Anda di halaman 1dari 24

PAPER ADMINISTRASI KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DALAM

MONITORING MENGEVALUASI KEBIJAKAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU: Safari Hasan, S.IP., MMRS

Disusun oleh:

Defina Fitri Lutfianti (10821004)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap warga negara oleh karena itu
pemerintah memiliki kewajiban untuk menyalenggarakan pelayanan
kesehatan yang merata adil dan terjangkau bagi masyarakat, serta negara
bertanggung jawab mengatur sepenuhnya hak hidup sehat bagi setiap
penduduk termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu sebagaimana
di amanatkan dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1)
menyebutkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Kemudian Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 5 ayat (1)
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada
ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperolah
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kemudian pada
ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini masih menjadi
perhatian pemerintah. Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan
sangat rendah, khususnya pada permukiman kumuh yang disebabkan oleh
perilaku masyarakat yang tidak higienis. Ditambah lagi dengan tidak adanya
sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung (Mitra, 2012).
Pembangunan kesehatan di Indonesia sejauh ini masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara maju yang mempunyai infrastruktur,
tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan yang baik. Kenyataannya, masalah
kesehatan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, dan
untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan peningkatan semua faktor
pembangunan yang terkait dengan penerapan pendekatan pelayanan
kesehatan primer yang komprehensif (Hardisman, 2011). Meskipun
pemerintah sudah berupaya dalam meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, akan tetapi pembangunan kesehatan di
Indonesia, khususnya di sejumlah daerah masih menghadapi berbagai
tantangan, antara lain masih terjadinya kesenjangan status kesehatan
masyarakat pada wilayah tertentu, termasuk pada aspek sosial ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kebijakan kesehatan dan implementasi kebijakan
kesehatan?
2. Jelaskan tentang proses kebijakan kesehatan?
3. Jelaskan tentang analisis kebijkan kesehatan?
4. Jelaskan tentang hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan kesehatan dan
implementasi kebijakan kesehatan.
2. Untuk mengetahui proses tentang kebijakan kesehatan.
3. Untuk mengetahui analisis dari kebijakan kesehatan.
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah informasi dan pengetahuan terkait hak
dan kewajiban warga negara Indonesia dalam monitoring mengevaluasi
kebijakan kesehatan.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai tambahan materi kepada pengajar terkait dengan hak dan
kewajiban warga negara Indonesia dalam monitoring mengevaluasi
kebijakan kesehatan.
b. Sebagai refrensi terkait dengan hak dan kewajiban warga negara
Indonesia dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai evaluasi terkait dengan hak dan kewajiban warga negara
Indonesia dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan.
BAB II

ISI

A. Kebijakan Kesehatan
1. Pengertian Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh pada pangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan, dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan dan pengaturan (Walt 1994).
Terdapat komponen sistem kesehatan yang meliputi sumber daya, struktur
organisasi, manajemen, penunjang lain, dan pelayanan kesehatan (Cassels,
1995).
Kebijakan kesehatan biasanya dibuat oleh pemerintah dan swasta.
Kebijakan merupakan produk pemerintahan, walaupun pelayanan
kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui
suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana
keputusannya juga dipertimbangkan oleh aspek politik (Buse, May, dan
Walt 2005). Artinya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang
merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk
memformulasi kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung
jawab Departemen Kesehatan (WHO 2000).
Kebijakan kesehatan dapat terdiri dari kebijakan publik dan swasta
tentang kesehatan. Kebijakan kesehatan juga dapat diasumsikan untuk
merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang mempengaruhi
tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam
system kesehatan. Kebijakan ini mencakup sektor publik (pemerintah) serta
sektor swasta. Namun karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
penentu diluar sistem kesehatan, para pengkaji kebijakan kesehatan
menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari
organisasi diluar sistem kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan.
Sama halnya dengan keberagam definisi kebijakan kesehatan, ada
banyak gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta
penekanannya: seorang ahli ekonomi berpendapat bahwa kebijakan
kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang
langka bagi kesehatan. Seorang perencana melihatnya sebagai cara untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan bagi dokter, kebijakan
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan
(Walt 1994). Menurut Walt, kebijakan kesehatan sama halnya dengan
politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada
penyusunan kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan
dengan persyaratan apa yang akan digunakan. Ilmu kebijakan memiliki tiga
katakteristik utama yaitu:
a. Berorientasi pada masalah. Masalah kebijakan muncul dalam konteks
yang spesifik dan sebaiknya pemecahan yang dihasilkan (analisis,
metodologi) harus secara hati-hati direkomendasikan.
b. Pendekatan akademis dan praktis dilakukan secara multidisiplin.
c. Berorientasi pada aspek normatif dan nilai-nilai.

2. Implementasi Kebijakan
Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2012) mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan
dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun juga berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang ingin diatasi, dengan menyebutkan secara tegas tujuan
atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur
proses implementasinya.
Tahjan (2008) menjelaskan bahwa secara estimologis implementasi
dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk
memperoleh hasil. Andaikan dirangkai dengan kebijakan publik, maka
kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana (alat).
Implementasi kebijakan kesehatan merupakan serangkaian tindakan
pemrintah yang ditetapkan melalui suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, dan membentuk suatu strategi/pendekatan untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan. Oleh sebab itu
kebijakan kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu susunan
rancangan tujuan dan dasar pertimbangan program pemerintah yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dan merupakan pilihan
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan di bidang kesehatan.
Makna kebijakan kesehatan diatas berimplikasi pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan dan tindakan yang
mengarah pada upaya peningkatan derajat kesehatan dalam
bentuk keputusan atau penetapan pemerintah yang bersi!at
mengikat.
b. Kebijakan kesehatan hakikatnya terdiri atas keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan yang ditetapkan oleh
pemerintah di bidang kesehatan, misalnya dalam mengatur
pendayagunaan tenaga kesehatan, penataan sistem pelayanan
kesehatan, pengaturan jaminankesehatan, dan lain sebagainya.
c. Kebijakan kesehatan ditujukan untuk kepentingan seluruh
masyarakat dengan prioritas pada kelompok rentan. Kelompok
rentan yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang
kondisi tubuhnya rentan mengalami gangguan kesehatan
(seperti: bayi, anak balita,ibu hamil dan/atau melahirkan, usia
lanjut dan sebagainya) dan rentan kurang/tidak memiliki akses
terhadap pelayanan kesehatan (keluarga tidak mampu secara
ekonomi, daerah terpencil, terisolir, kepulauan, perbatasan),
serta rentan mengalami gangguan kesehatan dari dimensi
lainnya.

Adapun beberapa faktor implementasi kebijakan kesehatan sebagai


berikut:

1) Implementasi strategi, dimana kebijakan dapat langsung


dilaksanakan atau memerlukan kebijakan turunan sebagai
kebijakan pelaksanaan. Konsep implementasi strategi:
a. Menyesuaikan struktur dan strategi.
b. melembagakan strategi.
c. Mengoperasionalkan strategi.
d. Menggunakan prosedur untuk memudahkan implementasi.
2) Pengorganisasian, yaitu merumuskan prosedur dalam
implementasi. Adapun konsep-konsepnya:
a. Struktur organisasi dan desain organisasi.
b. Pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan.
c. Integrase dan koordinasi.
d. Perekrutan dan penempatan sumber data manusia.
e. Hak, wewenang dan kewajiban.
f. Pendelegasian.
g. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan
kapasitas organisasi.
h. Budaya organisasi
3) Pergerakan dan kepemimpinan, yaitu meliputi tindakan alokasi
sumber daya, menyesuaikan prosedur implementasi dengan
sumber daya yang digunakan. Dalam fase ini juga diberikan
pedoman dekresi atau ruang gerak bagi individu untuk
menentukan tindakan otonom yang masih ada di dalam batas
wewenang bila menghadapi keadaan khusus dan menerapkan
prinsip-prinsip dasar good governande. Dengan konsep-
konsepnya:
a. Efektivitas kepemimpinan.
b. Motivasi.
c. Etika.
d. Mutu.
e. Kerja sama tim.
f. Komunikasi organisasi.
g. Negosiasi.
4) Pengendalian, yang memiliki arti mengendalikan pelaksanaan
dengan melakukan monitoring secara berkala. Berikut konsep-
konsepnya:
a. Desain pengendalian.
b. Sistem informasi manajemen.
c. Monitoring.
d. Pengendalian anggaran dan keuangan.
e. Audit.

Sedangkan menurut teori Blum (1981) mengatakan bahwa ada


4(empat) faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu, faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor genetika,
sebagaimana digambarkan berikut ini:
Oleh karena itu, suatu kebijakan kesehatan semestinya
memperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga derajat kesehatan yang
optimal sebagai dampak yang diharapkan dari kebijakan kesehatan dapat
dicapai secara optimal. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa
faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya,
kemudian disusul oleh faktor perilaku, sedangkan faktor pelayanan
kesehatan dan genetika menempati urutan berkutnya.

B. Proses Kebijakan Kesehatan


Proses kebijakan mengacu kepada cara bagaimana kebijakan mulai,
dikembangkan atau disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan
dan dievaluasi. Pendekatan yang kerap digunakan untuk memahami proses
kebijakan adalah dengan menggunakan apa yang disebut ‘tahapan
heuristiks’ (Sabatier dan Jenkins-Smith 1993). Yang dimaksud adalah
membagi proses kebijakan menjadi serangkaian tahapan sebagai alat
teoritis, suatu model dan tidak selalu menunjukkan apa yang sebenarnya
terjadi didunia nyata. Serangkaian tahapan ini membantu untuk memahami
penyusunan kebijakan dalam tahapan-tahapan yang berbeda:
1. Identifikasi masalah dan isu: dengan menemukan bagaimana isu – isu
yang ada dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa isu – isu
yang lain justru tidak pernah dibicarakan.
2. Perumusan kebijakan: dengan menemukan siapa saja yang terlibat
dalam perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan,
disetujui, dan dikomunikasikan.
3. Pelaksanaan Kebijakan: di tahap ini yang paling sering diacuhkan dan
sering dianggap sebagai bagian yang terpisah dari kedua tahap yang
pertama. Tetapi, tahap ini yang diperdebatkan sebagai tahap yang
paling penting dalam penyusunan kebijakan sebab bila kebijakan
tidak dilaksanakan, atau dirubah selama dalam pelaksanaan, sesuatu
yang salah mungkin terjadi – dan hasil kebijakan tidak seperti yang
diharapkan.
4. Evaluasi kebijakan: untuk memukan apa yang terjadi pada saat
kebijakan dilaksanakan – bagaimana pengawasannya, apakah
tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak diharapkan.
Tahapan ini merupakan tahap dimana kebijakan dapat diubah atau
dibatalkan serta kebijakan yang baru ditetapkan.

Untuk membuat kebijakan kesehatan perlu memperhatikan segitiga


kebijakan yang dibentuk oleh aktor, konten, konteks dan proses. Padahal,
aktor adalah individu, kelompok, atau organisasi, hal itu dipengaruhi oleh
konteks, lingkungan di mana aktor itu hidup dan bekerja. Konteks
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti peristiwa politik, ideologi, sejarah,
budaya, ekonomi dan sosial didalam negeri dan luar negeri yang
mempengaruhi kebijakan kesehatan. Proses pembuatan kebijakan
dipengaruhi oleh aktor, yaitu posisi dalam struktur kekuasaan, pendapat,
nilai dan harapan pribadi. Konten adalah substansi dari kebijakan yang
secara detail menggambarkan pokok bagian dari kebijakan tersebut. Aktor
adalah pusat dari kerangka kebijakan kesehatan. Aktor adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut suatu individu, kelompok atau organisasi yang
memengaruhi suatu kebijakan. Pada dasarnya aktor memang memengaruhi
kebijakan namun seberapa luas dan mendalam. Dalam memengaruhi
kebijakan tergantung dari kekuasaannya, kekuasaan merupakan campuran
dari kekayaan individu, tingkat pengetahuan, dan otoritas yang tinggi (Buse,
2005).
C. Analisis Kebijakan Kesehatan
Analisis kebijakan publik ialah kegiatan yang bersifat sosial dan politis,
sehingga seorang analis kebijakan publik bertanggung jawab secara moral
dan intelektual untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas. Bersifat
sosial karena proses dan hasil kebijakan publik melibatkan professional dan
kelompok peminat di berbagai bidang. Bersifat politis karena kebijakan
publik berkaitan dengan kehidupan dan kesejahteraan sebagian besar
penduduk. Menurut Springate, Baginski & Soussan, 2007, ada beberapa
tujuan untuk melaksanakan suatu analisis dari kebijakan yaitu:
- Untuk memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diimplementasi.
- Untuk mengetahui tujuan dan motivasi dari kebijakan yang
diimplementasi termasuk fokus pada pendekatan pendapatan keluarga
dan kemiskinan.
- Untuk memahami cara kebijakan tersebut agar berpengaruh terhadap
area keberadaan pendapatan keluarga.
- Untuk memahami area-area yang berpotensi untuk diintervensi dalam
proses kebijakan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan efek
pemantapan dalam pengembangan kebijakan dan proses implementasi.

Bardach (2012) mengusulkan delapan langkah dalam menganalisis


kebijakan public sebagai berikut:
a. Menentukan masalah (define the problem).
b. Menyajikan bukti-bukti (assemble some evidence).
c. Menentukan alternatif kebijakan (construct the alternatives).
d. Memilih kriteria (select the criteria).
e. Memperkirakan hasil (project the outcomes).
f. Melakukan analsis trade-offs (confront the trade-offs).
g. Memutuskan kebijakan (decide).
h. Menyajikan hasil (tell your story).

D. Hak dan Kewajiban Monitoring Mengevaluasi


1. Hak dan Kewajiban
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009,
pelayanan publik memberikan pengertian bahwa pelayanan publik adalah
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Berikut hak dan kewajiban masyarakat dalam kebijakan publik menurut
undang-undang no 25 tahun 2009:
Hak dan Kewajiban bagi Masyarakat Pasal 18
1. Mengetahui kebenaran isi standart pelayanan.
2. Mengawasi pelaksanaan standart pelayanan.
3. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang telah diajukan.
4. Mendapat advokasi, perlindungan, dan pemenuhan pelayanan.
5. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak
sesuai dengan standart pelayanan.
6. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan
apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standart
pelayanan.
7. Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standart
pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
penyelenggara dan ombudsman.
8. Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan
standart pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
pembina penyelenggara dan ombudsman.
9. Mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan
tujuan pelayanan.
2. Monitoring Mengevaluasi
Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai tindakan yang
telah direncanakan, diputuskan, dan dilaksanakan untuk mengetahui
sejauh mana kebijakan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebagai pertimbangan dalam menentukan peninjauan serta meningkatan
pelaksanaan kebijakan pada masa yang akan datang. Kebijakan publik
mrupakan mekanisme politik dan manajemen, maka pelayanan publik
memiliki pengertian sebagai pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah. Dimana pelayanan tersebut ditujukan untuk mengatasi
permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
Evaluasi dan Pengelolaan Pelaksanaan Pelayanan Publik Pasal 10
a. Penyelenggara berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi terhadap
kinerja pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan
berkelanjutan.
b. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1), penyelenggara berkewajiban melakukan upaya peningkatan
kapasitas pelaksana.
Evaluasi terkait kinerja pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan indikator yang jelas dan terukur dengan
memperhatikan perbaikan prosedur atau penyempurnaan organisasi
sesuai dengan asas pelayanan publik dan peraturan perundang-
undangan.
Dalam Pasal 39 pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dimulai dari penyusunan standar pelayanan sampai dengan
evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk kerja sama,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam
penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat dapat membentuk
lembaga pengawasan pelayanan publik. Dengan tata cara pengikut
sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pasal 40 UU Nomor 25 Tahun 2009 menyatakan:
1. Masyarakat berhak mengadukan atau melaporkan penyelenggaraan
pelayanan publik kepada penyelenggara, ombudsman, atau Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi (DPRD Provinsi), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota (DPRD Kabupaten/Kota).
2. Masyarakat yang melakukan pengaduan atau pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijamin hak-haknya oleh
peraturan perundang-undangan.
3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap:
a. penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau
melanggar larangan; dan
b. pelaksana yang memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan kesehatan merupakan suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh pada pangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan,
dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan dan pengaturan (Walt
1994). Kebijakan kesehatan biasanya dibuat oleh pemerintah dan
swasta. Artinya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang
merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Kebijakan
kesehatan dapat terdiri dari kebijakan publik dan swasta tentang
kesehatan. Kebijakan kesehatan juga dapat diasumsikan untuk
merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan
pembiayaan dalam system kesehatan. Seorang perencana melihatnya
sebagai cara untuk mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor
kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan
bagi seorang dokter, kebijakan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt 1994). Menurut Walt,
kebijakan kesehatan sama halnya dengan politik dan segala penawaran
terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan,
bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan
persyaratan apa yang akan digunakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2012) implementasi
kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang, namun juga berbentuk perintah-perintah
atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin
diatasi, dengan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur proses implementasinya.
Tahjan (2008) menjelaskan bahwa secara estimologis implementasi
dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk
memperoleh hasil. Andaikan dirangkai dengan kebijakan publik, maka
kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana (alat).
Implementasi kebijakan kesehatan merupakan serangkaian tindakan
pemrintah yang ditetapkan melalui suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, dan membentuk suatu strategi/pendekatan untuk
mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan.
Untuk membuat kebijakan kesehatan perlu memperhatikan segitiga
kebijakan yang dibentuk oleh aktor, konten, konteks dan proses.
Padahal, aktor adalah individu, kelompok, atau organisasi, hal itu
dipengaruhi oleh konteks, lingkungan di mana aktor itu hidup dan
bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti peristiwa
politik, ideologi, sejarah, budaya, ekonomi dan sosial didalam negeri
dan luar negeri yang mempengaruhi kebijakan kesehatan.
Analisis kebijakan publik ialah kegiatan yang bersifat sosial dan
politis, sehingga seorang analis kebijakan publik bertanggung jawab
secara moral dan intelektual untuk menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas. Bersifat sosial karena proses dan hasil kebijakan publik
melibatkan professional dan kelompok peminat di berbagai bidang.
Bersifat politis karena kebijakan publik berkaitan dengan kehidupan dan
kesejahteraan sebagian besar penduduk. Menurut Springate, Baginski &
Soussan, 2007. Hak dan kewajiban monitoring mengevaluasi terdapat
dalam undang-undang no 25 tahun 2009 yaitu Evaluasi pada pasal 10,
Hak Kewajiban pada pasal 18, Pengawasan Penyelenggaraan pada pasal
35, Peran Serta Masyarakat pada pasal 39, pada pasal 40 UU Nomor 25
Tahun 2009.
B. Saran
Dalam monitoring mengevaluasi kebijakan kesehatan seharusnya
masyarakat tidak hanya menjadi objek untuk tujuan pelaksanaan
kebijakan. Tetapi juga harus tegas terhadap hak dan kewajiban yang
telah terterandalam undang-undang nomor 25 tahun 2009 untuk ikut
serta dalam proses pembuatan kebijakan, pengawasan dan evaluasi
kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. S., Mahsyar,A., Malik, A., (2020). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


KESEHATAN DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGAKA
KEMATIAN IBU DAN BAYI (STUDI KASUS DI KABUPATEN
BULUKUMBA DAN TAKALAR). Vol, 1 No 1.

Rokim. (2019). ANALISIS KEBIJAKAN VERSI DUNN DAN


IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Vol, 14, No. 2.

Massie, R. G. A (2009). KEBIJAKAN KESEHATAN: Proses, Implementasi,


Analisis dan Penelitian.

jiptummpp-gdl-haryatikam-49116-3-bab2.pdf

https://www.scribd.com/embeds/350354304/content?start_page=1&view_mode=s
croll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Microsoft Word - Chapter 1_Kerangka Kebijakan Kesehatan Konteks Proses dan


Pelaku.doc (kebijakankesehatanindonesia.net)

Anonimous, Undang-Undang Dasar 1945,Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan


Mahkamah Konstitusi RI, 2010.

Nuryatin Phaksy Sukowati, Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan


Masyarakat Miskin Non Kuota (Jamkesda dan SPM), Skripsi, Universitas
Brawijaya, Malang.

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1.

Heryana, A. (2020). ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN: SEBUAH


CATATAN PINGGIR.

Yuningsih, R. (2014). ANALISIS SEGITIGA KEBIJAKAN KESEHATAN


DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG TENAGA
KESEHATAN.
Evaluasi dan Pengelolaan Pelaksana Pelayanan Publik Pasal 10.

Hak dan Kewajiban bagi Masyarakat Pasal 18.

Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Pasal 35.

Peran Serta Masyarakat Pasal 39.

Bagian Kesatu Pengaduan Pasal 40.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai