Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN DAN PENGARUH POLITIK TERHADAP KESEHATAN

MASYARAKAT
DOSEN : Dr. Ratno Ardianto, S.KM.M.Kes.

Disusun Oleh:

1. Mustika Usin, A.Md.Keb. (2211016163)


2. Faridah, A.md.Keb. (2211016159)
3. Farid Mawardi, A.Md.Kep. (2211016162)
4. Yunianti Ali Layanag (2211016166)

ALIH JENJANG KELAS BULUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin... Puji dan syukur kita panjatkan kepada


hadirat Allah subhanahu wa ta‟ala yang telah memberikan karunia , nikmat iman,
islam, dan ihsan serta panjang umur kepada kita semua, terutama kepada saya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan dan
Pengaruh Politik Terhadap Kesehatan Masyarakat” .
Saya mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini.
Baik dari segi penyampaian materi, maupun dari segi penulisan. Saya sadar akan
keterbatasan ilmu pengetahuan dalam pengkajian permasalahan yang di angkat
menjadi latar belakang pembahasan makalah ini. Namun, saya telah berusaha sesuai
kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.
Dengan kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar lebih memudahkan saya dalam memahami dan mengkaji
berbagai masalah dalam konsep kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Tanjung Selor, 13 Desember 2023


Penulis

KELOMPOK II
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Politik dalam kehidupan kita sudahlah sangat tidak asing. Banyak masalah
yang menyangkut hal politik di negara Indonesia. Pemberitaan di media masa
yang menggambarkan kejamnya dunia politik. Para petinggi negara yang
seenaknya menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan rakyat untuk mengurus
negeri ini.
Politik seakan telah mengatur hidup kita, menstruktur dan merangkai
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat terikat oleh peraturan
yang disusun sedemikian rupa dan terperinci oleh para aparat negara.
Sisi buruk peraturan itulah yang terkadang membuat masyarakat Indonesia
merasa jenuh akan ketidakpastian yang menyangkut nasib mereka. Berbagai
masalah yang justru semakin menimbulkan beragam kontroversi dikalangan
masyarakat.
Kesehatan pun tak luput tersangkut dari keganjilan politik yang akhir akhir
ini memprihatinkan dan meresahkan dikalangan dunia kesehatan. Berbagai hal
yang tidak masuk akal telah membuat stigma masyarakat yang semakin menaruh
kebencian terhadap sistem politik dalam ruang lingkup kesehatan.
Politik kesehatan tidak terlepas dari kebijakan pemerintah mengenai
penyelesaian masalah dibidang kesehatan. Di dasari dari hak fundanmental yang
menyatakan bahwa sehat merupakan hak warga negara. Hal itu menunjukkan
bahwa diperlukannya kesepakatan politik mengenai kesehatan masyarakatnya.
Dan untuk mewujudkan kesepakatan itu, diperlukan sistem pengambilan
keputusan politik yang sehat, guna tercapainya hak fundanmental tersebut.
Seperti diketahui, bahwa DPR dan pemerintah lah yang mempunyai
wewenang dalam memutuskan Undang-Undang. Jadi, mau tidak mau, mereka
haruslah melakukan pengambilan politik yang sehat dalam memutuskan sebuah
kebijakan mengenai permasalahan kesehatan di Indonesia. Jikalau mereka acuh
tak acuh dalam menjalankan tugasnya dalam hal ini kesehatan, maka masyarakat
lah yang akan terkena imbas dari ketidak profesional-an kinerja para aparat
negara. Derajat kesehatan masyarakat akan semakin menurun terkait peraturan
yang tidak seharusnya disepakati. Sebaliknya, jika pemerintah melakukan
pengambilan keputusan politik dengan sehat, maka muncullah berbagai peraturan
mengenai peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, dapat saya simpulkan rumusan
masalah, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan politik, kesehatan, dan politik
kesehatan?
2. Mengapa politik sangat berpengaruh dalam kesehatan dikalangan
masyarakat?
3. Dimana saja politik kesehatan terjadi?
4. Apa saja faktor politik yang mempengaruhi jaminan kesehataN
“universal coverage”?
5. Bagaimana strategi politik kesehatan?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari politik kesehatan.
2. Mempengaruhi stigma para pembaca mengenai politik kesehatan.
3. Menjelaskan strategi yang dibangun dalam poitik kesehatan.
4. Mengetahui faktor politik yng mempengaruhi terhadap jaminan
kesehatan “universal coverage”.
5. Mendeskripsikan peran masyarakat dalam politik kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Politik, Kesehatan, dan Politik Kesehatan

A. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu „polistaia‟. Polis berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri. Dan taia mempunyai arti urusan.
Menurut Aris Toteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara
untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Budiarjo (2007) memberikan pemahaman tentang politik dengan aneka
ragam pengertian dan definisi dalm buku Dasar-Dasar Ilmu Politik pada halaman
8 tertulis a.1
“...politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
(negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu...”
Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik memiliki arti yang berbeda
yaitu :
 Dalam arti kepentingan umum (politics)
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk
kepentingan umum, baik yang berada dibawah kekuasaan pusat, maupun
daerah. Jadi, kepentingan umum disini dimaksudkan kepada segala hal
yang menyangkut masyarakat umum mencapai cara agar sesuatu yang
diinginkan terlaksana. Pelaksanaan dengan koordinasi yang baik,
memungkinkan berjalannya suatu sistem dengan baik dan terkoordinasi.
 Dalam arti kebijaksanaan (policy)
Penggunaan pertimbangan yang dianggap lebih menjamin
terlaksananya suatu tujuan yang dikehendaki. Dalam mencapai suatu
tujuan, diperlukan banyak perkiraan dan pertimbangan yang dimaksudkan
agar masing-masing pertimbangan tersebut memiliki resiko negatif dan
positif. Dan pertimbangan yang lebih baik lah yang akan dijadikan sebuah
acuan.
Dalam memahami politik, perlu dipahami beberapa kunci, antara lain
kekuasaan, politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, proses politik, dan
juga tidak bisa terlepas dati pentingnya untuk mengetahui seluk beluk dari partai
politik. Cara-cara yang digunakan dalam politik pun, adalah cara yang bersifat
persuasif dan paksaan. Tanpa paksaan, kebijaksanaan hanya berupa atau tinggal
sebuah rumusan keinginan.
Dalam sistem politik, dikenal salah satu institusi atau kelembagaan yang
disebut partai politik. Partai politik adalah sebuah sarana untuk mencapai tujuan
dan cita-cita sebuah kelompok. Partai politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir dengan tujuan mewujudkan cita-cita dari kelompok tersebut.
Namun, pada saat ini, banyak partai politik yang hanya menginginkan
kekuasaan politik itu sendiri dan bukannya berniat untuk mengubah Indonesia
menjadi lebih baik.
Jadi, menurut saya politik adalah suatu cara atau jalan yang dimana peran
serta individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan yang dicita-
citakan.
B. Pengertian Kesehatan
Menurut UU, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia. Yaitu sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan ketentraman hidup.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, diperlukan pembangunan kesehatan
untuk tercapainya kemampuan masyarakat Indonesia untuk hidup sehat dan
memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Peran pemerintah dan swasta sangat
diperlukan untuk ikut turun tangan menyelesaikan permasalahan kesehatan.
Jadi, menurut saya kesehatan adalah keadaan fisik, psikologi, dan sosial yang
baik didalam tubuh seorang individu dan membuat individu tersebut menjadi
semakin produktif di masyarakat.
1. Pengertian Politik Kesehatan
Bambra et all (2005) dan Fahmi Umar (2008) mengemukakan
mengapa kesehatan itu adalah politik, karena dalam bidang kesehatan adanya
disparitas derajat kesehatan masyarakat, dimana sebagian menikmati
kesehatan dan sebagian lagi tidak. Oleh sebab itu, untuk memenuhi equity
atau keadilan harus diperjuangkan. Kesehatan adalah bagian dari politik
karena derajat kesehatan atau masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan
yang dapat diarahkan atau mengikuti kehendak terhadap intervensi politik.
Seperti diketahui bahwa kesehatan adalah Hak Asasi Manusia. Yang
dimana, semua orang berhak mendapatkannya. Untuk mewujudakan tujuan
dalam menyehatkan penduduk, maka diperlukannya adanya kekuasaan yang
kelak wewenang tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal kepada penduduk
Jadi, menurut saya politik kesehatan adalah pengelolaan kebijakan
dalam arti politik mengenai kesehatan untuk mengatur jalannya peraturan
kesehatan yang ada di Indonesia.
C. Pengaruh Politik Dalam Kesehatan Masyarakat
Kebijakan kesehatan ditentukan karena adanya permasalahan yang
ditemukan dalam masyarakat. Penentuan kebijakan tersebut salah satu sistem
yang tidak bisa terlepas dari politik. Pengambilan keputusan yang sehat
dimaksudkan agar hasil dari kebijakan tersebut tidak menyimpang dan
bermanfaat bagi masyarakat luas. Terutama warga negara Indonesia.
Dalam proses pembuatan kebijakan inilah yang menarik. Banyak aktor
yang mencari keuntungan sebilah pihak dibalik pembuatannya. Strata
kekuasaan seolah berbicara dan berkuasa. Semua itu dilakukan untuk
mempertahankan status dan stabilitas kekuasaan aktor-aktor yang dalam
hal ini adalah aparat negara yang berkuasa. Pihak „malaikat‟ pun seolah-
olah hanya berdiam diri, bersembunyi dalam „kandang singa‟ yang kapan-
kapan bisa menerkam pendiriannya yang kuat.
Beberapa minggu lalu, RUU kretek sebagai kebudayaan akhirnya
ditolak. Hal ini melegakan masyarakat. Khususnya oleh masyarakat yang
peduli dengan kesehatan, termasuk saya sebagai mahasiswa kesehatan
masyarakat. Menurut saya, RUU ini sangatlah tidak masuk akal. Karena pada
dasarnya kretek adalah bagian dari tembakau. Seperti kita ketahui,
bahwasannya tembakau mengandung banyak zat yang berbahaya bagi tubuh.
Dan apabila RUU ini disahkan sebagai budaya, maka akan semakin banyak
masyarakat yang menggunakan kretek tersebut untuk merokok dengan
alasan budaya Indonesia. Menurut saya, dalam menentukan sebuah
kebudayaan, haruslah dilihat dari sisi manfaat hal itu sendiri. Karena jika
sampai salah mengesahkan, maka kerugian lah yang akan didapat.
Beruntung, para aparat „malaikat‟ masih banyak dan buta dari
keuntungan sepihak. Tentu saja, dalam pengajuan RUU ini banyaklah pihak
politik yang terselubung mencari keuntungan untuk kekuasaan. Berpikir
logika, jika sampai RUU ini disahkan, maka semakin banyak perusahaan
rokok yang memproduksi kretek dan tentu saja para aparat negara yang tidak
bertanggung jawab itu akan ikut menikmati pundi-pundi uang dari kretek
tersebut. Siapa yang dirugikan? Tentu saja masyarakat Indonesia. Mereka
orang awam tidak tahu menahu dari keadaan carut marut negara yang siap
„mencekik‟ mereka dari segi kesehatan. siapa yang seharusnya bergerak?
Jawabannya adalah kita semua. Kita yang peduli keshatan, haruslah tergerak
hati nurani nya agar negara ini bebas dari kesenjangan kesehatan.
Dapatkah kita? Sebenarnya jika pemerintah seluruhnya mendukung
apa yang sebaiknya untuk negara dan mengesampingkan ego masing-masing,
maka hal itu dapat terwujud. Indonesia akan lebih produktif dan derajat
kesehatan masyarakatnya pun akan meningkat.
Derajat kesehatan penduduk, salah satunya diukur melalui angka
kematian. Persepsi masyarakat tentang kesehatan tidak hanya mengenai bebas
dari penyakit tetapi usaha untuk terbebas dari penyakit itulah yang diukur
dalam peningkatan derajat kesehatan. Selama proses melakukan peningkatan,
diperlukan tenaga kesehatan yang optimal untuk merubah kebiasaan dan pola
hidup yang tidak sehat. Dengan pola hidup yang sehat, maka akan dicapai
derajat kesehatan yang baik. Hal ini pula harus didukung dari segala pihak.
Politik Kesehatan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia dan Dunia
Negara mana yang tidak ingin warga negara nya memiliki derajat kesehatan
yang tinggi? Semua kepala negara rela memperjuangkan status kesehatan
warganya guna lebih produktif dan berguna bagi negaranya. Perubahan dan
keinginan untuk berubah dan menuju masyarakat yang kurang sehat menuju
masyarakat yang sehat dan produktif itu merupakan salah satu dari kegiatan
politik. Ya, tentu saja kesehatan berkaitan erat dengan politik. Aksi dari
kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah sebuah ekspresi dari ideologi
politik.
Derajat kesehatan lebih merupakan dampak proses yang panjang dari
keputusan politik yang diputuskan oleh pemerintah dan pihak yang berwenang.
Dalam proses pengambilan keputusan tersebut diperlukan berbagai adu
kekuatan setiap pihak untuk memenangkannya. Keputusan ini diperjuangkan
baik oleh kalangan legislatif maupun pihak-pihak yang mempunyai wewenang
untuk memutuskan sebuah keputusan.
Di Indonesia sendiri, banyak sekali politik kesehatan yang terjadi.
Sebagai contoh:
Pertama, keputusan yang diputuskan oleh pemerintah DKI Jakarta pada
tahun 2006 yang berisi larangan memelihara unggas dirumah-rumah penduduk
diseputar Jakarta. Keputusan ini sangat sulit diambil karena dalam memutuskan
haruslah mempertimbangkan dampak positif dan negatif. Pihak yang dirugikan
dalam hal keputusan ini adalah pihak yang memelihara unggas di lahan yang
sempit atau lahan yang kurang memadai. Mereka menganggap keputusan
tersebut mengurangi pendapatan ekonomi mereka. Namun, banyak yang
memelihara unggas dengan cara sembunyi-sembunyi guna mempertahankan
taraf ekonomi mereka. Di sisi lain, pemerintah beranggapan bahwa dengan
melarang memelihara unggas dilingkungan yang dekat pemukiman warga akan
meminimalisir tingkat penyebaran virus flu burung. Seperti diketahui, pada
tahun 2006, DKI Jakarta banyak terjadi kasus flu burung akibat banyak warga
nya yang memelihara unggas dekat dengan pemukiman. Karena pada flu
burung, virus tersebut mudah tersebar melalui udara. Kalau pemukiman warga
dekat dengan kandang unggas yang terjangkit, maka bukan hal yang tak
mungkin kalau banyak warga sekitar tempat tersebut akan terjangkit flu burung.
Dengan mempertimbangkan dampak tersebut, keputusan ini dibuat untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat DKI Jakarta.
Kedua, pelarangan merokok di tempat-tempat umum. Sudah sangat jelas,
jika keputusan ini pro terhadap kesehatan karena semua orang sudah pasti tahu
mengenai dampak negatif dari rokok. Namun, bagi perokok yang dalam hal ini
bersifat aktif merasa dirugikan karena hak nya untuk merokok merasa dikekang.
Maka, muncullah persepsi „Hak asasi bagi para perokok‟. Selain perokok, para
penjual rokok disekitar tempat umum tersebut juga merasa dirugikan. Karena
pendapatan mereka menurun karena larangan tersebut.
Seharusnya para perokok tersebut juga memperhatikan dampak bagi
orang-orang disekitar merka yang tidak merokok dan tidak mementingkan ego
nya sendiri untuk menikmati kepuasaan batin. Tanpa mereka sadari, mereka
yang tidak merokok juga ikut menghisap racun dari rokok tersebut. Maka dari
itu, pemerintah yang pro terhadap kesehatan akhirnya memutuskan kebijakan
yang sangat berguna.
Ketiga, keputusan politik tingkat Kabupaten terjadi di Banyumas pada
tahun 80‟an. Keputusan ini melarang untuk melakukan kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi tempe bongkrek. Ini merupakan satu-satunya keputusan
yang dilakukan di Indonesia. Dan menganggap pelanggaran budaya. Karena
tempe bongkrek adalah warisan turun menurun dari nenek moyang. Pada tahun
tersebut, angka kematian yang disebabkan oleh keracunan tempe bongkrek
sangat tinggi. Masyarakat Banyumas yang sangat menggemari tempe bongkrek,
mati keracunan akibat racun yang dihasilkan dari fermentasi tempe tersebut.
Akhirnya pemerintah pada zaman itu melarang tempe bongkrek demi aspek
keselamatan.
Pada faktanya, Tempe bongkrek adalah makanan Indonesia yang dibuat
oleh fermentasi kue gepeng kelapa atau residu santan Rhizopus oligosporus. Dari
hasil fermentasi ini, dihasilkan bakteri Burkholderia cocovenenas yang
merupakan organisme penyebab menghasilkan racun asam toxoflavin, atau yang
biasa disebut asam bongkrek.
Penelitian menunjukkan pengaruh konsentrasi lipid dan jenis asam lemak
pada produksi asam bongkrek oleh B.cocovenenans diperiksa dengan
menambahkan jumlah yang berbeda dari lemak kelapa atau asam lemak bebas
individu untuk defatted dan disterilkan dengan media kelapa (DRCM). DRCM
menambahkan lipid lalu kemudian di inokulasi oleh B.cocovenenans dan
diinkubasi pada 30 derajat celcius selama 5 hari dan jumlah asam bongkrek
terbentuk diukur dengan HPLC. Konsentrasi lemak kelapa dari 10 % atau
kurang, tidak mendeteksi asam bongkrek meskipun B. Cocovenenans mengalami
pertumbuhan yang meningkat. 40-50% lemak kelapa menghasilkan sebanyak 1,4
mg/asam bongkrek pada tingkat yang sama. Dari delapan asam lemak jenuh
diuji, hanya laurat (12:0), milistrat(14:0), dan palmitat (16:0) asam merangsang
produksi terdeteksi jumlah toksin. Ketika empat asam lemak bebas 18-karbon
dengan derajat yang berbeda dari kejenuhan dibandingkan, sejumlah besar asam
bongkrek (2,62 mg/g berat kering) yang diproduksi hanya dengan asam oleat
(18:1).
Dari data penelitian tersebut, menunjukkan bahwa konsentrasi dan jenis
lipid dalam substrat sangat penting untuk pembentukan asam bongkrek.
Dengan banyaknya racun yang dihasilkan, maka dapat dikatakan bahwa
tempe bongkrek adalah makanan beracun. Namun, disisi lain, tempe bongkrek
mempunyai nutrisi yang baik bagi tubuh yaitu dari kandungan nutrisi tiap 100
gram tempe bongkrek bernilai 119 kalori, protein 4,4 gram, lemak 3,5 gram,
karbohidrat 18,3 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 100 miligram, zat besi 2,6
miligram, vitamin B1 0,08 miligram.
Mengenai keputusan tersebut, akhirnya setelah disahkan maka angka kematian
akibat tempe bongkrek semakin berkurang karena masyarakat sudah mulai sadar
mengenai dampak dari konsumsi tempe bongkrek.
Keempat, selain Indonesia, negara lain juga membuat kebijakan politik
yang menyangkut kesehatan masyarakat atau yang hanya merasa mengganggu
kenyamanan masyarakat. Contohnya di Inggris, larangan untuk warganya
mengahangatkan tubuhnya dengan cara membakar batubara ketika parlemen
sedang bersidang. Bagi masyarakat, ini sangat merugikan. Terlebih ketika musim
dingin, maka masyarakat tersebut akan kedinginan. Namun, aturan adalah aturan.
Dan Inggris salah satu negara yang sangat tertib dengan peraturan yang ada di
negaranya.
Kelima, Negara Taiwan yang melarang untuk makanan Indonesia masuk
ke negaranya. Makanan Indonesia yang notabene nya berbahasa Indonesia
dilarang masuk oleh pemerintah Taiwan. Mengapa? Karena pada dasarnya,
pemerintah Taiwan tidak ingin warga negara nya menjadi mengerti dan paham
mengenai bahasa Indonesia dan budaya Indonesia itu sendiri. Hal itu sangat
disayangkan oleh pemerintah Indonesia, karena membawa aspek budaya dalam
bidang yang tidak menyangkut sama sekali dengan budaya. Hal ini murni dari
hubungan perdagangan antar negara. Seharusnya pemerintah Taiwan lebih
berpikir jernih terhadap apa yang diputuskan.
D. Faktor Politik Yang Mempengaruhi Pencapaian Universal Coverage
Jaminan Kesehatan
Menurut Sanguan Nitayarumphong dalam Achieving Universal Coverage
of Health care (2005 halaman 4) didefinisikan sebagai situasi dimana seluruh
penduduk suatu negara mempunyai akses ke suatu pelayanan kesehatan yang
berkualitas baik menurut kebutuhan dan preferensi tanpa dikaitkan dengan
tingkat pendidikan, status sosial, atau tempat tinggal.
Menurut World Health Organization seperti dikutip dalam buku Peta
Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 hal 9, pencapaian
Jaminan Kesehatan Universal mencakup 3 dimensi meliputi jumlah penduduk
yang dijamin kesehatannya, pelayann kesehatan, dan proporsi biaya kesehatan
yang dijamin.
Politik sangat berpengaruh dengan pengambilan keputusan manegenai
Jaminan Kesehatan terutama Jaminan Kesehatan Universal. Hal ini karena
keputusan berada ditangan penguasa.dan sangat berpengaruh terhadap
tercapainya sasaran yang tidak mengesampingkan ekonomi dan sosial penduduk
dan tetap mempertimbangkan keadaan masyarakat pada saat ini.
Kemudian terjadilah faktor politik yang melatarbelakangi pencapaian
Jaminan Kesehatan Universal, yaitu
a. Kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya.
Faktor ini patut dijadikan sebagai faktor utama, karena pada
dasarnya semua program akan berjalan lancar dengan adanya campur
tangan pemerintah yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan
program jaminan kesehatan yang kedepannya dapat memperbaiki
kesehatan masyarakat. Selain itu, Kemauan politik yang kuat terhadap
program Jaminan Kesehatan Universal ini dan tentu saja dengan
kemauan politik yang sehat tanpa „embel-embel‟ keuntungan. Jika saja
hal ini dapat terlaksana dengan baik, maka masyarakat akan lebih
memiliki perhatian tersendiri kepada pemerintah.
Tetapi sayang sekali, karena pada faktanya pemerintah sepertinya
lebih menekankan pada program bantuan sosial daripada mengalokasikan
dana yang lebih besar pada program Jaminan Kesehatanini. Menurut
saya, pemerintah lebih ingin menarik perhatian masyarakat agar
masyarakat lebih empati terhadap pemerintah. Istilah pencitraan mungkin
pantas disandang oleh pemerintah. Sebenarnya, dalam pengalokasian
dana bantuan sosial dengan dana untuk program Jaminan Kesehatan
dapat disesuaikan sebagaimana mestinya. Saya hanyalah orang awam
yang tidak mengetahui seluk beluk dari pendanaan untuk program
pemerintah. Mungkin masyarakat diluar sana seperti saya, hanya sebagai
”boneka‟ pemerintahan guna melancarkan kekuasaan politik ditengah
kesehatan. sebenarnya, dengan alokasi dana bantuan sosial sudah bagus,
tapi apa salahnya kalau pemerintah bersikap adil terhadap apa yang
sebenarnya masyarakat inginkan dan apa yang masyarakat pada saat ini.
Sebenarnya, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dana bantuan sosial
karena pada dasarnya dana bantuan sosial itu sendiri juga untuk
kemaslahatan masyarakat umum. Tapi bagaimana caranya agar kedua
dana ini berjalan selaras tanpa mengorbankan salah satunya. Dan tentu
saja, masyarakat harus diuntungkan bukan malah dirugikan.
Melihat kedalam masalah program ini, sesungguhnya
pengkoordinasian dari program ini juga perlu diperhatikan. Karena
pemerintah dengan pihak yang berwenang harus memiliki persamaan
prinsip terhadap betapa pentingnya Jaminan Kesehatan Universal ini
untuk keperluan masyarakat luas. Dengan tercapainya sasaran dari
program pemerintah ini, maka kita akan mendapatkan hasil yang
memuaskan. Memuaskan dalam arti masyarakat menikmati dari hasil
yang terbentuk dalam program ini. Sudah tidak adanya kesenjangan
dalam mendapatkan pengobatan kesehatan. seperti yang telah diatur pada
UU Sistem Kesehatan Nasional pada tahun 2012, bahwasannya semua
orang berhak mendapatkan kesehatan yang layak tanpa diskriminasi.
Maksud diskriminasi disini adalah tidak adanya perbedaan dari status
sosial, ras, suku, agama, warna kulit, dll. Karena mendapatkan kesehatan
adalah Hak Asasi Manusia.
Terlepas dari polemik itu semua, sebenarnya Jaminan Kesehatan
Universal ini harus mendapatkan dukungan yang lebih luas dan besar
dari semua pihak terkait. Dengan adanya kerjasama yang baik, maka tak
mungkin jika pada 2019 semua masyarakat akan mendapat Jaminan
Kesehatan yang layak. Dengan begitu, Indonesia akan terus produktif
dan akan sejajar bahkan lebih tinggi dari negara- negara penguasa dunia.
Sebut saja, Amerika Serikat dan negara lainnya.
b. Stabilitas politik dalam Negeri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stabilitas adalah
kemantapan, kestabilan, dan keseimbangan. Menciptakan suatu hal
nasional yang dinamis. Bukan rahasia umum lagi kalau pemerintah
memiliki pengaruh dan andil yang besar mengenai penetapan
kebijakan mengenai segala hal yang berhubungan dengan negeri ini.
Jaminan Kesehatan sebagaimana halnya harus sama dengan Jaminan
Sosial karena itu bersifat wajib untuk kesejahteraan masyarakat, dengan
proses politik yang relatif stabil dan kondusif, maka program yang
dijalankan akan berhassil dan sesuai dengan rencana yang dirancang
sedemikian rupa. Hal ini penting untuk proses penetapan dan
pelaksanaan kebijakan strategis guna memenuhi Hak Warga Negara
dan sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan
kesehatan itu sendiri.
Instabilitas politik juga berpengaruh dalam proses pengambilan
sebuah keputusan politik. Karena jika terjadi instabilitas atau terjadi
ketidak stabilan politik, pengambilan keputusan pada program kebijakan
ini akan terus berlarut- larut dan akan semakin lama dalam menentuka
kesepakatan antara pemerintah. Para politikus akan terus berusaha untuk
menunjukkan siapa yang paling berkuasa dan siapa yang patut
diperhitungkan dalam kancah politik.
Karena menyangkut kebijakan kesehatan, maka nasib masyarakat
lah yang dikesampingkan. Biasanya ke instabilitas politik ini terjadi pada
saat pemilihan umum. karena partai politik akan terus berlomba dan
menggunakan kekuasaan nya untuk menduduki jabatan nomor satu di
suatu daerah.
6. Keamanan Nasional
Akhir-akhir ini banyak sekali kerusuhan yang terjadi di seluruh
dunia, termasuk terorisme, kerusuhan yang memakan banyak korban,
konflik horizontal maupun vertikal, tingkat kriminalitas yang tinggi,
bahkan angka korupsi yang tinggi juga faktor yang menjadi penghalang
bagi kesuksesan jaminan kesehatan universal suatu negara.
Aksi Terorisme yang semakin meruak dan menakutkan masyarakat
membuat masyarakat semakin menutup mata pada dunia luar. Kita ambil
contoh yang baru- baru ini terjadi. Yaitu aksi teror bom yang terjadi di
Paris, Perancis. Setelah kejadian yang menimpa Paris itu, seolah-olah Paris
menghidupkan lampu kuning bagi para imigran dari Timur Tengah dan
memfokuskan pada apa-apa penyebab dari pem‟bom‟an kota Paris.
Tujuan utama dan paling diperhatikan pemerintah Paris pada saat itu
adalah mengungkap latar belakang dari aksi ketidakmanusiawi itu.
Sehingga hal-hal yang tidak berkepentingan mengenai hal itu
dikesampingkan atau dinomor duakan. Beruntung, Perancis adalah negara
maju yang sudah pasti taraf kesehatan masyarakat nya sudah baik tanpa
perlu pemerintah berpikir keras dengan kesehatan penduduknya. Karena
penduduk disana sudah sadar akan keperluan hidupnya. Sehingga jika
pemerintah Perancis lebih mengalokasikan dana yang banyak untuk
pembalasan terhadap teroris, maka hal itu biasa dan bukan masalah besar
bagi Perancis.
Lalu bagaimana dengan Negara Indonesia? Bayangkan jika
Indonesia mengalami apa yang dialami oleh Perancis beberapa bulan lalu.
Maka pemerintah kita akan bergerak kemana? Maka timbul pertanyaan
„Apakah dengan mengalokasikan dana yang besar itu akan ikut
mensejahterakan kesehatan masyarakat nya sendiri? „ berada dimanakah
pemerintah Indonesia dikala itu? Seperti kita ketahui, sebenarnya
kesehatan masyarakat Indonesia itu sendiri masih terbilang kurang. Dan
jika pemerintah Indonesia lebih banyak mengalokasikan dananya untuk
kearah politik dalam hal ini menuntaskan segala faktor politik yang tadi
telah disebutkan, maka diyakinkan akan terjadi kesenjangan kesehatan
yang sangat „jomplang‟ dengan apa yang sebelumnya telah diprediksi.
Bukan hal yang tabu jika pemerintah akan langsung lebih
mementingkan kepentingan politik jika saat itu keadaan politik negara tersebut
memprihatinkan dan mengancam tingkat keamanan negara tersebut.
Tingkat keamanan nasional khususnya memang harus terus menerus
dipelihara agar program sosial dapat dilaksanakan secara tertib, terarah, dan
terencana dengan baik. Akan tetapi, pada faktanya Sistem Jaminan Nasional
yang efektif merupakan benteng pertahanan nasional negara itu sendiri. Jadi
jika semua program berjalan efektif maka otomatis pertahanan nasional di
suatu negara dapat terjaga.
Dari ketiga faktor tersebut, dapat kita ketahui bahwa semua faktor
tersebut harus selalu berada dibawah pengawasan pemerintah. Namun, tidak
hanya berkata, tetapi juga dengan menghasilkan bukti yang berupa
pemerintahan yang kondusif dan meminimalisir adanya pihak yang mencari
keuntungan sepihak.
Dengan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik, maka Jaminan
Kesehatan Universal ini akan lebih mudah untuk disebarluaskan ke masyarakat.

B. Strategi Politik Kesehatan


Masa-masa pemilihan umum, baik pemilu cagub maupun pemilu cabup
adalah suatu hal yang paling diincar oleh media massa. Fase ini sangat menarik
dan menjadi headline di media massa.
Ini merupakan salah satu strategi dari politik. Namun, dibalik dari
strategi politik tersebut tidak berpengaruh pada laju perkembangan penyakit.
Para ahli semakin berpikir keras mengenai hal tersebut. Tetap saja, masih banyak
kabar terdengar mengenai gizi buruk akibat kemiskinan. Hal itu tidak kunjung
berkurang dan bahkan meningkat. Selain itu, berdampak pada pelayanan
kesehatan yang buruk dan tidak memadai.
Para penguasa dalam fase kampanye selalu berjanji mengenai
peningkatan kesehatan bagi masyarakat. Namun, saat mereka terpilih, janji-janji
itu hanya sebatas janji. Seperti onggokan sampah yang tidak terurus. Janji-janji
itu tidak direalisasikan oleh mereka para penguasa.
Bahkan anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah pun, seakan hanya
kilasan pengetahuan bagi masyarakat. Faktanya, pemerintah mengalokasikan
dana APBN sebesar 5% atau sekitar 106,1 triliun untuk kesehatan. Lalu dengan
angka itu, apakah masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya sehat? Jawabannya
adalah belum. Karena pemerintah lebih banyak mengalokasikan dana kesehatan
tersebut untuk penyembuhan (kuratif) dibanding dengan pencegahan (preventif).
Terlepas dari penggunaan dana tersebut, ternyata pengeluaran anggaran
itu sudah pasti produk politik, keputusan politik. Selain itu, pajak untuk impor
alat- alat kedokteran disamakan dengan pajak impor mobil mewah. Itu juga
merupakan keputusan politik kesehatan. keputusan politik lainnya yaitu
membiarkan
terjadinya penumpukan dokter dikota besar, ataupun menyebarkan dokter di
daerah tertentu.
Berpikir logika, jika pemerintah di suatu daerah sehat dalam arti pemikiran,
maka masyarakat yang dibawahi nya pun akan sehat pula. Namun sebaliknya,
jika pemerintah sakit dalam mengurus rakyatnya, maka yang didapat adalah
rakyat yang sakit pula. Hal ini berjalan seimbang dan sejalan dengan urusan
politik yang terjadi disuatu daerah.
d. Peran Masyarakat Dalam Menanggapi Politik Kesehatan
Dengan banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab mengenai
politik, seharusnya masyarakat harus bisa berpikir lebih kritis dan menanggapi
apa yang dihasilkan oleh pemerintah. Jika hal itu bertentangan dengan keadaan
masyarakat saat ini, maka masyarakat harus bergerak dan menentang keputusan
pemerintah tersebut.
Masyarakat yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual pada
dirinya, tetapi juga menjadi masyarakat yang memiliki kecerdasan emosional
dalam mengelola setiap kejadian politik yang terjadi di negeri ini. Masyarakat
yang memiliki kemampuan dibidang ini, seharusnya melakukan pemberdayaan
masyarakat disekitar lingkungannya dengan meningkatkan pengetahuan melalui
program edukasi yang dirancang sedemikian rupa agar masyarakat tertarik
terhadap apa yang akan dilakukan. Melakukan berbagai macam bentuk
kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dan inovasi guna menyelaraskan
masyarakat yang kritis.
Masyarakat tidak hanya bergerak sendiri. Namun pada saat ini, banyak
sekali Lembaga Swadaya Masyarakat atau sering disebut LSM. Media ini bisa
dikatakan sebagai tempat masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
Lalu, LSM akan memperjuangkan aspirasi tersebut kepada pemerintah.
Dengan adanya LSM ini, diharapkan pemerintah akan mendengar dan
lebih “pro‟ terhadap rakyat.
Hubungan kerjasama yang berjalan baik antara masyarakat dan Lembaga
Swadaya Masyarakat, akan membuahkan hasil yang tentu saja sangat bermanfaat
bagi segala aspek dalam masyarakat. Kesejahteraan yang diinginkan masyarakat
pun akan cepat terlaksana.
BAB III
PENUTUP

a) Simpulan
Pada dasarnya, pemerintah dan pihak yang berwenang harus saling
kerjasama dan memiliki hubungan koordinasi yang baik tanpa
mementingkan ego masing- masing pihak. Dengan adanya hubungan yang
saling „benefit‟ maka akan dihasilkan masyarakat yang sehat. Masyarakat
yang sehat, dapat bercermin dari sistem politik nya yang sehat pula.
b) Kritik
Pemerintah dan pihak yang berwenang sering sekali dalam
memutuskan sebuah keputusan, hanya memikirkan kepentingan masing-
masing dan keuntungan yang akan diperoleh. Pemikiran para „tikus
berdasi‟ pun juga menyangkut dalam tatanan politik negara ini. Dengan
berbagai macam pemikiran yang tidak “bertanggung jawab‟, maka negara
ini akan hancur.
c) Saran
Dalam memutuskan sebuah keputusan yang menyangkut kesehatan
masyarakat, maka pemerintah harusnya memikirkan dampak negatif dan
positif dari keputusan tersebut. Dengan mementingkan dampak tersebut,
maka akan meminimalisir pihak yang dirugikan. Selain itu, pengambilan
keputusan mengenai kesehatan yang baik, maka akan menghasilkan
masyarakat yang sehat dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Brower, Justin. Ditulis pada tanggal 9 Juli 2015. Tersedia di


http://naturespoisons.com/tag/tempe-bongkrek/ diakses pada tanggal 24 Desember
2015 pukul 10.07
C, Hertweck dkk. Ditulis pada tanggal 21 September 2012. Tersedia di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10435074 diakses pada tanggal 24
Desember 2015 pukul 10.10
Dobson, Stavert Adrian. Ditulis pada tanggal 17 Oktober 2015 tersedia
dihttp://link.springer.com/search/page/3?facet-discipline=%22Public+Health
%22 diakses pada tanggal 22 Desember 2015 pukul 14.30
Ensiklopedi Indonesia, www.id.wikipedia.org Diakses pada tanggal 18 Desember
2015 pukul 21.34
Herawati, Dewi Marhaeni Diah. Ditulis pada tanggal 04 Desember 2008 tersedia
di http://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/2692 diakses pada tanggal 20
Desember 2015 pukul 16.22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, www.kbbi.web.id diakses pada tanggal 20
Desember 2015 pukul 16.20
Mohamed, Arif. Ditulis pada tanggal 6 Desember 2015. Tersedia di
http://apy.sagepub.com/content/23/6_suppl/26.full diakses pada tanggal 19
Desember 2015 pukul 20.01
Soerodibroto, R. Soenarto, 2003. KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung dan Hoge Raad. Jakarta: Rajawali pers
Sulastomo, 2007. Sistem Jaminan Sosial Nasional –sebuah introduksi-. Jakarta:
Rajawali Pers
Supriyanto, Stefanus. Ditulis pada Januari 2006. Tersedia di
http://journal.unair.ac.id/catalog_p.html diakses pada tanggal 20 Desember 2015
pukul 16.25
Wibowo, Adik dan Tim, 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia Konsep,
Aplikasi, dan Tantangan. Depok: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai