1. Batasan dan Ruang Lingkup/Ranah (Domain) Politik Kesehatan
2. Prinsip dan Esensi Politik Kesehatan dan Kebijakan Kesehatan 3. Prinsip dan Esensi Otonomi Daerah dan Kebijakan Desentralisasi Kesehatan 4. Prinsip dan Esensi Advokasi Kesehatan dan Kolaborasi Kesehatan 5. Prinsip dan Esensi Kemitraan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Referensi: 1. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta 2. Pramesti, N.E. 2015 https://www.academia.edu/28325099/ POLITIK_KESEHATAN_DALAM_KESEHATAN_MASYARAKAT 3. Sinulingga, S.R. Politik dan Kesehatan Masyarakat. https://www.academia.edu/28325099/POLITIK_KESEHATAN_DALAM_KESEHATAN_MASYARAKAT 1. Batasan dan Ruang Lingkup/Ranah (Domain) Politik Kesehatan
❑ Politik Kesehatan adalah ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan (pusat/daerah)
untuk menciptakan masyarakat sehat dan lingkungan sehat secara keseluruhan.
❑ Untuk meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan (politik/legislasi → DPR/DPRD
yang akan melahirkan kebijakan (policy/eksekusi → Pemerintah/Pemda)
untuk menjamin derajat kesehatan masyarakat/rakyat.
❑ Kebijakan pemerintah dapat terwujud dalam 2 bentuk:
(1) Regulasi/peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan meliputi:
Undang-Undang (UU), Peraturan Presiden (Perpres),
Keputusan Menteri Kesehatan (KMK), Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan peraturan lainnya.
(2) Kebijakan pemerintah dalam bentuk program adalah segala aktivitas pemerintah baik yang terencana maupun yang insidental dan bermuara pada peningkatan kesehatan masyarakat, menjaga lingkungan serta masyarakat agar tetap sehat dan sejahtera secara fisik, jiwa, dan social.
→ dibutuhkan berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi
petugas kesehatan dan masyarakat luas dengan membuat program stimulus/inisiasi guna menciptakan lingkungan dan masyarakat sehat secara jasmani, rohani, sosial,dan spiritual, serta hidup produktif secara sosial-ekonomi. ❑ Aristoteles: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (Budiarjo, M., 2007)
❑ Politik ditinjau dari dua perspektif/pandangan:
(1) Perspektif politics (ilmu politik), tujuannya demi kepentingan umum → masyarakat (khalayak = publik /rakyat = people), yaitu segala usaha berada di bawah kewenangan pemerintahan pusat/daerah sebagai strategi guna mendapatkan taktik/metode yang tepat menurut visi-misi, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan nilai-nilai, serta goals yang dianut dan ingin dan/atau akan dicapai oleh pemerintahan tersebut, agar sesuatu yang diinginkan dapat terlaksana secara terkoordinasi/ terorganisasi baik. (2) Perspektif policy (kebijakan yang bersifat konsepsional dan/atau kebijaksanaan yang bersifat operasional, berupa segala usaha dengan menggunakan pertimbangan rasional dan logis yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu tujuan yang dikehendaki dengan cara membuat estimasi/prediksi dengan segala konsekuensi risikonya atas segala untung-rugi atau manfaat-mudarat yang terjadi. → usaha tersebut antara lain: legitimasi/pengesahan, sistem politik, perilaku politik, proses politik, interes/kepentingan (golongan/ organisasi/partai dengan menggunakan cara elegan dan fleksibel, serta demokratis ataupun akomodatif/kooperatif. ❑ Alasan urgensi (perlunya/pentingnya/kemendesakannya) politik kesehatan (1) Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat dalam bidang kesehatan yang sangat diperlukan demi mengatasi masalah disparitas/”gap”/ kesenjangan/ketimpangan dalam masyarakat demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan jiwa kepedulian yang tinggi guna memperjuangkan asas keadilan dan bukan sekedar pemerataan. (2) Kesehatan adalah bagian dari politik, sebab derajat kesehatan atau masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang diarahkan untuk melaksanakan intervensi kebijakan politik sebagai bagian dari hak asasi manusia (Deklarasi WHO, 1948). → Oleh karena itu jangan sampai buta politik ataupun masabodoh politik bagi tenaga dan lembaga kesehatan (khususnya di Indonesia, yang seringkali menjadi “jualan/iklan/kampanye poltik”!!! ❑ Hubungan politik dan kesehatan
Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan.
→ bahwa kebijakan publik/negara wajib dilandasi sebagai hak yang paling fundamental, yakni sehat merupakan hak warga negara/warga bangsa, sehingga dalam pengambilan keputusan politik dalam bidang kesehatan akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat/rakyat.
Sebaliknya, politik juga dipengaruhi oleh kesehatan.
→ jika derajat kesehatan masyarakat meningkat, maka akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat sebagai investasi dan produktivitas sebuah bangsa/negara. 2. Prinsip dan Esensi Politik Kesehatan dan Kebijakan Kesehatan di Indonesia
(1) Hak asasi manusia (HAM)
(2) Amanat UUD 1945 (3) Demokrasi (“Pro-Rakyat”) (4) Ibadah (sebagai bagian dari penghayatan dan pengamalan agama) (5) Hidup secara: sehat, sejahtera, makmur, nyaman, damai, bahagia, adil, dan aman, sebagai dambaan setiap pribadi dan umat manusia. 3. Prinsip dan Esensi Otonomi Daerah dan Kebijakan Desentralisasi Kesehatan
Permasalahan kesehatan selayaknya dikaitkan dengan potensi dan
karakteristik Daerah yang diharapkan dapat mendukung dan menunjang kelancaran, keberhasilan, keberlangsungan, dan keberlanjutan/kesinambungan pembangunan bidang kesehatan di Daerah masing-masing. ❑ Hakikat atau esensi Undang-Undang Pemerintahan Daerah adalah memberi kewenangan untuk “mengatur rumah tangga” sendiri berdasarkan dengan kemampuan atas potensi spesifik, sehingga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seyogyanya telah memperhitungkan segala sudut pandang dalam hal visi-misi-program dari Pimpinan Daerah (Kepala Daerah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
→ penggunaan alokasi anggaran dan belanja (APBD) seyogyanya peruntukannya
senatiasa mempertimbangkan kebutuhan nyata bidang/sektor pembangunan bidang kesehatan. 4. Prinsip dan Esensi Advokasi Kesehatan dan Kolaborasi Kesehatan
(1) Saling memahami berupa persepsi yang sama;
(2) Saling bekerja sama guna mencapai tujuan bersama → “win-win solution”; (3) Saling mendukung dalam hal penetapan kebijakan, sekalipun berbeda dalam hal visi-misi masing-masing pihak (instansi/institusi/ organisasi/lembaga); (4) Bila ada hal-hal yang merupakan perbedaan secara prinsip tidak boleh melakukan intervensi satu sama lainnya; (5) Dll. 5. Prinsip dan Esensi Kemitraan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan
❑ Pemberdayaan secara umum diartikan pemberkuasaan atau “empowerment”
dan secara konseptual diartikan pemberdaya.
→ seseorang atau lembaga yang memiliki daya atau usaha untuk dapat
mendorong atau memberdaya-kan orang lain atau lembaga,
sehingga menerima dan mematuhi apa yang diinginkan oleh pemberdaya.
❑ Mardikanto (2012) mengemukakan bahwa “pemberdayaan dapat
diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang diinginkan
individu, kelompok, dan masyarakat luas, yang memiliki kemampuan
untuk melakukan pilihan dan mengendalikan lingkungannya;
termasuk potensi sumber daya manusianya yang berkaitan dengan
pekerjaan dan aktivitasnya (sehari-hari)”.
❑ Mardikanto (2012) menjelaskan pula, bahwa pemberdayaan dalam sebuah
pemerintahan merupakan proses agar setiap orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi memenuhi kehidupannya dalam bentuk pengetahuan
dan keterampilan.
→ Pemberdayaan masyarakat adalah upaya dalam mewujudkan partisipasi
masyarakat secara optimal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang bermanfaat dalam kehidupannya.
❑ Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat
sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Pasal 1, ayat (8).
❑ Konsep pemberdayaan masyarakat di Indonesia secara konstitusi
termasuk dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa setiap daerah di Indonesia
diberikan kekuasaan mengatur, mengelola dan memberdayakan
daerah masing-masing.
→ setiap Daerah memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan
warga daerah/masyarakat setempat.
❑ Suharto (dalam Hatu, 2010) menjelaskan bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan kekuasaan aparat selaku pemberdaya untuk
memberdayakan masyarakat, sehingga mengikuti kehendak pemberdaya
atau penguasa tersebut. Pemberdayaan berkenaan dengan orang yang
memberdayakan dan orang yang diberdayakan. Golongan pemberdaya
biasanya dari kalangan penguasa atau birokrasi yang berupaya
memberikan motivasi dan fasilitas, sehingga masyarakat akan berdaya
dalam melakukan suatu kegiatan.
❑ Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang dimilikinya.
❑ Pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah dilakukan secara terprogram
berdasarkan perencanaan yang matang sejalan dengan pembangunan.
→ Inti/hakikat pemberdayaan masyarakat adalah
strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. ❖Contoh upaya pemberdayaan masyarakat dalam Bidang Kesehatan: a. Bina Usaha Manusia; b. Bina Usaha Lingkungan; c. Bina Usaha Ekonomi; dan d. Bina Usaha Kelembagaan.
❖ Bentuk operasional upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu