Anda di halaman 1dari 13

NAMA : IVON SOVITA BANTARA

NIM : PO7120321050
PRODI : D4 KEPERAWATAN III/B
MATA KULIAH : SISTEM INFOMASI KESEHATAN

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan :


BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk
membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan
manusia.
11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II ASAS DAN TUJUAN


Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif dan norma-norma agama.
Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
BAB III HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu Hak
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan
dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 9
(1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.

Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan
yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Pasal 14
(1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
(2) Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikhususkan pada
pelayanan publik.
Pasal 15
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik
fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 16
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 17
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pasal 18
Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.
Pasal 19
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,
aman, efisien, dan terjangkau.
Pasal 20
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
(2) Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang sistem informasi


kesehatan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan
dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.
2. Data Kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-tanda yang
secara relatif belum bermakna bagi pembangunan kesehatan.
3. Informasi Kesehatan adalah Data Kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk
yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mendukung pembangunan kesehatan.
4. Indikator Kesehatan adalah istilah, nilai, dan/atau tingkatan sebagai variabel yang membantu
untuk menganalisis atau mengukur status kesehatan atau perubahan baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembangunan kesehatan.
5. Sistem Elektronik Kesehatan adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Data dan Informasi Kesehatan.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
9. Kementerian adalah perangkat Pemerintah yang membidangi urusan kesehatan dalam
pemerintahan.
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan Sistem Informasi Kesehatan ini bertujuan untuk:
a. menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap Informasi Kesehatan yang bernilai
pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan;
b. memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi dalam penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan; dan
c. mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dalam ruang lingkup sistem
kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna terutama melalui penguatan kerja sama,
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkesinambungan.

BAB II
DATA, INFORMASI, DAN INDIKATOR KESEHATAN\
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan Data,
Informasi, dan Indikator Kesehatan yang dikelola dalam Sistem Informasi Kesehatan.
(2) Data, Informasi, dan Indikator Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terinci
dan terklasifikasi.

3. Peraturan Pemerintah Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/2010 tentang


organisasi dan tata kerja kementrian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 101 ayat (1) Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara, perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010-2014;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010:
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375/Menkes/SK/V/2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
Tahun 2005-2025;

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi dalam surat Nomor: B/1640/M.PAN-RB/7/2010
tanggal 20 Juli 2010.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN
KESEHATAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1
(1) Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 2
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang
kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan;


b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab.
Kementerian Kesehatan;
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Kesehatan di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 511 Tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) :

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


511/MENKES/SK/V/2002
TENTANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI


KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS)

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan desentralisasi menuju Otonomi Daerah di


bidang kesehatanSistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) memegang
peran penting bagi upaya pencapaian Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat, dan
Indonesia Sehat;

b. Bahwa dalam rangka membangun Sistem Informasi Kesehatan Nasional


(SIKNAS) dalam tatanan Otonomi Daerah di Bidang Kesehatan, perlu ditetapkan
Kebijakan dan Strategi yang tepat.

c. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor


468/MENKES-KESOS/SK/V/2001 Tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional, dengan adanya
perkembangan baru dan kebijakan Departemen Kesehatan, perlu diubah dan
ditetapkan kembali. dalam keputusan Menteri Kesehatan

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional


(Propenas) (Lembaran Negara Nomor 206 Tahun 2000);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 54
Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan


atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010;

8. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. Nomor


1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan
Minimal Dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG


KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN NASIONAL (SIKNAS).

Kedua : Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional


(SIKNAS) sebagai dimaksud dalam diktum pertama, tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.

Ketiga : Koordinasi penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)


dilaksanakan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan.

Keempat : Keputusan ini merupakan acuan bagi Departemen Kesehatan serta petunjuk bagi
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dalam pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan.

Kelima : Dengan ditetapkan Keputusan Menteri ini maka Keputusan Menteri Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial Nomor 468/MENKES- KESOS/SK/V/2001 dinyatakan
tidak berlaku lagi.
Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bila terdapat kekeliruan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Infomasi Kesehatan
Kabupaten/Kota :

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR: 932/MENKES/SK/VIII/2002
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang:

a. bahwa dalam kerangka desentralisasi, upaya pencapaian Visi Indonesia


Sehat ditentukan oleh upaya pencapaian Kecamatan SehatKabupaten/Kota
Sehat, dan Provinsi Sehat;

b. bahwa dalam rangka memantau, mengevaluasi dan me- rencanakan upaya-


upaya pencapaian Kecamatan Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat perlu
dikembangkan Sistem. Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
Kabupaten/Kota sebagai bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SIKNAS)

c. bahwa agar dapat dicapai keselarasan dan keterpaduan SIKDA-SIKDA


Kabupaten/Kota dalam SIKNAS perlu ditetapkan acuan bersama dalam
bentuk pedoman/ petunjuk.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehat- an (Lembaran


Negara Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Peme- rintahan Daerah


(Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perim- bangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72 Tahun
1999, Tambahan. Lembaran Negara Nomor 3848)
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) (Lembaran Negara Nomor 206 Tahun 2000).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Nomor 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pem binaan dan


Pengawasan Atas Penyelenggaraan Peme- rintahan Daerah;

7. Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2001 tentang Pe- doman Kelembagaan


dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangun- an Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat 2010;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


951/Menkes/SK/VI/2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;

10. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. Nomor


1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar
Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

11. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. Nomor


468/Menkes-Kesos/SK/V/2001 yang telah diperbaiki dengan Keputusan
Menteri Kesehatan R.INomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDO- NESIA


TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEM- BANGAN SISTEM
INFORMASI KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.

Kedua: Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah


Kabupaten/Kota sebagai dimaksud dalam diktum pertamatercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini merupakan petunjuk/pedoman bagi Daerah
Kabupaten/Kotaserta acuan bagi Daerah Provinsi dan Departemen
Kesehatan dalam pengembangan dan fasilitasi pengembangan SIKDA
Kabupaten/Kota.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau
kembali bila terdapat kekeliruan

Anda mungkin juga menyukai