Disusun oleh:
KEDIRI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap warga negara oleh karena itu
pemerintah memiliki kewajiban untuk menyalenggarakan pelayanan
kesehatan yang merata adil dan terjangkau bagi masyarakat, serta negara
bertanggung jawab mengatur sepenuhnya hak hidup sehat bagi setiap
penduduk termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu sebagaimana
di amanatkan dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1)
menyebutkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Kemudian Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 5 ayat (1)
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada
ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperolah
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kemudian pada
ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini masih menjadi
perhatian pemerintah. Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan
sangat rendah, khususnya pada permukiman kumuh yang disebabkan oleh
perilaku masyarakat yang tidak higienis. Ditambah lagi dengan tidak adanya
sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung (Mitra, 2012).
Pembangunan kesehatan di Indonesia sejauh ini masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara maju yang mempunyai infrastruktur,
tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan yang baik. Kenyataannya, masalah
kesehatan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, dan
untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan peningkatan semua faktor
pembangunan yang terkait dengan penerapan pendekatan pelayanan
kesehatan primer yang komprehensif (Hardisman, 2011). Meskipun
pemerintah sudah berupaya dalam meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, akan tetapi pembangunan kesehatan di
Indonesia, khususnya di sejumlah daerah masih menghadapi berbagai
tantangan, antara lain masih terjadinya kesenjangan status kesehatan
masyarakat pada wilayah tertentu, termasuk pada aspek sosial ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kebijakan kesehatan dan implementasi kebijakan
kesehatan?
2. Jelaskan tentang proses kebijakan kesehatan?
3. Jelaskan tentang analisis kebijkan kesehatan?
4. Jelaskan tentang hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan kesehatan dan
implementasi kebijakan kesehatan.
2. Untuk mengetahui proses tentang kebijakan kesehatan.
3. Untuk mengetahui analisis dari kebijakan kesehatan.
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah informasi dan pengetahuan terkait hak
dan kewajiban warga negara Indonesia dalam monitoring mengevaluasi
kebijakan kesehatan.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai tambahan materi kepada pengajar terkait dengan hak dan
kewajiban warga negara Indonesia dalam monitoring mengevaluasi
kebijakan kesehatan.
b. Sebagai refrensi terkait dengan hak dan kewajiban warga negara
Indonesia dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai evaluasi terkait dengan hak dan kewajiban warga negara
Indonesia dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan.
BAB II
ISI
A. Kebijakan Kesehatan
1. Pengertian Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh pada pangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan, dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan dan pengaturan (Walt 1994).
Terdapat komponen sistem kesehatan yang meliputi sumber daya, struktur
organisasi, manajemen, penunjang lain, dan pelayanan kesehatan (Cassels,
1995).
Kebijakan kesehatan biasanya dibuat oleh pemerintah dan swasta.
Kebijakan merupakan produk pemerintahan, walaupun pelayanan
kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui
suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana
keputusannya juga dipertimbangkan oleh aspek politik (Buse, May, dan
Walt 2005). Artinya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang
merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk
memformulasi kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung
jawab Departemen Kesehatan (WHO 2000).
Kebijakan kesehatan dapat terdiri dari kebijakan publik dan swasta
tentang kesehatan. Kebijakan kesehatan juga dapat diasumsikan untuk
merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang mempengaruhi
tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam
system kesehatan. Kebijakan ini mencakup sektor publik (pemerintah) serta
sektor swasta. Namun karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
penentu diluar sistem kesehatan, para pengkaji kebijakan kesehatan
menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari
organisasi diluar sistem kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan.
Sama halnya dengan keberagam definisi kebijakan kesehatan, ada
banyak gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta
penekanannya: seorang ahli ekonomi berpendapat bahwa kebijakan
kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang
langka bagi kesehatan. Seorang perencana melihatnya sebagai cara untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan bagi dokter, kebijakan
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan
(Walt 1994). Menurut Walt, kebijakan kesehatan sama halnya dengan
politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada
penyusunan kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan
dengan persyaratan apa yang akan digunakan. Ilmu kebijakan memiliki tiga
katakteristik utama yaitu:
a. Berorientasi pada masalah. Masalah kebijakan muncul dalam konteks
yang spesifik dan sebaiknya pemecahan yang dihasilkan (analisis,
metodologi) harus secara hati-hati direkomendasikan.
b. Pendekatan akademis dan praktis dilakukan secara multidisiplin.
c. Berorientasi pada aspek normatif dan nilai-nilai.
2. Implementasi Kebijakan
Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2012) mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan
dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun juga berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang ingin diatasi, dengan menyebutkan secara tegas tujuan
atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur
proses implementasinya.
Tahjan (2008) menjelaskan bahwa secara estimologis implementasi
dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk
memperoleh hasil. Andaikan dirangkai dengan kebijakan publik, maka
kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana (alat).
Implementasi kebijakan kesehatan merupakan serangkaian tindakan
pemrintah yang ditetapkan melalui suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, dan membentuk suatu strategi/pendekatan untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan. Oleh sebab itu
kebijakan kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu susunan
rancangan tujuan dan dasar pertimbangan program pemerintah yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dan merupakan pilihan
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan di bidang kesehatan.
Makna kebijakan kesehatan diatas berimplikasi pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan dan tindakan yang
mengarah pada upaya peningkatan derajat kesehatan dalam
bentuk keputusan atau penetapan pemerintah yang bersi!at
mengikat.
b. Kebijakan kesehatan hakikatnya terdiri atas keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan yang ditetapkan oleh
pemerintah di bidang kesehatan, misalnya dalam mengatur
pendayagunaan tenaga kesehatan, penataan sistem pelayanan
kesehatan, pengaturan jaminankesehatan, dan lain sebagainya.
c. Kebijakan kesehatan ditujukan untuk kepentingan seluruh
masyarakat dengan prioritas pada kelompok rentan. Kelompok
rentan yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang
kondisi tubuhnya rentan mengalami gangguan kesehatan
(seperti: bayi, anak balita,ibu hamil dan/atau melahirkan, usia
lanjut dan sebagainya) dan rentan kurang/tidak memiliki akses
terhadap pelayanan kesehatan (keluarga tidak mampu secara
ekonomi, daerah terpencil, terisolir, kepulauan, perbatasan),
serta rentan mengalami gangguan kesehatan dari dimensi
lainnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan kesehatan merupakan suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh pada pangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan,
dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan dan pengaturan (Walt
1994). Kebijakan kesehatan biasanya dibuat oleh pemerintah dan
swasta. Artinya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang
merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Kebijakan
kesehatan dapat terdiri dari kebijakan publik dan swasta tentang
kesehatan. Kebijakan kesehatan juga dapat diasumsikan untuk
merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan
pembiayaan dalam system kesehatan. Seorang perencana melihatnya
sebagai cara untuk mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor
kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan
bagi seorang dokter, kebijakan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt 1994). Menurut Walt,
kebijakan kesehatan sama halnya dengan politik dan segala penawaran
terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan,
bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan
persyaratan apa yang akan digunakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2012) implementasi
kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang, namun juga berbentuk perintah-perintah
atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin
diatasi, dengan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur proses implementasinya.
Tahjan (2008) menjelaskan bahwa secara estimologis implementasi
dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk
memperoleh hasil. Andaikan dirangkai dengan kebijakan publik, maka
kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana (alat).
Implementasi kebijakan kesehatan merupakan serangkaian tindakan
pemrintah yang ditetapkan melalui suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, dan membentuk suatu strategi/pendekatan untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan.
Untuk membuat kebijakan kesehatan perlu memperhatikan segitiga
kebijakan yang dibentuk oleh aktor, konten, konteks dan proses.
Padahal, aktor adalah individu, kelompok, atau organisasi, hal itu
dipengaruhi oleh konteks, lingkungan di mana aktor itu hidup dan
bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti peristiwa
politik, ideologi, sejarah, budaya, ekonomi dan sosial didalam negeri
dan luar negeri yang mempengaruhi kebijakan kesehatan.
Analisis kebijakan publik ialah kegiatan yang bersifat sosial dan
politis, sehingga seorang analis kebijakan publik bertanggung jawab
secara moral dan intelektual untuk menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas. Bersifat sosial karena proses dan hasil kebijakan publik
melibatkan professional dan kelompok peminat di berbagai bidang.
Bersifat politis karena kebijakan publik berkaitan dengan kehidupan dan
kesejahteraan sebagian besar penduduk. Menurut Springate, Baginski &
Soussan, 2007. Hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi terdapat
dalam undang-undang no 25 tahun 2009 yaitu Evaluasi pada pasal 10,
Hak Kewajiban pada pasal 18, Pengawasan Penyelenggaraan pada pasal
35, Peran Serta Masyarakat pada pasal 39, pada pasal 40 UU Nomor 25
Tahun 2009.
B. Saran
Dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan seharusnya
masyarakat tidak hanya menjadi objek untuk tujuan pelaksanaan
kebijakan. Tetapi juga harus tegas terhadap hak dan kewajiban yang
telah terterandalam undang-undang nomor 25 tahun 2009 untuk ikut
serta dalam proses pembuatan kebijakan, pengawasan dan evaluasi
kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
jiptummpp-gdl-haryatikam-49116-3-bab2.pdf
https://www.scribd.com/embeds/350354304/content?start_page=1&view_mode=s
croll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf