Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seringkali kita sebagai orang Islam tidak mengetahui kewajiban kita


sebagai makhluk yang paling sempurna yaitu salat, atau terkadang tau tentang
kewajiban tetapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukan. Dalam istilah lain
salat adalah suatu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan tertentu disertai ucapan-ucapan tertentu dengan syarat-syarat
tertentu pula. Istilah salat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa di atas, karena didalamnya mengandung doa-doa, baik yang berupa
permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan di tengah-tengah
masyarakat adalah kajian masalah salat jenazah, kita memandang dari aspek teori
salat jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika
dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita
melihat dari aspek praktek masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah. Untuk itu dalam makalah ini
mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan
tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan jenazah dengan
baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimana
pengertian salat jenazah itu sendiri, syarat dan rukunnya termasuk kaifiat dalam
salat jenazah

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian shalat jenazah?
2. Apa keutamaan shalat jenazah?
3. Apa syarat-syarat shalat jenazah?

1
4. Apa rukun shalat jenazah?
5. Bagaimana tata cara shalat jenazah perempuan dan laki-laki?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat Jenazah


Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat
muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat
jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia maka
tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut (Musthafa, 2003 hal: 94).
Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan
baik, maka terus disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati

jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati jenazah berdasarkan


hadis Nabi SAW :

:
) (.
Artinya:
“Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Salatkanlah olehmu orang-
orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang
orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah.” (HR. At Tabrani)

2.2 Keutamaan Shalat Jenazah


Pertama: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
. 

“Barang siapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka


baginya satu Qirath. Lalu barang siapa yang menyaksikan jenazah hingga
dimakamkan, maka baginya dua Qirath.” Ada yang bertanya: “Apa yang
dimaksud dua Qirath?” Rasulullah lantas menjawab: “Dua Qirath itu semisal
dua gunung yang besar.” [HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945]

3
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
« .» «
».

“Barang siapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya
(pahala) satu Qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala)
dua Qirath.” Ada yang bertanya: “Apa yang dimaksud dua Qirath?” “Ukuran
paling kecil dari dua Qirath adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau . [HR.
Muslim no. 945]

Kedua: Dari Kuraib, ia berkata:


.
-  .

« -
»

“Anak ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu
‘Abbas lantas berkata: “Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas), lihat berapa
banyak manusia yang menyalati jenazahnya.” Kuraib berkata: “Aku keluar,
ternyata orang-orang sudah berkumpul, dan aku mengabarkan pada mereka
pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lantas mereka menjawab: “Ada 40 orang.” Kuraib
berkata: “Baik kalau begitu.” Ibnu ‘Abbas lantas berkata: “Keluarkan mayit

tersebut. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang


Muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang
tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, melainkan Allah akan
memprkenankan syafaat (doa) mereka untuknya.” [HR. Muslim no. 948]

Ketiga: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi bahwa beliau
bersabda:
  

4
“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok
kaum Muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafaat
(mendoakan kebaikan untuknya), maka syafaat (doa mereka) akan

diperkenankan.” [HR. Muslim no. 947]

Keempat: Dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:

“Tidaklah seorang Muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum Muslimin,
melainkan doa mereka akan dikabulkan.” [HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud
no. 3166. Imam Nawawi menyatakan dalam Al Majmu’ 5/212 bahwa hadis ini
Hasan. Syaikh Al Albani menyatakan hadis ini Hasan jika sahabat yang
mengatakan]

2.3 Syarat-Syarat Shalat Jenazah


Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya
tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-
syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-salat fardu lainnya,
seperti :
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadis atau najis
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita
auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan
6. Menghadap kiblat (Samsuri, 1998: 29).
Perbedaanya dengan salat fardu yang lain adalah mengenai waktu, karena salat
jenazah ini ia dapat dilakukan pada waktu kapan saja ketika ada jenazah. Bahkan
menurut golongan Hanafi dan Syafi’i salat ini boleh dilaksanakan pada waktu -
waktu terlarang. Akan tetapi Ahmad dan Ibnu Mubarak, dan Ishak memandang

5
makruh melakukan salat jenazah pada waktu terbitnya matahari, waktu istiwa dan
saat terbenamnya, kecuali jika dikhawatirkan jenazah akan membusuk.

2.4 Rukun Shalat Jenazah

1. Niat melaksanakan salat jenazah


 )  (  
Artinya :
“Saya niat salat atas mayat ini empat takbir fardlu kifayah, karena Allah.
Allahhu Akbar.”
2. Berdiri bagi yang mampu. Ini merupakan pendapat jumhur ulama, maka
tidak sah menyalatkan jenazah sambil duduk atau berkendaraan kalau
tidak ada uzur. Dalam kitab al Mugni dikatakan, “Tidak boleh

menyalatkan jenazah ketika sedang berkendaraan, karena itu menghalangi


sikap berdiri yang diwajibkan”. Imam Syafi’i juga berpendapat demikian,
termasuk Abu Hanifah dan Abu Saur tanpa ada menentangnya. Disunatkan
menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan pada saat berdiri
sebagaimana yang dilakukan salat fardu biasa.

3. Membaca takbir empat kali, seperti yang tersebut dalam hadis Nabi SAW.

Artinya : ) (
“Dari jabir r.a bahwa Nabi SAW. menyalatkan Najasi (raja Habsyi),
maka beliau membaca takbir empat kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Turmudzi berkata bahwa hal itu telah diamalkan oleh kebanyakan
ulama dari para sahabat Nabi SAW. dan lainnya. Mereka berpendapat
bahwa takbir dalam salat jenazah itu sebanyak empat kali. Demikian juga
pendapat Syafi’i, Sufyan, Ahmad, Ibnul Mubarak, dan Ishak.
4. Membaca surat al Fatihah, dilanjutkan denngan takbir yang kedua.

5. Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW. dilanjutkan dengan takbir


ketiga. Membaca surat al Fatihah dan salawat Nabi dalam jenazah,
sebaiknya dengan cara sirri (bisik-bisik). Jumhur ulama berpendapat

6
bahwa, baik membaca al Fatihah atau membaca salawat Nabi, berdoa serta
memberi salam disunatkan secara sirri kecuali bagi imam, maka baginya
sunat jahar pada takbir dan taslim untuk pemberitahuan kepada makmum.

Membaca salawat sekurang-kurangnya dengan mengucapkan Allahumma


shalli ‘ala Muhammad itu sudah cukup. Sedangkan yang lebih utama
adalah mengikuti apa yang diajarkan oleh nabi sebagai berikut :

 

Artinya :
“Ya Allah limpahkanlah karunia atas Nabi Muhammad serta keluarga
Muhammad sebagaimana telah Engkau limpahkan atas Nabi Ibrahim dan
berilah berkah kepadA Muhammad serta keluarga Muhammad
sebagaimana telah Engkau berikan kepada Ibrahim di antara seluruh
penduduk alam, sungguh engkau ya Allah Mahaterpuji lagi Mahamulia.”

6. Mendoakan jenazah, dilanjutkan dengan takbir keempat.


(  :
)
Artinya :
Rasulullah SAW. bersabda, “Jika kamu menyalatkan jenazah, maka

berdoalah untuknya dengan tulus ikhlas.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi,
juga Ibnu Hibban yang menyatakan sahihnya)
Doa dianggap sah walaupun hanya secara singkat. Akan tetapi yang lebih
utama adalah membaca doa berikut :

 

) (
Artinya :

7
“Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mafkanlah dia, muliakanlah
dia, lapangkanlah tempatnya dan bersihkanlah dia dengan air, air salju,
dan air embun. Sucikanlah dia dari dosa sebagaimana kain yang putih

bila disucikan dari noda. Dan gantilah rumahnya dengan tempat


kediaman yang lebih baik, begitu pun keluarga serta istrinya dengan
yang
lebih berbakti, serta lindungilah dia dari bencana kubur dan siksa
neraka.” (HR. Muslim)
7. Membaca doa setelah takbir keempat
Disunatkan membaca doa setelah takbir keempat, seperti yang dijelaskan
dalam hadis nabi SAW. riwayat Ahmad dari Abdullah bin Abi Aufa :

Artinya :
“Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan
dengan membaca empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia
masih berdiri selama kira-kira antara dua takbir membaca doa.
Kemudian katanya, “Rasulullah SAW. selalu melakukan seperti ini
terhadap jenazah.”
Imam Syafi’i berkata, “Setelah takbir keempat, hendaklah membaca doa
sebagai berikut :

Artinya :
“Ya Allah janganlah Engkau tidak memberikan pahala kepadanya dan
janganlah Engkau menjadikan fitnah kepada kami setelahnya, berilah
ampunan kepada kami dan kepadanya dengan rahmatMu wahai Dzat
Yang memberi Rahmat.”
Sedangkan Abu Hurairah berkata, “Orang-orang dulu biasanya membaca
setelah takbir keempat itu, dan sebagai berikut :

Artinya :

8
“Ya Allah Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat
dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
8. Mengucapkan Salam

Salam pada salat jenazah menurut para fuqaha termasuk fardu, kecuali
Abu Hanifah yang mengatakan bahwa salam kesebelah kanan dan kiri
hukumnya wajib, tetapi bukan termasuk rukun dengan alasan bahwa salat
jenazah termasuk salah satu macam salat dan untuk mengakhiri salat
adalah dengan membaca salam. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Mengucapkan
salam ketika salat jenazah seperti salam waktu salat biasa, sekurang-
kurangnya Assalamu’alikum, tetapi Ahmad berpendapat membaca satu
kali salam itu adalah sunah dengan menghadapkan mukanya kesebelah
kanan, boleh juga ke arah depan berdasarkan perbuatan Rasulullah dan

para sahabat. Mereka hanya memberi salam hanya satu kali, tidak ada
yang membantah pada waktu itu. Imam Syafi’i berkata bahwa hukum
mengucapkan salam dua kali adalah sunah, yaitu dimulai dengan
menghadapkan muka kesebelah kanan, kemudian salam yang kedua
kesebelah kiri, sedangkan Ibnu Hazmin menganggap bahwa salam yang
kedua termasuk dzikir dan amalan yang baik (Abidin dan Suyono, 1998:
168).

2.5 Tata Cara Shalat Jenazah Perempuan dan Laki-Laki


Tata cara sholat jenazah perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaannya terletak
pada posisi sholat dan juga bacaannya.
A. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Perempuan
Tata cara sholat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah
tali pusar. Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan
makmum laki-laki dewasa, kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah
shaf-nya kalau bisa ganjil.

9
Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan memiliki
faedah yang besar. Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya,
memohon syafaat dan berdoa untuknya, menunaikan hak keluarganya,
menghibur perasaan mereka akan memperoleh pahal yang besar.

B. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Laki-Laki


Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki ini sedikit berbeda dengan tata cara
sholat jenazah untuk perempuan. Jika pada jenazah perempuan imam berada
sejajar dengan pusar jenazah, maka untuk jenazah laki-laki posisi imam
berada sejajar dengan kepala.

Menyolatkan jenzah di masjid adalah yang diutamakan. Jika masjid jauh, bisa
dilakukan di rumah atau mushola terdekat. Barang siapa yang ketinggalan
sholat jenazah, yang utama adalah menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan
barang siapa yang dikuburkan dan belum disholatkan, maka disholatkan di
atas kuburnya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan
umat muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum
melakukan salat jenazah ini adalah fardhu kifayah.
2. Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan
baik, maka terus disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa
menyalati jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati
jenazah berdasarkan hadis Nabi SAW : Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi
SAW. Bersabda, “Salatkanlah olehmu orang-orang yang mengucapkan
kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang orang yang
mengucapkan kalimat Lailaha illallah.”
3. Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya
tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat,
maka syarat-syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-
salat fardu lainnya. Syarat-syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh
dan berakal, suci dari hadis atau najis suci seluruh anggota badan, pakaian
dan tempat, menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut,
sedang wanita auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan
telapak tangan, menghadap kiblat.
4. Rukun salat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Membaca
takbir empat kali, membaca surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi
Muhammad SAW, Mendoakan jenazah, membaca membaca doa setelah
takbir ke empat, mengucapkan salam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Moh. Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Pasha, Mustafa Kamal. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Samuri, M. 1998. Penuntun Shalat lengkap. Surabaya: Apollo Lestari
Kamal Pasha, B.Ed, Drs. Musthafa dkk, Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis
tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri,2003.
Muhdiyat,H.M.A, Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari
Bandung, 2008.
Al-Qur’anul karim dan terjemahannya, Departemen Agama RI Kejasama dengan
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah.

12

Anda mungkin juga menyukai