Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU INDONESIA SEHAT

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NOONGAN


KABUPATEN MINAHASA

Rikal Eben Moniung1


Frans Singkoh2
Daud Markus Liando3

Abstrak
Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan proposional menjadi dambaan bagi
setiap rakyat Indonesia, karena hal ini berkaitan erat dengan salah satu aspek
pemenuhan kebutuhan hidup dasar bagi manusia, oleh karenanya diperlukan
komitmen dari pelaksana pemberi layanan khususnya rumah sakit dalam menunjang
pelaksanaan program pemerintah melalui kartu indonesia sehat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui implementasi program kartu Indonesia sehat di Rumah
Sakit Umum Daerah Noongan Kabupaten Minahasa, dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dimaksudkan dapat menggali informasi sebanyak mungkin dari
masalah penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program kartu
Indonesia sehat dapat dikaji melalui ketersediaan informasi yang lengkap dan akurat
dalam pelayanan administrasi Kartu Indonesia Sehat kepada pasien pengguna layanan
di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan ditemui masih kurang disosialisasikan
dengan baik, dimana masih banyaknya peserta KIS yang belum mengetahui tentang
mekanisme penggunaan layanan KIS, termasuk tentang tanggungan biaya rawat inap
maupun pembelian obat-obatan yang tidak keseluruhan ditanggung oleh KIS.

Kata Kunci: Implementasi, Program, Kartu Indonesia Sehat.

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Unsrat.
2
Ketua Penguji/Pembimbing Skripsi.
3
Sekretaris Penguji/Pembimbing Skripsi
Pendahuluan masyarakat, mengingat khususnya
Pelayanan dalam bidang kesehatan didaerah penyerahan urusan kesehatan
adalah salah satu bentuk kongkret menjadi kewenangan daerah, dengan
pelayanan publik.Sehat adalah hak desentralisasi kewenangan yang
azasi setiap manusia.Kesehatan diberikan kepada Pemerintah Daerah,
merupakan sebuah investasi bagi dalam hal ini kemampuan Pemerintah
negara, dalam artian hanya manusia Daerah untuk melaksanakan berbagai
yang sehat yang baik jasmani dan kewenangan yang selama ini
rohani saja yang dapat melakukan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
pembangunan kelak dan untuk dapat untuk itu, Pemerintah Daerah harus
mewujudkan tujuan nasional mampu memberikan pelayanan yang
diperlukan tenaga sumber daya lebih berkualitas, efeisien, efektif, dan
manusia yang tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab.
berkualitas. Hal ini sangat diperlukan Sehubungan dengan itu, aparatur
untuk menghadapi era globalisasi, pemerintah sebagai perencana dan
karena penduduk yang sehat bukan saja pelaksana suatu model kebijakan
akan menunjang keberhasilan program pelayanan publik, di harapkan mampu
pembangunan tetapi juga memberikan suatu bentuk peningkatan
meningkatkan produktifitas dan pelayanan, khususnya peningkatan
meningkatkan pendapatan. Salah satu pelayanan kesehatan masyarakat.
permasalahan kependudukan terbesar Terdapat beberapa hal yang harus
yang dihadapi pemerintah hingga saat dilakukan oleh pemerintah sebagai
ini adalah permasalahan kesehatan. pemberi kebijakan pelayanan kesehatan
Dampak dari permasalahan ini bukan bagi masyarakat yaitu peningkatan
hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia manajemen pelayanan kepada
semata, namun permasalahan masyarakat yang berbasis
kesehatan ini telah menjadi isu kemasyarakatan, memberikan jaminan
global.Masalah kesehatan masyarakat kesehatan terpadu bagi masyarakat, dan
terutama di negara-negara berkembang penyediaan Sumber Daya Manusia
seperti Indonesia didasarkan pada dua (SDM) dalam hal ini para tenaga medis
aspek utama yaitu, aspek fisik seperti yang dinilai mampu memberikan
sarana kesehatan dan pengobatan segala bentuk tindakan yang sesuai
penyakit, sedangkan yang kedua adalah kemampuan mereka, serta
aspek non fisik yang menyangkut menyediakan sarana dan prasarana
masalah kesehatan.Pelayanan yang yang mampu mendukung terciptanya
dimaksud adalah pelayanan yang suatu pelayanan kesehatan yang
mudah, murah, cepat, dan dengan memadai bagi masyarakat, dalam hal
prosedur yang tidak berbelit- ini kinerja pemerintah sangat berperan
belit.Masyarakat mengharapkan agar dalam meningkatkan kualitas
kiranya pelayanan yang diberikan lebih pelayanan kesehatan. Kinerja
baik dan tidak memandang dari sudut pemerintah dapat dirasakan melalui
pandang baik status sosial ataupun pelayanan kesehatan yang murah atau
kelas-kelas tertentu. gratis, ketersediaan sarana dan
Fungsi Pemerintah sebagai prasarana kesehatan (pusat kesehatan
penyelenggara pemerintahan, masyarakat) disetiap desa/kelurahan.
pembangunan, dan kemasyarakatan, Kesadaran tentang pentingnya
memiliki peran penting dalam jaminan perlindungan sosial terus
mengelola, pelayanan kesehatan berkembang sesuai amanat pada
perubahan UUD 1945 pasal 34 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
yaitu menyebutkan bahwa Negara 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan
mengembangkan Sistem Jaminan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesehatan Nasional). Untuk menjamin
Berdasarkan konstitusi dan undang– akses penduduk miskin terhadap
undang tersebut, kementrian kesehatan pelayanan kesehatan, sejak tahun 2008
sejak tahun 2005 telah melaksanakan pemerintah telah menyelenggarakan
program jaminan kesehatan social, program jaminan kesehatan masyarakat
dimulai dengan jaminan pemeliharaan (JAMKESMAS), dengan sasaran
kesehatan bagi masyarakat miskin program Jamkesmas berjumlah 19,1
(JPKMM) atau lebih dikenal dengan juta rumah tangga miskin (RTM) yang
askeskin (2005–2007) yang kemudian setara dengan 76,4 juta jiwa
berubah nama menjadi program masyarakat yang terdiri dari
jaminan kesehatan masyarakat masyarakat miskin dan masyarakat
(JAMKESMAS) sampai dengan tidak mampu. Dengan jamkesmas
sekarang (Peraturan Menteri Kesehatan diharapkan keterbatasan akses terhadap
Nomor 40 Tahun 2012). pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Upaya-upaya yang dilakukan miskin dan tidak mampu dapat diatasi
Pemerintah untuk mengatasi persoalan (Juknis Jamkesmas, 2012).
pelayanan kesehatan diantaranya Sejak tahun 2014 disaat
adalah dengan membuat regulasi yang pemerintahan Presiden Jokowi
salah satunya Undang-Undang Nomor meluncurkan program Kartu Indonesia
36 Tahun 2009 tentang Sehat (KIS), dalam hal ini, BPJS
kesehatan.Selain itu dalam rangka Kesehatan adalah badan yang
pemerataan pelayanan kesehatan, menyelenggarakan, sedangkan KIS
Pemerintah mulai menggalakkan adalah programnya. Sehingga KIS pun
program-program yang diarahkan dasar hukumnya adalah Undang-
kepada masyarakat kurang mampu undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
sehingga semua masyarakat dapat Sistem Jaminan Sosial Nasional
menikmati pelayanan kesehatan secara (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24
adil dan merata.Salah satu program tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan.
pelayanan kesehatan yang dapat Rumah Sakit Noongan sebagai salah
dinikmati oleh masyarakat satu pusat rujukan pelayanan kesehatan
miskin.Undang-Undang Nomor 24 yang berusaha memberikan pelayanan
Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan menyeluruh di bidang kesehatan secara
Sosial Nasional akan diselenggarakan cermat dan tepat, dengan didukung
oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS tenaga medis yang profesional dan
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. berkompeten di bidangnya, serta sarana
Khusus untuk Jaminan Kesehatan dan prasarana yang modern dan
Nasional (JKN) akandiselenggarakan lengkap dengan tarif yang terjangkau
oleh BPJS Kesehatan yang dan memiliki program pelayanan
implementasinya dimulai 1 Januari masyarakat secara gratis yaitu program
2014. Secara operasional, pelaksanaan kartu Indonesia sehat, dalam hal ini
JKN dituangkan dalam Peraturan Rumah Sakit Noongan memberikan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, pelayanan Rawat Jalan Tindak
antara lain: Peraturan Pemerintah Lanjutan (RJTL) dan pelayanan Rawat
Nomor 101 Tahun 2012 tentang Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang
Penerima Bantuan Iuran (PBI); mencangkup tindakan pelayanan obat,
penunjang diagnostik, pelayanan darah melibatkan banyak aktor kebijakan
serta berbagai pelayanan penunjang sehingga sebuah kebijakan bisa
diagnostik lainnya. Berdasarkan menjadi rumit.Kerumitan dalam tahap
pengamatan yang peneliti lakukan, implementasi kebijakan bukan hanya
peneliti menemukan ada beberapa ditunjukkan dari banyaknya aktor
permasalahan menyangkut dalam kebijakan yang terlibat, namun juga
pelayanan kesehatan yang diberikan variabel-variabel yang terkait di
oleh pihak Rumah Sakit Noongan dalamnya.Subarsono (2005:89),
kepada pasiennya. Hal ini terungkap Menyebutkan beberapa teoritisi
karena peneliti mendengar keluhan implementasi kebijakan yang
dalam pelayanan kesehatan antara lain: menyebutkan berbagai macam variabel
masih terdapat penolakan pasien tersebut. Pakar-pakar tersebut antara
Jamkesmas dengan alasan kapasitas lain: George C. Edwards III, Merilee S.
rumah sakit sudah penuh (meskipun Grindle, Daniel A. Mazmanian dan
kasusnya sangat sedikit), sistem Paul A. Sabatier, Donald Van Meter
rujukan belum berjalan dengan dan Carl Van Horn, Cheema dan
optimal, belum semua rumah sakit Rondinelli, dan David L. Weimer dan
menerapkan kendali mutu dan kendali Aidan R. Vining.
biaya, peserta masih dikenakan urun Menurut Edwards III (1980:9-
biaya dalam mendapatkan obat, alat 11), implementasi kebijakan
medis habis pakai atau darah, dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
penyediaan dan distribusi obat belum 1. Komunikasi
mengakomodasi kebutuhan pelayanan 2. Sumber daya
obat program KIS. Dengan melihat 3. Disposisi
latar belakang tersebut maka dapat 4. Struktur birokrasi.
dirumuskan masalah yang akan Menurut Edwards (1980)
dikemukakan yaitu komunikasi harus ditransmisikan
bagaimana implementasi program kartu kepada personel yang tepat, dan harus
indoensia sehat di Rumah Sakit Umum jelas, akurat serta konsisten Edwards
Daerah Noongan? III menyatakan: “Orders to implement
Tujuan penelitian ini adalah policies must be transmitted to the
untuk mengetahui implementasi appropriate personnel, and they must
program KIS di Rumah Sakit Umum be clear accurate, and consistent”.
Daerah Noongan, yang dilihat melalui: Dalam hal ini Edwards menjelaskan,
ketersediaan Informasi yang Akurat bahwa jika pembuat
Kepada Pasien KIS, sikap Petugas keputusan/decision maker berharap
Dalam Memberikan Pelayanan, agar implementasi kebijakan sesuai
ketersediaan Prasarana dan Sarana KIS dengan yang dikehendakinya, maka ia
di RSUD Noongan harus memberikan informasi secara
tepat. Komunikasi yang tepat juga
Tinjauan Pustaka menghindari diskresi/discretion pada
Dalam sistem politik, kebijakan para implementor karena mereka akan
publik diimplementasikan oleh badan- mencoba menerjemahkan kebijakan
badan pemerintah.Badan-badan umum menjadi tindakan yang spesifik.
tersebut melaksanakan pekerjaan Diskresi ini tidak perlu dilakukan jika
pelaksanaan kebijakan tersebut hari terdapat aturan yang jelas serta spesifik
demi hari sehingga menuju kinerja mengenai apa yang perlu dilakukan.
kebijakan.Implementasi tersebut dapat Namun, aturan yang terlalu kaku juga
dapat menghambat implementasi hal ini Edwards III menekankan bahwa
karena akan menyulitkan adaptasi dari sikap atau yang beliau sebut sebagai
para implementor. Dalam hal ini disposisi merupakan hal yang krusial
diperlukan kebijakan yang karena jika implementor kebijakan
ditransmisikan kepada agen pelaksana memiliki disposisi yang berlawanan
yang tepat, jelas, dan konsisten, tetapi dengan arah kebijakan, maka perspektif
tidak menghalangi adaptasi dari para ini juga dapat mengakibatkan
agen pelaksana tersebut. ketidaksesuaian antara tujuan kebijakan
Mengenai sumber daya, Edwards yang sesungguhnya dengan
III ( 1980 ) menjelaskan bahwa hal implementasi kebijakan di lapangan.
yang diperlukan agar implementasi Dicontohkan oleh Edwards III, bahwa
berjalan efektif adalah: Important banyak negara bagian dan sekolah-
resources include staff of the proper sekolah di AS yang tidak
size and with the necessary expertise; mengalokasikan dana bagi anak
relevant and adequate information on berkebutuhan khusus meskipun aturan
how to implement policies and on the tentang alokasi dana tersebut telah
compliance of others involved in dituangkan dalam Title I of the
implementation; the authority to ensure Elementary and Secondary Education
that policies are carried out as they are Act of 1965. Pelanggaran ini
intended; and facilities (including disebabkan oleh sikap negara- negara
buildings, equipment, land, and bagian dan sekolah-sekolah tersebut
supplies) in which or with which to tidak berminat / not interested dalam
provide services. Tanpa memandang mengimplementasikan kebijakan
seberapapun jelas dan konsistennya tersebut di atas.
perintah implementasi dan tanpa Untuk mengatasi kebuntuan
memandang seberapapun akuratnya implementasi karena adanya resistensi
perintah tersebut ditransmisikan, jika dari pelaksana, Edwards III
implementor yang menawarkan dua alternatif solusi.
mengimplementasikan kebijakan Alternatif pertama adalah dengan
kekurangan sumber daya, maka pergantian personel, sedangkan
implementasi tidak akan efektif. alternatif kedua adalah dengan
Sumber daya yang dimaksud oleh memanipulasi insentif. Alternatif
Edwards, sebagaimana disebutkan di pertama menurut Edwards III
atas meliputi staff, informasi, otoritas, cenderung lebih sulit daripada
dan fasilitas. alternatif kedua. Edwards III (1980)
Selain komunikasi dan sumber menyatakan: Changing the personnel in
daya, Edwards III memandang government bureaucracies is difficult,
disposisi dari implementor sebagai and it does not ensure that the
faktor yang penting. Edwards III implementation process will proceed
(1980) menyatakan: “If implementors smoothly. Another potential technique
are well-disposed toward a particular to deal with the problem of
policy, they are more likely to carry it implementors’ dispositions is to alter
out as the original decisionmakers the dispositions of existing
intended. But when implementors’ implementors through the manipulation
attitudes or perspectives differ from the of incentives. Since people generally
decisionmakers’, the process of act in their own interest, the
implementing a policy becomes manipulation of incentives by high-
infinitely more complicated”. Dalam level policymakers may influence their
actions. sosial.
Alternatif kedua ini sering kita Adapun yang menjadi sumber
jumpai dalam manajemen organisasi. informasi sebagai informan dalam
Organisasi yang mengutamakan kinerja penelitian ini adalah sebagai berikut:
seperti di dalam perusahaan seringkali 1. Informan Kunci adalah Direktur
memberikan kenaikan gaji yang Pelayanan Medis RSU Noongan
berbeda antar karyawan. Karyawan (1orang)
yang memiliki kinerja lebih bagus akan 2. Informan Utama adalah Pekerja:
mendapatkan kenaikan gaji yang lebih - Perawat 2 orang
besar daripada karyawan yang - Staf administrasi 1 orang
memiliki kinerja di bawahnya. Dalam 3. Informan Biasa adalah Pasien yang
bidang pendidikan kita juga melihat telah berobat yang menggunakan
misalnya sertifikasi guru dan dosen di KIS di RSU Noongan (5 orang).
Indonesia yang pada gilirannya akan Penelitian ini difokuskan pada
meningkatkan kesejahteraan guru dan Implementasi KIS di Rumah Sakit
dosen. Peningkatan kesejahteraan ini Umum Daerah Noongan, yaitu:
merupakan wujud reward yang 1. Ketersediaan Informasi yang Akurat
berimbas pada tuntutan untuk Kepada Pasien KIS
peningkatan kinerja dari guru dan 2. Sikap Petugas Dalam Memberikan
dosen. Pelayanan
Faktor keempat yang 3. Ketersediaan Prasarana dan Sarana
dikemukakan Edwards adalah struktur KIS di RSUD Noongan
birokrasi. Edwards III ( 1980 )
menyatakan bahwa dua sub variabel Hasil Penelitian
yang memberikan pengaruh besar pada Sesuai dengan Fokus penelitian
birokrasi adalah Standard Operating ini yaitu: Informasi yang lengkap dan
Procedures (SOP) dan fragmentasi. akurat BPJS yang ada di RSUD
Mengenai SOP, Edwards III (1980) Noongan, kepada pasien tentang
menjelaskannya sebagai: “The former pengurusan Administrasi, sikap
develop as internal responses to the petugas BPJS dalam memberikan
limited time and resources of pelayanan, yang meliputi daya tanggap,
implementors and the desire for tanggung jawab, dan keramahan
uniformity in the operation of complex petugas, ketersediaan prasarana dan
and widely dispersed organizations; sarana BPJS/KIS di RSUD Noongan,
they often remain in force due to berdasarkan kualitas pelayanan yang
bureaucratic inertia”. diberikan dari tahun 2014 sampai
dengan 2015, dimana sesuai dengan
Metode Penelitian hasil penelitian ini, peneliti melakukan
Penelitian ini bersifat deskriptif wawancara yang memfokuskan kepada
kualitatif yang bertujuan kualitas pelayanan tahun 2015 yang
menggambarkan dan mempelajari sedang berjalan, sedangkan untuk
masalah–masalah dalam masyarakat, kualitas pelayanan tahun sebelumnya,
serta tata cara yang berlaku dalam ditelusuri oleh peneliti melalui catatan-
masyarakat serta situasi tertentu, catatan medis, ataupun informasi dari
termasuk tentang hubungan kegiatan petugas.Wawancara dilakukan kepada
yang ada, sikap dan pandangan, serta pasien KIS, yang sedang dan telah
proses–proses yang sedang merasakan pelayanan dari BPJS yang
berlangsung dari suatu fenomena ada di RSUD Noongan, berikut ini
akan dipaparkan hasil wawancara pribadi jasa perawatan di rumah sakit,
dengan para informan mengenai fokus namun pada saat saya diterima di UGD
penelitian ini sebagai berikut: petugas medis menanyakan kepada
Ketersediaan Informasi yang saya, apakah saya menjadi peserta
Akurat Kepada Pasien KIS asuransi, saya katakan bahwa saya
Hasil wawancara dengan Bpk. mempunyai KIS, mereka meminta
Alfrets Wowiling yang pernah kartu KIS saya dan mereka katakan
menggunakan jasa layanan KIS di cukup dengan memberikan KIS ini
RSUD Noongan mengatakan bahwa: biaya perawatan saya dapat ditanggung
“pada mulanya yang saya oleh KIS sesuai dengan syarat dan
pikirkan untuk menggunakan layanan ketentuan yang berlaku. Pada saat itu
jasa KIS di rumah sakit harus ada surat saya tidak pernah mengetahui
rujukan dari puskesmas, tetapi untuk bagaimana caranya menggunakan KIS
saat ini pelayanan KIS sudah sangat di rumah sakit, karena sesuai informasi
mudah, cukup membawa kartu peserta yang saya dengan terlalu berbelit-belit
KIS bisa langsung dilayani, kecuali harus ada surat ini dan itu, namun pada
pada jam kerja dimana pasien harus kenyataannya sangat mudah”.
membawa rujukan dari dokter tingkat Alfrets Wowiling mengatakan:
pertama atau puskesmas untuk dilayani “saya tidak pernah mengetahui
di poli kesehatan, sedangkan untuk informasi tentang penggunaan
masuk UGD biasanya pada saat pelayanan KIS bagi para pesertanya
keadaan darurat terjadi di sore dan yang ternyata begitu mudah dan cepat,
malam hari, pasien bisa langsung informasi ini hanya dapat saya ketahui
dilayani di UGD”. di rumah sakit, khususnya di bagian
Dari hasil wawancara dengan BPJS yang ada di RSUD Noongan”.
informan Alfrets Wowiling dapat Berdasarkan penuturan informan
diketahui bahwa pelayanan jasa pasien diatas diketahui bahwa informasi
KIS cukup membawa kartu peserta mengenai pengunaan layanan KIS bagi
KIS, namun dilain pihak informasi ini setiap pesertanya kurang di
belum seluruhnya diketahui oleh para sosialisasikan, sehingga menyebabkan
pengguna jasa layanan KIS, seperti kebanyakan peserta KIS tidak
yang diungkapkan oleh beberapa mengetahui mekanisme/prosedur
informan sebagai berikut: dalam menggunakan jasa layanan
Michael Sambuaga mengatakan: KIS.Dari data hasil penelitian diketahui
“informasi tentang penggunaan pula bahwa ketersediaan petunjuk
jasa layanan kesehatan KIS di RSUD informasi pelayanan dinilai oleh para
Noongan belum sepenuhnya saya pasien KIS adalah kurang dimana
ketahui, hal ini disebabkan kurangnya kuantitas informasi, seperti iklan
sosialisasi dari pihak KIS itu sendiri”. ataupun visualisasi mengenai
Julani Pangemanan mengatakan: penggunaan jasa KIS yang harus di
“selama saya mendapat karti tambah.
Indonesia sehat baru tahun ini saya Ketersediaan informasi
menggunakan jasa layanan KIS di pelayanan sangat dibutuhkan oleh para
RSUD Noongan, kebetulan pada saat pasien dalam rangka kemudahan dan
itu saya terserang penyakit demam pernahaman bagi para pasien KIS
berdarah, yang saya rencanakan bahwa dalarn menerima pelayanan yang
saya akan menjadi pasien umum diberikan oleh BPJS di Rurnah Sakit
artinya saya akan membayar secara Umum Daerah Noongan, baik petunjuk
informasi tentang denah ruang dibaca dan belum dipahami
pelayanan maupun prosedur dan sepenuhnya sehingga mereka lebih
tatalaksana pelayanan yang memuat memilih bertanya kepada petugas atau
tentang persyaratan, waktu dan biaya petugas keamanan yang mereka temui.
pelayanan. Seperti yang diungkapkan oleh salah
Berdasarkan hasil observasi serta seorang informan pasien KIS berikut
wawancara dengan beberapa pasien ini:
KIS yang melakukan pelayanan rawat "saya bingung dengan petunjuk-
jalan di Rumah Sakit DaerahNoongan petunjuk informasi yang ada jadi saya
yang dilakukan oleh penulis, diketahui lebih memilih bertanya kepada, satpam
dari petunjuk informasi pelayanan namun sangat disayangkan kebanyakan
rawat jalan memang sudah baik seperti dari mereka juga tidak tahu, mereka
terpampangnya papan petunjuk ruang malah mengarahkan saya agar ke outlet
pelayanan poliklinik, petunjuk alur BPJS yang ada di RSUD Noongan".
pelayanan rawat jalan termasuk secara Selain itu juga karena ruang
khusus petunjuk atau prosedur pelayanan koridor pelayanan yang
pelayanan untuk pasien KIS baik tidak luas dan penuh dengan pasien
berupa pamflet, poster, dan petunjuk yang berobat sehingga dapat
informasi lainnya.Kendati petunjuk membingungk:an pasien dalam
informasi pelayanan sudah cukup menemukannya. Akibatnya, tidak
namun dari segi penataan perlu ditata jarang pasien harus menanyakan
penempatannya supaya rapi dan tidak langsung kepada petugas setempat
membingungkan para pasien yang akan untuk menanyakan informasi-informasi
melakukan pelayanan, sebagairnana yang dibutuhkan. Seperti yang
diungkapkan oleh informan Jane dikatakan oleh informan Widya
Roringpandey: Mandang sebagai berikut:
“saya mengira, beberapa "kadang ada yang tidak terlihat
petunjuk informasi pelayanan sudah jelas karena, posisi kurang tepat,dan
bagus dan memudahkan kami dalam juga suka dipindah-pindah sehingga
mamperoleh pelayanan tapi petunjuk saya datang kembali untuk pengobatan
informasi ini perlu ditata supaya lebih selalu bingung”.
rapi dan memudahkan dalam Berdasarkan data hasil
memahami proses pelayanan". wawancara dan pengamatan yang
Begitu pula informan lainnya dilakukan oleh penulis sebagairnana
yang penulis wawancarai dalam diungkapkan di atas, maka dalam
kesempatan yang sama, menurutnya rangka meningkatkan pelayanan
perlu ada penambahan beberapa kesehatan kepada masyarakat maka
petunjuk informasi pelayanan yang sudah selayaknya pihak BPJS bersama
dibutuhkan para pasien dalam dengan RSUD Noongan melakukan
pelayanan. Kendati petunjuk informasi perbaikan informasi layanan baik
pelayanan sudah cukup tersedia dan menyangkut isi informasi yang dapat
memudahkan para pasien KIS dan dipahami oleh semua pihak dan
umum dalam berobat di RSUD pembuatannya perlu diseragamkan
Noongan, baik rawat inap maupun serta pemasangannya perlu ditata
poliklinik namun bagi pasien KIS dan dengan baik.
umum yang berumur lebih dari 60 Selanjutnya dalam penelitian ini
tahun ketersediaan petunjuk informasi pula dikembangkan tentang informasi
pelayanan dinilai mereka tidak mudah pembayaran haraga yang ditanggung
oleh KIS, kepada para pasiennya, berbentuk iklan merupakan program
seperti yang diungkapkan sebagai dari divisi lain yang ada di BPJS, dan
berikut: itu menjadi kewenangan mereka, kami
“saya tidak tahu sama sekali yang ditempatkan di rumah sakit sudah
tentang produk pelayanan apa saja berupaya memberikan informasi lewat
yang ditanggung oleh KIS di RSUD visualisasi yang kami tempelkan pada
Noongan ini, ternyata tidak semua outlet kami yang ada di RSUD
layanan perawatan ditanggung KIS, Noongan ini, karena hanya itu sebatas
khusus untuk biaya rawat inap KIS kewenangan kami”.
hanya untuk kelas 3 atau sal, tidak Dari hasil observasi dan
semuanya ditanggung oleh KIS”. wawancara dengan beberapa pasien
Dari informasi yang diperoleh rawat jalan di RSUD Noongan yang
berdasarkan hasil wawancara diatas, dilakukan oleh peneliti, diketahui
diperoleh informasi bahwa tidak bahwa untuk pelayanan perorangan
semuanya ditanggung oleh KIS, petugas di outlet BPJS telah melakukan
termasuk biaya rawat inap yang hanya proses administrasi yang cepat, selain
dibatasi pada rawat inap kelas 3, juga itu proses administrasi juga dilakukan
tidak termasuk biaya visite, dan tidak secara tepat dan akurat namun secara
semuanya obat-obatan ditanggung oleh keseluruhan, karena keterbatasan
BPJS yang ada di RSUD Noongan. pegawai dan banyaknya frekuensi
Untuk mengetahui apa penyebab pasien yang sering datang sehingga
dari pendapat diatas, peneliti memperlambat proses administrasi
mewawancarai salah seorang petugas tersebut. Proses administrasi yang
BPJS yang ada di RSUD Noongan: dilakukan baik dari proses pendaftaran
“kebijakan mengenai tanggungan sampai pada proses perwatan dan
KIS kepada setiap pasiennya, pengambilan obat di apotik, seperti
merupakan kewenangan tingkat yang dikatakan oleh salah seorang
manajemen BPJS dengan pihak RSUD informan sebagai berikut:
Noongan, sedikit yang saya ketahui "sudah tepat dan akurat tapi
bahwa berbeda tingkat layanan yang masih belum maksimal, terutama
diberikan oleh BPJS bagi pihak Rumah kecepatan petugas dalam
Sakit swasta maupun milik pemerintah, menyelesaikan proses administrasi
biasanya bagi rumah sakit milik pasien pengguna KIS, hal ini mungkin
pemerintah kerja sama dengan BPJS disebabkan petugas yang belum
terhadap pasiennya dilakukan secara terampil, atau masih terbiasa untuk
menyeluruh, sedangkan untuk rumah lambat bergerak".
sakit swasta tidak semuanya”. Menurut pasien lainnya, kadang
Selanjutnya untuk mencari tahu petugas pelayanan administrasi di
secara mendalam mengenai bagian BPJS digantikan oleh orang lain
ketersediaan informasi bagi pasien, sehingga kekurang pahaman dalam
salah seorang petugas BPJS yang ada memberikan pelayanan administrasi
di RSUD Noongan mengatakan: berakibat pelayanan yang agak lamban.
“mengenai penyebarluasan Sebagaimana yang dikatakan oleh
informasi penggunaan KIS bagi setiap pasian KIS berikut ini:
pesertanya, dapat diketahui langsung "...... kadang-kadang pelayanan
dengan mengunjungi kantor BPJS, atau petugas administrasi digantikan oleh
dapat pula melihat di website BPJS, orang lain sehingga pelayanan menjadi
khusus informasi melalui media yang lambat, hal ini pernah saya alami ketika
saya sedang mengurus jasa layanan Noongan.
KIS di RSUD Noongan, dimana Ketersediaan Prasarana dan
petugas BPJS yang ada sudah diganti Sarana BPJS di RSUD Noongan,
atau memang hanya sementara diganti, sesuai dengan hasil penelitian kurang
karena saya baru melihatnya pada saat baik, dimana kapasitas ruang yang
itu dan mereka sangat lamban sekali tidak sesuai dengan jumlah pasien
kebanyakan dari mereka pula tidak terlebih khusus ruang tunggu untuk
mengetahui hal-hal yang secara teknis pengurusan administrasi (Surat
berkaitan dengan layanan KIS, namun Jaminan), tempat duduk diruang
pada akhirnya saya temukan informasi tunggu pasien yang jumlahnya tidak
bahwa petugas yang sebenarnya sedang mencukupi, sehingga banyak pasien
meminta ijin, sehingga digantikan yang harus menunggu diluar dan duduk
sementara oleh petugas yang lain, yang di lantai sementara menunggu antrian.
bukan khusus pelayanan di BPJS".
Saran
Kesimpulan Perlunya sosialisasi kepada para
Kesimpulan dalam penelitian anggota peserta KIS mengenai
ini mengenai Implementasi Program informasi pelayanan maupun
KIS di Rumah Sakit Umum Daerah administrasi yang diperlukan dalam
Noongan, sesuai dengan hasil memberikan pelayanan kepada setiap
penelitian yaitu: peserta KIS, melalui iklan di media
Ketersediaan informasi yang cetak maupun elektronik,
lengkap dan akurat dalam pelayanan sertapamphlet.
administrasi KIS kepada pasien Perlunya peningkatan kinerja
pengguna layanan KISdi RSUD Petugas BPJS, khususnya karyawan
Noongan masih kurang disosialisasikan yang berada pada bagian pelayanan,
dengan baik, dimana masih banyaknya dimana berhubungan langsung dengan
peserta KIS yang belum mengetahui pasieb dalam pengurusan administrasi.
tentang mekanisme penggunaan Meningkatkan koordinasi dengan
layanan KIS, termasuk tentang pihak RSUD Noongan, mengenai
tanggungan biaya rawat inap maupun sarana dan prasarana baik ruangan
pembelian obat-obatan yang tidak pelayanan, maupun sarana lainnya,
keseluruhan ditanggung oleh KIS. dimana BPJS perlu memperhatikan
Sikap petugas BPJS/KIS dalam kondisi penunjang pelayanan yang
memberikan pelayanan, yang meliputi dibutuhkan dalam meningkatkan
daya tanggap, tanggung jawab, dan kualitas pelayanan kepada
keramahan petugas, sesuai dengan hasil peserta/anggota KIS.
penelitian terungkap bahwa sudah
cukup baik, namun ada beberapa hal DAFTAR PUSTAKA
yang dirasa kurang yaitu mengenai Abdullah, Syukur, 1988. Laporan temu
tanggung jawab dan keramahan kajian posisi dan peran ilmu
petugas, dalam hal-hal tertentu ada administarasi Negara dan
beberapa oknum petugas BPJS/KIS manajemen, Jakarta, Lembaga
yang ada di RSUD Noongan kurang Administrasi Negara Republik
bertanggung jawab dalam Indonesia dan Asia Foundation
melaksanakan tugasnya, dan tidak Agustino, leo, 2008. Dasar Dasar
ramah dalam memberikan pelayanan Kebijakan Publik, Bandung,
kepada pasien KIS yang ada di RSUD Alfabeta.
Ali, Zaidin, 2010, Dasar–Dasar Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat Publik, Bandung, Alfabeta.
dan Promosi Kesehatan, CV Trans Suradinata Ermaya, 1994. Teori dan
Info Media, Jakarta. Praktek Kebijaksanaan Negara,
Aditama, Tjandra, 2004, Manajemen Bandung: Ramadhan.
Administrasi Rumah Sakit Edisi Saifuddin Azwar, 2005, Metode
Kedua, Penerbit Universitas Penelitan, Pustaka Pelajar,
Indonesia. Yogyakarta Universitas Sumatera
Corbin, Anselm, 2005, Dasar–Dasar Utara
Penelitian Kualitatif, Pustaka Titon Slamet Kurnia, 2007, Hak atas
Pelajar, Yogyakarta. Derajat kesehatan optimal Ham di
Dr.Hamidi, M.Si, 2007.Metode Indonesia, Alumni, Bandung
Penelitian dan teori Komunikasi, William N.Dunn, 2002 .Metodologi
Penerbit UMM Press.Malang penelitian, University Press,
Dwyianto, Agus,dkk, 2006, Reformasi Yogyakarta
Birokrasi Publik di Indonesia, Wahab, Abdul S, 2004. Analisa
Gadjah mada University Kebijakan Bumi Aksara. Jakarta
Press.Yogyakarta Winarno,Budi, 2002, Teori dan Proses
Departemen kesehatan RI, 2008, kebijakan
Pedoman Pelaksanaan Jaminan publik,Yogyakarta.media Presindo
Kesehatan Masyarakat 2008, Wahab, Solichin Abdul, 1997. Analisis
Departemen Kesehatan RI. Kebijakan Dari formulasi
Departemen kesehatan RI, 2011, kebijaksanaan ke implementasi
Pedoman Pelaksanaan Jaminan kebijakan Negara, Jakarta, Bumi
Kesehatan Masyarakat 2011, Aksara.
Departemen Kesehatan RI Winarno, Budi. 2012. Kebijakan
Dunn, William.1999. Analisis publik, Yogyakarta : CAPS
kebijaksanaan Publik.Yogyakarta, Winarno, Budi. 2005. Teori & Proses
Gajah madaUniversity press. Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Kasjono, Yasril, 2009, Teknik Media Pressindo
Sampling untuk Penelitian
Kesehatan, Graha Ilmu, Sumber Lainnya
Yogyakarta. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
Nawawi, Ismail, 2009. Public Policy, 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Surabaya, Putra Media Nusantara. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
Nugroho, Riant, 2008. Public Policy, 2004 tentang Sistem Jaminan
Jakarta, Alex Media Komputindo. Sosial Nasional
M. Natzir 1998. Metode Penelitian, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Ghalia Indonesia, Jakarta 2011 tentang Badan Penyelenggara
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Jaminan Sosial
2006, Metodologi Penelitian Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, 2009 tentang Kesehatan
Bandung Peta Jalan Jaminan kesehatan Nasional
Razak, Amran, 2010. Politik Kesehatan 2014-2019
Gratis, Yogyakarta, Adil Media. Rencana Strategis Menteri Kesehatan
Subarsono, AG, 2010.Analisis kebijkan 2015-2019
publik, Yogyakarta, pustaka
pelajar.

Anda mungkin juga menyukai