Tutorial 3 (A)
Interprofessional Education
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Interprofessional education (IPE) merupakan bentuk edukasi kolaborasi, kerjasama,
serta komunikasi di antara tim kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
perawatan pasien kedepannya. Hal tersebut harus dilakukan dengan saling menghormati
dan memahami serta memiliki wawasan tentang berbagai peran dan kompetensi
profesional kesehatan yang terlibat dalam kolaborasi dalam sistem perawatan kesehatan.
IPE sendiri memiliki berbagai karakteristik yakni multi disiplin profesi kesehatan,
kolaborasi dalam pembelajaran, interaksi aktif antara peserta didik, serta intensif
mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu, pentingnya menanamkan IPE sejak masa
preklinik sehingga mempermudah pelaksanaannya bila sudah terjun ke lapangan, atau
dapat dikatakan melaksanakan Interprofessional collaboration (IPC).
Salah satu implementasi dari IPE sendiri bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)
dan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) di Universitas Muhammadiyah Malang adalah
dengan adanya pelaksanaan IPE secara bersamaan pada blok akhir di semester tujuh.
Seluruh mahasiswa FK dan FIKES bergabung dalam proses pembelajaran baik kuliah
pakar maupun tutorial dan salah satu tugas bersamanya adalah pelaksanaan home visit ke
pasien yang telah ditentukan. Pada home visit kali ini, kami mendapatkan pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang sudah diderita sejak 2 tahun terakhir.
2. DIABETES MELLITUS
A. Epidemiologi
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan diabetes dengan tipe predominan, mencapai
90% dari seluruh kasus diabetes. Terjadi pergeseran pola epidemiologi dari Amerika dan
Eropa ke negara-negara Afrika dan Asia karena semakin tingginya gaya hidup sedentari
di negara-negara tersebut. Mayoritas penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orang
dengan obesitas (Oakley, 2014).
2
Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 secara global diperkirakan sekitar 422 juta orang
pada tahun 2014, dan diproyeksikan meningkat ke angka 552 juta pengidap di tahun
2030. Ada 10 besar negara-negara yang memiliki pengidap diabetes terbanyak di dunia,
antara lain: India, China, USA, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan
Bangladesh (Schwart et al., 2006).
Pada tahun 2000, ada 8,4 juta pengidap diabetes di Indonesia, dan diproyeksikan
mencapai 21,3 juta penderita di tahun 2030. Hampir 80% prevalensi diabetes adalah DM
2 (Cheong, 2016).
B. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus tipe 2 melibatkan faktor, yaitu:
● Faktor Genetik
Faktor genetik diabetes mellitus tipe 2 kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti. Terdapat beberapa varian genetik yang diasosiasikan dengan terjadinya
disfungsi sel-sel β pankreas dan resistensi insulin. Sekitar 10% varian timbulnya DM
2 berhubungan dengan faktor herediter ini (Bilings, 2012).
Sekitar 2-5% orang dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki defek gen yang
bersifat autosom dominan. Orang yang memiliki defek gen ini akan mengalami
diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda, dikenal sebagai maturity onset diabetes of the
youth.
● Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup
Faktor lingkungan dan gaya hidup sedentari merupakan salah satu penyebab
semakin meningkatnya insidensi diabetes mellitus tipe 2. Gaya hidup dengan asupan
karbohidrat yang tinggi serta aktivitas fisik yang inadekuat ketika digabungkan
dengan faktor genetik akan menyebabkan terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Bilings,
2012).
C. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatnya risiko mendapatkan diabetes
mellitus tipe 2:
● Jenis kelamin, umur, ras (Orang asia termasuk golongan yang rentan terkena
diabetes mellitus tipe 2), BMI (Obesitas: >80% orang-orang dengan obesitas
adalah juga penderita diabetes mellitus tipe 2), lingkar pinggang, riwayat hipertensi,
riwayat gula darah tinggi, riwayat keluarga positif diabetes, dan tingkat pendidikan
(Yosmar, Almasdy, & Rahma, 2018).
● Intake dan gaya hidup sedentari yang tidak sehat sehari hari. Seperti konsumsi
daging olahan, produk gandum utuh, pola makan, minuman yang dimaniskan
dengan gula. Peningkatan konsumsi daging dan minuman yang dimaniskan
dengan gula dihubungkan dengan gaya hidup tidak sehat menunjukkan hubungan
yang sangat signifikan dengan DM tipe 2, seperti aktivitas fisik, peningkatan
BMI, merokok dan pola makan yang tidak sehat (Bellou, et al., 2018).
● Riwayat berat badan lahir rendah
● Sindrom ovarium polikistik
● Tanda klinis resistensi insulin, seperti pada acanthosis nigricans.
● Penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan gagal jantung.
● Dislipidemia.
● Impaired glucose regulation.
● Diabetes mellitus gestasional.
● Metabolisme asam amino: konsentrasi asam amino puasa yang tinggi dalam darah
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 hingga empat kali (Oakley, 2014).
D. Patogenesis
E. Penatalaksanaan
Tatalaksana DM bertujuan untuk :
● Menghilangkan keluhan dan tanda DM
● Mempertahankan rasa nyaman dan mencapai target glukosa darah (jangka
pendek)
● Mencegah serta menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati (jangka panjang) (Khatib, 2006).
2. Latihan Fisik
3. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dapat berupa ADO atau insulin. Berdasarkan cara kerjanya
ADO dibagi menjadi:
● Golongan insulin sensitizing
● Golongan sekretagok insulin
● Penghambat alfa glukosidase
● DPP-IV inhibitor (Setiati, et al., 2014)
Tabel 1. Obat Antidiabetik Oral (PERKENI, 2011)
(jam)
F. Komplikasi
Gejala diabetes tipe 2 tergolong sulit dideteksi, bahkan hingga terjadinya komplikasi.
Beberapa komplikasi yang dapat dialami pasien diabetes tipe 2 meliputi:
● Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung, dan stroke.
● Kerusakan saraf (neuropati diabetik). Kondisi ini sering terjadi pada kaki, dengan
gejala yang muncul dapat berupa mati rasa hingga nyeri. Pada pria, kerusakan
pada saraf juga berkaitan dengan terganggunya fungsi seksual.
● Kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Kerusakaan yang parah dapat menyebabkan
gagal ginjal.
● Kerusakan mata (retinopati diabetik). Kerusakaan pada pembuluh darah retina
berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan.
● Gangguan pendengaran.
● Gangguan kulit, seperti lebih mudah terjangkit infeksi bakteri maupun virus.
● Penyakit Alzheimer.
(American Diabetes Association, 2018, Type 2 Diabetes)
(NHS Choices UK, 2017, Health A-Z. Type 2 Diabetes)
G. Prognosis
Prognosis pada pasien dengan diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh tingkat
kontrol penyakit mereka. Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan peningkatan risiko
komplikasi mikrovaskular, seperti yang ditunjukkan dalam Diabetes Control and
Complications Trial (DCCT) pada individu dengan diabetes tipe 1 dan United
Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada orang dengan tipe 2 diabetes.
Di UKPDS, lebih dari 5000 pasien dengan diabetes tipe 2 ditindaklanjuti hingga
15 tahun. Mereka yang berada dalam kelompok yang dirawat secara intensif memiliki
tingkat perkembangan komplikasi mikrovaskular yang jauh lebih rendah daripada
pasien yang menerima perawatan standar. Tingkat penyakit makrovaskuler tidak
berubah kecuali pada kelompok metformin-monoterapi pada orang gemuk, di mana
resiko infark miokard menurun secara signifikan.
Pasien dengan diabetes memiliki kewajiban seumur hidup untuk mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan kisaran referensi.
Dengan kontrol glikemik yang tepat, resiko komplikasi mikrovaskuler dan neuropati
menurun secara nyata. Selain itu, jika hipertensi dan hiperlipidemia diobati secara
cepat dan tepat, resiko komplikasi makrovaskular juga berkurang.
DM tipe 1 dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas prematur yang tinggi.
Lebih dari 60% pasien DM tipe 1 tidak mengalami komplikasi serius dalam jangka
panjang, tetapi banyak sisanya mengalami kebutaan, penyakit ginjal stadium akhir
(ESRD), dan, dalam beberapa kasus, kematian dini. Resiko ESRD dan retinopati
proliferatif dua kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita ketika timbulnya
diabetes terjadi sebelum usia 15 tahun (Khardori, 2019).
BAB 2. PEMBAHASAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Usia : 48 tahun
Assessment
Awal
Fisioterapi
RADIOLOGI / - - -
IMAGING
PENUNJANG LAIN - - -
KONSULTASI
Keperawatan
Riwayat - -
Penyakit
Keluarga
Diagnosis
Fisioterapi
Faktor
Pendukung
Faktor
Penghambat
DISCHARGE
PLANNING
TERINTEGRASI
Edukasi Mengurangi
Keperawatan mengkonsumsi makan-
makanan manis dan
lebih dirutinkan untuk
berolahraga dan
menjaga aktifitas.
Menjaga gaya hidup
Edukasi Bila dilihat dari asesmen awal,
Farmasi
pasien di edukasikan untuk
tetap meminum obat sesuai
dengan aturan dokter
sedangkan untuk pengobatan
non-farmakologinya, pasien
dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang
manis yang nantinya akan
menyebabkan gula darah
pasien meningkat.
Edukasi -
Fisioterapi
TERAPI Injeksi - -
MEDIKAMENTOSA
Cairan Infus - -
Tatalaksana /
Intervensi
Fisioterapi
MONITORING DAN Dokter DPJP ● Monitoring kadar gula
EVALUASI darah.
Fisioterapi
Fisioterapi
KRITERIA PULANG
A. Kesimpulan
Seluruh profesi berperan penting dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien, berbagai
asesmen yang dilakukan seluruh anggota tim medis dapat saling melengkapi dan
memaksimalkan perawatan pasien.
B. Saran
Diharapkan seluruh mahasiswa meningkatkan kemampuannya dalam belajar secara
interprofesi, sehingga mempunyai kesiapan untuk berkolaborasi dengan profesi lain saat
terjun di luar pendidikan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Bellou, V., Belbasis, L., Tzoulaki, I., & Evangelou, E. (2018). Risk factors for type 2 diabetes
mellitus: An exposure-wide umbrella review of meta-analyses. PLOS ONE, 13(3), 1-27.
Baynest, H. W. (2015). Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management of
Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes & Metabolism, 6(5), 1-9.
Khardori, R. (2019). Type 2 Diabetes Mellitus Medication. Medscape.
Khatib, O. M. (2006). Guidelines for the prevention, management and care of diabetes mellitus.
EMRO Technical Publications Series, 34.
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., Simadibrata, M., Stiyohadi, B., & Syam, A. (2014). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Skyler, J. S., Bakris, G. L., Bonifacio, E., Darsow, T., Eckel, R. H., Groop, L. Ratner, R. E.
(2016). Differentiation of Diabetes by Pathophysiology, Natural History, and Prognosis.
Diabetes, 66(2), 241–255.
Tanto, C., et al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Yosmar, R., Almasdy, D., & Rahma, F. (2018). Survei Risiko Penyakit Diabetes Melitus
Terhadap Masyarakat Kota Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 5(2), 134–141.
LAMPIRAN