Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI

PUSKESMAS PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG MADURA

Lilik Maisaroh
S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Lilikmaisaroh17@gmail.com

Weni Rosdiana
D3 Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
wenirosdiana@unesa.ac.id

Abstrak
Prolanis adalah program yang diluncurkan oleh BPJS Kesehatan yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Pertama yaitu Puskesmas. Puskesmas Pangarengan diwajibkan untuk melaksanakan program dari BPJS
Kesehatan. Progran ini merupakan wujud dari kebutuhan masyarakat yang menderita penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Prolanis
di Puskesmas Pangarengan Kabupaten Sampang Madura. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi. Fokus penelitian menggunakan enam indikator yaitu Ukuran da Tujuan Kebijakan,
Sumberdaya, Karakteristik Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana
dan Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan tujuan
kebijakan belum tercapai secara maksimal karena kunjungan dari masyarakat Kecamatan Pangarengan
yang menderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus belum berpatisipasi dalam program ini.
Karakteristik agen pelaksana sudah cocok untuk melaksanakan program. Sikap dan kecenderungan
pelaksana sudah baik dan tidak ada penolakan terhadap program. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas
pelaksana sudah berjalan dengan baik dan lancar. Sumberdaya manusia untuk pelaksanaan sosialisasi masih
mengalami kendala yaitu kurangnya pelaksana promkes dari program prolanis, sedangkan sumberdaya
anggaran masih terbatas dan sumberdaya waktu yang sudah baik dan konsisten sesuai dengan benutuhan
masyarakat. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik masih menghambat program yaitu kondisi ekonomi
masyarakat yang menengah kebawah dan persepsi masyarakat mengenai kesadaran akan pentingnya
menjaga dan mencegah timbulnya penyakit kronis masih kurang sedangkan lingkungan politik untuk agen
pelaksana sangat mendukung semetara masyarakat masih antusias tinggi. Saran yang diajukan peneliti
sebagai berikut Perlu adanya penambahan sumber daya manusia untuk promkes, Perlu adanya sosialisasi
rutin setiap bulan untuk mengajak masyarakat agar dapat berpartisipasi dan menerima manfaat dari
program, Mengelola antrian peserta dengan menambahkan jumlah pelaksana prolanis sehingga, peserta
tidak perlu menunggu lama untuk mengikuti aktivitas dari kegiatan tersebut. Mengajukan peningkatan
anggaran dana yang diberikan BPJS Kesehatan agar dapat mencukupi kebutuhan program prolanis.
Kata Kunci : Implementasi, Prolanis, Lansia
Abstract
Prolanis is a program launched by BPJS Health that is implemented at the First Level Health Center, namely
the Puskesmas. The Pangarengan Community Health Center is required to carry out programs from the
Health BPJS. This program is a manifestation of the needs of people who suffer from hypertension and
diabetes mellitus. The purpose of this research is to describe and analyze the implementation of Prolanis in
the Pangarengan Health Center, Sampang Madura Regency. This research is a descriptive study with a
qualitative approach. Data were collected using interview, observation and documentation techniques. The
focus of the study uses six indicators namely Size and Policy Objectives, Resources, Characteristics of
Implementing Agencies, Inter-Organizational Communication and Activities of Implementing Agencies
and the Economic, Social and Political Environment. The results showed that the size and objectives of the
policy had not been maximally reached because visits from Pangarengan Subdistrict people suffering from
hypertension and diabetes mellitus had not participated in this program. The characteristics of the
implementing agency are suitable for implementing the program. The attitude and inclination of the
executor is good and there is no rejection of the program. Communication between organizations and
implementing activities has been going well and smoothly. Human resources for the implementation of
socialization are still experiencing problems, namely the lack of health promotion implementers from the
prolanis program, while the budget resources are still limited and the time resources are good and consistent
with the needs of the community. The economic, social and political environment is still hampering the
program, which is the economic condition of the middle class people and the community's perception of
the importance of maintaining and preventing the emergence of chronic diseases is still lacking while the
political environment for implementing agents is very supportive while the community is still highly
enthusiastic. Suggestions proposed by researchers as follows There is a need for additional human resources
for health promotion, There is a need for regular socialization every month to invite the community to
participate and receive benefits from the program, Manage the queue of participants by adding the number
of prolanis implementers so that participants do not have to wait long to follow activities of these activities.
Propose an increase in the budget of funds provided by BPJS Health to meet the needs of the prolanis
program
Keywords: Implementation, Prolanis, Elderly

PENDAHULUAN tentang Badan Kesehatan yang lebih banyak


Kesehatan ialah hal yang sangat penting bagi manfaatnya yaitu dengan mengeluarkan
kehidupan manusia, karena hanya dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
kondisi jasmani yang sehat manusia dapat Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
melakukan segala aktivitasnya secara normal. Jaminan Sosial (BPJS) dimulai sejak tanggal 1
Dari hal tersebut negara memberikan perhatian Januari 2014 yang terdapat beberapa pelayanan
kepada masyarakat dibidang kesehatan. Upaya kesehatan yang dijamin meliputi;
membentuk layanan di bidang kesehatan diatur a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu
melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat pelayanan kesehatan non spesialistik
Republik Indonesia dalam Undang-Undang b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan lanjutan.
Sosial Nasional (SJSN) Pasal 1 sebagai berikut : Pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan kerap sekali dibutuhkan oleh
1. Jaminan sosial adalah slah satu bentuk
masyarakat terutama bagi pasien. Seperti
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
terjadinya beberapa resiko gangguan penyakit
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
dan menurunnya kekebalan tubuh. Hal tersebut
hidupnya yang layak.
dapat sampai menimbulkan berbagai penyakit
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu
kronis yang terbilang lebih kompleks, dan
tata cara penyelenggaraan program jaminan
menyebabkan adanya penurunan kondisi
sosial oleh beberapa badan penyelenggara
kesehatan seseorang secara bertahap. Penyakit
jaminan.
tersebut seperti diabetes melitus, gangguan
3. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme
fungsi ginjal, hati dan gangguan fungsi organ
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang
tubuh lainnya serta dapat menyebabkan
berasal dari iuran guna memberikan
terjadinya penyakit Hipertensi. Selain penyakit
perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang
kronis, penyakit akut juga menimbulkan keluhan
menimpa peserta dan/ atau anggota
secara mendadak. Biasanya, penyakit yang
keluarganya.
diderita tidaklah lama, cepat mengalami
4. Tabungan wajib adalah simpanan yang
perkembangan, dan membutuhkan perawatan
bersifat wajib bagi peserta jaminan sosial.
yang mendesak. Oleh karena itu masyarakat
5. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh
yang terdaftar BPJS Kesehatan berhak
Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak
memperoleh pelayanan dalam penanganan yang
mampu sebagai peserta program jaminan
preventif untuk mencegah dan mengobati
sosial.
penyakit yang diderita. Hal tersebut termasuk
Jaminan hari tua merupakan salah satu
salah satu tujuan dari adanya program BPJS
program jaminan sosial ketenagakerjaan dengan
Kesehatan guna mencegah timbulnya perubahan
tunjangan uang tunai yang dapat diberikan
yang tidak diinginkan dari penyakit kronis
kepada peserta tunjangan pembayaran tunjangan,
sendiri yaitu penyakit komplikasi yang mana
tanggung jawab tetap atau penerimaan dunia di
penyakit dapat menjadi memburuk atau
Indonesia. Implementasi Kebijakan Sistem
menunjukkan jumlah gejala yang lebih besar atau
Jaminan Sosial Nasioanal didukung dengan
perubahan patologi, yang menyebar ke seluruh
terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia
tubuh atau berdampak pada sistem organ yang secara menyeluruh dan terpadu kepada
lainnya. masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kegiatan pokok untuk pelayanan BPJS
Kesehatan selaku penyelenggara program Kesehatan yang dilakukan selama 1 (satu) bulan
kesehatan, salah satunya adalah Program sekali. Puskesmas memiliki posisi sentral di
Prolanis yang dilaksanakan di Faskes masyarakat dalam mendapatkan layanan
Puskesmas. Program Prolanis tersebut adalah kesehatan kabupaten/kota, menurut Departemen
suatu sistem pelayanan kesehatan dan Kesehatan RI dalam Peraturan Nomor :
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara 585/MENKES/SK/V/2007 menjadi Menkes
terintegrasi yang melibatkan peserta, Fasilitas Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 1, Fasilitas
Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka Pelayanan Kesehatan yaitu suatu tempat yang
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS digunakan untuk menyelenggarakan upaya
Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
mencapai kualitas hidup yang optimal dengan kuratif, maupun rehabilitatif, ialah Puskesmas.
upaya biaya pelayanan kesehatan yang efektif Dimana puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
dan efisien. yang menyelenggarakan upaya kesehatan
Sasaran dari Program Pengelolaan Penyakit masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
Kronis (Prolanis) adalah sistem pelayanan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang pelayanan untuk mecapai derajat kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit Pelayanan kesehatan di Puskesmas
kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi). ditunjukan kepada semua penduduk dengan tidak
Program Prolanis dilaksanakan Fasilitas membedakan jenis kelamin dan golongan umur,
Kesehatan (Faskes) dan BPJS Kesehatan yang sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai
menderita penyakit kronis untuk mencapai tutup usia. Puskesmas tetap konsisten
kualitas hidup yang optimal dan biaya pelayanan memberikan pelayanan kesehatan untuk
kesehatan yang efektif dan efisien. masyarakat, walaupun sempat berada pada era
Bentuk aktifitas pelaksanaan Prolanis yang berbeda (Era Askes dan Era BPJS) dan
meliputi : (1) Aktifitas konsultasi medis/edukasi, ditambah dengan keberadaan Puskesmas yang
(2) Home Visit (kunjungan), (3) Reminder mudah untuk dijangkau. Program Prolanis
(peringatan), (4) Aktifitas klub dan (5) sendiri menangani pasien penderita penyakit
Pemantauan status kesehatan. Pelaksanaan kronis yakni Diabetes mellitus tipe II dan
prolanis dilakukan di puskesmas dengan Hipertensi. Diabetes melitus tipe II yaitu suatu
ketentuan waktu yang telah disepakati oleh kondisi yang mempengaruhi cara tubuh
pelaksana dan sasaran dari program prolanis. memproses gula darah (glukosa). Pada diabetes
Adapun tujuan dari program prolanis yaitu untuk mellitus tipe II ini tubuh tidak memproduksi
mendorong penyandang penyakit kronis cukup insulin, atau menolak insulin, gejala
mencapai kualitas hidup optimal dengan berupa rasa haus meningkat, sering buang air
indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung kecil, lapar, lelah, dan penglihatan kabur dan
ke Faskes (Fasilitas Kesehatan) tingkat pertama pada beberapa kasus tidak ada gejala.
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik Penanganan berupa diet, olahraga, obat dan
terhadap penyakit Diabetes Melitus Tipe II dan terapi insulin. Untuk penyakit Hipetensi sendiri
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait, yaitu peningkatan tekanan darah (TD) secara
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit menetap kurang lebih 140/90 mm- HG.
komplikasi. Hipertensi yang tidak terkontrol atau tidak
Fasilitas Kesehatan adalah sarana atau diobati dapat menimbulkan komplikasi dan
prasarana atau perlengkapan yang diwujudkan kematian premature. Komplikasi-komplikasi
dalam bentuk pelayanan yang diselenggarakan yang mungkin terjadi, seperti stroke, penyakit
oleh pemerintah daerah atau swasta bagi jantung koroner, ginjal kronis, gagal ginjal,
masyarakat dengan tujuan untuk menjaga atau kerusakan retina, hingga kebutaan dan penyakit
meningkatkan kesehatan melalui tindakan pembuluh darah perifer , termasuk impotensi.
preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Fasilitas “Untuk menghindari kedua penyakit tersebut
Kesehatan (Faskes) yang melaksanakan Program BPJS Kesehatan terpanggil untuk menjaga
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah kualitas kesehatan hidup para peserta untuk
Puskesmas, organisasi kesehatan fungsional mendapatkan manfaat dari Program Prolanis
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan BPJS Kesehatan yang akan dilaksanakan di
masyarakat yang juga membina peran serta setiap Fasilitas Kesehatan seperti di Rumah Sakit
masyarakat disamping memberikan pelayanan
dan Puskesmas.(Sumber: http;/ Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
/kompasiana.com) peneliti tentang Implementasi Program
METODE Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Puskesmas Pangarengan bahwa tujuan serta
dengan pendekatan kualitatif. Data yang ukuran keberhasilan dari program tersebut
dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, telak disampaikan langsung oleh Ketua
observasi dan dokumentasi. Fokus penelitian ini Pelaksana dan Promkes Prolanis di
menggunakan enam indikator yaitu Ukuran da Puskesmas Pangarengan kepada masyarakat,
Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik namun sosialisasi yang dilakukan oleh
Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi Promkes dari Program Prolanis belum
dan Aktivitas Agen Pelaksana dan Lingkungan disampaikan secara merata di daerah
Ekonomi, Sosial dan Politik. Teknik analisis Kecamatan Pangarengan sehingga hal ini
data dalam penelitian ini meliputi mampu menghambat tercapainya
Mempersiapkan dan memilih data untuk keberhasilan dari tujuan kebijakan.
dianalisis, beberapa cara yang dilakukan peneliti Tujuan dari Program Pengelolaan Penyakit
dalam pengelolaan data, mengekploitasi dan Kronis (Prolanis) tertulis dalam buku
pengkodean data, menganalisis lebih detail panduan Prolanis dari BPJS Kesehatan yang
dengan mengkoding data, menerapkan proses dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama
koding untuk mendeskripsikan, menunjukkan yaitu Puskesmas, sehingga pelaksana
bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan mengerti tujuan adanya Program Prolanis
disajikan kembali dalam bentuk narasi, untuk dilaksanakan. Menurut Ketua
Memvalidasi data-data untuk keakuratan hasil Pelaksana Program Prolanis setelah satu
penelitian. tahun Program Prolanis ini wajib
diimplementasikan Program Pengelolaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Pangarengan sudah meningkat angka
dipaparkan, maka dapat dilakukan analisi kunjungan peserta dibandingkan
mplementasi Program Pengelolaan Penyakit sebelumnya. Pada awal tahun 2017
Kronis (Prolanis) terdapat 6 indikator yang pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit
mempengaruhi kinerja kebijakan publik menurut Kronis (Prolanis) hanya diikuti oleh 5-15
Van Metter dan Van Horn yaitu ukuran dan peserta saja, pada tahun 2018 meningkat
tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen menjadi 26 peserta, namun kunjungan dari
pelaksana, sikap dan kecenderungan pelaksana, peserta lansia yang ada di Kecamatan
komunikasi antar organisasi dan aktivitas Pangarengan ini menurut ketua pelaksana
pelaksana dan lingkungan ekonomi, sosial dan masih sangat kurang karena jika dilihat dari
politik. Berikut uraian hasil penelitian ini : hasil rekam medik yang peserta BPJS
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kesehatan yang melakukan kunjungan ke
Suatu kebijakan harus memiliki ukuran Puskesmas Pangarengan di dominasi oleh
dan tujuan kebijakan yang jelas agar lansia yang menderita penyakit Hipertensi
implementasi kebijakan dapat berjalan sesuai dan Diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan yang diharapkan. Dengan adanya tujuan dan ukuran keberhasilan program
suatu ukuran dan tujuan kebijakan yang jelas belum tercapai secara maksimal.
dan terstruktur maka tidak akan 2. Sumberdaya
menimbulkan perbedaan persepsi antara para Dalam suatu implementasi kebijakan,
pelaksana kebijakan dan peserta Program sumberdaya yang paling penting adalah
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di sumberdaya manusia. Dibutuhkan
Puskesmas Pangarengan. sumberdaya yang kompeten dalam suatu
Implementasi program Pengelolaan kebijakan sehingga tujuan dari program bisa
Penyakit Kronis (Prolanis) yang tercapai. Kepala Puskesmas Pangerengan
dilaksanakan di Puskesmas Pangarengan selaku penanggungjawab program
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup menyebutkan bahwa pelaksana dari Program
masyarakat lansia yang menyandang Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di
penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus Puskesmas Pangarengan adala Dokter,
Tipe 2. sedangkan ukuran keberhasilan dari Perawat, Ahli Gizidan dibantu para petugas
Program Pengelolaan Penyakit Kronis lainnya. Dilihat dari jumlah pelaksana
(Prolanis) adalah meningkatkan jumlah Prolanis sebanyak 9 pelaksana sudah cukup
kunjungan peserta lansia yang sudah terdaftar untuk mengimplementasikan program
BPJS Kesehatan Prolanis seriap bulannya.
Pelaksanaan Program Pengelolaan pelaksana yang cocok, sehingga dapat
Penyakt Kronis (Prolanis) menurut menunjang keberhasilan program.
masyarakat sudah ahli dalam bidangnya. Dari hasil penelitian, menurut Ketua
Dokter, Ahli Gizi serta pelaksana yang lain Pelaksana Prolanis, Penanggungjawab dari
sangat berkompeten dalam bidang kesehatan. pihak Puskesmas Pangarengan merupakan
Dengan memberikan pelayanan terbaik agen pelaksana yang mendukung berjalannya
kepada masyarakat dan selalu mengingatkan program dengan memberikan dana yang
peserta untuk menjaga kesehatanya serta berasal dari BPJS Kesehatan.
selalu menghadiri Prolanis untuk memantau Penanggungjawab dari pihak Puskesmas
kesehatannya. Ketua pelaksana selaku yang mendukung berjalannya program
perawat dari Program Prolanis juga selalu dengan memberikan informasi kepada
memberikan pelayanan yang maksimal pelaksana Prolanis jika ada pemberitahuan
dalam pemeriksaan kesehatan dan informasi dari BPJS Kesehatan mengenai Prolanis.
terkait aktivitas-aktivitas Prolanis untuk Karakteristik pelaksana yang cocok untuk
peserta. mengimplementasikan Program Pengelolaan
Implementasi kebijakan juga Penyakit Kronis (Prolanis) adalah orang-
membutuhkan sumberdaya dana atau orang yang berkompeten tentang dunia
finansial. Menurut Ketua Pelaksana, sumber kesehatan seperti Dokter yang paham
daya dana atau anggaran berasal dari mengenai penyakit-penyakit pasien dan cara
anggaran BPJS Kesehatan yang dianggarkan untuk mengobati pasien, sementara Perawat
untuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis dan pelaksana yang lainnya membutuhkan
(Prolanis) sebesar 450 setiap pelaksanaan pula seorang pelaksana yang komunikatif
Prolanis. Sumberdaya dana yang ada kepada masyarakat yaitu dengan
digunakan untuk biaya konsumsi dan biaya mengadakan komunikasi seperti konsultasi
operasional. Jumlah anggaran dana yang langsung dengan masyarakat dilapangan dan
digunakan sangatlah terbatas karena sumber pelaksana yang mengerti akan kondisi
daya dana dari BPJS Kesehatan diberikan dilapangan sehingga membutuhkan
setiap bulan, sehingga pihak Puskesmas dan pelaksana yang bersedia menjadi petugas
pelaksana sendiri selalu memberikan yang ramah, tanggungjawab dan pro aktif
anggaran dana untuk biaya tambahan dari kepada masyarakat, mengingat ini
kegiatan Prolanis. Akibat dari biaya yang merupakan sebuah sosialisasi atau
terbatas, membuat pelaksana terkadang tidak menerangkan kepada para peserta lansia
memberikan konsumsi sesuai dengan mengenai pentingnyan menjaga kesehatan
permintaan peserta untuk dibedakan antara dan mengambangkan kualitas kesehatan
konsumsi peserta yang menyandang penyakit masyarakat yang menderita penyakit
Hipertensi dan Diabetes, terkadang pelaksana Hipertensi dan Diabetes guna mencegah
juga harus menjadi instruktur senam dari timbulnya penyakit komplikasi terutama
kegiatan Prolanis karena keterbatasan dana pada peserta BPJS Kesehatan. Dalam
untuk membayar instruktur senam dari luar. implementasi Program Pengelolaan Penyakit
Sumber daya manusia dan sumber daya Kronis (Prolanis) di Puskesmas Pangarengan,
anggaran yang ada harus didukung dengan cakupan yang dijangkau yaitu hanya
sumberdaya waktu agar tujuan dari suatu Kecamatan Pangarengan sehingga
kebijakan dapat tercapai. Menurut Ketua diperlukan agen pelaksana dari Puskesmas
Pelaksana sumber daya waktu yang setempat
digunakan untuk melaksanakan kegiatan 4. Sikap atau Kecenderungan (Dispotition)
Prolanis sudah cukup baik dan konsisten para Pelaksana
yaitu sesuai dengan kesepatakan pelaksana Sikap penerimaan atau penolakan dari
dan peserta, tepatnya pada hari jum’at di agen pelaksana akan mempengaruhi berhasil
minggu ketiga setiap bulan. atau tidaknya kinerja suatu kebijakan publik.
3. Karakteristik Agen Pelaksana Respon pelaksana terhadap suatu kebijakan
Agen pelaksana pada implementasi akan mempengaruhi implementasi kebijakan,
kebijakan meliputi organisasi formal dan termasuk dalam implementasi Program
organisasi informal. Implementasi kebijakan Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
publik akan dipengaruhi oleh ciri-ciri yang Program Pengelolaan Penyakit Kronis
tepat dan cocok dengan agen pelaksana. (Prolanis) merupakan button-up dari suatu
Dalam Implementasi Program Pengelolaan kebutuhan masyarakat dalam
Penyakit Kronis (Prolanis) diperlukan agen menangani/mengobati penyakit yang
dideritanya terutama untuk peserta BPJS
Kesehatan yang menyandang penyakit Implementasi Program Pengelolaan
kronis. Program Prolanis ini dilaksanakan di Penyakit Kronis (Prolanis) melibatkan
Faskes Tingkat Pertama yaitu Puskesmas dan petugas Puskesmas, BPJS Kesehatan dan
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas masyarakat, sehingga diperlukan komunikasi
sendiri. Tujuan dari program ini untuk diantara para pelaksana tersebut. Salah satu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat cara yang digunakan untuk menyampaikan
yang menyandang penyakit kronis. suatu informasi yaitu sosialisasi. Sosialisasi
Program ini dilaksanakan sejak tahun dilakukan oleh Promkes Prolanis di polindes
2017, kemudian diwajibkan oleh pihak setiap Dusun yang telah dipilih oleh
Puskesmas pada tahun 2018 yang disetujui Puskesmas. Sosialisasi diberikan kepada
oleh Dinas Kesehatan dan BPJS Kesehatan. masyaratakat yang mengikuti penyuluhan di
Puskesmas sebagai penanggungjawab pustu/polindes setempat, sosialisasi
program, selalu menghimbau masyarakat dilakukan langsung oleh pihak Promkes di
untuk mengikuti program yang ada di setiap Dusun namun tidak semua Dusun telah
Puskesmas. Hal tersebut menunjukkan menerima sosialisasi mengenai program
bahwa pihak Puskesmas mendukung BPJS Kesehatan karena sumberdaya manusia
pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit dari promkes sendiri masih kurang. Sehingga
Kronis (Prolanis). informasi mengenai program Prolanis belum
Respon positif juga berasal dari merata di setiap Dusun Kecamatan
masyarakat yang menjadi peserta dari Pangarengan.
Prolanis. Respon tersebut ditunjukkan Komunikasi yang dilakukan antar
dengan kehadiran peserta Prolanis dalam pelaksana sudah cukup baik. Komunikasi
pelaksanaan program karena mengetahui yang paling sering dilakukan adalah
akan manfaat dari pelaksanaan program komunikasi antar pelaksana sendiri karena
Prolanis. Para pelaksana juga mengetahui mereka yang mengetahui langsung keadaan
akan petingnya menjaga kesehatan dan pada saat pelaksanaan Prolanis. Komunikasi
meningkatkan kualitas kesehatan pada saat yang terjalin sudah mampu mendukung
lansia dengan memanfaatkan program yang berjalannya Program Pengelolaan Penyakit
sudah ada. Kepedulian tersebut kemudian Kronis (Prolanis) untuk mencapai tujuan dari
diaplikasikan dengan kesediaan pelaksana program yaitu meningkatkan kehadiran
dalam memberikan pelayanan terbaik kepada peserta dalam pelaksanaan Prolanis. Tidak
peserta lansia agar merasakan pelayanan ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan
yang maksimal dari pelaksana. program Prolanis.
Mengenai sosialisasi dari Program 6. Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Kondisi ekonomi, sosial dan politik
dilakukan pada saat pelaksanaan Prolanis dan mencakup sumber daya ekonomi juga dapat
acara di Polindes oleh para Promkes agar mendukung atau menghambat keberhasilan
masyarakat lebih mengetahui dan memahami sebuah program kebijakan. Implementasi
tujuan dari adanya Program Pengelolaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Penyakit Kronis (Prolanis). dilakukan (Prolanis) juga dipengaruhi oleh lingkungan
evaluasi antar pelaksana pada akhir kegiatan ekonomi, politik dan sosial yang tidak
dengan harapan implementasi Program kondusif dapat menyebabkan kegagalan
Pengelolaan Penyakit Kronis dapat berjalan kinerja implementasi kebijakan.
sesuai dengan harapan dan tujuan. Kondisi ekonomi masyarakat di
5. Komunikasi Antar Organisai dan Kecamatan Pangarengan yang menjadi
Aktivitas Pelaksana sasaran pelaksanaan Program Prolanis di
Koordinasi merupakan mekanisme yang Puskesmas Pangarengan adalah menengah
ampuh dalam implementasi kebijakan publik. kebawah. Mayoritas dari masyarakat
Semakin baik koordinasi komunikasi yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, petani,
dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat pedagang dan serabutan jadi lebih memilih
dalam suatu proses implementasi kebijakan, bekerja daripada mengadiri program
maka asumsi kesalahan akan kecil untuk Prolanis, sehingga angka kunjungan peserta
terjadi. Dalam implementasi suatu kebijakan, belum meningkat. Kondisi tersebut dapat
komunikasi juga dibutuhkan untuk menghambat untuk mencapai tujuan dari
menyampaikan informasi kepada pihak- Program Pengelolaan Penyakit Kronis
pihak yang menjadi tujuan dari kebijakan. (Prolanis). kondisi sosial berkaitan dengan
Komunikiasi baik dari pelaksana guna untuk persepsi masyarakat yang berpikir bahwa jika
mencapai tujuan dari kebijakan. tidak sakit parah dan masih bisa diobati
dirumah dengan membeli obat di toko kenapa 1. Perlu adanya penambahan sumber daya
harus pergi ke puskesmas. Sebagian manusia untuk promkes agar sosialisasi dapat
masyarakat kurang memiliki kesadaran dilakukan secara merata setiap desa di
tentang pentinya mengikuti program Kecamatan Pangarengan.
Prolanis. Berkaitan dengan kondisi politik, 2. Perlu adanya sosialisasi rutin setiap bulan
Ketua Pelaksana Prolanis menyatakan bahwa untuk menerangkan dan mengajak
agen pelaksana dari progam ini merespon masyarakat agar dapat berpartisipasi dan
baik dengan meberikan suntikan dana untuk menerima manfaat dari program Prolanis dan
program dan adanya dukungan dari Dinas mengadakan sosialisasi khusus terkait
Kesehatan dengan membantu memberikan pentingnya mengikuti program yang ada di
sosialisasi kepada mayarakat. Sehingga hal Puskesmas terutama untuk program Prolanis
tersebut mendorong dalam pencapaian tujuan sendiri agar masyarakat mengerti tujuan dari
program. program Prolanis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 3. Untuk mengurangi jumlah antrian peserta
peneliti mengenai Implementasi Program Prolanis yang terlalu panjang, maka perlu
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di adanya penambahan jumlah pelaksana
Puskesmas Pangarengan dapat diketahui Prolanis, sehingga peserta tidak menunggu
bahwa lingkungan ekonomi dan sosial dapat lama dalam kegiatan Prolanis.
mempengaruhi implementasi Program 4. Puskesmas Pengarengan sebaiknya
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). mengajukan permintaan penambahan
Sedangkan kondisi politik dapat mendorong anggaran dana kepada BPJS Kesehatan agar
pencapaian tujuan dari program Prolanis. dapat mencukupi kebutuhan program
PENUTUP Prolanis.
Simpulan Ucapan Terima Kasih
Berdasarkan hasil penelitian Implementasi Peneliti mengucapkan terima kasih yang
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
di Puskesmas Pangarengan Kabupaten Sampang berkontribusi dalam penulisan jurnal ini,
Madura yang telah dianalisis menggunakan diantaranya:
model implementasi kebijakan menurut Van 1. Para Dosen S1 Ilmu Administrasi Negara
Metter dan Van Horn dalam Agustino FISH UNESA.
(2014:142) dengan enam indikator, yaitu Ukuran 2. Dr. Hj. Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP.,
da Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik selaku Dosen Pembimbing Skripsi
Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi 3. Indah Prabawati, S.Sos., M.Si., selaku Dosen
dan Aktivitas Agen Pelaksana dan Lingkungan Penguji dalam seminar proposal maupun
Ekonomi, Sosial dan Politik. sidang skripsi.
Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit 4. Badrudin Kurniawan, S.AP., M.AP., MA.
Kronis (Prolanis) di Puskesmas Pangarengan selaku Dosen Penguji dalam seminar
Kabupaten Sampang Madura telah berjalan proposal maupun sidang skripsi.
dengan baik. Masyarakat yang mengikuti 5. Dan pihak-pihak yang memberikan
program Prolanis ini telah merasakan dukungan moral maupun material kepada
manfaatnya, kondisi kesehatan peserta dari peneliti sehingga penulisan jurnal ini dapat
program Prolanis sudah mencapai hasil yang terselesaikan.
baik dari sebelum peserta mengikuti program DAFTAR PUSTAKA
Prolanis. Puskesmas Pangarengan dapat
Dunn, William N, 2002.Pengantar Analisis
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gadjah
sesuai tujuan dari BPJS Kesehatan yaitu
Mada University Press
mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal dengan Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.
indikator 75% peserta terdaftar yang Ombak (kajian proses dan analisis
berkunjungke Faskes Tingkat Pertama memiliki kebijakan). Yogyakarta:UNY Press
hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap Agustino, Leo, 2014. Dasar-Dasar Kebijakan
penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi Publik. Bandung. Alfabeta
sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian
mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Saran Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif &
Dari uraian diatas, peneliti dapat memberikan Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka
saran sebagai berikut: Pelajar
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011. Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS)
Permenkes (2014) Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 12. Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Kesehatan Nasional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia;2014
Undang-Undang No. 75 Tahun 2014. Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
BPJS Kesehatan. Buku Panduan Praktis Prolanis
; 2014. http.//bpjs-p.unduh/index/39
diakses pada tanggal 10 Maret 2019.
Puji Wijayanti, Lina Miftahul Jannah. 2019.
“Implementasi Kebijakan Manfaat
Jaminan Hari Tua di Indonesia”. Vol 4,
(1): hal. 21. (Online),
(https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi
/article/view/2548, diunduh tanggal 01
April 2020.
Wibisono Risky. 2017. “Implementasi
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima
Di Sentra Ikan Bulak Kenjeran
Kecamatan Bulak Kota Surabaya”. Vol 1
(2): hal. 56. (Online),
(https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi
/article/view/2541, diunduh tanggal 01
April 2020.
Lestari Hermin Aprilia. 2017. “Implemntasi
Kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Di SMA Negeri 4 Kota
Madiun Tahun 2017”. Vol 6 (5). (Online),
(https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi
/article/view/23237, diunduh tanggal 01
April 2020
Buku panduan seputar tentang BPJS
Kementerian Kesehatan RI. Undang-Undang
No. 40 tahun 2004. Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Undang-Undang No. 75 Tahun 2014. Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
Fathoni, Zukrillah. 2017. Administrasi
Kesehatan Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (PROLANIS) BPJS Kesehatan di
Puskesmas Kota Bandar Lampung.
Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai