Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ADMINISTRASI KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DALAM


MONITORING MENGEVALUASI KEBIJAKAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU:

SAFARI HASAN, S.IP., MMRS.

DISUSUN OLEH:

NURIYANA DEVI (10821017)

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI MANAJEMEN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun
sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan menurut
Notoadmodjo (2012) kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial serta ekonomi.

Kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah dan


tenaga kesehatan, melainkan menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai
Warga Negara Indonesia. Oleh sebab itu, kita sebagai Warga Negara Indonesia
harus bisa menjaga kesehatan individu maupun kelompok secara fisik, mental,
sosial dan ekonomi.

Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomi. Karena itu kesehatan
menjadi dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang
menjadi tidak sederajat secara kondisional dan tidak dapat memperoleh hak-
haknya. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya
untuk hidup, hak untuk mendapat pekerjaan yang layak, dan hak untuk
menikmati kehidupan sepenuhnya di dunia.

Derajat kesehatan tertinggi adalah bentuk hak paling fundamental bagi


manusia yang perlu dicapai tanpa membedakan ras, agama, pandangan politik,
status ekonomi, ataupun sosial seseorang. Oleh karena itu perlunya ada upaya
yang terencana dan melibatkan banyak pihak, serta lakukan evaluasi terus
menerus untuk mencapai kondisi sehat bagi semua manusia melalui kebijakan
kesehatan.
Kebijakan kesehatan merupakan serangkaian keputusan, rencana, dan
tindakan yang dilakukan agar mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam
masyarakat. Menurut De Leeuw 1989, kebijakan kesehatan adalah sebagai
kebijakan yang bertujuan memberi dampak positif terhadap kesehatan populasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di uraikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia?
2. Apa itu Kebijakan Kesehatan?
3. Bagaimana Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia dalam Monitoring
Mengevaluasi Kebijakan Kesehatan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti dari Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa itu Kebijakan Kesehatan.
3. Agar mengetahui Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia dalam
Monitoring Mengevaluasi Kebijakan Kesehatan.
BAB 2

ISI

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Pengertian Hak
Hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kekuasaan
seseorang untuk berbuat sesuatu, karena sudah diatur oleh undang-undang.
Hak merupakan sesuatu yang mutlak menjadi milik seseorang dan
penggunaan hak tersebut tergantung pada orang tersebut. Secara umum hak
dapat diperoleh dengan cara diperjuangkan melalui pertanggung jawaban
atas kewajiban.
Contoh dari Hak Warga Negara Indonesia:
a. Setiap warga negara berhak memperoleh perlindungan hukum
b. Setiap warga negara memiliki hak atas pekerjaan dan kehidupan yang
layak
c. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercaya.
d. Setiap warga negara memiliki hak mempertahankan dan
memperjuangkan wilayah negara kesatuan Indonesia atau NKRI dari
serangan musuh.
e. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dan setara di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.

2. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Kewajiban memiliki makna sebagai suatu keharusan bagi
individu untuk melaksanakan peran sebagai anggota dari masyarakat guna
mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban
teresbut.
Contoh dari Kewajiban Warga Negara Indonesia:
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan
musuh atau serangan dari negara luar.
b. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk membayar pajak dan
retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib menjalankan kewajiban serta menjunjung
tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta
dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara memiliki kewajiban menaati, tunduk, dan mematuhi
segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa Indonesia dapat berkembang dan maju
kearah yang lebih baik.

3. Pengertian Warga Negara


Warga negara terdiri dari dua kata yaitu warga dan negara. Warga di
artikan sebagai anggota atau peserta, warga juga mengandung artikan
sebagai peserta atau anggota dari sebuah kelompok atau organisasi.
Sedangkan warga negara diartikan sebagai penduduk suatu negara atau
bangsa berdasarkan keturunan, tempat lahir dan lainnya yang mempunyai
kewajiban dan hak penuh sebagai warga di negara tersebut.

Warga negara merupakan penduduk yang sepenuhnya dapat diatur


oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui pemerintahannya sendiri.
Adapun pengertian penduduk adalah mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah negara,
diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah
bangsa/negara.

Warga negara menurut KBBI adalah sebuah penduduk yang berada


di suatu negara atau bangsa berdasarkan tempat kelahiran, asal orang tua dan
sebaginya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang
warga dari negara.tersebut.

4. Hak dan Kewajiban Individu di Bidang Kesehatan


Setiap individu atau setiap masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban dalam kesehatan. Hak dan kewajiban individu di bidang
kesehatan diatur dalam ketentuan Pasal 4 – Pasal 13 Undang-undang Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

a. Hak individu di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:


1) Memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan.
2) Memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,
aman dan terjangkau.
3) Memiliki hak mandiri dan bertanggung jawab dalam menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh dirinya.
4) Berhak mendapatkan lingkungan yang sehat demi mencapai derajat
kesehatan.
5) Berhak mendapat informasi dan edukasi tentang kesehatan yang baik.
6) Berhak untuk memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya,
termasuk tindakan pengobatan yang telah atau yang akan di
terimanya dari tenaga kesehatan.

b. Kewajiban individu di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:


1) Berkewajiban ikut mempertahankan, miningkatkan dan mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, meliputi kesehatan
perseorangan, mengupayakan kesehatan masyarakat, dan
pembangunan untuk berwawasan kesehatan.
2) Berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh
lingkungan yang sehat, baik secara fisik, biologi, maupun sosial.
3) Berkewajiban berprilaku hidup sehat untuk mempertahankan,
mewujudkan dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
4) Berkewajiban ikut serta dalam program jaminan kesehatan sosial
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Kebijakan Kesehatan
1. Pengertian Kebijakan
Kata dasar “kebijakan” adalah “bijak” yang berarti selalu
menggunakan akal.budi, pandai, mahir, cerdik, cakap, sehingga “kebijakan”
diartikan sebagai kepandaian, kemahiran, ataupun kecerdikan. Kebijakan
juga disebut Policy memiliki makna terminologi yang sangat luas, tidak
cuma bersifat tekstual melainkan juga kontekstual.

Secara umum kebijakan (policy) adalah sebuah kumpulan keputusan


yang diambil oleh pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih
tujuan dan cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut David
Easton (1953) mengatakan bahwa policy terdiri dari serangkaian keputusan
dan tindakan untuk mengalokasikan nilai-nilai. Sedangkan Buse (2005)
menyebutkan bahwa policy merupakan pernyataan yang luas tentang
maksud, tujuan dan cara yang membentuk kerangka kegiatan.

Kebijakan sangat diperlukan untuk memperjelas pemikiran dalam


pembahasan. Kebijakan adalah sebuah instrument pemerintah yang bukan
hanya dalam arti Government yang mengatur tentang aparatur pemerintahan
melainkan juga governance yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya.
Pada dasarnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu
mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan. Setiap masyarakat memiliki
beberapa tujuan bersama yang dicapai dengan usaha bersama memerlukan
rencana-rencana yang dituangkan didalam kebijakan oleh pihak berwenang
dalam hal ini adalah orang yang memiliki kekuasaan tertinggi/pemerintah.

2. Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Kebijakan
kesehatan di.definisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh
terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan
keuangan dari sistem kesehatan(Walt, 1994).

Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem..kesehatan,


komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi,
manajemen, penunjang lain dari.pelayanan kesehatan.

Tujuan dari Kebijakan..kesehatan untuk mendisain program-program


di tingkat pusat dan lokal, agar dapat dilakukan perubahan terhadap
determinan-determinan kesehatan, termasuk kebijakan kesehatan
dunia/internasional. Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan
keputusan yang saling berhubungan, yang kebijakannya memberikan
perhatian terhadap pelayanan kesehatan.

Kebijakan kesehatan harus berdasarkan dengan pembuktian yang


menggunakan pendekatan problem solving secara linear. Tujuan dari
kebijakan kesehatan adalah untuk membuat atau menyediakan pola
pencegahan, pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan,
pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap individu yang mudah
terpepar penyakit. Kebijakan kesehatan juga peduli tehadap dampak dari
lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan.

Kebijakan kesehatan berfokus terhadap hal-hal yang dianggap


penting dalam suatu institusi dan masyarakat, serta bertujuan jangka panjang
untuk mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi yang praktis untuk
keputusan-keputusan penting.

Kebijakan kesehatan tidak hanya terdiri dari dokumen-dokumen


strategi dalam suatu negara, tetapi juga terdiri dari bagaimana kebijakan itu
diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang program
kesehatan, dan bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-masing
tingkatan pemerintahan.

3. Komponen kebijakan
Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan dalam empat
komponen yaitu, sebagai berikut:

a. Konten
Konten kebijakan merupakan hal yang berhubungan dengan teknis
dan organisasi. Aspek institusi adalah organisasi public dan swasta.
Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya,
yaitu:
1) Sistemik atau menyeluruh di mana ini merupakan dasar dari tujuan
dan prinsip-prinsip diputuskan.
2) Programatik merupakan prioritas-prioritas yang berupa perangkat
untuk mengintervensi dan dijabarkan menjadi petunjuk pelaksanaan
untuk pelayanan kesehatan
3) Organisasi yang difokuskan kepada struktur dari institusi yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan
4) Instrumen yang memfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.

b. Proses
Proses kebijakan merupakan agenda yang teratur melalui suatu
proses rancangan dan implementasi. Ada perbedaan model yang
digunakan oleh analisi kebijakan, yaitu antara lain:
1) Model prespektif (rasional model) adalah semua asumsi yang
mengformulasikan peraturan yang masuk akal berdasarkan informasi
yang tepat/benar.
2) Model incrementalist (prioritas pilihan) adalah membuat kebijakan
secara pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang
berminat untuk menyeleksi kebijakan yang.di prioritaskan.
3) Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan
mengambil langkah mengoreksi secara menyeluruh dan membuat
suatu negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memperioritaskan
model.kebijakan.
4) Model puncuated equilibria adalah kebijakan yang difokuskan
kepada isu yang menjadi pokok perhatian utama dari penentu
kebijakan.

c. Konteks
Konteks kebijakan merupakan lingkungan atau setting di mana
kebijakan itu dibuat dan diimplementasikan. Faktor-faktor yang berada
di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses pembutan
kebijakan. Ada banyak bentuk yang dikategorikan di dalam konteks
kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang dominan, dukungan dan
pengaruh aktor-aktor intrnasional juga turut andil.
d. Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan
kesehatan. Aktor-aktor ini biasanya mempengaruhi proses pada tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Hubungan dari aktor dan
kekuasaannya sebagai pengambil keputusan sangat tergantung kepada
kompromi politik, dari pada hal-hal dalam debat kebijakan yang masuk
akal.

4. Implementasi Kebijakan Kesehatan


Implementasi diartikan sebagai suatu perbedaan antar yang
diinginkan arsitek kebijakan dan hasil akhir dari sebuah kebijakan atau yang
terjadi antara harapan kebijakan dan hasil kebijakan. Proses pelaksanaan
kebijakan dari pembuatan kebijakan untuk direalisasikan oleh pihak-pihak
lain untuk mempengaruhi agenda kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan tahap krusial dalam proses


kebijakan itu sendiri. Sebuah program kebijakan harus diimplementasikan
agar mempunyai dampak atau mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut van Meter dan van Horn (Winarno B, 2012) membatasi


implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-
individu atau kelompok baik swasta maupun pemerintah untuk mencapai
tujuan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.

5. Teori Implementasi kebijakan


Implementasi Kebijakan memfokuskan diri pada aktivitas atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi menjalankan keputusan kebijakan
yang telah ditentukan oleh kebijakan yang ada. Implementasi kebijakan
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh aktor pelaksana saja namun ada
banyak variable yang mempengaruhi. Beberapa variable tersebut terlihat dari
beberapa teori implementasi kebijakan ini, antara lain:
a. Model Edward III
Menurut Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variable, yaitu:
1) Komunikasi merupakan suatu proses ketika seseorang atau kelompok
melakukan interaksi dalam menukar informasi dari komunikan
kepada komunikator.
2) Sumber daya adalah suatu potensi yang dimiliki seseorang atau unsur
tertentu dalam kehidupan.
3) Disposisi adalah pendapat seorang yang memiliki kedudukan yang
lebih tinggi terhadap urusan yang termuat di dalam surat dinas.
4) Struktur birokrasi merupakan tatanan organisasi dalam pembagian
kerja yang ada pada sebuah lembaga dan penting untuk menjalankan
tugas-tugas agar teratur dengan baik.

b. Model Van Metter dan Van Horn


Menurut Van Metter dan Van Horn, ada lima variable yang
mempengaruhi implementasi kebijakan, antara lain:
1) Standart dan sasaran kebijakan
2) Sumber daya
3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan komunitas
4) Karakteristik agen pelaksanaan
5) Kondisi sosial, ekonomi dan politik

c. Model Grindle
Menurut Grindle terdapat dua variable besar yang mempengaruhi
kebijakan yaitu isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Variable di
dalam kebijakan ini mencakup:
1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target kelompok
termuat di dalam isi kebijakan
2) Jenis manfaat yang diterima
3) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
4) Apakah letak sebuah program sudah tepat
5) Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci
6) Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan variable lingkungan kebijakan mencakup:


1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan
2) Karakteristik institusi yang sedang berkuasa
3) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok kebijakan.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia dalam Monitoring Mengevaluasi


Kebijakan Kesehatan
Kesehatan adalah hak dasar bagi setiap orang dan setiap warga
negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Bagi sebagian orang
kesehatan itu sangat susah untuk didapatkan, bahkan ada kata-kata yang terucap
“orang miskin dilarang sakit”. Pandangan ini terjadi karena banyak sekali orang
yang tidak mampu/miskin sangat sulit untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Indonesia merupakan negara yang menjamin kesejahteraan


penduduknya, ditandai dengan yang tercantum dalam landasan konstitusional
Pancasial dan UUD 1945. Namun, dalam kondisi nyata di lapangan pelayanan
kesehatan belum diperoleh secara merata oleh setiap penduduk/warga negara.

Sejak di sahkannya UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional (SJSN), beberapa program penunjang layanan kesehatan
masyarakat dibentuk. Mulai tahun 2004 melalui Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM), kemudian tahun 2008 diubah
menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (JamKesmas) serta di tingkat daerah
ditambah dengan Jaminan Kesehatan Daerah (JamKesda) pada tahun 2010
seluruh program atau peraturan perundang-undangan tersebut dalam
pelaksanaannya belum bisa mengatasi seluruh masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan yang perima khususnya masyarakat miskin.

Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1


menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat juga
berhak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Terjadi perubahan pada UUD
1945 Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, UU tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) atau UU Nomor 40 Tahun 2004 turut
menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial. Pada dasarnya jaminan kesehatan bertujuan untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 1 menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan. Pada
ayat 2 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan terjangkau. Kemudian pada ayat 3
bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada
pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang
sehat demi mencapai derajat kesehatan yang baik.

Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh


penduduk termasuk penduduk kurang mampu dan miskin, pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil
dan merata bagi seluruh masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Setiap manusia membutuhkan pelayanan kesehatan, bahkan secara


ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan kesehatan tidak dapat di pisahkan dari
dalam kehidupan manusia. Pelayanan kesehatan termasuk unsur wajib yang
harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan di wilayahnya.

Pemerintah daerah memiliki wewenang dalam mengatur sistem


pemerintahan dan rumah tangganya sendiri dibidang kesehatan dengan memilih
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh
sebuah daerah.

Pelayanan yang baik hanya akan terwujud apabila didalam


organisasi pelayanan terdapat sitem pelayanan yang mengutamakan kepentingan
warga negara khususnya pengguna jasa layanan dan sumber daya manusia yang
berorientasi pada kepentingan warga negara.

Pelayana adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok


orang dengan landasan faktor material melalui sistem prosedur dan metode
tertentu dalam usaha pemenuhan kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Pelayanan akan terlekasana dengan baik dan memuaskan, jika


didukung oleh beberapa faktor:
a. Kesadaran para pemimpin dan pejabat pelaksana
b. Adanya aturan yang memadai
c. Organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis
d. Pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum
e. Kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas atau
pekerjaan yang di pertanggungjawabkan
f. Tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk
tugas/pekerjaan pelayanan.

Hak atas kesehatan tidak hanya dimaknai sebagai hak setiap orang
untuk menjadi sehat atau untuk terbebas dari penyakit. Namun, hak atas
kesehatan merupakan hak untuk mendapatkan dan menikmati standar kesehatan
tertinggi yang dapat dicapai bagi setiap orang secara kodrati setiap manusia
terlahir bebas dan sama.

Pada tahun 2020, Indonesia menghadapi empat transisi kesehatan


yang memberikan beban, yaitu:

1. Transisi epidemiologi berupa dua kelompok penyakit, yaitu


penyakit menular dan penyakit tidak menular. Contoh penyakit
menular adalah penyakit tuberculosis, malaria, hepatitis, HIV dll.
Sedangkan contoh penyakit tidak menular adalah hipertensi,
diabetes, gagal ginjal, strok, kanker dll.
2. Transisi gizi berkaitan dengan sector gizi di Indonesia yang
masih menghadapai masalah kekurangan gizi, di mana konsumsi
rumah tangga lebih diprioritaskan untuk membeli makanan
instan atau cepat saji dari pada untuk membeli ikan, sayur,
daging, buah-buahan dan makanan sehat atau bergizi lainnya.
3. Transisi demografi ditandai dengan usia harapan hidup yang
meningkat, dan berakibat bertambahnya persentase penduduk
usia lanjut.
4. Transisi perilaku atau gaya hidup, perubahan perilaku hidup
dahulu ke perilaku kehidupan modern sudah menjadi bagian dari
keseharian masyarakat Indonesia.

Keempat transisi ini saling berkaitan dan terjadi secara bersamaan,


sehingga membuat beban kesehatan meningkat. Maka diperlukan kebijakan
keseahatan dalam mengatasi masalah ini. Jaminan Kesehatan Sementara dalam
kesehatan sebagai kebijkan dan program kesehatan yang terjangkau, setara, dan
merata bagi seluruh masyarakat termasuk pada masyarakat dengan kadaan
ekonomi yang kurang atau miskin.

Pengaturan Hak atas kesehatan dibahas dalam sidang paripurna


komnas HAM RI sebagai forum pemegang kekuasaan tertinggi di Komnas
HAM RI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Peruandang-undangan sebagaimana telah diubah dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
dalam pasal 8 ayat 1 dan ayat 2, peraturan yang dikeluarkan oleh komisi yang
dibentuk berdasarkan undang-undang mempunyai kekuatan mengikat
berdasarkan kewenangan.

Hak atas kesehatan merupakan komponen utama bagi pemenuhan


hak untuk hidup. Pemenuhan hak untuk hidup adalah dengan kehidupan yang
bermartabat sehingga hak-hak ekonomi dan sosial termasuk untuk memastikan
terjaminnya hak atas sarana, prasarana dalam kesehatan.

Hak atas kesehatan terdiri dari beberapa unsur, antara lain:

a. Hak atas sistem perlindungan kesehatan yang menydiakan


kesetaraan kesempatan bagi semua orang untuk menikmati
derajat kesehatan tertinggi
b. Hak untuk pencegahan, pengobatan, dan pengawasan penyakit
c. Hak atas akses terhadap obat-obatan penting
d. Hak atas ketersediaan pendidikan dan informasi terkait kesehatan
e. Hak atas akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang setara
dan tepat waktu.
f. Hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan
terkait kesehatan.
Implementasi kewajiban pemenuhan hak secara bertahap sangat
bergantung pada sumber daya yang ada termasuk juga perkembangan sumber
daya masyarakat. Hal ini mengharuskan penggunaan sumber daya yang ada
secara efektif.

Pemerintah wajib memastikan pemenuhan hak atas kesehatan


terselenggara atau tercapai secara merata di seluruh Indonesia. Pemerintah wajib
membangun fasilitas kesehatan tingkat pertama, tingkat lanjut, dan rumah sakit
rujuakan nasional, serta menempatkan tenaga medis dan tenaga kesehatan
termasuk dokter spesialis di daerah-daerah terpencil dan dikembangkan sampai
standar tertinggi yang bisa dicapai.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan kunci atas perkembangan manusia. Secara global,
kesehatan mengalami perbaikan dalam beberapa pelayanan kesehatan, namun
masih ada juga beberapa masalah dalam pemenuhan hak atas kesehatan yang
meliputi pemenuhan hak warga kurang mampu atau miskin dalam mendapat
pelayanan kesehatan yang setara, bermutu dan aman.

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia sangat penting untuk


diketahui, terutama hak dan kewajiban di bidang kesehatan, agar warga negara
dapat berkerja sama dengan pembuat program kebijakan dalam memonitoring
dan mengevaluasi kebijakan kesehatan yang telah dibuat.

B. Saran
Perlu dilakukan evaluasi terus menerus dalam penyusunan program
kebijakan kesehatan agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal dan akan
membantu melindungi dan menyelamatkan nyawa generasi sekarang dan masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA

Alderson, J. Charles & Wall, D. (1992). No Titleバイオフィードバックへの工学的


アプローチ. Japanese Society of Biofeedback Research, 19, 709–715.
https://doi.org/10.20595/jjbf.19.0_3

Ii, B. A. B., & Kesehatan, P. K. (2012). et al .,2005). 7–22.

Hasibuan, R. (2020). Bahan Ajar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Bahan Ajar
UIN Sumatera Utara Medan, 156–159.

Massie, R. (2012). Kebijakan.Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis Dan


Penelitian. Buletin.Penelitian Sistem Kesehatan, 12(4), 409–417.

Adjunct, & Marniati. (2021). Pengantar.Analisis Kebijakan Kesehatan. Pengantar


Analisis Kebijakan Kesehatan, 1–119.

Prasetyo, E. (2004). Orang Miskin Dilarang Sakit. 40, 254.

Muzayanah. (2020). Hak Warga Negara untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan UUD Tahun 1945. Jurnal Pengabdiam Kepada Masyarakat Media
Ganesha FHIS, 1(1), 45.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Buku Monitoring dan Evaluasi PIS-PK. In Kemenkes
RI (Vol. 1, Issue Kesehatan Masyarakat, pp. 1–85).

Anda mungkin juga menyukai