Judul Materi : Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Era Otonomi Daerah
Kelompok : 2 (Dua)
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan
seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang
ditemukan banyak macamnya
Pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat dilihat dari perilaku maupun keterampilan
yang ditunjukkan oleh pemberi pelayanan kesehatan dari ilmu yang mereka miliki. Perilaku
perawat merupakan hal yang terpenting dalam menentukan kualitas pelayanan kesehatan.
Karena hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan merupakan faktor yang
mempengaruhi proses penyembuhan pasien. Profesi keperawatan merupakan ujung tombak
dari jasa pelayanan kesehatan itu sendiri (Waltson, 2005).
Otonomi daerah merupakan momentum yang sangat penting bagi pemerintah daerah
untuk menajamkan skala prioritas pembangunan, termasuk pembangunan sektor kesehatan.
Pembangunan sektor kesehatan dipandang cukup strategis dalam mewujudkan kualitas
sumberdaya manusia. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan hendaknya dipandang secara
holistik, artinya pembangunan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
ekonomi, sosial dan politik. Sementara itu, dari berbagai kalangan, pembangunan kesehatan
masih dipahami sebagai permasalahan teknis yang hanya melibatkan para dokter, perawat,
dan tenaga paramedis lainnya. Dari segi kebijakan, pembangunan kesehatan juga belum
banyak dijadikan diskursus publik secara luas. Pembangunan kesehatan seakan-akan telah
dianggap mampu melakukan perubahan secara otomatis untuk merespon dinamika sosial
dan politik yang berkembang pada saat ini. Wacana yang dikembangkan dalam
pembangunan kesehatan bertolak dari paradigma kesehatan untuk semua (health for all).
Paradigma ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan otonomi daerah
yaitu demokrasi, keadilan, dan partisipasi masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Otonomi daerah merupakan salah satu momentum yang sangat penting bagi
pemerintahuntuk melakukan peningkatan pembangunan di wilayahnya, termasuk
pembangunan dalamsector kesehatan. Konsep pembangunan kesehatan mulai digunakan
dalam (UU No. 36 Tahun2009).
Pada pasal 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan adalah “kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.”
Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan dipusat dan daerah, dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
atau dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan prundang-undangan (lembaga administrasi negara, 1998).
Puskemas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang disediakan oleh
pemerintah, puskesmas, bersama unit penunjangnya, seperti posyandu, pustu, pusling,
dan polindes. Sangat penting peranannya karena merupakan pelayanan kesehatan utama
yang dapat menyebar sampai ke masyarakat tingkat desa dan biayanya ralatif dapat
dijangkau oleh kantong masyarakat miskin.