dan yang
Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik. Ketersediaan Alat dan
Obat dalam pelaksanaan Program Rujuk Balik PTM biasanya Alat ada tetapi stok
sedikit sedangkan obat sering terlambat datang ke Puskesmas dan obatnya juga
sering kosong. Dan jika permintaan obatnya terlalu sedikit PBF tidak mau
menyediakannya , dan obat yang dikirim sering tidak sesuai dengan permintaan
dan tidak tepat waktu. Hal ini lah yang menjadi kendala saat program rujuk balik
PTM sedang berjalan sering terjadi timbal balik antar alat dan obat. Pemberian
obat dan bahan/alat ini sudah ada daftar obatnya dan mengacu pada Formularium
Nasional serta daftar harga obat dan bahan/alat medis habis pakai mengacu pada
pelayanan obat , alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BPJS, 2014).
Balik (PRB) kepada pasien – pasien PRB. Dan mekanisme Program Rujuk Balik
(PRB) dengan pasien mendaftarkan diri sebagai peserta Program Rujuk Balik
(PRB), diperiksa oleh dokter, selanjutnya meresepkan obat rujuk balik yang
tertera dalam buku control peserta PRB. Dalam mengenai proses pelaksanaan
program rujuk balik adapula pengendalian pelaksanaan program rujuk balik yaitu
pelaksanaan PRB harus berjalan dengan baik agar tercapai proses serta prosedur
dilaksanakan dengan baik di RSUD Tidar.Pelayanan PRB masih ada yang tidak
sesuai dengan dengan pedoman pelaksanaan rujuk balik, yaitu dokter FKTL tidak
memberikan keterangan secara lengkap dan jelas pada surat rujuk balik yng
dibawa oleh pasien. Kurangnya informasi dari BPJS Kesehatan kepada para
dokter tentang sistem rujukan balik menjadikan perbedaan persepsi yang berakibat
pada tidak optimalnya aktivitas rujukan balik di RSUD Tidar. Tidak berjalannya
sistem rujuk balik juga terjadi karena cara mendapatkan obat yang dinilai kurang
Selain itu, menurut hasil penelitian Hilda, dkk (2015) bahwa pengambilan
obat secara bolak-balik membuat pasien tidak nyaman karena pasien harus
obat baik jumlah maupun jenis obat juga masih terbatas. Hal ini juga berpengaruh
harus setiap minggu berkunjung ke fasilitas kesehatan primer. Begitu juga dengan
pasien yang sudah pernah dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan, saat kembali ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama pasien tidak menemukan obat yang diperlukan
dan tersier
Kerangka Berpikir
Dari landasan teori yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini fokus
pada rujuk balik pasien PTM peserta JKN di Puskesmas Medan Johor. Maka
Pelaksanaan Program
Rujuk Balik
Jenis Penelitian
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut atau rumah sakit yang sangat tinggi
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2018
Subjek Penelitian
kualitatif, yaitu prinsip kesesusaian dan kecukupan. Prinsip dimana subjek dalam
pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan di mana subjek yang dipilih
misalnya orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin
3) Pasien PRB
7) Dokter spesialis
Definisi Konsep
berikut:
1. Prosedur pelaksanaan program rujuk balik ialah seluruh prosedur atau proses
petugas/tenaga pelaksanaan rujuk balik yang terlibat dalam pelaksanaan PRB ini
3. Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik yaitu ketersediaan alat yang ada
data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada
Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yang mana pada saat
Metode analisis data penelitian dilakukan dengan merangkum dan memilih hal-hal
Jalan Karya Jaya no.5 Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor.
Penduduk di wialayah kerja Puskesmas Medan Johor untuk tahun 2017 berjumlah
Tabel 1
Tabel 2
2. Fasilitas Alat-alat
A. Alat-alat Kesehatan
d. Alat-alat P3K
g. Alat-alat Laboraturium
B. Alat-alat Kebersihan
4. Fasilitas Administrasi
pencatatan dan pelaporan data, maka Puskesmas Medan Johor didukung oleh
fasilitas administras yang terdiri dari: Meja, Kursi, Lemari Arsip, Kartu Berobat
Printer.
Tabel 3
Karakteristik Informan
Tabel 4.
Karakteristik Informan
Peserta PRB merupakan pasien PTM yang dirujuk ke rumah sakit. pasien
PTM yang dirujuk ke rumah sakit ialah pasien yang memerlukan pelayanan
lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
kedua.
“ Biasanya kami merujuk pasien itu ke rumah sakit misalnya pasien diabetes
yang membutuhkan pelayanan spesialistik dan membutuhkan insulin,
biasanya kami rujuk tuh pasien ke rumah sakit, di puskesmas kan tidak bisa.
(informan-3).
primer ke Rumah Sakit sesuai dalam Permenkes RI no. 001 tahun 2012, tentang
sistem rujukan.
kesehatan primer harus dapat menangani kasus DM-2 non insulin dependent,
untuk kasus DM tipe 1 atau 2 dengan insulin dependent atau DM tipe lain dan
ke rumah sakit.
BPJS Kesehatan, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis, Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan dan lembar resep obat/salinan resep.
menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan Buku Kontrol peserta PRB.Dokter
Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk
balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.setelah 3 (tiga) bulan peserta
spesialis/sub spesialis.
BPJS Kesehatan, memperoleh surat rujuk balik dari dokter spesialis/sub spesialis
yang merawat dan mengisi formulir menjadi peserta PRB. Berdasarkan hasil
balik yaitu pasien dengan diagnose penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam
“Program rujuk balik itu bagus ya idenya dari bpjs juga itu pertama ya
syukur juga mereka pakai ide itu. Rujuk balik itukan bagi kita puskesmas
sangat menguntungkan tapi kalau tidak ada kordinasi rumah sakit itu yang
agak susah kita. Karena misalnya kita merujuk nih misalnya pasien DM kan
ada kriteria tertentu stage berapa, nah terkadang si rumah sakit ini tidak
mengisi kan di surat rujukan itu ada dibawahnya seharusnya diisi lagi
sebagaian besar dokter-dokter tidak mengisi diagnose penyakitnya lag disitu”
(Informan-1).
pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah sesuai dengan petunjuk teknis
PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelaksanaan PRB di Puskesmas
Medan Johor dimulai pasien datang dan dilakukan pemeriksaan dasar oleh dokter
apabila pasien stabil maka dilanjutkan pemberian resep dari dokter spesialis
diperoleh dari apotek yang bekerjasama BPJS. Namun pada pendaftaran sering
terjadi pada surat rujuk balik yang tidak diisi dan juga apabila kondisi pasien tidak
stabil maka pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis/sub spesialis. Isi format surat
rujuk balik terdiri dari nama, diagnosis, terapi dan jadwal kembali ke rumah sakit.
kesehatan sesuai dengan prosedur. Hal ini juga dapat mengurangi beban Negara
Tidak semua pasien yang mau menjadi pasien PRB dikarenakan persepsi
menjadi peserta PRB memahami manfaat program rujuk balik ini. Mereka
mengerti bahwa obat yang diberikan sesuai dengan resep dari dokter spesialis.
program PRB yang meminta rujukan ke faskes tingkat lanjut meskipun penyakit
mereka masih bisa ditangani di puskesmas karena mereka belum mengerti rujukan
berjenjang dan program rujuk balik, dengan anggapan puskesmas adalah tempat
“ Beberapa pasien yang berobat ke puskesmas bilang disini itu cuma dokter
umum aja, mereka mau ke spesialis, dan pasien di sini juga ada minta dirujuk
terus ke rumah sakit kaarena alasannya fasilitas kurang lah, padahal fasilitas
di sini udah lengkap. (Informan-1).
“ Saya tidak gitu ngerti PRB yang saya tau saat saya rujukan di rumah sakit
bunda thamrin kan terus saya disuruh berobat saja dan ambil obat di
puskesmas karena resepnya dari dokter spesialis saya mau tapi tengoklah dek
antri di puskesmas ambil obat aja lama. (Informan-5).
“Kami sudah mengadakan sosialisasi program rujuk balik itu ke mereka dari
kami sudah menjelaskan bagaimana program rujuk balik itu ke staf
puskesmas.(Informan-9).
memberikan buku kontrol PRB. Mekanisme pelayanan obat rujuk balik dimulai
dengan pemeriksaan oleh dokter di puskesmas kondisi pasien stabil atau tidak
stabil dokter yang menetapkan dan pemerian obat dalam satu bulan di apotek yang
bekerja sama dengan BPJS. Dirujuk itu setelah tiga bulan harus kembali dirujuk
oleh FKTP ke FKTL untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub spesialis.
Puskesmas Medan Johor dan Rumah Sakit Mitra Sejati sudah berjalan sesuai
dengan petunjuk teknis PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
pemeriksaan dasar oleh dokter apabila kondisi pasien stabil maka dilanjutkan
dengan pemberian resep obat dari dokter spesialis yang diperoleh dari apotek yang
bekerjasama dengan BPJS. Namun apabila kondisi pasien tidak stabil maka pasien
pelaksanaan PRB bahwa pasien yang menderita penyakit tidak menular atas
rekomendasi dokter puskesmas untuk ikut PRB, maka dirujuk ke rumah sakit.
Kemudian pasien dinyatakan stabil oleh dokter spesialis dan menyatakan bersedia
ikut PRB maka pasien akan mendapatkan buku kontrol dari BPJS Center di rumah
sakit. Pasien yang menjadi peserta PRB menunjukkan kartu kontrol PRB di
selanjutnya dokter akan meresepkan obat sesuai dengan resep dokter spesialis
yang merawat sesuai buku kontrol. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali
balik ditebus di salah satu apotek yang bekerjasama dengan BPJS. Setelah 3 bulan
pasien dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi kesehatan, apabila peserta PRB
dalam keadaan tidak stabil dapat dirujuk ke rumah sakit dan menyertakan
keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes Tingkat
Pertama.
program rujuk balik BPJS Kesehatan Tahun 2014 bahwa peserta melakukan
melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik tercantum pada
buku kontrol peserta PRB. Peserta menyerahkan resep dari dokter Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, menunjukkan SRB dan buku kontrol peserta kepada
medis dan sistem rujukan di puskesmas Medan Johor sudah mulai berjalan dengan
pelayanan terhadap 155 penyakit yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Demikian
dengan pelayanan PRB sebagai salah satu program unggulan BPJS Kesehatan
dengan prosedur.
Kepala puskesmas, dokter, dan staff yang lain serta dokter spesialis yang
terhadap informan bahwa informan merupakan pasien calon PRB yang dirujuk ke
salah satu rumah sakit di Kota Medan untuk mendapatkan buku kontrol PRB,
tetapi lama baru dikeluarkan setelah seminggu baru dikeluarkan buku kontrol itu.
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PRB. Setiap pasien yang menderita
penyakit tidak menular wajib untuk mengikuti program tersebut sesuai 9 penyakit
Johor aktif dalam peningkat PRB dengan kegiatan PROLANIS setiap hari Kamis
untuk senam, dan edukasi. Pasien PRB sebulan sekali datang ke puskesmas
Medan Johor pengambilan resep sesuai buku kontrol PRB kemudian menebus
sakit agar mengisi surat rujuk balik. salah satu penyebab pengabaian umpan balik
dari rumah sakit ke puskesmas, karena dari pihak rumah sakit lupa untuk mengisi
Surat Rujuk Balik (SRB) oleh karena itu perlu diingatkan untuk mengisi surat
rujuk balik.
memahami pengertian tentang PRB. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara
mengetahui bahwa Program Rujuk Balik merupakan salah satu program unggulan
BPJS guna meningkatkan kualitas pelayanan bagi peserta BPJS khusus penyakit
“Program rujuk balik itu program dari bpjs kesehatan dimana dia menyasar
kepada peserta bpjs yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
diabetes mellitus… dengan adanya program rujuk balik ini, ini akan
“Program rujuk balik itu bagus mereka tidak perlu bolak-balik rujukan ke
rumah sakit” (Informan-2)
“kalau disini ya ada program rujuk balik…pasien rujuk balik yang sudah
“..kalau PRB itu tertentu penyakit yang di rujuk balik itu ada 9 penyakit
misalnya hipertensi, diabetes, jantung, PPOK, seperti itu yang namanya
pasien PRB.” (Informan-3).
rujukan, serta perawat dokter spesialis yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
“.pasien yang dirujuk balik itu pasien yang sudah tahu bagaimana kondisi nya
dari dokter yang menangani dan tenaga kesehatan disini yang meyiapkan
berkas pasien” (Informan-3)
pasien PRB diperoleh informasi bahwa program ini membantu mereka dalam
pengambilan obat di apotek yang bekerjasama dengan BPJS dan tidak perlu pergi
ke Rumah Sakit.
“setelah pasien tau itu-itu aja obatnya yang diberi dan mereka udah
berbulan-bulan menjalani biasanya saya saranakan untuk ikut rujuk balik
agar tidak bolak-balik dan mengantri ke rumah sakit.”(Informan-8)
“Ada dijelasin tapi saya kurang tau tentang rujuk balik. biasanya saya dirujuk
ke Rumah Sakit Bunda Thamrin ,tapi saya kalau udah sembuh tidak minta
rujukan karena kadang-kadang kambuh terkadang juga sudah membaik
sakitnya jadi tidak ketergantungan, Cuma saya disinikan gak lama kalau buat
ambil obat nya, tidak susah ngantri seperti dirumah sakit lama.”(Informan-6).
“Sebulan sekali saya berobat kesini untuk mengambil surat rujukan terakhir
dokter menjelaskan gini saja setiap bulan periksa ke rumah sakit dan obatnya
bisa diambil di apotek terdekat, jadi tidak jauh-jauh saya balik ke rumah
sakit.”(Informan-4).
Program rujuk balik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini menjadi
program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau
bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
yang baik mengenai Program Rujuk Balik. Hal ini dapat diketahui bahwa seluruh
informan mengerti dan paham tentang program rujuk balik. Hasil wawancara
Balik merupakan perpanjangan obat dari rumah sakit serta mengurangi dokter
puskesmas merujuk ke rumah sakit, dan tidak merepotkan pasien untuk datang ke
Program Rujuk Balik (PRB) dan petugas/tenaga pelayanan kesehatan selalu siap
Puskesmas Johor siap dalam pelaksanaan program rujuk balik. Petugas yang
Program Rujuk Balik terhadap peserta Program Rujuk Balik. Menurut informan
dokter yang menangani dan penanggung jawab rujuk balik di puskesmas telah
tapi yang paling mendalam ataupun paling banyak peserta PRB di puskesmas
yaitu penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, Jantung dan PPOK. Bahkan menurut
pasien PRB diperoleh informasi bahwa dengan adanya program ini membantu
pasien-pasien PRB dalam pengambilan obat tidak perlu jauh-jauh ke Rumah Sakit
program rujuk balik ini karena akses pelayanan kesehatan dan tidak perlu
menunggu lama di rumah sakit. Pasien tidak perlu mengambil surat rujukan setiap
obat di apotek yang bekerjasama dengan oleh dokter di puskesmas dan menebus
mendapatkan pelayanan obat PRB 3 kali berturut- turut maka setelah 3 bulan di
dokter spesialis/sub spesialis. Apabila peserta PRB dalam keadaan tidak stabil
dapat dirujuk ke rumah sakit dan menyertakan keterangan medis atau hasil
rujukan dapat berjalan dengan baik. Pada penelitian ini Program Rujuk Balik
merupakan salah satu program unggulan dari BPJS untuk kendali mutu dan biaya
kronis di Faskes Tingkat Pertama sebagai bagian program pelayanan rujuk balik.
Obat PRB dapat diperoleh di Apotek yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
informan diperoleh informasi bahwa ketersediaan obat sudah baik dan fasilitasnya
“Puskesmas ini kerjasama dengan apotek Kimia Farma, Sabar, Sutomo sama
Varia tapi sekarang untuk beberapa pasien paling banyak di apotek Kimia
Farma J City karena yang paling dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan
dan juga dekat dengan rumah. Kalau untuk obat kami berkordinasi dengan
apotek” (Informan-3).
“Terkadang itulah sistem obat e-catalog ini gini misalnya, kalau rujuk balik
itu diharapkan apotek ini kita perlu obat terkadang obatnya gak ada, itulah
kasihannya pasien tuh disitu jadi bolak-balik kesini kita terpaksa upayakan
obat yang ada di sini.Kendalanya di sistem e-catalog, sistem pengambilan
disitu agak lama” (Informan-1).
“Kalau kita Tanya dengan pasien mereka bilang ada yang cukup ada yang
tidak, misalnya di situ tertulis 1 bulan ada yang terkadang minimalis dikasih
untuk 2 minggu . terus ada juga mislanya dapat obat 3 atau 4 macam ada 1
jenis yang tidak ada atau kosong di apotek. Kalau ditanya sama pasien
biasanyanya beli sendiri atau tunggu sampai rujukan berikutnya” (Informan
2).
tidak terjadi kekurangan yang artinya untuk stok obat sudah baik karena
apotek yang bekerjasama dengan Puskesmas dan distributor obat juga jelas
“Kalau untuk obat, biasanya ibu terima resep setelah diperiksa dokter
kemudian saya ambil di apotek, biasanya obat lengkap dikasih perbulannya
kadang lengkap kadang enggak lengkap ibu biasanya minta rujukan ke rumah
“Kalau masalah obat, biasanya saya dapat obat lengkap dari apotek untuk
sebulan” (Informan-4).
“ obat saya dapat lengkap kalau ada obat yang tidak ada biasanya saya beli
Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medic habis pakai yang
Sesuai dengan panduan program rujuk balik bahwa obat PRB diberikan untuk
kebutuhan maksimal 30 hari setiap kali peresepan dan mengacu pada daftar
Tingkat Pertama sebagai bagian dari program rujuk balik (BPJS, 2014).
Obat yang termasuk dalam obat rujuk balik adalah obat utama, yaitu obat
obat Program Rujuk Balik dan obat tambahan, yaitu obat yang mutlak
apotek Kimia Farma bahwa ketersediaan obat program rujuk balik masih terjadi
Namun jika di rumah sakit juga terjadi kekurangan obat sehingga mereka
mengganti tetapi obat yang diberikan sama isinya walaupun tidak masuk dalam
mendapatkan obat.
sehingga dokter spesialis memberikan obat yang tidak ada di daftar obat
formularium tetapi isinya sama supaya pasien tetap mendapatkan obat karena
puskesmas sudah lengkap dan baik tidak terjadi kekurangan ataupun kekosongan
stok. Hasil wawancara dengan salah satu informan di Puskesmas Medan Johor
bahwa obat untuk pasien program rujuk balik diambil ke apotek yang telah
ditentukan maka dari itu obat di Puskesmas Medan Johor tidak mengalami
Selain itu persepsi masyarakat terhadap kualitas obat PRB berbeda, ada
yang sudah sesuai dan belum dengan obat tersebut, karena ada pasien yang tidak
wawancara dengan pasien PRB bahwa pasien tersebut sudah cocok dengan obat
PRB, namun berbeda dengan informan lain ada yang belum cocok dengan obat
PRB, bahkan obat yang diberi itu cuma berbeda nama nya saja tetapi isi obat atau
komposisi obat nya sama. Dilihat dari jumlah pasien rujuk balik Penyakit Tidak
Menular yang berjumlah sekitar delapan ratus orang dari sebagian pasien ada yang
tidak PRB karena masih bisa ditangani oleh dokter di puskesmas ada juga yang
sudah pasien PRB sudah tidak bisa ditangani oleh dokter dan harus dirujuk ke
rumah sakit sesuai arahan dokter ada juga atas permintaan pasien sendiri. Dan ada
beberapa pasien yang tidak PRB karena tidak memahami program rujuk balik.
Penyakit tidak menular termasuk dalam PRB sebagian besar diharuskan rutin
minum obat. Obat yang merupakan komponen utama kaitannya dalam mengatasi
masalah kesehatan. Obat harus mengacu pada formularium nasional yang telah
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ginting (2016) bahwa
berdasarkan data pasien yang ikut PRB ke apotek yang telah bekerjasama dengan
BPJS.
bahwa ketersediaan obat di Puskesmas Pancur Batu masih terjadi kekurangan dan
beberapa jenis obat belum terpenuhi. Dalam hal penyediaan obat PRB, Puskesmas
Pancur Batu melakukan pengamprahan berdasarkan data pasien yang ikut PRB ke
“biasanya yang jadi kendala pada pelaksanaan PRB itu ya misalnya pasien
itukan lalai atau merasa perasaan enak tidak perlu lagi ke puskesmas ambil
obat lah ya. Terkadang karena diberikan edukasi mereka tak paham
contohnya hipertensi, aku udah enak kok jadi gak perlu lagi padahal maintan
peliharaan itu harus dikasih obat jadi tiap bulan harus kontrol jadi
penyakitnya terkontrol” (Informan 1).
“Jadi pasien itu minta rujukan itu banyak karena mungkim kurang sosialisasi.
Umumnya kan pasien BPJS jadi dia sudah merasa mwmbayar jadi kalau
punya kartu BPJS itu fungsinya untuk berobat ke rumah sakit jadi mereka
datang ke puskesmas untuk minta rujukan. padahalkan seharusnya pasien
berobat dulu di faskes pertama oleh dokter kalau bisa kita tanggulangi ya kita
tanggulangi di sini dulu” (Informan 2).
harus mengikuti proses ataupun prosedur yang ada sesuai dengan penjelasan
yang hanya mengambil obat saja tanpa pemeriksaan lagi, maka dari itu sekarang
“ya ada aja pasien prb yang mengambilkan resep obat istrinya lah jadi si
pasien tidak terkontrol. Kemudian,pasien prb di sini ada juga yang komplen
dengan obat yang kadang tidak sama dengan yang biasanya karena takut
tidak cocok nantinya padahal isinya sama aja dengan yang
biasanya”(Informan-3)
sistem rujukan bahwa terdapat pasien yang meminta rujukan sendiri. Petugas
kesehatan akan berusaha menjelaskan kepada pasien bahwa pasien harus diperiksa
ditangani oleh puskesmas maka tidak akan dirujuk. Jika pasien tetap memaksa
untuk dirujuk ke rumah sakit maka kepala puskesmas dan dokter adalah jalan
mengenai rujukan. Masih banyak pasien belum mengerti tentang sistem rujukan
berjenjang dan program rujuk balik, dengan anggapan puskesmas adalah tempat
dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik dan memudahkan untuk
mensosialisasikan PRB kepada pasien-pasien kronik namun ada juga yang tidak
memahami dan kepesertaan PRB juga tidak terlalu banyak tetapi pasien-pasien
puskesmas, rumah sakit, apotek, dan BPJS dalam penanganan PRB. berdasarkan
mana apabila rujukan tinggi melebihi 15% dari jumlah kunjungan. Belum pernah
dilakukan komunikasi dan koordinasi antara puskesmas, rumah sakit, dan BPJS.
Medan Johor masih tergolong rendah. Sosialisasi telah dilakukan oleh petugas di
puskemas maupun dokter spesialis di rumah sakit. Menurut informan bahwa telah
merupaya menjelaskan tentang PRB, namun pasien tidak mau dengan alasan lebih
pasien. Apabila dokter spesialis sudah membuat pasien tersebut untuk menjadi
pasien PRB, pasien tetap menolak, dan tetap kembali datang ke rumah sakit.
PRB di puskesmas. BPJS masih fokus terhadap rujukan di mana apabila rujukan
melebihi 15% dari jumlah kunjungan pasien. Belum pernah dilakukan koordinasi
antara puskesmas, rumah sakit, dan BPJS untuk mengevaluasi pelaksanaan PRB.
Koordinasi dengan apotek, BPJS rumah sakit, dan puskesmas juga belum
dilakukan dengan baik, sehingga terjadi masalah seperti pemahaman kondisi stabil
pasien penyakit kronis, kurang adanya sosialisasi kepada pasien dan seringnya
kekurangan obat dan resep obat yang tidak ada dalam Fornas PRB.
dengan BPJS terus saling kontak dengan puskesmas. Solusi untuk masalah
obat seharusnya puskesmas yang menghubungi apotek dalam kebutuhan
obat” (Informan-8).
koordinasi dari BPJS yang mendudukkan sama antara puskesmas, rumah sakit,
dan apotek.
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada sistem rujuk
balik khusus penyakit kronis pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh kepala
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengambil data rujuk balik melalui rekap bulanan data
rujukan, dimana penulis menghitungnya karena tidak ada rekapan khusus rujuk
balik dari puskesmas, dan juga penelitian ini hanya menangkap foto dan momen
tertentu saja, dan dengan demikian penelitian ini tidak dapat mengungkapkan dari
Kesimpulan
dengan petunjuk teknis PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Namun, kendala pada pelaksanaan PRB masih ditemukan surat rujuk balik
sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai PRB dan petugasnya
3. Ketersediaan alat di Puskesmas Medan Johor sudah lengkap dan bagus semua
sama dengan BPJS, dan juga obat-obatan yang diberikan sudah sesuai fornas.
Jika ada obat yang diberikan tidak sesuai fornas biasanya pasien membeli atau
rujuk balik.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dan berkaitan dengan penelitian yang telah
Hilda, A.F., & Diah, A. P. (2015). Kepuasan pasien diabetes mellitus rujuk balik
peserta BPJS Kesehatan terdapat pelayanan kefarmasian di klinik dan
apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
5(4), 249-254.
67
Universitas Sumatera Utara
68
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Buletin jendela data dan informasi kesehatan,
penyakit tidak menular. Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/
Buletin-SIK-2016.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
Sihombing, I.N.S. (2017). Analisis pelaksanaan program rujuk balik (studi kasus
pelaksanaan program rujuk balik program jaminan kesehatan nasional di
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2199/111000114.pd
f
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :
II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program rujuk balik?
Johor ini?
sendiri?
10. Apakah Bapak /Ibu mengetahui tentang daftar penyakit yang wajib
ditangani puskesmas?
Medan Johor?
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :
II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di
puskesmas/Rumah Sakit?
Johor/Rumah Sakit?
sendiri?
ditangani puskesmas?
Johor/rumah sakit?
13. Bagaimana terhadap pasien PTM yang harus dirujuk, apa yang dilakukan?
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :
II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu mengenai program rujuk balik?
kesehatan?Atau bagaimana?
Medan Johor?
balik?
rujuk balik?
Medan Johor?
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PEKERJAAN :
TANGGAL WAWANCARA :
II. PERTANYAAN
1. Bagaimana proses pelaksanaan program rujuk balik?
informasi?
terhadap pasien?
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
KELAS :
TANGGAL WAWANCARA :
II. PERTANYAAN
1. Apa saja Program Rujuk Balik di Puskesmas Medan Johor?
tidak menular, apakah banyak yang melakukan rujuk balik atau tidak?
ketersediaan obat?
PEDOMAN WAWANCARA
II. PERTANYAAN
1. bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di
Puskesmas Medan Johor sebagai salah satu FKTP yang bermitra dengan
apotek ini?
Medan Johor?
ketersediaan obat?
4. Apa saja yang menjadi hambatan dalam peresepan atau ketersediaan obat
obat PRB?
PEDOMAN WAWANCARA
II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di
Puskesmas Medan Johor sebagai salah satu FKTP yang bermitra dengan
6. Apakah surat rujuk balik dan buku kontrol tersedia di rumah sakit?
7. Bagaimana sosialisasi PRB di rumah sakit ini untuk pasien kronis yang
terkontrol