Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

OLEH :
FALYANTI SOFIAN
711530123058

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO


JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2024
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Menimbang :
a. Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional;
c. Bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara,
dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi
bagi pembangunan negara;
d. Bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam
arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. Bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan,tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat
sehingga perlu dicabut dan diganti dengan UndangUndang tentang Kesehatan yang
baru;
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;
Mengingat : Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakanupaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah,pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi,untuk manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral,sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk
membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan
kesehatan manusia.
11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
olehpemerintah dan/atau masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah,
19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kesehatan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan,penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
genderdan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggungjawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 9
1. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,mempertahankan, dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi upaya
kesehatan perseorangan,upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan
kesehatan.
Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan,
dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain
yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 13
1. Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
2. Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Pasal 14
1. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
2. Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikhususkan pada
pelayanan publik.
Pasal 15
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan
baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggitingginya.
Pasal 16
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yangsetinggi-tingginya.
Pasal 17
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pasal 18
Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Pasal 19
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang
bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
Pasal 20
1. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
2. Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 tahun 2014 tentang system informasi


BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.
2. Data Kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-tanda
yang secara relatif belum bermakna bagi pembangunan kesehatan.\
3. Informasi Kesehatan adalah Data Kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi
bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan.
4. Indikator Kesehatan adalah istilah, nilai, dan/atau tingkatan sebagai variabel yang
membantu untuk menganalisis atau mengukur status kesehatan atau perubahan baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan kesehatan.
5. Sistem Elektronik Kesehatan adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik
yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan
Data dan Informasi Kesehatan.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
9. Kementerian adalah perangkat Pemerintah yang membidangi urusan kesehatan dalam
pemerintahan.
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan Sistem Informasi Kesehatan ini bertujuan untuk:
a. Menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap Informasi Kesehatan yang
bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan;
b. Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan; dan
c. Mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dalam ruang lingkup
sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna terutama melalui
penguatan kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.
BAB II
DATA, INFORMASI, DAN INDIKATOR KESEHATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
a. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan
Data, Informasi, dan Indikator Kesehatan yang dikelola dalam Sistem Informasi
Kesehatan.
b. Data, Informasi, dan Indikator Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
terinci dan terklasifikasi.
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang
Organisasi dan tata cara Kementerian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 101 ayat :

1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang,Pembentukan dan Organisasi


Kementerian Negara perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentan Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara;
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010;
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
9. Program Pembangunan yang Berkeadilan; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025;

Memperhatikan :

Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


dalam surat Nomor : B/1640/M.PAN-RB/7/2010 tanggal 20 Juli 2010.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1

1. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.


2. Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 2

Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan


dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Kesehatan


menyelenggarakan fungsi :

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan;


2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan;
3. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Kesehatan di daerah; dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional
 Keputusan Menteri Kesehatan No. 511 Tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengemanan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
KEPUTUSANMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
511/MENKES/SK/V/2002
TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANSISTEM INFORMASI
KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS)MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan desentralisasi menujuOtonomi Daerah di bidang


kesehatan, Sistem InformasiKesehatan Nasional (SIKNAS) memegang peran penting
bagiupaya pencapaian Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat, danIndonesia Sehat;
b. Bahwa dalam rangka membangun Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
dalam tatanan Otonomi Daerah di BidangKesehatan, perlu ditetapkan Kebijakan dan
Strategi yang tepat.
c. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor
468/MENKES-KESOS/SK/V/2001 Tentang Kebijakandan Strategi Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional, dengan adanya perkembangan baru dan
kebijakanDepartemen Kesehatan, perlu diubah dan ditetapkan kembalidalam
keputusan Menteri Kesehatan

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Nomor


100 Tahun 1992, TambahanLembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999, TambahanLembaran Negara Nomor 3839)
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional
(Propenas) (Lembaran Negara Nomor206 Tahun 2000);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 54 Tahun
2000,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
6. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaandan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor574/Menkes/SK/IV/2000
tentang Kebijakan PembangunanKesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;
8. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. Nomor 1747/Menkes-
Kesos/SK/XII/2000 tentang PedomanPenetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam
Bidang Kesehatandi Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1277/Menkes/SK/XI/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA TENTANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGIPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS).
Kedua :
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
sebagai dimaksud dalam diktum pertama,tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidakterpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga :
Koordinasi penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan Nasional(SIKNAS) dilaksanakan
oleh Pusat Data dan Informasi DepartemenKesehatan.
Keempat :
Keputusan ini merupakan acuan bagi Departemen Kesehatan serta petunjuk bagi Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.
Kelima :
Dengan ditetapkan Keputusan Menteri ini maka Keputusan MenteriKesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Nomor 468/MENKES-KESOS/SK/V/2001 dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Keenam :
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akanditinjau kembali bila
terdapat kekeliruan.

 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengeamangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota.
MENTERI KESEHATAN REBUPLIK INDONESIA
Menimbang :
1. Bahwa dalam kerangka desentralisasi, Upaya pencapaian Visi Indonesia Sehat
ditentukan oleh upaya pencapaian Kecamatan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan
Provinsi Sehat;
2. Bahwa dalam rangka memantau, mengevaluasi dan merencanakan upaya-upaya
pencapaian Kecamatan Sehat dan Kabupaten/Kota Sehatn perlu di kembangkan
sisten informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Kabupaten/Kota sebagai bagian dari
system kesehatan Nasional (SIKNAS)
3. Bahwa akan di capai keselarasan dan keterpaduan SIKDA-SIKDA Kabupaten/Kota
dalam SIKNAS perlu di tetapkan acuan bersama dalam bentuk pedoman /petunjuk
Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara


Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) (Lembaran Negara Nomor 206 Tahun 2000).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 54 Tahun
2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.
Kedua :
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten Kota sebagai di maksud dalam dictum pertama, tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga :
Keputusan ini merupakan petunjuk atau pedoman bagi Daerah Kabupaten/Kota, serta
acuan bagi Daerah Provinsi dan Departemen Kesehatan dalam Pengembangan dan
Fasilitas pengembangan SIKDA Kabupaten/Kota.

 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang Pengembangan


Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Pasal 25
Dinas Kesehatan Provinsi bertanggung jawab dalam hal:
a. Membentuk tim pengelola Komunikasi Data tingkat provinsi;
b. menyusun dan menetapkan mekanisme kerja tim pengelola Komunikasi Data di
internal dinas kesehatan provinsi;
c. Menyediakan dukungan pembiayaan untuk penyelenggaraan Komunikasi Data;
d. Melakukan sosialisasi dan advokasi internal kepada para pimpinan didinas kesehatan
provinsi, rumah sakit, unit pelaksana teknis daerah lainnya, dan dinas kesehatan
kabupaten/kota di wilayahnya, serta melakukan sosialisasi dan advokasi eksternal
kepada jajaran pemerintah provinsi termasuk sektor lain utamanya yang berkaitan
dengan sumber data di tingkat provinsi;
e. Melakukan pelatihan bagi petugas pengelola Komunikasi Data dinas kesehatan
kabupaten/kota;
f. Mengoperasikan dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan peralatan
pendukung lainnya;
g. Melakukan pengelolaan data di tingkat provinsi berupa validasi, umpan balik, dan
pemantauan/monitoring pengelolaan data di tingkat kabupaten/kota;
h. Melakukan bimbingan teknis kepada kabupaten/kota di wilayah kerjanya; dan
mengoptimalkan pemanfaatan Jaringan SIKNAS.
Pasal 26
Satuan kerja di Kementerian yang bertanggungjawab dalam pengelolaan
data dan informasi bertanggung jawab:
a. Menyusun rencana pengembangan Komunikasi Data dan Jaringan SIKNAS;
b. Membangun dan mengembangkan Komunikasi Data dan Jaringan SIKNAS; dan
c. Menyelenggarakan Komunikasi Data.
Pasal 27

Pengelola program kesehatan di Kementerian bertanggung jawab:

a. Merumuskan Muatan Data untuk Komunikasi Data;


b. Melakukan verifikasi dan umpan balik data yang diisi ke dalam
Aplikasi Komunikasi Data;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pengelola program kesehatan di
provinsi dan kabupaten/kota sesuai jenis program kesehatan yang menjadi
binaannya;
d. Melakukan analisis data sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan
melakukan koordinasi dengan unit terkait.
BAB V
PERANGKAT KOMUNIKASI DATA
Pasal 28
1. Penyampaian Muatan Data dalam penyelenggaraan Komunikasi Data menggunakan
sarana atau perangkat teknologi informasi.
2. Sarana atau perangkat teknologi informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak.
Pasal 29
1. Perangkat keras sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) berupa perangkat
komputer dan jaringan Komunikasi Data/Jaringan SIKNAS.
2. Jaringan SIKNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menghubungkan kantor
dinas kesehatan kabupaten/kota, kantor dinas kesehatan provinsi, dan institusi
kesehatan lainnya, serta kantor Kementerian.
3. Jaringan SIKNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) difasilitasi oleh
Kementerian.
Pasal 30
1. Perangkat lunak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) adalah Aplikasi
Komunikasi Data.
2. Aplikasi Komunikasi Data dapat diakses melalui alamat

 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan


dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
TENTANG
UNIT DESENTRALISASI
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. Bahwa telah ditetapkan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom;
b. Bahwa desentralisasi telah ditetapkan sebagai salah satu strategi untuk mencapai
Indonesia Sehat 2010;
c. Bahwa telah disusun Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
d. Bahwa keberadaan Unit Desentralisasi Departemen Kesehatan RI yang dibentuk
berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Menkes/SK/III/2002, telah
dirasakan manfaatnya dalam mendukung keberhasilan desentralisasi kesehatan;
e. Bahwa Unit Desentralisasi tersebut perlu dilanjutkan keberadaannya dengan
ketetapan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerahn
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3899);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
5. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi danTata Kerja Departemen;
6. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi danTata Kerja Lembaga Pemerintah non
Departemen yo Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Perubahan
Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001;
7. Keputusan Presiden RI Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Departemen;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG UNIT
DESENTRALISASI.
Kedua :
Unit Desentralisasi sebagaimana dimaksud dictum pertama merupakan
Unit non structural dan bersifat ad-hoc.
Ketiga :
Susunan keanggotaan unit desentralisasi sebagai berikut :
1. Tim Pengarah :
Ketua : Prof. DR. Dr. Azrul Azwar, MPH (Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat)
Anggota :
1). Prof. DR.Dr.H. Musjtahid A.Djojosugito, SpB, SpBO,MHA (Dirjen Pelayanan Medik)
2). Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, PhD (DirjenPPM-PL)
3). Drs. Holid Djahari, Apt, MM (Dirjen Yanfar dan Alat Kesehatan)
4). Drg. Kuswartini M. Suhel (Inspektur Jenderal)
5). Dr. Sri Astuti S. Soeparmanto, MSc PH (Ka.Badan Litbangkes)
6). Dr. H. Irhamsyah Ratu Bagus, SKM (Ka.Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan)
7). Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM (SAM Bidang Teknologi Kesehatan dan Farmasi)
8). Dr. Muharso, SKM (SAM Bidang Pembiayaan dan
Ekonomi Kesehatan) 9). Dr. I Nyoman Kandun, MPH (SAM Bidang Penyehatan
Lingkungan dan Epidemiologi)
10). DR. Dr. Anhari Achadi, MPH (SAM Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Rentan)
2. Tim Pelaksana :
Penanggung Jawab Umum : Dr. Dadi S. Argadiredja, MPH
(Sekretaris Jenderal)
Penanggung Jawab Harian : Dr. Dini Latief, MSc (SAM Bidang
Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan dan Desentralisasi)
Sekretaris (merangkap anggota) : Dr. H. Suwandi Makmur, MM
Anggota :
1). Dr. Triono Soendoro, PhD
2). Dra. Sukarni
3). Dr. Kemas M. Akib, SpR, MARS
4). Drs. Zulkarnain Kasim, SKM, MBA
Staf Sekretaris :
1). Ramchan Raoef, MCN
2). M.I. Tri Hadiah Herawati, SKM,Mkes.
3). Samsu Hidayat, SH
4). Guuesye Charles Yonki M.
5). Darmayanti, SKM
3. Tim Teknis :
Ketua : Dr. Deddy Ruswendi, MPH ( Ka. Pusat Kajian
Pembangunan Kesehatan)
Anggota :
1). Dr. H. Setiawan Soeparan, MPH (Kepala Biro
Perencanaan dan Anggaran)
2). Kepala Biro Kepegawaian
3). Kepala Biro Hukum dan Organisasi
4). A. Choliq Amin, SE, MM (Kepala Biro Keuangan dan
Perlengkapan)
5). Dr. Ieke Irdjiati SA, MPH (Sekretaris Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat)
6). Drg. Naydial Roesdal, MSc (PH) (Sekretaris Ditjen
Pelayanan Medik)
7). Dr. Syafii Achmad (Sekretaris Ditjen P2M-PL)
8). Faiq Bahfen, SH (Sekretaris Ditjen Yanfar dan Alat
Kesehatan)
9). Dra. Hj. Zurmiati Bahrumsyah (Sekretaris Itjen)
10). DR. Dr. Agus Suwandono, MSc (Sekretaris Badan
Litbangkes)
11). Drg. Titte Kabul, MSc (Sekretaris Badan PPSDM
Kesehatan)
12). Bambang Hartono, SKM, MSc (Kepala Pusat Data
dan Informasi Kesehatan)
13). Dr. Supartini Hanafi, MPH (Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kesehatan)
14). Dr. Gunawan Setiadi, MPH (Kepala Pusat
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan)
Keempat :
Tugas Pokok Unit Desentralisasi adalah :
a. Melakukan telaah kritis terhadap penerapan desentralisasi kesehatan di semua tingkat
administrasi, khususnya di Kabupaten/kota.
b. Menyusun policy paper tentang berbagai aspek penerapan desentralisasi kesehatan
sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan.
c. Mengembangkan konsep untuk peningkatan kapasitas institusi di Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan desentralisasi kesehatan.
d. Memfasilitasi berbagai kegiatan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan sumber
daya dalam rangka penerapan desentralisasi kesehatan.
e. Memfasilitasi pelaksanaan langkah-langlah kunci dan kegiatan dalam Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Kelima :
Dalam melaksanakan tugasnya Unit Desentralisasi dapat melakukan konsultasi dengan
berbagai narasumber baik dari dalam dan luar Departemen Kesehatan termasuk
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen Kesehatan termasuk
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, LSM, Organisasi Profesi dan
Perguruan Tinggi.
Keenam :
Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan Unit Desentralisasi dibebankan kepada Anggaran
Belanja Departemen Kesehatan dan bantuan Donor/Badan Internasional yang sifatnya
tidak mengikat.
Ketujuh :
Tim Unit Desentralisasi dalam melaksanakan tugasnya agar berpedoman pada kerangka
acuan tentang Unit Desentralisasi sesuai lampiran Surat Keputusan ini.
Kedelapan :
Dengan ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan ini maka Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 208/Menkes/SK/III/2002 tentang Unit Desentralisasi dan Surat Keputusan
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI Nomor : HK.00.SJ.SK.1.0978 tentang
Sekretariat Tim Pelaksana Unit Desentralisasi dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kesembilan :
Keputusan ini berlaku mulai 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2003 dengan
ketentuan akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan.

 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterukaan Informasi Public (KIP)


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2008
TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan
nasional;
b. Bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan
informasi public merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik;
c. Bahwa keterbukaan inforrnasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan
segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik;
d. Bahwa pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan masyarakat informasi;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keterbukaan
Informasi Publik;
Mengingat :
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, dan Pasal 28 J UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang
dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara
elektronik ataupun nonelektronik.
2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik
lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan
dengan kepentingan publik.
3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non pemerintah
sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri.
4. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-
Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar
layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui
mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.
5. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan
pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan
menggunakan informasi berdasarkan perundangundangan.
6. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui
bantuan mediator komisi informasi.
7. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi public antara para pihak
yang diputus oleh komisi informasi.
8. Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi
atau jabatan tertentu pada badan publik.
9. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung
jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan
informasi di badan publik.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum,atau badan publik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
11. Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi publik
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
12. Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia
yang mengajukan permintaan informasi public sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.

 Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk Pelaksanaan


Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota
MENTERI KESEHATAN REBUPLIK INDONESIA
Menimbang :
4. Bahwa dalam kerangka desentralisasi, Upaya pencapaian Visi Indonesia Sehat
ditentukan oleh upaya pencapaian Kecamatan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan
Provinsi Sehat;
5. Bahwa dalam rangka memantau, mengevaluasi dan merencanakan upaya-upaya
pencapaian Kecamatan Sehat dan Kabupaten/Kota Sehatn perlu di kembangkan
sisten informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Kabupaten/Kota sebagai bagian dari
system kesehatan Nasional (SIKNAS)
6. Bahwa akan di capai keselarasan dan keterpaduan SIKDA-SIKDA Kabupaten/Kota
dalam SIKNAS perlu di tetapkan acuan bersama dalam bentuk pedoman /petunjuk

Mengingat :

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara


Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) (Lembaran Negara Nomor 206 Tahun 2000).
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 54 Tahun
2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.
Kedua :
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten Kota sebagai di maksud dalam dictum pertama, tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga :
Keputusan ini merupakan petunjuk atau pedoman bagi Daerah Kabupaten/Kota, serta
acuan bagi Daerah Provinsi dan Departemen Kesehatan dalam Pengembangan dan
Fasilitas pengembangan SIKDA Kabupaten/Kota.

 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
Mengingat :
a. Bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
diperlukan adanya kebijakan dan langkah-langkah strategi yang digunakan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan Puskesmas;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan kebijakan dasar Puskesmas
dengan Keputusan Menteri Kesehatan;
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara 3495);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara 3839);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara 3848);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4095);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4106);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KEBIJAKAN DASAR
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Kedua :
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat sebagaimana dimaksud Diktum
Pertama tercantum dalam Lampiran Keputusan in
Ketiga :
Kebijakan Dasar sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar digunakan sebagai
pedoman oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Keempat :
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai