Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH IDEOLOGI, POLITIK, EKONOMI TERHADAP SISTEM KESEHATAN

Tugas Mata Kuliah Manajemen dan Kebijakan Kesehatan

DISUSUN:

Nobertus Ratrigis ( 1811080036)


Nusthen Aries Manek (1811080038)
Elfirida Nona Ferni (1811080023)
Yandri Sepeh

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan paling hakiki dari manusia sehingga negara
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Tujuan pokok
penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut banyak komponen dan
factor yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Kumpulan komponen tersebut membentuk suatu system yang saling terintegrasi untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Di Indonesia pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan pemantapan dan
percepatan melalui suatu system kesehatan yang disebut system kesehatan nasional (SKN)
sebagai pengelolaan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting.
Tahapan dalam merancang, menyusun, menetapkan dan implementasi sistem kesehatan
nasional dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain landasan ideologis, politik, ekonomi,
pertahanan keamanan negara dan juga factor lainnya. Factor-faktor tersebut nyatanya akan
mempengaruhi setiap kebijkan dalam menentukan arah kebijakan system kesehatan nasional.
Bertolak belakang dari ulasan diatas, dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengaruh
ideology, politik dan ekonomi terhadap system kesehatan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana
pengaruh ideology, politik dan ekonomi terhadap sistem kesehatan.
1.3 Tujuan
Dari rumusan diatas pembahasan pada tulisan ini antara lain:
a. Mengetahui pengertian sistem kesehatan
b. Mengetahui pengaruh ideology terhadap system kesehatan.
c. Mengetahui pengaruh politik terhadap system kesehatan
d. Mengetahui pengaruh ekonomi terhadap system kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kesehatan


Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagian besar sistem
terdiri dari subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar. Dalam
bidang kesehatan, sistem Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya dalam satu derap langkah
guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Di Indonesia system kesehatan tersebut dikenal dengan nama
system kesehatan nasional (SKN).
Didalam system kesehatan nasional Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara
mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan
regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk
badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.2 Pengaruh Ideologi Terhadap Sistem Kesehatan


Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan, serta kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu
keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen
(keterikatan) untuk mewujudkannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang
yang meyakini bahwa ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati
dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.
Ideologi berisikan konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa.
Keampuhan ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya, yaitu dapat
memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu ideologi
bersumber dari suatu aliran pikiran atau falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem
falsafah tersebut.
Penerapan beberapa ideologi dalam system kesehatan setiap negara berbeda-beda. .
Terdapat negara lain yang menerapkan multiideologi. Cina yang system politiknya
komunis dan sosialis, ternyata memiliki sistem ekonomi yang kapitalis. Amerika Serikat
yang kapitalis juga cenderung ke kiri atau sosialis dengan Undang-Undang Reformasi
Kesehatan yang meningkatkan peran pemerintah dalam kesehatan. Oleh karena itu, tidak
perlu fanatic dengan satu ideology.
Di Indonesia landasan ideologi dalam system kesehatan nasional adalah Pancasila,
landasan konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dan landasan operasional
Undang_undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam penjelasan system kesehatan nasional disebutkan Landasan konstitusional,
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal
28A "Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya", Pasal 28B ayat (2) "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi". Pasal 28C ayat (1) "Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia", Pasal 28H ayat (1) "Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan", Pasal 28H
ayat (3) "Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat", Pasal 34 ayat (2) "Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan", dan
Pasal 34 ayat (3) "Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak".

2.3 Pengaruh Politik Terhadap Sistem Kesehatan


Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu „polistaia‟. Polis berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri. Dan taia mempunyai arti urusan. Menurut Aris
Toteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama. Budiarjo (2007) memberikan pemahaman tentang politik dengan aneka ragam
pengertian dan definisi “...politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu...”
Beberapa pakar lain mendefinisikan politik dalam perspektif berbeda berdasarkan
ideologi politik (Heywood, 2000; Marsh & Stoker, 2002), yaitu:
a. Politik sebagai pemerintahan. Politik adalah berhubungan dengan seni
pemerintahan dan aktivitas sebuah negara. Ini berhubungan dengan Behavioralists
dan Institutionalist ilmu politik.
b. Politik sebagai kehidupan publik. Politik adalah berhubungan dengan masalah
urusan masyarakat. Cara pandang politik. ini berhubungan dengan teori pilihan
rasional (Rational Choice Theory)
c. Politik sebagai resolusi konflik. Politik adalah berhubungan dengan ungkapan
d. dan resolusi konflik melalui kompromi, konsiliasi, negosiasi, dan strategi lainnya.
Ini berhubungan dengan para ahli hubungan internasional (International Relations
Theorists).
e. Politik sebagai kekuasaan. Politik adalah proses melalui outcome yang ingin
dihasilkan, dicapai dalam produksi, distribusi dan penggunaan sumber daya yang
terbatas dalam semua area eksistensi sosial. Cara pandang ini berhubungan dengan
ilmu politik Feminist dan Marxist (Feminist and Marxist political science).
Kesehatan termasuk aspek kehidupan manusia lainnya merupakan sebuah isu
politik dalam banyak hal (Bambra, et al., 2005):
a. Kesehatan adalah politik karena, sama seperti sumber daya yang lain atau
komoditas di bawah sistem ekonomi neoliberalisme, beberapa kelompok
social mempunyai lebih dari yang lainnya.
b. Kesehatan adalah politik karena determinan sosialnya (social determinants)
adalah mudah diterima dalam intervensi politik dan oleh karena bergantung
pada tindakan politik (biasanya).
c. Kesehatan adalah politik karena hak terhadap standar kehidupan yang layak
untuk kesehatan dan kesejahteraan harus menjadi aspek kewarganegaraan
dan hak asasi manusia.
Kesehatan adalah politik karena kekuasaan dilaksanakan sepanjang itu sebagai
bagian dari sistem ekonomi, social dan politik yang lebih luas. Perubahan system ini
membutuhkan kesadaran dan perjuangan politik.
Kebijakan kesehatan ditentukan karena adanya permasalahan yang ditemukan
dalam masyarakat. Penentuan kebijakan tersebut salah satu sistem yang tidak bisa
terlepas dari politik. Pengambilan keputusan yang sehat dimaksudkan agar hasil dari
kebijakan tersebut tidak menyimpang dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Terutama
warga negara Indonesia.
Dalam proses pembuatan kebijakan inilah yang menarik. Banyak aktor yang
mencari keuntungan sebelah pihak dibalik pembuatannya. Strata kekuasaan seolah
berbicara dan berkuasa. Semua itu dilakukan untuk mempertahankan status dan stabilitas
kekuasaan aktor-aktor yang dalam hal ini adalah aparat negara yang berkuasa. Pihak
„malaikat‟ pun seolah-olah hanya berdiam diri, bersembunyi dalam „kandang singa‟
yang kapan-kapan bisa menerkam pendiriannya yang kuat Penentuan kebijakan di bidang
kesehatan memang merupakan sebuah sistem yang tidak lepas dari keadaan disekitarnya
yaitu politik. Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkan merupakan produk dari
serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses pembuatan kebijakan termasuk tarik-
menarik kepentingan antara aktor, interaksi kekuasaan, alokasi sumber daya dan
bargaining position di antara elit yang terlibat. Proses pembentukan kebijakan tidak dapat
menghindar dari upaya individual atau kelompok tertentu yang berusaha mempengaruhi
para pengambil keputusan agar suatu kebijakan dapat lebih menguntungkan pihaknya.
Semua itu, merupakan manifestasi dari kekuatan politik (power) untuk mempertahankan
stabilitas dankepentingan masing-masing aktor. Bahkan tak jarang terjadi pula intervensi
kekuasaan dan tarik-menarik kepentingan politis dari pemegang kekuasaan atau aktor
yang memiliki pengaruh dalam posisi politik.
Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi, demokratisasi,
dan politik kesehatan yang berdampak pada pembangunan kesehatan, sebagai contoh:
pada pemilihan presiden, gubernur dan bupati/ walikota yang menggunakan isu kesehatan
sebagai janji politik. Proses desentralisasi yang semula diharapkan mampu
memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, namun dalam
kenyataannya belum sepenuhnya berjalan dan bahkan memunculkan euforia di daerah
yang mengakibatkan pembangunan kesehatan terkendala.
Muatan politik begitu kuat sehingga kebijakan itu menyeleweng dari relevansi
masalah yang dianggap oleh masyarakat dan birokrat. Ada contoh peristiwa politik
berhimpitan dengan masalah dan policy option yang relevan dengan stakeholder lain.
Politik memiliki pengaruh begitu besar terhadap kebijakan dan pengembangan di bidang
kesehatan.

2.4 Pengaruh Ekonomi Terhadap Sistem Kesehatan


Istilah dalam pengertian ekonomi, menurut bahasa Yunani yaitu Oikos berarti
keluarga atau rumah tangga sedangkan Nomos berarti peraturan atau aturan. Sedangkan
menurut istilah yaitu manajemen rumah tangga atau peraturan rumah tangga. Pengertian
Ekonomi adalah salah satu bidang ilmu sosial yang membahas dan mempelajari tentang
kegiatan manusia berkaitan langsung dengan distribusi, konsumsi dan produksi pada
barang dan jasa.
Terdapat beberapa pendapat keterkaitan antara kesehatan dengan pembangunan
ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme, antarla lain kesehatan dan
pembangunan, kesehatan dan kemiskinan dan pendekatan dari aspek demografi.

Kesehatan dan Pembangunan Ekonomi


Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang
sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan
mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara
sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara
manual.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar
membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang
cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi. Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-
negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan
yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan
negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya.
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap
peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan
lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-
negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang
berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan
terakumulasi terus menerus.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia
sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok
masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan
tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik,
setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis
mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang
usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya
di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi
akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kesehatan dan Kemiskinan

Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan


menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi,
memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik
dengan pendapatan. Dengan demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi
masyarakat kesehatan secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan
mengurangi kemiskinan.

Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan


dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan
pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak
sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka
kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990;
dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya
pada tahun 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan
kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga
terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di
bidang kesehatan.

Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik

Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang,


ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas, oleh
karena itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi penting.
Pada tahun 1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah
disetujui oleh seluruh negara anggota Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health
Organization-WHO). Beberapa kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah komitmen
negara-negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan pelayanan
kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan (promotive) dibandingkan dengan
pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas
sektoral, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan. Sebagian
besar negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak mengalokasikan sumber daya
untuk pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi
alokasi, penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit
negara yang sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil menjalin kerjasama lintas
sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.

Menurut Mills dan Gillson (1999) alas an factor ekonomi berpengaruh dalam
system kesehatan meliputi:
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu
dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan
aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan
berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada 4 bidang yang tercakup dalam ekonomi
kesehatan yaitu :

1. Peraturan (regulation)

2. Perencanaan (planning)

3. Pemeliharaan kesehatan ( the health maintenance ) atau organisasi

4. Analisis Cost dan benefict

Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam hal ini
pasien / pengguna pelayanan kesehtan) provider ( yang merupkan profesional investor,
yang terdiri dari publik maupun private), pemerintah ( government).
Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut
penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam
bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di laksanakan harus memenuhi kriteria
efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective. Ada kalanya menerapkan
ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient, sedangkan pada kesehatan
adalah interest-individu.

PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu
ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor
kesehatan, ketikan sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang
tersedia (khususnya dana) semakin hari semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan
tersebut mendorong masuknya disiplin ilmu kesehatan dalam perencanaan, managemen
dan evaluasi sektoe kesehatan.
BAB III
PENUTUP

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan paling hakiki dan dalam


mewujudkan tujuan tersebut banyak komponen dan factor yang mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Tahapan dalam merancang,
menyusun, menetapkan dan implementasi sistem kesehatan nasional dipengaruhi oleh
berbagai factor antara lain landasan ideologis, politik, ekonomi, pertahanan keamanan
negara dan juga factor lainnya.
Di Indonesia ideology pancasila sebagai landasan ideologis dalam penyusunan
dan implementasi system kesehatan nasional serta landasan konstitusional adalah
UUD 1945 yang mencantumkan hak warga Negara dan kewajiban Negara
menyediakan layanan kesehatan yang adil, merata dan beperikemanusia.
Sistem kesehatan nasional juga dipengaruhi oleh kekuatan politik yang merupakan
produk dari serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses pembuatan kebijakan
termasuk tarik-menarik kepentingan antara aktor, interaksi kekuasaan, alokasi sumber
daya dan bargaining position di antara elit yang terlibat. Bahkan tak jarang terjadi pula
intervensi kekuasaan dan tarik-menarik kepentingan politis dari pemegang kekuasaan
atau aktor yang memiliki pengaruh dalam posisi politik.
Sedangkan kaitannya dengan ekonomi, system kesehatan berkaitan dengan Alokasi
sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan, Jumlah sumber daya yang dipergunakan
dalam pelayanan kesehatan, Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan
kesehatan, Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya, Dampak
upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo .2008. Ekonomi Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta
Tjiptoherijanto, Prijono. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/23-agenda/548-perspektif-politik-ekonomi-dan-ideologi
https://www.bappenas.go.id/files/1513/5027/5926/arum__20091015100705__2301__0.doc
http://www.fkm.ui.ac.id/content/pusat-kajian-ekonomi-dan-kebijakan-kesehatan
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2166080-ilmu-ekonomi-positif-versus-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai