Anda di halaman 1dari 101

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM

PESERTA JKN DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR


TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

NURUL AINI
NIM. 141000442

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM
PESERTA JKN DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURUL AINI
NIM. 141000442

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 17 Juli 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.


Anggota : 1. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.
2. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Pelaksanaan Program Rujuk Balik Pasien PTM Peserta JKN di Puskesmas

Medan Johor Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya

sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyatan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Nurul Aini

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Program rujuk balik (PRB) merupakan salah satu program unggulan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan serta
memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit
kronis. Pelayanan PRB adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka panjang yang dilaksanakan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
spesialis/sub spesialis yang merawat. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan
pelaksanaan program rujuk balik pasien PTM peserta JKN di Puskesmas Medan
Johor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sampel pada penelitian ini
adalah informan yang dipilih secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Data diperoleh dengan
wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah mulai
berjalan dengan baik. Pemahaman petugas/tenaga pelayanan kesehatan pelaksana
PRB cukup baik namun pasien-pasien yang memanfaatkan PRB banyak yang
belum memahami. Ketersediaan alat sudah baik dan pengadaan obat sesuai fornas
dan diambil di apotek yang bekerja sama dengan BPJS. Berdasarkan hasil
penelitian ini diharapkan Puskesmas Medan Johor membuat komitmen dalam
pelaksanaan PRB terhadap pasien. BPJS Kesehatan selalu mengkoordinasi
terhadap puskesmas dalam peningkatan PRB. Dinas Kesehatan dapat
mengoptimalkan penyelenggaraan JKN khususnya sistem rujukan di puskesmas.
Apotek yang melayani obat PRB tetap menjaga kualitas pemasokan obat dari
distributor. Dalam pelaksanaan PRB, petugas/tenaga pelaksana PRB, ketersediaan
alat dan obat PRB, dan pengendalian PRB yang belum maksimal mengakibatkan
belum optimalnya PRB di Puskesmas Medan Johor. Diharapkan Puskesmas
Medan Johor, Apotek Kimia Farma, Rumah Sakit Mitra Sejati, BPJS Kesehatan
dan Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan koordinasi agar dapat berlangsung
dengan baik.

Kata kunci: Program rujuk balik, PTM, JKN

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Back Referral Program (PRB) is one of the leading programs to improvethe


quality of health services for BPJS Health participants and facilitate access to
health services for patients with chronic diseases. PRB Service is a health service
provided for chronic diseases patient with stable conditions and still require long-
term treatment or nursing care conducted in Primary Health Care (PHC) by
recommendation / referral from specialist doctor / sub- specialist doctor. The
purpose of this research is to explain the process oreferral program
implementation for FTM patients JKN participants in the Medan Johor Health
Centre in 2019. This research was descriptive with qualitative method. Informant
in this research is selected by purposive sampling and that is technique of
sampling data source with certain consideration. Data are obtained by indepth
interviews, observation, and documentation studies. The result of this research
indicates that implementations of PRB in Medan Johor Public Centre has gone
well. Understanding of health services officer’s , Implentation PRB is good but
the patients who utilite is not understand. The availability of equipment is good
and the supply of medicine is in accordance with National Forum and is taken at
a pharmacy in collaboration with BPJS. Based on the results of this research is
expected Medan Johor Public Centre make commitments for apply PRB for
patients. BPJS Health always coordinate against public centre of health can
optimite the promosion JKN especially the referral system at public centre.
Pharmacies serving PRB drugs are still main training the quality of supply to
medicines from distributors. In the implementation of PRB, PRB officers / staff,
availability of PRB tools and medicine, and uncontrolled PRB control resulted in
a lack of optimal PRB in Medan Johor Health Center. It is expected that Medan
Johor Health Center, Kimia Farma Pharmacy, Mitra Sejati Hospital, BPJS
Health and Medan City Health Office will coordinate so that it can take place
well.

Keywords: Back referral program, PTM, JKN

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pelaksanaan Program Rujuk Balik Pasien PTM Peserta JKN di

Puskesmas Medan Johor Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak orang-orang yang telah

memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membantu.

4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses

penulisan skripsi ini berlangsung.

vi
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses

penulisan skripsi ini berlangsung.

7. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama masa

perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

serta seluruh dosen dan staf FKM USU yang telah memberikan ilmu,

bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan di FKM USU.

9. Seluruh rekan-rekan FKM USU yang telah memberi semangat dan dukungan

kepada penulis selama mengikuti kuliah di FKM USU

10. Dengan penuh rasa hormat dan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya

penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua terkasih Jalaluddin,

B.A dan Rabiah, S.Pd beserta keluarga yang telah memberikan bantuan,

motivasi dan perhatian kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, baik dari segi isi maupun bahasa.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi

ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2019

Nurul Aini

vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Riwayat Hidup xiii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10
Sistem Rujukan 10
Definisi sistem rujukan 10
Tata cara pelaksanaan rujukan berjenjang 11
Persyaratan system rujukan 13
Rujuk Balik 14
Definisi rujuk balik 14
Manfaat program rujuk balik 15
Ruang program rujuk balik 16
Peserta program rujuk balik 17
Mekanisme pendaftaran PRB 17
Mekanisme pelayanan obat PRB 17
Ketentuan pelayanan obat rujuk balik 19
Tata laksana rujuk balik 20
Jaminan Kesehatan Nasional 22
Pengertian jaminan kesehatan nasional 22
Pelayanan jaminan kesehatan nasional 23
Pembiayaan 25
Puskesmas 26
Definisi puskesmas 26
Fungsi puskesmas 27
Ketersediaan obat 29
Definisi Penyakit Tidak menular 29
Karakteristik penyakit tidak menular 30

viii
Universitas Sumatera Utara
Faktor risiko penyakit tidak menular 30
Program Rujuk Balik PTM Pada era JKN 31
Prosedur pelaksanaan rujuk balik 33
Kesiapan petugas/tenaga pelaksana program rujuk balik 34
Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik 34
Hasil Penelitian Yang Relevan 35
Kerangka Berpikir 36

Metode Penelitian 37
Jenis Penelitiaan 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Lokasi penelitian 37
Waktu penelitian 37
Informan Penelitian 37
Sumber Data 38
Data primer 38
Data sekunder 38
Instrumen Pengambilan Data 38
Metode Pengambilan Data 38

Hasil dan Pembahasan 40


Gambaran Umum Lokasi Penelitian 40
Wilayah kerja puskesmas johor 40
Visi puskesmas johor 40
Misi puskesmas johor 40
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas medan johor 41
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan puskesmas medan johor 42
Karakteristik Informan 43
Prosedur Pelaksanaan Program Rujuk Balik 43
Kesiapan Petugas/Tenaga Pelaksanaan Rujuk Balik 50
Ketersediaan Alat dan Obat Rujuk Balik 55
Pengendalian Pelaksanaan Program Rujuk Balik 60
Keterbatasan Penelitian 64

Kesimpulan dan Saran 65


Kesimpulan 65
Saran 66

Daftar Pustaka 65
Lampiran 68

ix
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah 40

2 Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan 41

3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan 42

4 Karakteristik Informan 43

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Sistem rujukan berjenjang 13

2 Alur mekanisme pelayanan rujuk balik 19

3 Alur pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat


Pertama 27

4 Kerangka pikir penelitian 36

5 Mekanisme pelayanan rujuk balik 45

6 Alur pelayanan obat rujuk balik 58

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 69

2 Buku Kontrol Peserta PRB 78

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 79

4 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan 80

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 81

6 Dokumentasi Penelitian 82

xii
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Nurul Aini lahir di Medan pada tanggal 15 September

1996 dan beragama Islam dengan suku bangsa Banjar. Penulis bertempat tinggal

di Jalan Cinta Karya Gg Sawah No. 9A Polonia Medan. Penulis merupakan anak

tunggal dari Bapak Jalaluddin B.A dan Ibunda Rabiah, S.Pd.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari RA Hj Fatimah (2001-

2002) SD Negeri 060929 (2002-2008), SMP Negeri 36 Medan (2008-2011), SMA

Negeri 13 Medan (2011-2014), dan penulis menempuh pendidikan di Program

Studi S1 Kesehatan Masyarakat Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun

2014.

Medan, Juli 2019

Nurul Aini

xiii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Setiap orang yang ada di dunia ini memiliki hak yang sama, yaitu adalah

agar setiap orang bisa merasakan pelayanan kesehatan yang layak seperti

mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang baik karena

penyakit tidak memandang umur. Oleh karena itu, di Indonesia sendiri,

pemerintah sudah mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berfungsi untuk menggabungkan

program jaminan sosial dengan bantuan sosial. Penggabungan kedua program itu

dijalankan dengan cara mewajibkan pemerintah untuk memberi bantuan dana JKN

dan keempat program jaminan sosial lainnya agar bisa membuat Indonesia lebih

sejahtera, adil dan makmur. Salah satu program yang dipilih SJSN untuk

penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional yaitu Program JKN dengan asas

tujuan, prinsip, dan organisasi.

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannnya dibayar oleh pemerintah.

Melalui JKN, sistem pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

jangkauan layanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu programnya adalah

memperkuat Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat pertama sebagai

gatekeeper (Permenkes RI No 71, 2013).

Universitas Sumatera Utara


2

Pada tanggal 1 januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang

pernah diberlakukan pemerintah seperti Askes, Jamkesmas, Jamsostek dialihkan

ke dalam suatu Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)

merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan kesehatan yang mengelola Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) seluruh

rakyat Indonesia.Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional

ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh Pemerintah. Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah

pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan,

pelayanan gawat darurat, pelayanan obat, alat kesehatan, pelayanan ambulance,

pelayanan skrining kesehatan (BPJS, 2014).

Pelayanan kesehatan di era JKN dilaksanakan secara berjenjang dimulai

dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat di berikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan

gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien. Pelayanan

kesehatan di era JKN dilaksanakan secara berjenjang dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan (BPJS,

2014).

Universitas Sumatera Utara


3

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Nasional dalam

rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, menerapkan

sistem rujukan pelayanan kesehatan yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yaitu mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara

timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta

jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis yang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh

fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), jika dperlukan pelayanan lanjutan

oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

Begitu juga dengan pelayanan pelayanan kesehatan ketiga di fasilitas kesehatan

tersier yang dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer

(Permenkes RI No.001, 2012).

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif

yaitu pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan

kebidanan, dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan

penunjang. Salah satu program yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) adalah program rujuk balik (Permenkes RI No. 99, 2015)

Pelayanan Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih

memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang

dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/ rujukan dari Dokter

Universitas Sumatera Utara


4

Spesialis/ Sub Spesialis yang merawat. Kondisi terkontrol/ stabil adalah suatu

kondisi dimana penderita penyakit kronis berdasarkan diagnosis mempunyai

parameter yang stabil sesuai dengan yang ditetapkan oleh dokter Spesialis/ Sub

Spesialis (BPJS, 2014).

Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi perhatian yang sangat

penting pada sektor kesehatan masyarakat, karena memiliki penyebab tingginya

angka kematian dan kesakitan. Berdasarkan data WHO menunjukkan bahwa dari

57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau

hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. PTM juga membunuh penduduk

dengan usia yang lebih muda. Pada negera-negara dengan tingkat ekonomi rendah

dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang kurang dari

60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, PTM

menyebabkan kematian 13%. Proporsi penyebab kematian PTM yaitu penyakit

cardiovascular merupakan penyebab terbesar (39%), kanker (27%), sedangkan

penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain

menyebabkan sekitar 30%, serta 4% kematian disebabkan oleh diabetes

(Kemenkes RI, 2012).

Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pelayanan PRB ini juga

menguatkan peran FKTP yang mampu menangani 155 diagnosa penyakit sesuai

dengan Kompetensi Dokter Umum yang dapat ditangani di FKTP, sehingga para

peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke rumah sakit, karena di FKTP

pun sudah bisa ditangani. Namun tidak menutup kemungkinan pada kasus-kasus

tertentu dapat langsung berobat ke rumah sakit dengan mempertimbangkan time

Universitas Sumatera Utara


5

(lama perjalanan penyakitnya), age (usia pasien), complication (komplikasi

penyakit/tingkat kesulitan), comorbidity (penyakit penyerta), and condition

(kondisi fasilitas kesehatan). Program Rujuk Balik diberikan kepada penderita

penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru

Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, stroke, schizophrenia, dan Systemic Lupus

Erythematosus (SLE) yang sudah terkontrol atau stabil, namun masih

memerlukanpengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka panjang (BPJS,

2015).

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Nasional

menyatakan pencapaian PRB hingga akhir tahun 2015 mencapai 34,05% atau

sejumlah 401.848 peserta dari 1,18 juta peserta dengan diagnosis penyakit kronis

sesuai jenis penyakit yang termasuk dalam PRB. Laporan BPJS menyatakan

bahwa jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada tahun 2015 ada

sebanyak 11,9 juta kunjungan dengan tingkat rasio rujukan 11,87%. Penyakit

kronis yang tergolong dalam PRB antara lain hipertensi essensial, asthma

unspecified, impacted cerumen dan bronchitis (BPJS, 2016).

Pada tahun 2017 jumlah pencapaian PRB terjadi peningkatan sebanyak

818,804 peserta. Sedangkan, jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada

tahun 2017 ada sebanyak 18.9 juta kunjungan dengan tingkat rasio 12,57%.

(BPJS, 2018)

Puskesmas Medan Johor merupakan salah satu puskesmas di Kota Medan.

Puskesmas Medan Johor memiliki wilayah kerja 3 kelurahan. Berdasarkan survey

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Medan Johorpada tanggal 24 Juli

Universitas Sumatera Utara


6

2018, diperoleh data penderita hipertensi 131 orang tahun 2017, sementara untuk

penyakit diabetes milletus ada sebanyak 104 orang, dan untuk penyakit asma ada

sebanyak 21 orang. Ketiga penyakit ini adalah penyakit kronis dan merupakan

penyakit terbanyak di wilayah cakupan Puskesmas Medan Johor. Jumlah pasien

yang dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dengan diagnosis penyakit

diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, PPOK, epilepsy, schizophrenia,

storke di Puskesmas Johor rata-rata per bulan tahun 2017 sebanyak 234 orang.

Pasien yang kembali datang ke Puskesmas Medan Johor sebanyak 18 orang atau

7,7%.

Berdasarkan wawancara dengan Dokter Puskesmas Medan Johor adapun

salah satu faktor rendahnya rujuk balik yaitu karena ketidakfahaman beberapa

dokter tentang rujuk balik dan keterbatasan obat di puskesmas atau fasilitas

primer, dan juga ketidaktahuan pasien terhadap manfaat program rujuk balik

sehingga pasien yang pernah dirujuk balik, kembali ke rumah sakit. Adapun

alasan pasien tidak mau dirujuk balik karena pasien masih berasumsi bahwa

penanganan di rumah sakit jauh lebih baik dari puskesmas dari segi peralatan dan

obat-obatan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 24 Juli

2018, alur pemberian rujukan di Puskesmas Medan Johor adalah sebagai berikut,

pasien yang datang ke puskesmas mendaftarkan diri di bagian loket pendaftaran,

mendapatkan nomor antrian, pasien dipanggil sesuai dengan nomor urutannya,

setelah dipanggil pasien menuju poli sesuai dengan keluhannya. Pada saat

pemeriksaan apabila pasien masih dapat ditangani oleh dokter di puskesmas maka

Universitas Sumatera Utara


7

pasien akan diberi obat lalu pulang. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh

spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke Rumah Sakit dan diberikan surat rujukan

sesuai dengan daftar Rumah Sakit dalam sistem rayonisasi dari Puskesmas Medan

Johor.

Selanjutnya pasien mendapatkan Surat Rujuk Balik (SRB) atas

rekomendasi dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat dan sudah

dinyatakan pulih/stabil dan pengobatan dilanjutkan di Puskesmas. Selanjutnya

pasien bisa mendaftarkan diri pada petugas PRB. Pasien melakukan kontrol

dengan membawa identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol PRB. Dokter

puskesmas melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik yang

tercantum pada buku kontrol PRB. Kemudian pasien menebus obat di apotek yang

bekerjasama dengan BPJS tanpa perlu meminta rujukan dari puskesmas ke rumah

sakit setiap bulan.

Berdasarkan wawancara dengan dokter Puskesmas Medan Johor pada

tanggal 24 Juli 2018, bahwa pasien PRB menebus obat di apotek yang

bekerjasama dengan BPJS. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 1

bulan setiap kali peresepan. Apabila obat tidak tersedia tetapi ada obat yang

fungsinya sama biasanya pihak apotek menelepon pihak rumah sakit yang

merawat pasien tersebut apakah obat yang lain diperbolehkan.

Menurut Pertiwi, dkk (2017) bahwa ketentuan rujuk balik belum

dilaksanakan dengan baik di RSUD Tidar.Pelayanan PRB masih ada yang tidak

sesuai dengan dengan pedoman pelaksanaan rujuk balik, yaitu dokter FKTL tidak

memberikan keterangan secara lengkap dan jelas pada surat rujuk balik yng

Universitas Sumatera Utara


8

dibawa oleh pasien. Kurangnya informasi dari BPJS Kesehatan kepada para

dokter tentang sistem rujukan balik menjadikan perbedaan persepsi yang berakibat

pada tidak optimalnya aktivitas rujukan balik di RSUD Tidar. Tidak berjalannya

sistem rujuk balik juga terjadi karena cara mendapatkan obat yang dinilai kurang

efektif saat pasien dirujuk kembali ke PPK I.

Selain itu, menurut hasil penelitian Hilda, dkk (2015) bahwa pengambilan

obat secara bolak-balik membuat pasien tidak nyaman karena pasien harus

mengantri untuk mendapatkan obat. Di fasilitas kesehatan primer ketersediaan

obat baik jumlah maupun jenis obat juga masih terbatas. Hal ini juga berpengaruh

terhadap ketaatan berobat meningkat dan keterbatasan biaya transportasi, bila

harus setiap minggu berkunjung ke fasilitas kesehatan primer. Begitu juga dengan

pasien yang sudah pernah dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan, saat kembali ke

fasilitas kesehatan tingkat pertama pasien tidak menemukan obat yang diperlukan

sehingga pasien kembali ke fasilitas kesehatan lanjutan di rumah sakit sekunder

dan tersier.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk

menganalisis pelaksanaan Program Rujuk Balik Pasien PTM Peserta JKN

Puskesmas Medan Johor Tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan program rujuk balik?

2. Bagaimana kesiapan petugas/tenaga pelaksanaan program rujuk balik

Universitas Sumatera Utara


9

3. Bagaiman ketersediaan alat dan obat program rujuk balik?

4. Bagaimana pengendalian pelaksanaan program rujuk balik?

Tujuan Penelitian

Tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program rujuk

balik pasien PTM di Puskesmas Medan Johor tahun 2019.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak

antara lain:

1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Puskesmas Medan Johor, agar

semakin meningkatkan kualitas pelayanan program rujuk balik.

2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

mengenai pelaksanaan program rujuk balik sehingga dapat meningkatkan

pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program tersebut.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan

dengan pelaksanaan program rujuk balik dan sebagai tambahan informasi yang

akan memperkaya kajian dalam ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Sistem Rujukan

Definisi sistem rujukan. Peraturan Permenkes RI No. 001 Tahun 2012,

Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik

baik vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang

merupakan peserta jaminan kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan,

peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan

ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti aturan yang berlaku sesuai

dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang (BPJS, 2014).

Buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014, sistem rujukan pelayanan kesehatan

adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas

dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal

maupun horizontalyang wajib dilaksanakan oleh peseta jaminan kesehatan atau

asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan (BPJS, 2014).

Tujuan sistem rujukan. Tujuan umum pasien rujukan adalah

meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.

Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas

tentang pelaksanaan rujukan medis.

Tujuan khusus sistem rujukan adalah meningkatkan kemampuan

puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujuk kasus berisiko

10 Universitas Sumatera Utara


11

tinggi dan gawat darurat dan menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur

rujukan di wilayah kerja puskesmas (Notoatmojo, 2012).

Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang. Menurut Panduan

Praktis Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan 2014, sistem rujukan pelayanan

kesehatan dilaksanakan secara berjenjang :

1. Sesuai kebutuhan medis yaitu:

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan

tingkat pertama.

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk

ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan

atas rujukan dari faskes primer.

d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier dapat diberikan atas

rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes

tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana

terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:

a. Terjadinya keadaaan gawat darurat, kondisi kegawatdaruratan mengikuti

ketentuan yang berlaku.

b. Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara


12

c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien, untuk kasus yang sudah

ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di

fasilitas kesehatan lanjutan.

d. Pertimbangan geografis; dan

e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas.

4. Pelayanan oleh bidan dan perawat

a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan

kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter

gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi

gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi

di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan

tingkat pertama.

5. Rujukan Parsial

a. Rujukan parsial adalah pengiriman pesan atau spesimen ke pemberi

pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau

pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di

faskes tersebut.

b. Rujukan parsial dapat berupa:

1) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaaan penunjang atau

tindakan.

2) Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.

c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka peminjaman

Universitas Sumatera Utara


13

pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

Gambar 1. Sistem rujukan berjenjang (BPJS Kesehatan, 2014).

Persyaratan sistem rujukan. Adapun dengan demikian pelaksanaan

rujukan yang ada di Indonesia mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan

medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama;

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat pertama;

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama;

d. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau

dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama;

e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ketentuan diatas dikecualikan pada

Universitas Sumatera Utara


14

keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan

pasien, dan pertimbangan geografis;

f. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminan

kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan

kesehatan;

g. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai

dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan

kesehatan yang berjenjang;

h. Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransi

kesehatan sosial, dapat mengikuti sistem rujukan;

i. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya;

j. Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan

penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.

k. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:

Diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; alasan dan

tujuan dilakukan rujukan; risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak

dilakukan; transportasi rujukan; dan risiko atau penyulit yang dapat timbul

selama dalam perjalanan. (Permenkes No. 001 Tahun 2012)

Rujuk Balik

Definisi rujuk balik. Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan

Kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil

dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang

Universitas Sumatera Utara


15

dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter

Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.(BPJS, 2014).

Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit

kronis di Faskes Tingkat Pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk

balik.Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

penderita di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub

Spesialis yang merawat (BPJS, 2014)

Manfaat program rujuk balik. Menurut Panduan Praktis Program Rujuk

Balik bagi Peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tahun 2014, manfaat rujuk

balik dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Bagi Peserta

a. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

c. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konsep holistik.

d. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan.

2. Bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

a. Meningkatkan fungsi fasilitas kesehatan selaku Gate Keeper dari aspek

pelayanan komprehensif dalam pembiayaan yang rasional.

b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini

(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis.

c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan.

3. Bagi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)

a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


16

b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit.

c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultanmanajemen

penyakit.

Ruang lingkup program rujuk balik. Ruang lingkup program rujuj balik

terbagi menjadi dua yaitu:

1. Jenis Penyakit

Jenis Penyakit yang termasuk Program Rujuk Balik adalah :

1. Diabetes Mellitus

2. Hipertensi

3. Jantung

4. Asma

5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

6. Epilepsy

7. Schizophrenia

8. Stroke

9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan

Komite Formularium Nasional, penyakit sirosis tidak dapat dilakukan rujuk balik

ke Faskes Tingkat Pertama karena sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak

curable dan kegawatdarutan (misal : eshopageal bleeding) yang harus ditangani di

Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan. Tindakan-tindakan medik untuk menangani

gejala umumnya hanya dapat dilakukan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.

2. Jenis Obat

Universitas Sumatera Utara


17

Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:

a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub

Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada

Formularium Nasional untuk obat Program Rujuk Balik

b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan

diresepkan oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan Tingkat

Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping

akibat obat utama. (BPJS, 2014)

Peserta program rujuk balik. Peserta yang berhak memperoleh obat

PRB adalah: peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam

kondisi terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis dan telah

mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik. (BPJS, 2014)

Mekanisme pendaftaran PRB. Mekanisme Pendaftaran PRB adalah:

1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan :

a. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan

b. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis

c. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan

d. Lembar resep obat/salinan resep

2. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB

3. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB (BPJS, 2014)

Mekanisme pelayanan obat PRB. Mekanisme Pelayanan Obat PRB

adalah:

1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Universitas Sumatera Utara


18

a. Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya

terdaftar) dengan menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku

kontrol peserta PRB.

b. Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan

resep obat rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.

2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan untuk pelayanan obat PRB.

a. Peserta meyerahkan resep dari dokter Faskes Tingkat Pertama

b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta

c. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan

di Faskes Tingkat Pertama

3. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk

dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-spesialis.

4. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke dokter

Spesialis/Sub Spesialis sebelum 3 bulan dan menyertakan

keteranganmedisdan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes Tingkat

Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau mengalami

gejala/tanda- tanda yang mengindikasikan perburukan dan perlu penatalaksanaan

oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.

5. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh

dokter spesialis/sub- spesialis, makapelayanan program rujuk balik dapat

dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta. (BPJS, 2014)

Universitas Sumatera Utara


19

Peserta BPJS
Pojok PRB Peserta PRB
Kesehatan

1. Kartu BPJS
2. SEP
3. SRB
Mengisi formulir Buku Kontrol
4. Resep Rujuk
pendaftaran Approval oleh
Balik
Petugas BPJS

Gambar 2. Alur mekanisme pelayanan rujuk balik (BPJS Kesehatan, 2014).

Ketentuan pelayanan obat rujuk balik. Ketentuan Pelayanan Obat

Rujuk Balik adalah :

1. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali

peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional untuk Obat

Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku.

2. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan

olehDokter Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat Lanjutan

dengan prosedur pelayanan RJTL. Dokter di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan

resep yang ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah

resep obat PRB.Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat

melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.

3. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.

4. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh

dirujuk ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan emergency

Universitas Sumatera Utara


20

atau kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus konsultasi ke Faskes

Rujukan Tingkat Lanjut. (BPJS, 2014).

Tata laksana rujuk balik. Dalam prosedur memberikan dan menerima

rujuk balik pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak

yang menerima rujuk balik dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut:

1. Prosedur Standar Memberi Rujukan Balik Pasien

a. Prosedur Klinis

1) Rumah sakit atau puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib

mengembalikan pasien ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim

setelah dilakukan proses antara lain :

a) Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan

selanjutnya perlu di follow up oleh RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes

pengirim.

b) Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis

tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di

RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.

2) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien

sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan RS/Puskesmas tersebut

dalam keadaan: (a) sehat atau sembuh; (b) sudah ada kemajuan klinis dan

boleh rawat jalan; (c) belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke

tempat lain; (d) pasien sudah meninggal.

3) Rumah Sakit/Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus

memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah

Universitas Sumatera Utara


21

Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang

bersangkutan

b. Prosedur administratif

1) Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban member surat balasan

rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah

Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang

bersangkutan.

2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang

bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima

petugas kesehatan dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana

komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan

sebagainya.

2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Balik Pasien

a. Prosedur Klinis:

1) Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.

2) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah

Sakit/Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.

3) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan

memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.

b. Prosedur Administratif:

1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku

register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien

yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah ditindak lanjuti.

Universitas Sumatera Utara


22

2) Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan

rujukan telah diterima.

Jaminan Kesehatan Nasional

Pengertian jaminan kesehatan nasional. Jaminan Kesehatan adalah

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah (Permenkes RI No. 71, 2013)

Program JKN adalah suatu program pemerintah dan masyarakat atau

rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh

bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,

produktif, dan sejahtera (UU No. 40, 2004)

Manfaat Jaminan KesehatanNasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu

manfaat medis berupa pelayanankesehatan dan manfaat non medis meliputi

akomodasi dan ambulans.Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari

Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Permenkes RI No. 28 Tahun 2014).

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan

mengenai pengelolan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Universitas Sumatera Utara


23

b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis

Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan

tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi

risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit

tertentu(Permenkes RI No. 28 Tahun 2014).

Pelayanan jaminan kesehatan nasional. Dalam Buku Pegangan

Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminanan Sosial

Nasional (2014), terdapat penjelasan tentang jenis pelayanan yang terdapat dalam

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan prosedur pelayanan tersebut.

1. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu :

berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans

(manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari

fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

2. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus

memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.Bila

peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus

Universitas Sumatera Utara


24

dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam

keadaan kegawatdaruratan medis.

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah melalui BPJS

Kesehatan berjenjang adalah: pelayanan kesehatan tingkat pertama bagi peserta

diselenggarakan olehfasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar.

Pelayanankesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan non

spesialistik yang meliputi :(a) administrasi pelayanan, (b) pelayanan promotif dan

preventif, (c) pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; (d) tindakan medis

non spesialistik, (e) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, (f) transfusi

darah sesuai dengan kebutuhan medis, (g) pemeriksaan penunjang diagnostik

laboratorium tingkat pertama; (h) rawat inap tingkat pertama sesuai dengan

indikasi medis.

3. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi

syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib

memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman

tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang

tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan

yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui

proses kredensialing dan rekredensialing.

Universitas Sumatera Utara


25

Pembiayaan. Buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (2014), mengenai pembiayaan yang

dilakukan adalah:

a. Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara

teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program Jaminan

Kesehatan.

b. Pembayar Iuran

1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah

2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan

Pekerja.

3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran

dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

4.Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan

Presiden dan ditinjau ulang secara berkalas sesuai dengan perkembangan sosial

ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

1. Pembayaran Iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan

Presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau sejumlah nominal tertentu

(bukan penerima upah dan PBI).

Puskesmas

Definisi puskesmas. Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014,

puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas

Universitas Sumatera Utara


26

pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem

kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan.

Puskesmas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan tingkat pertama

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perseorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perseorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap;

b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public

goods) dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya. (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

Universitas Sumatera Utara


27

Gambar 3. Alur pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (BPJS


Kesehatan, 2014).

Fungsi puskesmas. Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang

puskesmas, dalammelaksanakan tugasnya yaitu melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat, puskesmas

menyelenggarakan fungsi :

1.Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


28

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, reduksi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

d.Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama

dengan sektor terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu:

a. Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b.Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif

dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

Universitas Sumatera Utara


29

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsif koordiantif dan kerja

sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

Ketersediaan obat. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas

kesehatan mengacu pada daftar obat sesuai dengan standar Keputusan Menteri

Kesehatan RepublikIndonesia Tentang Formularium Nasional dan harga obat

yang tercantum dalam e-katalog obat.Obat-obatan tersebut dianjurkanoleh tiap

Puskesmas ke Dinas Kesehatan berdasarkan pola konsumsi dimasing-masing

puskesmas.Penggunaan obat di luar dari Formularium nasional di FKTP dapat di

gunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar

pelayanan kedokteran (Kemenkes RI No. 159 Tahun 2014).

Definisi Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak

dapat ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan

umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit

pernafasan kronik (asma dan penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan

diabetes (Kemenkes RI, 2013).

Penyakit tidak menular adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting

dan dalam waktu bersamaan mordibitas dan mortalitas PTM makin meningkat

Universitas Sumatera Utara


30

merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus

dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia(Kemenkes RI ,2012)

Karakteristik penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular

mempunyai beberapa karakteristik tersendiri antara lain:

a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu.

b. Masa inkubasi yang panjang dan laten

c. Perlangsungan penyakit yang berlarut – larut (kronis)

d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

e. Mempunyai variasi yang luas

f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun

penanggulangannya.

g. Faktor penyebabnya bermacam – macam , bahkan tidak jelas

Faktor risiko penyakit tidak menular. Ada beberapa macam faktor

risiko menurut segi dari mana faktor risiko tersebut diamati. Terbagi menjadi dua

yaitu menurut dapat tidaknya faktor risiko itu diubah dan menurut kestabilan

peranan faktor risiko.

Menurut dapat tidaknya faktor risiko tersebut diubah, dikenal :

a. Faktor risiko yang tidak dapat berubah (unchangeable risk factors) misalnya

faktor umur atau genetic.

b. Faktor risiko yang dapat berubah (changeable risk factors) misalnya kebiasaan

merokok dan berolahraga.

Menurut kestabilan peranan faktor risiko, dikenal :

a. Faktor risiko yang dicurigai (suspected risk factors) yaitu faktor – faktor yang

Universitas Sumatera Utara


31

belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor risiko.

Misalnya rokok sebagai penyebab kanker leher rahim.

b. Faktor risiko yang telah ditegakkan (established risk factors) yaitu faktor risiko

yang telah mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai faktor

yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok sebagai faktor

risiko terjadinya kanker paru.

Program Rujuk Balik PTM pada era JKN

Program rujuk balik pada era JKN ini menjadi salah satu program

unggulan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS

Kesehatan dan juga mempermudah akses pelayanan kepada penderita penyakit

kronis diantara nya terdapat Penyakit Tidak Menular yaitu Diabetes Mellitus,

Hipertensi, Jantung, dan Asma. Dengan program rujuk balik ini penanganan dan

pengelolaan penyakit peserta BPJS Kesehatan menjadi lebih efektif, hal tersebut

yang melakukan agar PTM harus di rujuk balik pada era JKN(BPJS, Kesehatan

2014).

Jika pasien sudah dinyatakan pulih oleh dokter rumah sakit, maka

pengobatan dilanjutkan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, misalnya

Puskesmas. Mekanisme ini diawali surat rekomendasi dokter rumah sakit tentang

kondisi pasien. Selanjutnya, pasien bisa mendaftar ke fasilitas pelayanan primer

atau kantor cabang BPJS untuk dimasukkan dalam mekanisme rujuk balik.

Pasien akan menerima pengobatan di fasilitas kesehatan primer dan

menebus obat di apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pada

awal dimulainya JKN, obat bagi penderita penyakit kronis sempat menjadi

Universitas Sumatera Utara


32

masalah, karena obat hanya diberikan 3-7 hari. Obat tersebut pun harus diambil di

rumah sakit melalui rujukan dari faskes primer. Kondisi ini membuat tidak

nyaman peserta BPJS Kesehatan karena harus bolak-balik mengantri untuk

mendapatkan obat. Dan pelayanan program rujuk balik PTM ini ada yang kondisi

stabil tetapi masih tidak terkontrol kondisi nya itu bisa dikelola di tingkat fasilitas

kesehatan primer. Awalnya peserta program rujuk balik PTM dari BPJS itu

dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti puskesmas,

dokter kelurga , dan klinik dan berjenjang ke FKTL di Rumah Sakit dan pasien

yang sudah stabil atau sudah terkontrol dikembalikan lagi ke FKTP.

Pelayanan obat dalam rujuk balik pada era JKN pasien PTM dengan

pemberian obat yang di Rawat Jalan Tingkat Pertama/Rawat Inap Tingkat

Pertama ini di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer serta pemeberian obat yang di

Rawat Jalan Tingkat Lanjutan/Rawat Inap Tingkat Lanjutan di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Lanjutan. Untuk daftar obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS),dan untuk daftar harga obat dan

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) mengacu kepada e – catalogue. Untuk

mengenai sistem pembiayaan nya pelayanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sudah termasuk dalam

komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS Kesehatan. Begitu pula dengan

pelayanan obat , alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) pada

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan merupakan salah satu komponen

yang dibayar dalam paket INA CBG’s.

Peserta yang menderita penyakit kronis belum stabil diberikan resep obat

Universitas Sumatera Utara


33

untuk kebutuhan 30 hari sesuai indikasi medis yang pemberiannya terbagi dalam

dua resep yaitu kebutuhan obat untuk sekurang–kurang nya 7 (Tujuh) hari

disediakan oleh Rumah Sakit, biaya sudah termasuk dalam komponen paket INA

CBG’s dan kebutuhan obat untuk sebanyak–banyaknya 23 (dua puluh tiga) hari

diresepkan oleh dokter yang merawat diambil di instalasi farmasi Rumah Sakit

atau Apotek/Depo Farmasi yang ditunjuk. Biaya obat ini ditagihkan secara fee for

service kepada BPJS Kesehatan oleh IFRS/ Apotek/Depo Farmasi tersebut.

Prosedur pelaksanaan program rujuk balik. Dalam program rujuk

balik program penyakit tidak menular (PTM) ada beberapa prosedur yang harus

diketahui oleh pasien yang melakukan rujuk balik sebagai berikut :

1. Datang ke Faskes Tingkat I

2. Menuju Rumah Sakit dan membuat berkas eligibilitas peserta

3. Menuju poli Rumah Sakit

4. Melakukan pendaftaran PRB

5. Melakukan pemeriksaan berikutnya cukup di Faskes Tingkat I

6. Dan Mengambil obat resep

Berdasarkan prosedur Rujuk Balik PTM terdapat salah satu nya adalah

pendaftaran PRB yaitu dengan menunjukkan Kartu identitas peserta BPJS

Kesehatan , Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis , Surat Elijibilitas

Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan dan Lembar resep obat/Salinan resep. Dan

setelah semua nya selesai akan diberi buku kontrol Program Rujuk Balik(BPJS,

2014).

Universitas Sumatera Utara


34

Kesiapan petugas/tenaga pelaksanaan program rujuk balik. Kesiapan

petugas/tenaga pelaksanaan rujuk balik yang terlibat dalam pelaksanaan PRB ini

harus memahami pengertian tentang Program Rujuk Balik (PRB). Dan yang

terlibat dalam pelayanan kesehatan telah berupaya memberikan pelayanan

terhadap pasien Program Rujuk Balik (PRB).

Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik. Ketersediaan Alat dan

Obat dalam pelaksanaan Program Rujuk Balik PTM biasanya Alat ada tetapi stok

sedikit sedangkan obat sering terlambat datang ke Puskesmas dan obatnya juga

sering kosong. Dan jika permintaan obatnya terlalu sedikit PBF tidak mau

menyediakannya , dan obat yang dikirim sering tidak sesuai dengan permintaan

dan tidak tepat waktu. Hal ini lah yang menjadi kendala saat program rujuk balik

PTM sedang berjalan sering terjadi timbal balik antar alat dan obat. Pemberian

obat dan bahan/alat ini sudah ada daftar obatnya dan mengacu pada Formularium

Nasional serta daftar harga obat dan bahan/alat medis habis pakai mengacu pada

e–catalogue dan sistem pembiayaan pelayanan obat sudah termasuk komponen

kapitasi yang dibayar BPJS Kesehatan sedangkan INA CBG’s menanggung

pelayanan obat , alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BPJS, 2014).

Pengendalian pelaksanaan program rujuk balik. Dalam proses

pelaksanaan program rujuk balik disini yaitu mensosialisasikan Program Rujuk

Balik (PRB) kepada pasien – pasien PRB. Dan mekanisme Program Rujuk Balik

(PRB) dengan pasien mendaftarkan diri sebagai peserta Program Rujuk Balik

(PRB), diperiksa oleh dokter, selanjutnya meresepkan obat rujuk balik yang

tertera dalam buku control peserta PRB. Dalam mengenai proses pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


35

program rujuk balik adapula pengendalian pelaksanaan program rujuk balik yaitu

pelaksanaan PRB harus berjalan dengan baik agar tercapai proses serta prosedur

pelaksanaan program rujuk balik di Fasilitas Kesehatan.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut Pertiwi, dkk (2017) bahwa ketentuan rujuk balik belum

dilaksanakan dengan baik di RSUD Tidar.Pelayanan PRB masih ada yang tidak

sesuai dengan dengan pedoman pelaksanaan rujuk balik, yaitu dokter FKTL tidak

memberikan keterangan secara lengkap dan jelas pada surat rujuk balik yng

dibawa oleh pasien. Kurangnya informasi dari BPJS Kesehatan kepada para

dokter tentang sistem rujukan balik menjadikan perbedaan persepsi yang berakibat

pada tidak optimalnya aktivitas rujukan balik di RSUD Tidar. Tidak berjalannya

sistem rujuk balik juga terjadi karena cara mendapatkan obat yang dinilai kurang

efektif saat pasien dirujuk kembali ke PPK I.

Selain itu, menurut hasil penelitian Hilda, dkk (2015) bahwa pengambilan

obat secara bolak-balik membuat pasien tidak nyaman karena pasien harus

mengantri untuk mendapatkan obat. Di fasilitas kesehatan primer ketersediaan

obat baik jumlah maupun jenis obat juga masih terbatas. Hal ini juga berpengaruh

terhadap ketaatan berobat meningkat dan keterbatasan biaya transportasi, bila

harus setiap minggu berkunjung ke fasilitas kesehatan primer. Begitu juga dengan

pasien yang sudah pernah dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan, saat kembali ke

fasilitas kesehatan tingkat pertama pasien tidak menemukan obat yang diperlukan

sehingga pasien kembali ke fasilitas kesehatan lanjutan di rumah sakit sekunder

dan tersier

Universitas Sumatera Utara


36

Kerangka Berpikir

Dari landasan teori yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini fokus

pada rujuk balik pasien PTM peserta JKN di Puskesmas Medan Johor. Maka

secara ringkas disusun disusun alur fokus penelitian sebagai berikut:

Prosedur Pelaksanaan Kesiapan Petugas/Tenaga


Program Rujuk Balik Pelaksanaan Program
Rujuk Balik

Pelaksanaan Program
Rujuk Balik

Ketersediaan Alat Dan Pengendalian


Obat Program Rujuk Pelaksanaan Program
Balik Rujuk Balik

Gambar 4. Kerangka pikir penelitian

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan secara kualitatif yang bertujuan untuk

memperoleh data secara mendalam tentang pelaksanaan rujuk balik di fasilitas

kesehatan tingkat pertama di Puskesmas Medan Johor tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Medan Johor, dengan pertimbangan berdasarkan data rujukan ke

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut atau rumah sakit yang sangat tinggi

sementara rujuk balik di Puskesmas masih rendah.

Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2018

hingga Maret 2019.

Subjek Penelitian

Pemilihan subjek pada penelitian kualitatif berdasarkan prinsip-prinsip

kualitatif, yaitu prinsip kesesusaian dan kecukupan. Prinsip dimana subjek dalam

penelitian ini dipilih berdasarkan pengetahuan dan berdasarkan kesesuaian dengan

topik penelitian ini di mana subjek bertanggung jawab langsung memberikan

pelayanan kesehatan. Prinsip kedua yaitu kecukupan di mana subjek yang dipilih

mampu menggambarkan dan memberikan subjek yang cukup mengenai topik

penelitian ini. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan metode purposif.

Metode ini merupakan teknik pengambilan sumber data pertimbangan tertentu,

misalnya orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin

dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

37 Universitas Sumatera Utara


38

obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2016). Subjek yang menjadi narasumber

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Kepala Puskesmas Medan Johor

2) Dokter umum di Puskesmas Medan Johor

3) Pasien PRB

4) Pegawai Apotek (yang bekerjasama dengan BPJS)

5) Pemegang program rujuk balik

6) Staf BPJS Puskesmas

7) Dokter spesialis

Definisi Konsep

Definisi operasional masing-masing variabel penelitian yaitu sebagai

berikut:

1. Prosedur pelaksanaan program rujuk balik ialah seluruh prosedur atau proses

yang harus diketahui dalam melakukan/melaksanakan program rujuk balik

2. Kesiapan petugas/tenaga pelaksanaan program rujuk balik yaitu kesiapan

petugas/tenaga pelaksanaan rujuk balik yang terlibat dalam pelaksanaan PRB ini

harus memahami pengertian tentang program rujuk balik.

3. Ketersediaan alat dan obat program rujuk balik yaitu ketersediaan alat yang ada

di puskesmas serta obat di apotek yang bekerjasama dengan BPJS.

4. Pengendalian pelaksanaan program rujuk balik yaitu sosialisasi program rujuk

balik, rujukan balik ke puskesmas, evaluasi program, dan pencatatan, pelaporan

program rujuk balik.

Universitas Sumatera Utara


39

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode yang dilakukan

untukmengumpulkan data secara terstruktur dan terencana. Metode yang

digunakan akan mempengaruhi perolehan data. Teknik pengumpulan data

merupakan suatu tahapan penelitian penting dalam penelitian untuk menjawab

rumusan masalah penelitian dan mengetahui tujuan khusus. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada

informan, melakukan observasi, dan studi dokumentasi.

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yang mana pada saat

wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.

Metode analisis data penelitian dilakukan dengan merangkum dan memilih hal-hal

yang penting yang diambil berdasarkan hasil-hasil wawancara yang telah

dilakukan, kemudian data disajikan dengan bentuk urutan tabel mengenai

hubungan setiap antar kategori.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Johor. Lokasi Puskesmas Medan Johor di

Jalan Karya Jaya no.5 Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor.

Penduduk di wialayah kerja Puskesmas Medan Johor untuk tahun 2017 berjumlah

93.904 jiwa dengan 35 lingkumgan.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah Puskesmas Medan Johor Tahun


2017

Kelurahan Jumlah Penduduk Luas (HA) Wilayah


(Jiwa)
Pangkalan Masyhur 33.772 400
Gedung Johor 24.927 315
Kwala Bekala 35.205 550
Jumlah 93.904 1.265

1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Namorambe

3. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas

4. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang/Medan Tuntungan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas Medan Johor. Fasilitas

kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Medan Johor, meliputi:

1. Fasilitas Gedung Puskesmas

40 Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 2

Fasilitas di Puskesmas Medan Johor

Fasilitas Gedung Jumlah


Ruang dokter/periksa pasien 1
Ruang obat 1
Ruang suntik/tindakan 1
Ruang KB-KIA 1
Ruang klinik gigi 1
Ruang pendaftaran 1
Ruang tunggu pasien 1
Ruang gizi 1
Laboratorium sederhana 1
Kamar mandi 2
Ruang kepala puskesmas 1
Ruang tata usaha dan konsultasi 1
Ruang rapat 1
Jumlah 14

2. Fasilitas Alat-alat

A. Alat-alat Kesehatan

a. Alat-alat pemeriksaan pasien Umum

b. Alat-alat pemeriksaan pasien Gigi

c. Alat-alat pemeriksaan ibu hamil

d. Alat-alat P3K

e. Timbangan Bayi (dacin) dan Dewasa

f. Lemari pendingin tempat bahan-bahan Imunisasi

g. Alat-alat Laboraturium

B. Alat-alat Kebersihan

3. Fasilitas Obat-obatan : Obat-obatan umum dan obat-obatan BPJS

4. Fasilitas Administrasi

Universitas Sumatera Utara


42

Dalam rangka menajalankan tugas-tugas pokoknya dalam bidang

pencatatan dan pelaporan data, maka Puskesmas Medan Johor didukung oleh

fasilitas administras yang terdiri dari: Meja, Kursi, Lemari Arsip, Kartu Berobat

Penderita, Formulir Laporan kegiatan, Buku Catatan, Komputer, Laptop, dan

Printer.

Jenis dan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Medan Johor. Dalam

menjalankan fungsi sebagai puskesmas, Puskesmas Medan Johor memiliki tenaga

kesehatam yang siap memberkan pelayanan dan bertanggungjawab terhadap

peningkatan derajat kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Jumlah tenaga

kepegawaian yang terdapat di Puskesmas Medan Johor adalah 50 orang, dengan

perinci sebagai berikut:

Tabel 3

Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Jenis Ketenagaan Jumlah (orang)


Dokter umum 6
Dokter gigi 3
Perawat 17
Asisten Apoteker 2
Bidan 8
Perawat gigi 2
Ahli gizi 1
Kesehatan Masyarakat 4
Analis 2
Sanitasi 1
Honorer 4
Jumlah 50

Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini ada 8 informan yakni:

Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara


43

Karakteristik Informan

Nama Usia Jenis Jabatan


Kelamin
dr. Marlina 53 Perempuan Kepala Puskesmas
dr. Fauziah 55 Perempuan Dokter Umum Puskesmas
Ahmad Sunadi, S. Kep., Ners 35 Laki-laki Pemegang Program
RUjuk Balik
Astuti 66 Perempuan Pasien DM
Sari Kaban 58 Perempuan Pasien CHF
Aripin 65 Laki-laki Pasien PPOK
Syahnaz 21 Perempuan Administrasi Apotek
Kimia Farma
dr. Salomo GU Simanjuntak 44 Laki-laki Dokter Spesialis Rumah
Sakit Mitra Sejati
Magda 55 Perempuan BPJS

Prosedur Pelaksanaan Program Rujuk Balik

Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah peserta dengan

diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil

oleh dokter spesialis.

Peserta PRB merupakan pasien PTM yang dirujuk ke rumah sakit. pasien

PTM yang dirujuk ke rumah sakit ialah pasien yang memerlukan pelayanan

lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat

kedua.

“ Biasanya kami merujuk pasien itu ke rumah sakit misalnya pasien diabetes
yang membutuhkan pelayanan spesialistik dan membutuhkan insulin,
biasanya kami rujuk tuh pasien ke rumah sakit, di puskesmas kan tidak bisa.
(informan-3).

“ Pasien PTM dirujuk ke rumah sakit itu karena pasien membutuhkan


penanganan khusus/spesialsistik dek, dan juga pasien itu membutuhkan obat
khusus dan gak di puskesmas kaya diabetes yang membutuhkan insulin itu ya
kami rujuk lah atau pasien yang sudah beberapa kali kontrol disini di
puskesmas tapi tidak ada perubahan kami rujuk lah ke rumah sakit.
(Informan-2).

Universitas Sumatera Utara


44

Berdasarkan hasil wawancara diatas sesuai dengan kebijakan dari faskes

primer ke Rumah Sakit sesuai dalam Permenkes RI no. 001 tahun 2012, tentang

sistem rujukan.

Berdasarkan Permenkes RI no. 5 tahun 2014, dikatakan bahwa fasilitas

kesehatan primer harus dapat menangani kasus DM-2 non insulin dependent,

untuk kasus DM tipe 1 atau 2 dengan insulin dependent atau DM tipe lain dan

Diabetes Gestasional maka faskes primer diharuskan melakukan rujukan vertikal

ke rumah sakit.

Mekanisme Pendaftaran PRB adalah peserta mendaftarkan diri pada

petugas Pojok PRB/BPJS Center dengan menunjukkan kartu identitas peserta

BPJS Kesehatan, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis, Surat Elijibilitas

Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan dan lembar resep obat/salinan resep.

Kemudian peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB lalu peserta

menerima buku kontrol peserta PRB.

Pelayanan PRB pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah peserta

melakukan kontrol ke Faskes Tingkat pertama (tempatnya terdaftar) dengan

menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan Buku Kontrol peserta PRB.Dokter

Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk

balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.setelah 3 (tiga) bulan peserta

dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ke Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter

spesialis/sub spesialis.

Universitas Sumatera Utara


45

Gambar 5. Mekanisme pelayanan rujuk balik (BPJS Kesehatan, 2014)

Prosedur menjadi peserta PRB adalah pasien yang merupakan peserta

BPJS Kesehatan, memperoleh surat rujuk balik dari dokter spesialis/sub spesialis

yang merawat dan mengisi formulir menjadi peserta PRB. Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan mengetahui prosedur dalam memberikan rujukan

balik yaitu pasien dengan diagnose penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam

kondisi terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/sub spesialis di rumah sakit.

“Pasien datang ke rumah sakit mendaftar seperti biasa administrasi di bpjs,


kemudian kontrol ke dokter lah terus dengan kondisi terkontrol saya
merekomendasikan untuk rujuk balik ke puskesmas, udah fix dia mau PRB
lalu ke perawat. Kemudian perawat bawa ke PJ rujuk balik baru dikasih tau
ke pasien untuk balik ke puskesmas atau ke apotek yang ikut program rujuk
balik yang mempunyai penyakit kronis yang tidak memerlukan tindakan

Universitas Sumatera Utara


46

spesifik ataupun yang harus membutuhkan spesialis. Tapi ada beberapa


karena pasien-pasien lansia dan juga obatnya berulang dan bisa didapatkan
di puskesmas biasanya kami kembalikan ke puskesmas supaya tidak repot tiap
bulan rujukan ke rumah sakit” (Informan-8).

“pasien di puskesmas itu dikontrol atau periksa apabila ditemukan


peningkatan pada pasien DM atau hipertensi ada peningkatan gula darah
atau tekanan darah yang tinggi terus kita rujuk karena naik turun dan tidak
stabil kita rujuk ke rumah sakit nanti di rumah sakit baru dia menjadi pasien
prb. jadi pasien prb itu dia ke puskesmas kita kontrol setiap bulannya
pengambilan obatnya juga”(Informan-3)

“Program rujuk balik itu bagus ya idenya dari bpjs juga itu pertama ya
syukur juga mereka pakai ide itu. Rujuk balik itukan bagi kita puskesmas
sangat menguntungkan tapi kalau tidak ada kordinasi rumah sakit itu yang
agak susah kita. Karena misalnya kita merujuk nih misalnya pasien DM kan
ada kriteria tertentu stage berapa, nah terkadang si rumah sakit ini tidak
mengisi kan di surat rujukan itu ada dibawahnya seharusnya diisi lagi
sebagaian besar dokter-dokter tidak mengisi diagnose penyakitnya lag disitu”
(Informan-1).

“Untuk alurnya seperti biasa ya mereka ke pendaftaran kemudian masuklah


ke ruangan pemeriksaan umum terus diperiksa sesuai kondisi penyakitnya
kemudian masuklah ke ruang pemeriksaan umum terus diperksa sesuai
dengan kondisi penyakitnya kemudian berilah obat-obat yang sudah
direkomendasikan rujuk balik tapi juga ada obat-obat tambahan yang kita
dapati pada saat datang ada keluhan lain” (Informan-2).

Berdasarkan pernyataan informan menunjukkan bahwa prosedur

pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah sesuai dengan petunjuk teknis

PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelaksanaan PRB di Puskesmas

Medan Johor dimulai pasien datang dan dilakukan pemeriksaan dasar oleh dokter

apabila pasien stabil maka dilanjutkan pemberian resep dari dokter spesialis

diperoleh dari apotek yang bekerjasama BPJS. Namun pada pendaftaran sering

terjadi pada surat rujuk balik yang tidak diisi dan juga apabila kondisi pasien tidak

Universitas Sumatera Utara


47

stabil maka pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis/sub spesialis. Isi format surat

rujuk balik terdiri dari nama, diagnosis, terapi dan jadwal kembali ke rumah sakit.

Pemahaman petugas mengenai prosedur rujuk balik sesuai dengan konsep

gatekeeper bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama harus mengoptimalkan

perannya dalam sistem pelayanan kesehatan dan memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan prosedur. Hal ini juga dapat mengurangi beban Negara

dalam pembiayaan kesehatan karena mampu menurunkan angka kesakitan dan

mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

Tidak semua pasien yang mau menjadi pasien PRB dikarenakan persepsi

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas. Beberapa pasien yang

menjadi peserta PRB memahami manfaat program rujuk balik ini. Mereka

mengerti bahwa obat yang diberikan sesuai dengan resep dari dokter spesialis.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pasien yang tidak ikut

program PRB yang meminta rujukan ke faskes tingkat lanjut meskipun penyakit

mereka masih bisa ditangani di puskesmas karena mereka belum mengerti rujukan

berjenjang dan program rujuk balik, dengan anggapan puskesmas adalah tempat

untuk mengambil surat rujukan saja.

“ Beberapa pasien yang berobat ke puskesmas bilang disini itu cuma dokter
umum aja, mereka mau ke spesialis, dan pasien di sini juga ada minta dirujuk
terus ke rumah sakit kaarena alasannya fasilitas kurang lah, padahal fasilitas
di sini udah lengkap. (Informan-1).

“Jadi pasien itu meminta rujukan banyak karena kurang sosialisasi,


padahalkan prosedurnya itu pasien berobat dulu ke faskes pertama diperiksa
oleh dokter di puskesmas kalau bisa ditanggulangi di sini ya kita tanggulangi
kecuali sudah 3-4 kali kita terapi gak ada perubahan atau bertambah buruk
tidak ada pemeriksaan yang dibutuhkan baru dirujukan. (Informan-2).

Universitas Sumatera Utara


48

“ Saya tidak gitu ngerti PRB yang saya tau saat saya rujukan di rumah sakit
bunda thamrin kan terus saya disuruh berobat saja dan ambil obat di
puskesmas karena resepnya dari dokter spesialis saya mau tapi tengoklah dek
antri di puskesmas ambil obat aja lama. (Informan-5).

“Kami sudah mengadakan sosialisasi program rujuk balik itu ke mereka dari
kami sudah menjelaskan bagaimana program rujuk balik itu ke staf
puskesmas.(Informan-9).

Prosedur pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah dilaksanakan

pembahasan sesuai dengan regulasi PRB. Berdasarkan wawancara dengan

informan mengenai prosedur pelaksanaan Program Rujuk Balik sudah sesuai

dengan yang ditetapkan terutama dengan petugas yang melayani dengan

memberikan buku kontrol PRB. Mekanisme pelayanan obat rujuk balik dimulai

dengan pemeriksaan oleh dokter di puskesmas kondisi pasien stabil atau tidak

stabil dokter yang menetapkan dan pemerian obat dalam satu bulan di apotek yang

bekerja sama dengan BPJS. Dirujuk itu setelah tiga bulan harus kembali dirujuk

oleh FKTP ke FKTL untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub spesialis.

“Dokter memberikan rekomendasi ke pasien untuk dikembaikan ke


Puskesmas, lalu pasien mendaftar PRB dengan menyerahkan resep dari
rumah sakit melalui Surat Rujuk Balik (SRB) kemudian Puskesmas
memberikan buku kontrol PRB dan FKTP, lalu dokter puskesmas meresepkan
kembali, dan pasien dapat mengambil obat di apotek yang bekerjasama
dengan BPJS”(Informan-8).

“ ya sama seperti biasa dari depan dulu melakukan pendaftaran kemudian


masuk ke ruang pemeriksaan umum diperiksa sesuai dengan kondisi
penyakitnya kemudian kita berilah obat-obat yang sudah direkomendasikan
dari program rujuk balik, tapi selain itu juga ada obat tambahan yang
kitadapati pada saat datang ada keluhan lain (Informan-2).

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur pelaksanaan PRB di

Puskesmas Medan Johor dan Rumah Sakit Mitra Sejati sudah berjalan sesuai

Universitas Sumatera Utara


49

dengan petunjuk teknis PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor di mulai pasien datang dilakukan

pemeriksaan dasar oleh dokter apabila kondisi pasien stabil maka dilanjutkan

dengan pemberian resep obat dari dokter spesialis yang diperoleh dari apotek yang

bekerjasama dengan BPJS. Namun apabila kondisi pasien tidak stabil maka pasien

dapat dirujuk ke dokter spesialis/sub spesialis.

Dari hasil wawancara dan pengamatan dengan peneliti terhadap prosedur

pelaksanaan PRB bahwa pasien yang menderita penyakit tidak menular atas

rekomendasi dokter puskesmas untuk ikut PRB, maka dirujuk ke rumah sakit.

Kemudian pasien dinyatakan stabil oleh dokter spesialis dan menyatakan bersedia

ikut PRB maka pasien akan mendapatkan buku kontrol dari BPJS Center di rumah

sakit. Pasien yang menjadi peserta PRB menunjukkan kartu kontrol PRB di

bagian pendaftaran, kemudian pasien diperiksa oleh dokter di puskesmas,

selanjutnya dokter akan meresepkan obat sesuai dengan resep dokter spesialis

yang merawat sesuai buku kontrol. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali

berturut-turut selama 3 bulan di Faskes Tingkat Pertama. Obat program rujuk

balik ditebus di salah satu apotek yang bekerjasama dengan BPJS. Setelah 3 bulan

pasien dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi kesehatan, apabila peserta PRB

dalam keadaan tidak stabil dapat dirujuk ke rumah sakit dan menyertakan

keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes Tingkat

Pertama.

Berdasarkan mekanisme PRB yang tercantum dalam panduan praktis

program rujuk balik BPJS Kesehatan Tahun 2014 bahwa peserta melakukan

Universitas Sumatera Utara


50

kontrol ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dengan menunjukkan buku

kontrol peserta PRB selanjutnya dokter Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik tercantum pada

buku kontrol peserta PRB. Peserta menyerahkan resep dari dokter Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama, menunjukkan SRB dan buku kontrol peserta kepada

Apotek/Depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS (BPJS,2014)

Fungsi puskesmas melaksanakan penapis rujukan sesuai dengan indikasi

medis dan sistem rujukan di puskesmas Medan Johor sudah mulai berjalan dengan

baik. Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan dasar mampu memberikan

pelayanan terhadap 155 penyakit yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Demikian

dengan pelayanan PRB sebagai salah satu program unggulan BPJS Kesehatan

seharusnya puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar sesuai

dengan prosedur.

Kepala puskesmas, dokter, dan staff yang lain serta dokter spesialis yang

berhubungan dengan pemberi layanan PRB memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang baik terhadap PRB. Berdasarkan hasil wawancara mendalam

terhadap informan bahwa informan merupakan pasien calon PRB yang dirujuk ke

salah satu rumah sakit di Kota Medan untuk mendapatkan buku kontrol PRB,

tetapi lama baru dikeluarkan setelah seminggu baru dikeluarkan buku kontrol itu.

Petugas kesehatan di puskesmas selalu mensosialisasikan kepada pasien yang

menderita penyakit kronis untuk mengikuti program PRB dalam rangka

meningkatkan peran serta masyarakat dalam PRB. Setiap pasien yang menderita

Universitas Sumatera Utara


51

penyakit tidak menular wajib untuk mengikuti program tersebut sesuai 9 penyakit

yang termasuk PRB.

Petugas kesehatan yang menjadi pelaksana PRB di Puskesmas Medan

Johor aktif dalam peningkat PRB dengan kegiatan PROLANIS setiap hari Kamis

untuk senam, dan edukasi. Pasien PRB sebulan sekali datang ke puskesmas

Medan Johor pengambilan resep sesuai buku kontrol PRB kemudian menebus

obat di apotek yang bekerjasama dengan BPJS.

Informan juga memberitahukan kepada pasien untuk mengingatkan rumah

sakit agar mengisi surat rujuk balik. salah satu penyebab pengabaian umpan balik

dari rumah sakit ke puskesmas, karena dari pihak rumah sakit lupa untuk mengisi

Surat Rujuk Balik (SRB) oleh karena itu perlu diingatkan untuk mengisi surat

rujuk balik.

Kesiapan Petugas/Tenaga Pelaksanaan Rujuk Balik

Petugas/tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan PRB

memahami pengertian tentang PRB. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara

terhadap beberapa informan di Medan Johor. Berdasarkan hasil wawancara bahwa

informan juga mengetahui manfaat dari pelaksanaan rujuk balik. Informan

mengetahui bahwa Program Rujuk Balik merupakan salah satu program unggulan

BPJS guna meningkatkan kualitas pelayanan bagi peserta BPJS khusus penyakit

kronis yang telah dinyatakan stabil dan memerlukan perawatan/pengobatan dalam

jangka waktu panjang.

“Program rujuk balik itu program dari bpjs kesehatan dimana dia menyasar
kepada peserta bpjs yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
diabetes mellitus… dengan adanya program rujuk balik ini, ini akan

Universitas Sumatera Utara


52

mengurangi dokter puskesmas merujuk ke rumah sakit serta mempermudah


pasien…”(Informan-1)

“Program rujuk balik itu bagus mereka tidak perlu bolak-balik rujukan ke
rumah sakit” (Informan-2)

“kalau disini ya ada program rujuk balik…pasien rujuk balik yang sudah

ditangani oleh dokter spesialis di rumah sakit kemudian di rujuk balik ke


puskesmas, dan obatnya diambil biasanya ke apotek yang bekerja sama
dengan bpjs” (Informan-3)

“..kalau PRB itu tertentu penyakit yang di rujuk balik itu ada 9 penyakit
misalnya hipertensi, diabetes, jantung, PPOK, seperti itu yang namanya
pasien PRB.” (Informan-3).

Pada dasarnya petugas/tenaga kesehatan telah siap dalam pelaksanaan

PRB di Puskesmas Medan Johor. Kepala Puskesmas, dokter, staf pengelolaan

rujukan, serta perawat dokter spesialis yang terlibat dalam pelayanan kesehatan

telah berupaya memberikan pelayanan terhadap pasien PRB. Berdasarkan hasil

wawancara menunjukkan bahwa setiap pasien yang datang khususnya penderita 9

penyakit dalam PRB dilakukan sosialisasi oleh petugas/tenaga kesehatan di

Puskesmas Medan Johor.

“.pasien yang dirujuk balik itu pasien yang sudah tahu bagaimana kondisi nya
dari dokter yang menangani dan tenaga kesehatan disini yang meyiapkan
berkas pasien” (Informan-3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pasien PRB diperoleh informasi bahwa program ini membantu mereka dalam

pengambilan obat di apotek yang bekerjasama dengan BPJS dan tidak perlu pergi

ke Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


53

“setelah pasien tau itu-itu aja obatnya yang diberi dan mereka udah
berbulan-bulan menjalani biasanya saya saranakan untuk ikut rujuk balik
agar tidak bolak-balik dan mengantri ke rumah sakit.”(Informan-8)

“Ada dijelasin tapi saya kurang tau tentang rujuk balik. biasanya saya dirujuk
ke Rumah Sakit Bunda Thamrin ,tapi saya kalau udah sembuh tidak minta
rujukan karena kadang-kadang kambuh terkadang juga sudah membaik
sakitnya jadi tidak ketergantungan, Cuma saya disinikan gak lama kalau buat
ambil obat nya, tidak susah ngantri seperti dirumah sakit lama.”(Informan-6).

“Sebulan sekali saya berobat kesini untuk mengambil surat rujukan terakhir
dokter menjelaskan gini saja setiap bulan periksa ke rumah sakit dan obatnya
bisa diambil di apotek terdekat, jadi tidak jauh-jauh saya balik ke rumah
sakit.”(Informan-4).

Program rujuk balik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini menjadi

salah satu program unggulan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

bagi peserta BPJS Kesehatan. Selain mempermudah akses pelayanan kepada

penderita penyakit kronis, program rujuk balik membuat penanganan dan

pengelolaan penyakit peserta BPJS Kesehatan menjadi lebih efektif. Pelayanan

program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita

penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau

asuhan keperawatan dalam jangka panjang yang dilaksanakan di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas rekomendasi/rujukan dari Dokter

Spesialis/Sub Spesialis yang merawat (BPJS, 2014).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan

bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertenti memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Keputusan pasien diberikan tindakan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


54

rujukan berdasarkan diagnose yang ditetapkan tenaga medis maupun paramedis di

puskesmas. Puskesmas harus mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar

berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan standar pelayanan medik.

Puskesmas berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan untuk

kendali mutu dan biaya.

Hasil penelitian di Puskesmas Medan Johor ini menunjukkan bahwa

tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Program Rujuk Balik memiliki pengetahuan

yang baik mengenai Program Rujuk Balik. Hal ini dapat diketahui bahwa seluruh

informan mengerti dan paham tentang program rujuk balik. Hasil wawancara

terhadap informan di Puskesmas Medan Johor berpendapat bahwa Program Rujuk

Balik merupakan perpanjangan obat dari rumah sakit serta mengurangi dokter

puskesmas merujuk ke rumah sakit, dan tidak merepotkan pasien untuk datang ke

rumah sakit setiap bulan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ginting (2016) bahwa

petugas ataupun tenaga pelayanan kesehatan program rujuk balik di Puskesmas

Plus Perbaungan memiliki pengetahuan yang sudah cukup baik mengenai

Program Rujuk Balik (PRB) dan petugas/tenaga pelayanan kesehatan selalu siap

dalam pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas/tenaga kesehatan di

Puskesmas Johor siap dalam pelaksanaan program rujuk balik. Petugas yang

terlibat dalam memberikan pelayanan telah berupaya memberikan pelayanan

Program Rujuk Balik terhadap peserta Program Rujuk Balik. Menurut informan

dokter yang menangani dan penanggung jawab rujuk balik di puskesmas telah

Universitas Sumatera Utara


55

mensosialisasikan Program Rujuk Balik Khusus 9 penyakit dalam PRB yaitu

Diabetes Mellitus, Hipertensi, Jantung, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK),

Asma, Epilepsy, Stroke, Schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

tapi yang paling mendalam ataupun paling banyak peserta PRB di puskesmas

yaitu penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, Jantung dan PPOK. Bahkan menurut

pasien PRB diperoleh informasi bahwa dengan adanya program ini membantu

pasien-pasien PRB dalam pengambilan obat tidak perlu jauh-jauh ke Rumah Sakit

ataupun mengantri lama.

Peserta Program Rujuk Balik (PRB) merasa terbantu dengan adanya

program rujuk balik ini karena akses pelayanan kesehatan dan tidak perlu

menunggu lama di rumah sakit. Pasien tidak perlu mengambil surat rujukan setiap

bulan tetapi mendapatkan pemeriksaan oleh dokter di puskesmas dan menebus

obat di apotek yang bekerjasama dengan oleh dokter di puskesmas dan menebus

obat di apotek yang bekerjasama dengan BPJS. Apabila peserta PRB

mendapatkan pelayanan obat PRB 3 kali berturut- turut maka setelah 3 bulan di

puskesmas merujuk kembali ke rumah sakit untuk di evaluasi kesehatan oleh

dokter spesialis/sub spesialis. Apabila peserta PRB dalam keadaan tidak stabil

dapat dirujuk ke rumah sakit dan menyertakan keterangan medis atau hasil

pemeriksaan klinis dari dokter Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Pemahaman tentang prosedur rujukan sangat diperlukan supaya sistem

rujukan dapat berjalan dengan baik. Pada penelitian ini Program Rujuk Balik

merupakan salah satu program unggulan dari BPJS untuk kendali mutu dan biaya

Universitas Sumatera Utara


56

dengan meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang PRB akan

meningkatkan kepesertaan PRB.

Ketersediaan Alat dan Obat Rujuk Balik

Pelayanan obat rujuk balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit

kronis di Faskes Tingkat Pertama sebagai bagian program pelayanan rujuk balik.

Obat PRB dapat diperoleh di Apotek yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

untuk memberikan pelayanan obat PRB. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan diperoleh informasi bahwa ketersediaan obat sudah baik dan fasilitasnya

juga ada semua.

“Puskesmas ini kerjasama dengan apotek Kimia Farma, Sabar, Sutomo sama
Varia tapi sekarang untuk beberapa pasien paling banyak di apotek Kimia
Farma J City karena yang paling dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan
dan juga dekat dengan rumah. Kalau untuk obat kami berkordinasi dengan
apotek” (Informan-3).

“Terkadang itulah sistem obat e-catalog ini gini misalnya, kalau rujuk balik
itu diharapkan apotek ini kita perlu obat terkadang obatnya gak ada, itulah
kasihannya pasien tuh disitu jadi bolak-balik kesini kita terpaksa upayakan
obat yang ada di sini.Kendalanya di sistem e-catalog, sistem pengambilan
disitu agak lama” (Informan-1).

“Kalau kita Tanya dengan pasien mereka bilang ada yang cukup ada yang
tidak, misalnya di situ tertulis 1 bulan ada yang terkadang minimalis dikasih
untuk 2 minggu . terus ada juga mislanya dapat obat 3 atau 4 macam ada 1
jenis yang tidak ada atau kosong di apotek. Kalau ditanya sama pasien
biasanyanya beli sendiri atau tunggu sampai rujukan berikutnya” (Informan
2).

Berdasarkan persepsi pasien yang menjadi informan dalam penelitian ini

diperoleh informasi bahwa persepsi responden terhadap kecocokan obat PRB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta PRB bahwa ketersediaan obat

tidak terjadi kekurangan yang artinya untuk stok obat sudah baik karena

Universitas Sumatera Utara


57

apotek yang bekerjasama dengan Puskesmas dan distributor obat juga jelas

yang bekerjasama dengan BPJS.

“Kalau untuk obat, biasanya ibu terima resep setelah diperiksa dokter
kemudian saya ambil di apotek, biasanya obat lengkap dikasih perbulannya
kadang lengkap kadang enggak lengkap ibu biasanya minta rujukan ke rumah

sakit Vina Estetika” (Informan-5).

“Kalau masalah obat, biasanya saya dapat obat lengkap dari apotek untuk

sebulan” (Informan-4).

“ obat saya dapat lengkap kalau ada obat yang tidak ada biasanya saya beli

obat yang lain. (Informan-6).

Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medic habis pakai yang

dibutuhkan sesuai indikasi medis merupakan hak peserta jaminan kesehatan.

Sesuai dengan panduan program rujuk balik bahwa obat PRB diberikan untuk

kebutuhan maksimal 30 hari setiap kali peresepan dan mengacu pada daftar

obat yang tercantum dalam formularium nasional. Pelayanan obat program

rujuk balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di Faskes

Tingkat Pertama sebagai bagian dari program rujuk balik (BPJS, 2014).

Obat yang termasuk dalam obat rujuk balik adalah obat utama, yaitu obat

kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional untuk

obat Program Rujuk Balik dan obat tambahan, yaitu obat yang mutlak

diberikan bersama obat utama dan diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub

Spesialis di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit

penyerta serta mengurangi efek samping akibat obat utama.

Universitas Sumatera Utara


58

Gambar 6. Alur pelayanan obat rujuk balik (BPJS Kesehatan, 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas administrasi yang bekerja di

apotek Kimia Farma bahwa ketersediaan obat program rujuk balik masih terjadi

kekurangan, Sehingga pasien harus ke rumah sakit untuk menagambil obat.

Namun jika di rumah sakit juga terjadi kekurangan obat sehingga mereka

mengganti tetapi obat yang diberikan sama isinya walaupun tidak masuk dalam

daftar obat formularium mereka tetap memberikannya supaya pasien tetap

mendapatkan obat.

“Pembagian obat menurut aplikasi BPJS berdasarkan e-catalog kalau ada


obat yang tidak ditanggung kita bilang ke pasiennya yang tidak
ditanggung.Kalau ada obat yang tidak termasuk di e-catalog biasanya dibeli
karena setiap apotek yang menerima PRB sudah semua sama dia obat yang

Universitas Sumatera Utara


59

ditanggung. Kami tidak ada menghubungi dokter karena sudah tertera


obatnya untuk PRB (Informan-7).

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa ketersediaan obat

program rujuk balik di Puskesmas Medan Johor masih terjadi kekurangan,

sehingga dokter spesialis memberikan obat yang tidak ada di daftar obat

formularium tetapi isinya sama supaya pasien tetap mendapatkan obat karena

pasien harus rutin meminum obat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan alat dan obat di

puskesmas sudah lengkap dan baik tidak terjadi kekurangan ataupun kekosongan

stok. Hasil wawancara dengan salah satu informan di Puskesmas Medan Johor

bahwa obat untuk pasien program rujuk balik diambil ke apotek yang telah

ditentukan maka dari itu obat di Puskesmas Medan Johor tidak mengalami

kekurangan atau kekurangan stok dikarenakan obat di puskesmas selalu diantar

tepat waktu oleh distributor obat nya.

Selain itu persepsi masyarakat terhadap kualitas obat PRB berbeda, ada

yang sudah sesuai dan belum dengan obat tersebut, karena ada pasien yang tidak

mau obatnya berbeda yang diberi/diresepkan oleh dokter. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pasien PRB bahwa pasien tersebut sudah cocok dengan obat

PRB, namun berbeda dengan informan lain ada yang belum cocok dengan obat

PRB, bahkan obat yang diberi itu cuma berbeda nama nya saja tetapi isi obat atau

komposisi obat nya sama. Dilihat dari jumlah pasien rujuk balik Penyakit Tidak

Menular yang berjumlah sekitar delapan ratus orang dari sebagian pasien ada yang

tidak PRB karena masih bisa ditangani oleh dokter di puskesmas ada juga yang

sudah pasien PRB sudah tidak bisa ditangani oleh dokter dan harus dirujuk ke

Universitas Sumatera Utara


60

rumah sakit sesuai arahan dokter ada juga atas permintaan pasien sendiri. Dan ada

beberapa pasien yang tidak PRB karena tidak memahami program rujuk balik.

Penyakit tidak menular termasuk dalam PRB sebagian besar diharuskan rutin

minum obat. Obat yang merupakan komponen utama kaitannya dalam mengatasi

masalah kesehatan. Obat harus mengacu pada formularium nasional yang telah

ditetapkan untuk kendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ginting (2016) bahwa

ketersediaan obat di Puskesmas Plus Perbaungan mencukupi untuk pelayanan

kesehatan PRB. Puskesmas Plus Perbaungan melakukan pengamprahan

berdasarkan data pasien yang ikut PRB ke apotek yang telah bekerjasama dengan

BPJS.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2017)

bahwa ketersediaan obat di Puskesmas Pancur Batu masih terjadi kekurangan dan

beberapa jenis obat belum terpenuhi. Dalam hal penyediaan obat PRB, Puskesmas

Pancur Batu melakukan pengamprahan berdasarkan data pasien yang ikut PRB ke

apotek Farira melalui email setiap bulannya.

Pengendalian Pelaksanaan Program Rujuk Balik

Berdasarkan Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan

pelayanan kesehatan perorangn dijelaskan bahwa Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan

pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingakt pertama. Pada sistem

program rujuk balik khusus penyakit kronis pembinaan dan pengawasan

dilakukan oleh kepada puskesmas, rumah sakit, dan BPJS Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


61

Pasien-pasien yang memiliki 4 penyakit tidak menular yaitu hipertensi,

jantung, diabetes dan PPOK di puskesmas selalu diberi penjelasan mengenai

program rujuk balik. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa

pelaksanaan program rujuk balik di Puskesmas Medan Johor diketahui sebagian

besar penyakit tidak menular karena jumlah kunjungannya sangat tinggi.

“biasanya yang jadi kendala pada pelaksanaan PRB itu ya misalnya pasien
itukan lalai atau merasa perasaan enak tidak perlu lagi ke puskesmas ambil
obat lah ya. Terkadang karena diberikan edukasi mereka tak paham
contohnya hipertensi, aku udah enak kok jadi gak perlu lagi padahal maintan
peliharaan itu harus dikasih obat jadi tiap bulan harus kontrol jadi
penyakitnya terkontrol” (Informan 1).

“Jadi pasien itu minta rujukan itu banyak karena mungkim kurang sosialisasi.
Umumnya kan pasien BPJS jadi dia sudah merasa mwmbayar jadi kalau
punya kartu BPJS itu fungsinya untuk berobat ke rumah sakit jadi mereka
datang ke puskesmas untuk minta rujukan. padahalkan seharusnya pasien
berobat dulu di faskes pertama oleh dokter kalau bisa kita tanggulangi ya kita
tanggulangi di sini dulu” (Informan 2).

Informan mengatakan bahwa pasien PRB di Puskesmas Medan Johor

harus mengikuti proses ataupun prosedur yang ada sesuai dengan penjelasan

dokter ataupun pelaksana pelayanan kesehatan di puskesmas. Pasien PRB ada

yang hanya mengambil obat saja tanpa pemeriksaan lagi, maka dari itu sekarang

sudah tidak diperbolehkan lagi mengambil obat saja.

“ya ada aja pasien prb yang mengambilkan resep obat istrinya lah jadi si
pasien tidak terkontrol. Kemudian,pasien prb di sini ada juga yang komplen
dengan obat yang kadang tidak sama dengan yang biasanya karena takut
tidak cocok nantinya padahal isinya sama aja dengan yang
biasanya”(Informan-3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepada puskesmas berusaha

menegakkan peraturan mengenai sistem yang berlaku. Beberapa kasus pada

Universitas Sumatera Utara


62

sistem rujukan bahwa terdapat pasien yang meminta rujukan sendiri. Petugas

kesehatan akan berusaha menjelaskan kepada pasien bahwa pasien harus diperiksa

terlebih dahulu, apabila kondisi/penyakit yang diderita pasien masih bisa

ditangani oleh puskesmas maka tidak akan dirujuk. Jika pasien tetap memaksa

untuk dirujuk ke rumah sakit maka kepala puskesmas dan dokter adalah jalan

terakhir dalam mengambil keputusan. Kepala puskesmas dan dokter tetap

menolak permintaan pasien dan berusaha mengedukasi dan menjelaskan pasien

mengenai rujukan. Masih banyak pasien belum mengerti tentang sistem rujukan

berjenjang dan program rujuk balik, dengan anggapan puskesmas adalah tempat

untuk mengambil surat rujukan saja.

Manfaat PRB bagi peserta diharapkan dapat meningkatkan kemudahan

akses pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup

akses promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan hubungan

dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik dan memudahkan untuk

mendapatkan obat yang diperlukan. Puskesmas Medan Johor selalu

mensosialisasikan PRB kepada pasien-pasien kronik namun ada juga yang tidak

memahami dan kepesertaan PRB juga tidak terlalu banyak tetapi pasien-pasien

penyakit tidak menular cukup banyak.

Informan mengatakan bahwa kurang komunikasi dan koordinasi antara

puskesmas, rumah sakit, apotek, dan BPJS dalam penanganan PRB. berdasarkan

hasil wawancara menunjukkan bahwa BPJS belum pernah mengevaluasi

pelaksanaan PRB di puskesmas. BPJS masih fokus terhadap rujukan biasa di

Universitas Sumatera Utara


63

mana apabila rujukan tinggi melebihi 15% dari jumlah kunjungan. Belum pernah

dilakukan komunikasi dan koordinasi antara puskesmas, rumah sakit, dan BPJS.

Keikutsertaan pasien penyakit tidak menular ke dalam PRB di Puskesmas

Medan Johor masih tergolong rendah. Sosialisasi telah dilakukan oleh petugas di

puskemas maupun dokter spesialis di rumah sakit. Menurut informan bahwa telah

merupaya menjelaskan tentang PRB, namun pasien tidak mau dengan alasan lebih

nyaman ketemu dokter spesialis. Keikutsertaan PRB berdasarkan tingkat kemauan

pasien. Apabila dokter spesialis sudah membuat pasien tersebut untuk menjadi

pasien PRB, pasien tetap menolak, dan tetap kembali datang ke rumah sakit.

Dalam peningkatan jumlah peserta PRB di Puskesmas Medan Johor

diketahui kurangnya komunikasi dan koordinasi antara puskesmas, rumah sakit,

dan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan belum pernh mengevaluasi pelaksanaan

PRB di puskesmas. BPJS masih fokus terhadap rujukan di mana apabila rujukan

melebihi 15% dari jumlah kunjungan pasien. Belum pernah dilakukan koordinasi

antara puskesmas, rumah sakit, dan BPJS untuk mengevaluasi pelaksanaan PRB.

Koordinasi dengan apotek, BPJS rumah sakit, dan puskesmas juga belum

dilakukan dengan baik, sehingga terjadi masalah seperti pemahaman kondisi stabil

pasien penyakit kronis, kurang adanya sosialisasi kepada pasien dan seringnya

kekurangan obat dan resep obat yang tidak ada dalam Fornas PRB.

“Koordinasi antara apotek dengan rumah sakit, dan Puskesmas memang


belum dilakukan untuk memenuhi kebutuhan obat kami mengikuti dari
aplikasi BPJS berdasarkan e-catalog. Kalau ada obat yang tidak ditanggung
kita bilang tidak ditanggung. Kalau jumlah obat tidak sesuai kami
komunikasikan” (Informan-7).

“Kerjasama rumah sakit dengan puskesmas dan apotek memang belum


dilakukan dalam memenuhi kebutuhan obat. Terus apotek yang bekerjasama

Universitas Sumatera Utara


64

dengan BPJS terus saling kontak dengan puskesmas. Solusi untuk masalah
obat seharusnya puskesmas yang menghubungi apotek dalam kebutuhan
obat” (Informan-8).

“Sangat diperlukan adanya kerjasama dan koordiasi antara Puskesmas,


Rumah Sakit, BPJS dan Apotek dalam melancarkan dan mengendalikan PRB
ini” (Informan-1).

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan yang merupakan

kepala puskesmas bahwa diperlukan peningkatan komunikasi kemudian

koordinasi dari BPJS yang mendudukkan sama antara puskesmas, rumah sakit,

dan apotek.

Berdasarkan Permenkes Nomor 001 Tahun 2012 tentang sistem rujukan

pelayanan kesehatan perorangan dijelaskan bahwa Kepala Dinas Kesehatan

kabupaten/kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan

pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada sistem rujuk

balik khusus penyakit kronis pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh kepala

puskesmas, rumah sakit, dan BPJS Kesehatan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengambil data rujuk balik melalui rekap bulanan data

rujukan, dimana penulis menghitungnya karena tidak ada rekapan khusus rujuk

balik dari puskesmas, dan juga penelitian ini hanya menangkap foto dan momen

tertentu saja, dan dengan demikian penelitian ini tidak dapat mengungkapkan dari

seluruh variabel yang diukur.

Universitas Sumatera Utara


65

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Prosedur pelaksanaan PRB di Puskesmas Medan Johor sudah berjalan sesuai

dengan petunjuk teknis PRB yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Namun, kendala pada pelaksanaan PRB masih ditemukan surat rujuk balik

yang tidak diisi/tidak jelas oleh dokter spesialis.

2. Petugas/tenaga pelaksana program rujuk balik di Puskesmas Medan Johor

sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai PRB dan petugasnya

juga telah siap dalam pelaksanaan PRB.

3. Ketersediaan alat di Puskesmas Medan Johor sudah lengkap dan bagus semua

dan penyediaan obat-obat pasien mengambil langsung ke apotek yang bekerja

sama dengan BPJS, dan juga obat-obatan yang diberikan sudah sesuai fornas.

Jika ada obat yang diberikan tidak sesuai fornas biasanya pasien membeli atau

menunggu sampai rujukan berikutnya namun tidak memengaruhi pelaksanaan

rujuk balik.

4. Pengendalian pelaksanaan program rujuk balik masih belum berjalan

maksimal. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara BPJS Kesehatan,

Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek yang bekerjasama dengan BPJS.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dan berkaitan dengan penelitian yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Puskesmas Medan Johor diharapkan agar puskesmas selalu membuat

Universitas Sumatera Utara


66

atau mensosialisasikan pelaksanaan PRB terhadap pasien agar selalu berjalan

dengan lancar seperti saat ini.

2. Bagi BPJS diharapkan selalu mengevaluasi dan mengawasi setiap pelaksanaan

PRB di puskesmas. Serta melakukan komunikasi dan koordinasi antara

puskesmas dan rumah sakit. Dan diharapkan juga mengevaluasi ketersediaan

obat agar tidak pernah kekurangan seperti sekarang ini.

3. Bagi Dinas Kesehatan agar mengoptimalkan penyelenggaraan JKN dalam

program rujuk balik.

4. Bagi Rumah Sakit untuk mengimplementasikan kebijakan PRB perlu untuk

tetap mengisi Surat Rujuk Balik (SRB).

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. (2014). Panduan praktis sistem


rujukan berjenjang. Diakses dari
https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6
78a8f06.pdf

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. (2014). Panduan praktis program


rujuk balik bagi peserta JKN. Diakses dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.
pdf

Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. (2014). Mekanisme program rujuk


balik pada penyakit kronis bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Diakses dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.
pdf

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. (2015). BPJS kesehatan tidak layu


sebelum berkembang. Diakses dari https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/e6e268a21368fb49ca21b2c4211a690e.
pdf

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. (2016). Kebijakan pelayanan dan


pembayaran dalam Program JKN. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/rakerkesnas_gel
2_2016/Kepala%20BPJS.pdf

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. (2018). Lembar pengesahan laporan


pengelolaan program dan laporan keuangan Jaminan Sosial Kesehatan
tahun 2017. Diakses dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/a53d9d51182f5d49b7ac79dc50970b59
.pdf

Ginting, R. (2016). Pelaksanaan program rujuk balik pelayanan kesehatan (studi


kasus pelaksanaan program rujuk balik pelayanan kesehatan pada
program jaminan kesehatan nasional di Puskesmas Plus Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 (Tesis yang tidak
dipublikasikan). Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.

Hilda, A.F., & Diah, A. P. (2015). Kepuasan pasien diabetes mellitus rujuk balik
peserta BPJS Kesehatan terdapat pelayanan kefarmasian di klinik dan
apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
5(4), 249-254.

67
Universitas Sumatera Utara
68

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Buletin jendela data dan informasi kesehatan,
penyakit tidak menular. Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/
Buletin-SIK-2016.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159/Menkes/SK/V/2014


tentang Formularium Nasional.

Notoatmodjo. (2012). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan


Kesehatan pada JKN.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Panduan Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015 tentang


Pelayanan Kesehatan pada JKN.

Pertiwi, Dianita, Putri, A. W., & Eka, Y. F. (2017). Analisis implementasi


program rujuk balik peserta jaminan kesehatan nasional di Rumah Sakit
Umum Daerah Tidar Kota Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(3),
1-11.

Sihombing, I.N.S. (2017). Analisis pelaksanaan program rujuk balik (studi kasus
pelaksanaan program rujuk balik program jaminan kesehatan nasional di
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2199/111000114.pd
f

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


69

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang


Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


70

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS MEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (KEPALA PUSKESMAS)

NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program rujuk balik?

2. Bagaimana proses pelaksanaan program rujuk balik di Puskesmas Medan

Johor ini?

3. Bagaimana menurut bapak/ibu kesiapan petugas terutama dalam

pelaksanaan rujuk balik?

4. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Medab Johor.Apakah sudah cukup?dan berapa jumlahnya

secara keseluruhan? Serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

5. Bagaimana ketersediaan obat Program Rujuk Balik?

Universitas Sumatera Utara


71

6. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang

ada di Puskesmas Medan Johor sudah sesuai dengan standar pelayanan

primer dalam era JKN?

7. Bagaimana ketersediaan fasilitas sarana alat laboratorium di Puskesmas

Medan Johor dalam mendiagnosis penyakit di era JKN?

8. Bagaimana prosedur pelaksanaan rujuk balik di Puskesmas Medan Johor?

9. Apakah yang Bapak/Ibu dokter lakukan apabila pasien meminta rujukan

sendiri?

10. Apakah Bapak /Ibu mengetahui tentang daftar penyakit yang wajib

ditangani puskesmas?

11. Bagaimana pengendalian pelaksanaan program rujuk balik di Puskesmas

Medan Johor?

12. Bagaimana kerjasama Puskesmas dengan rumah sakit (FKRTL) dalam

pelaksanaan program rujuk balik?

13. Bagaimana kerjasama Puskesmas dengan apotek BPJS dalam pelaksanaan

program rujuk balik?

Universitas Sumatera Utara


72

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS MEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER UMUM)

NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di

Puskesmas Medan Johor/rumah sakit?

2. Bagaimana Program Rujuk Balik di puskesmas ini, apakah sudah sesuai

dengan standar yang ditetapkan BPJS?

3. Bagaimana prosedur pelaksanaan program rujuk balik di

puskesmas/Rumah Sakit?

4. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Medan Johor, apakah sudah cukup?dan berapa jumlahnya

secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar puskesmas?

5. Bagaimana ketersediaan obat Program Rujuk Balik di apotek yang

bekerjasama dengan BPJS dalam ketersediaan obat PRB?

Universitas Sumatera Utara


73

6. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang

ada di Puskesmas Medan Johor sudah sesuai dengan standar pelayanan

primer dalam era JKN?

7. Bagaimana ketersediaan fasilitas sarana alat laboratorium di Puskesmas

Medan Johor dalam mendiagnosis penyakit di era JKN?

8. Bagaimana prosedur pelaksanaan rujuk balik di Puskesmas Medan

Johor/Rumah Sakit?

9. Apakah yang bapak/ibu dokter lakukan apabila pasien meminta rujukan

sendiri?

10. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang daftar penyakit yang wajib

ditangani puskesmas?

11. Bagaimana proses pelaksanaan rujuk balik di Puskesmas Medan

Johor/rumah sakit?

12. Bagaimana pengendalian pelaksanaan program rujuk balik di Puskesmas

Medan Johor/rumah sakit?

13. Bagaimana terhadap pasien PTM yang harus dirujuk, apa yang dilakukan?

Universitas Sumatera Utara


74

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMASMEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (PASIEN PRB)

NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JABATAN :
MASA KERJA :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu mengenai program rujuk balik?

2. Apakah rujukan yang diberikan kepada bapak/ibu atas petunjuk petugas

kesehatan?Atau bagaimana?

3. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas

Medan Johor?

4. Bagimana pendapat bapak/ibu tentang ketersediaan obat program rujuk

balik?

5. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan mengenai pelayanan obat program

rujuk balik?

6. Bagimana pendapat bapak/ibu tentang kemampuan Puskesmas dalam

memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN?

Universitas Sumatera Utara


75

7. Apakah setelah bapak/ibu mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah

sakit tetap melakukan rujuk balik (melakukan cek up) ke Puskesmas

Medan Johor?

Universitas Sumatera Utara


76

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMASMEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (BPJS)

NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PEKERJAAN :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Bagaimana proses pelaksanaan program rujuk balik?

2. Apakah terdapat hambatan atau kesulitan pada saat melakukan tugas

bapak/ibu baik dalam verifikasi kelengkapan berkas pasien dan pemberian

informasi?

3. Apakah bapak/ibu sebagai petugas BPJS telah memberikan informasi yang

jelas dan mudah dimengerti mengenaiprosedur/syarat peserta BPJS

terhadap pasien?

4. Menurut bapak/ibu hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam

keseluruhan proses pelayanan yang diberikan?

5. Bagaimana menurut bapak/ibu dalam menangani kekosongan obat?

Universitas Sumatera Utara


77

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMASMEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (Pemegang program PRB)

NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
KELAS :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Apa saja Program Rujuk Balik di Puskesmas Medan Johor?

2. Apakah para pegawai Puskesmas Medan Johor mengetahui persyaratan

rujukan dari rujuk balik di era JKN ini?

3. Bagaimana prosedur pelaksanaan rujuk balik di Puskesmas Medan Johor?

4. Apakah menurut bapak/ibu tentang kelengkapan fasilitas saran kesehatan

yang ada di puskesmas sudah sesuai dengan standar pelayanan primer

dalam era JKN?

5. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang rujuk balik pada pasien penyakit

tidak menular, apakah banyak yang melakukan rujuk balik atau tidak?

6. Apakah ada hambatan dalam memberikan pelayanan terhadap program

rujuk balik pada pasien penyakit tidak menular?

Universitas Sumatera Utara


78

7. Apakah pihak puskesmas ada bekerjasama dengan apotek setempat dalam

ketersediaan obat?

Universitas Sumatera Utara


79

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS MEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (APOTEKER DI APOTEK)


NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PEKERJAAN :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di

Puskesmas Medan Johor sebagai salah satu FKTP yang bermitra dengan

apotek ini?

2. Bagaimana ketersediaan obat di apotek ini untuk pasien PRB di Puskesmas

Medan Johor?

3. Bagaimana kerjasama antara apotek dengan puskesmas dalam menangani

ketersediaan obat?

4. Apa saja yang menjadi hambatan dalam peresepan atau ketersediaan obat

PRB ini dan bagaimana menanggulanginya?

5. Bagimana kerjasama antara rumah sakit dengan apotek dalam peresepan

obat PRB?

Universitas Sumatera Utara


80

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN PTM PESERTA

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS MEDAN

JOHOR TAHUN 2018

I. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER SPESIALIS)


NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PEKERJAAN :
TANGGAL WAWANCARA :

II. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai program rujuk balik di

Puskesmas Medan Johor sebagai salah satu FKTP yang bermitra dengan

rumah sakit ini?

2. Bagaimana alur Program Rujuk Balik di rumah sakit?

3. Bagaimana kerjasama antara rumah sakit dengan puskesmas dalam

menangani pasien kronis yang sudah stabil untuk selanjutnya disarankan

ikut Program Rujuk Balik?

4. Apakah terdapat hambatan dalam melaksanakan program rujuk balik?

5. Apakah terdapat keluhan peserta/pasien ketika menjalani program ini?

6. Apakah surat rujuk balik dan buku kontrol tersedia di rumah sakit?

7. Bagaimana sosialisasi PRB di rumah sakit ini untuk pasien kronis yang

terkontrol

Universitas Sumatera Utara


81

Lampiran 2. Buku Kontrol Peserta PRB

Universitas Sumatera Utara


82

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


83

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan kepala puskesmas Medan Johor

Gambar 2. Wawancara dengan pasien PRB

Universitas Sumatera Utara


86

Gambar 3. Wawancara dengan dokter puskesmas

Gambar 4. Wawancara dengan penanggung jawab PRB

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai