Anda di halaman 1dari 14

Tatacara dan Bacaan Sholat Jenazah

Dalam rangka memenuhi tugas penilaian


Portofolio Ujian Praktik Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada
Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020

Disusun oleh : Rasya Nafila


Kelas : XII IPA 1

Yayasan Abdi Karya SMA YADIKA 4 Jl. Wadas


Jatiwaringin Kota Bekasi 2020
Halaman Pengesahan

Karya Tulis
Tatacara dan Bacaan Sholat Jenazah
adalah asli karya Penulis dan telah diverifikasi
dan dinilai oleh Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti

Diverifikasi dan dinilai Bekasi, Februari 2020


Guru PAI dan BP Penulis,

Drs. M. Nurhasan Rasya Nafila


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
melaksanakan shalat jenazah. Harapan saya semoga
Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
Bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.wb
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN

2. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Jenazah
B. Hukum Shalat Jenazah
C. Keutamaan Shalat Jenazah
D. Syarat Shalat Jenazah
E. Rukun Shalat Jenazah
F. Cara Menyalati Jenazah
G. Hukum Menyalati Orang yang mati Syahid
H. Analisis

3. BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

4. BAB IV DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan
ditengah-tengah masyarakat adalah kajian masalah shalat
jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat jenazah
merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika
dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah tersebut.
Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih banyak
kesalahan- kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam
masalah pengurusan jenazah. Karena teori dengan praktek
dilapangan sangatlah berbeda, apalagi saat menjalani pratek
kita harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan
dan mental kita. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat
sebuah tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah
dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya
menyolatkan jenazah dengan baik dan benar.

Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimanaapa


pengertian shalat jenazah itu sendiri, keutamaan-keutamaan
dalam shalat jenazah, hukum sholat jenazah berdasarkan
menurut hadist, syarat-syarat menyolatkan jenazah, rukun-
rukun yang benar dalam melaksanakan sholat jenazah, dan yang
terakhir ialah bagaimana hukumnya menyolatkan orang yang
matinya syahid diperbolehkan ataukah tidak. Tujuan
penyusunan makalah tersebut adalah untuk memberikan
wawasan kepada masyarakat khususnya bagi
mahasiswa tentunya dalam masalah cara menyolatkan jenazah
, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidak tahuan
dalam masalah menyolatkan jenazah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Shalat jenazah

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang


dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal
dunia.

B. Hukum shalat jenazah

Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang


muslim yg hidup. Jika telah dikerjakan oleh satu orang sekalipun
maka gugurlah kewajibannya dari yg lain. Salat ini mempunyai
beberapa syarat rukun dan sunnah serta keutamaan
sebagaimana akan kami sebutkan. Dari Salamah bin Al-Akwa:

ْ‫سلَ َم ْةَ َعن‬


َ ْ‫لَ بن‬ ً َ‫صلَّلى النَّبىْ عن ْد‬
ْ ‫ عْ ك َْو ا‬: ‫سا ُجلُوْ ُكنَّا‬ َّْ ْ‫سلَّ َْم َْو َعلَيه‬
َ ُ‫َللا‬ َ ْ‫ى ْا ُ ذْ ا‬
َْ ‫ةْ زَْ ب َجنَا ت‬
َْ : ْ‫صلُّو‬
‫ل قَا‬ َ ‫صا َعلَى ا‬ َ ْ‫حب ُكم‬. ‫رى البخا رواه‬

“Dari Salamah bin Al-Akwa’,”pada suatu saat kami duduk-duduk


dekat Nabi Saw.Ketika itu dibawa seorang mayat, beliau berkata
kepada kami, ‘shalakanlah teman kamu’.’(riwayat Bukhari)

C. Keutamaan Shalat Jenazah

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab , ia


berkata bahwasanya Rasullah bersabda :
ْ ‫صلَّللى زَ ْة ً َجنَا تَب َْع َم‬
‫ن‬ َ ‫غ يُف َْر َحتَّى تَب َع َها َمنْ َْو طْ ا قي َْر فَلَ ْهُ َعاَي َها َو‬ َ ْ‫ن‬, َ ‫ْأ‬
َْ ‫طا ا قي َْر فَلَ ْهُ من َها‬
‫ل ُه َما صغ ََْر‬ ُْ ‫ل َحدَ ُه َما ْأَ ْ و ْأ َ أ ُ ُحدْ مث‬ ُْ ‫أ ُ ُحد مث‬

“ Siapa yang mengantar jenazah dan menyalatinya, maka baginya


satu qirath. Siapa mengantar jenazah samapai selesai (proses
pemakaman), maka baginya dua qirath. Yang paling kecil adalah
seperti gunung Uhud atau salah satu dari keduanya adalah seperti
gunung Uhud.”

Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk


menanyakan kebenaran perkataan Abu Hurairah tersebut. Ketika
kembali dari rumah Aisyah, Khabab bercerita bahwa apa yang
dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang
dikatakan Khabab, Ibnu Umar berkata, sungguh kami telah
kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan beberapa
qirath.

Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di


Qalid atau ‘Usfan dan yang menyalatinya sebanyak empat puluh
orang , Rasullah bersabda :

ْ ‫َر َم‬
‫ن‬ َْ ‫ج خ‬
َْ ‫ح‬ َْ ‫صلَّى َْو بَيت َها منْ ةْ زَْ َجنَا َم‬ َ ‫فَنَْ تُدْ َحتَّلى تَبع َها ث ُ َّْم َعلَي َها‬.َْ‫طا ا قي َْر لَ ْهُ َكان‬
َ ْ‫ن‬
ْ‫جرْ ْأ َ من‬,ْ‫ل طْ ا قي َْر ُك ُّل‬ ُْ ‫ ُحدْ ْأ ُ مث‬, ‫صلَّى َمنْ َْو‬ ُْ ‫ُحدْ ْأ ُ مث‬
َ ‫ل لَ ْهُ نَْ َكا َج َْع ر ث ُ َّْم َغلَي َها‬

“ Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan


empat puluh orang laki-laki yang tidak menyekutukan Allah,
melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya lantaran
mereka.”

D. Syarat Shalat Jenazah


Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat
jenazah juga memilki beberapa syarat sebagaimana syarat
dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu :
1. Badannya suci, suci dari hadats kecil dan besar
2. Menghadap ke kiblat
3. Menutupi aurat
4. Dilakukan setelah mayat dimandikan dan dikafani
5. Letak mayat itu sebelah kiblat orang yang menyalatkan,
kecuali kalau shalat itu dilaksanakan diatas kubur atau
shalat gaib

Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah


bahwa shalat jenazah tidak terikat waktu, shalat jenazah
dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba, bahkan dalam waktu
yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut
Imam Abu Hanifah dan Syafi’i. Menurut Imam Ahmad, Ibnu
Mubarok dan Ishak berpendapat bahwa melaksanakan shalat
jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat
tenggelam, hukummnya makruh kecuali jika tubuh
dikhawatirkan akan membusuk.

E. Rukun Shalat Jenazah

1. Niat
Allah SWT berfirman,
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang
lurus.”(Al-Bayyinah:5).
Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat
disyariatkan. Jadi tidak diharuskan membaca bacaan shalat
jenazah.

2. Berdiri bagi yang mampu

Dalam pandangan mayoritas ulama, berdiri merupakan bagian


dari rukun shalat jenazah. Maka, jika ada yang melakukan shalat
jenazah dalam keadaan duduk maka shalatnya tidak sah, karena
ia tidak memenuhi salah satu dari rukun shalat, yaitu berdiri.
Pendapat ini sesuai dengan pandangan Abu Hanifah, Syafi’i dan
Abu Tsaur. Dan dalam hal ini, tidak ditemukannya adanya
perbedaan pendapat.
Pada saat berdiri hendaknya tangan kanan menggenggam tangan
kiri. Ada juga yang mengatakan tidak perlu. Tetapi sebagian besar
lebih banyak menerima pendapat yang pertama.

3. Takbir sebanyak empat kali.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah Hadist yang


bersumber dari Jabir ra, bahwasanya Rasulullah SAW melakukan
shalat jenazah raja Najasyi dengan emapt takbir. Tirmizi berkata,
shalat dengan 4 takbir merupakan amalan yang dilakukan para
sahabat dan yang lain dengan melihat Rasulullah melakukan
shalat jenazah dengan takbir empat kali. Pendapat ini
dikemukakan oleh Syafan, Malik, Ibnu Mubarak, Syafi’I, Ahmad
dan Ishak.

4. Mengangkat dua tangan saat takbir


Mengankat dua tangan saat shalat jenazah kecuali hanya pada
takbir pertama.Karenanya, takbir diberlakukan hanya pada saat
takbiratul ihram, kecuali jika berpindah dari rukun satu ke rukun
lain sebagaimana yang berlaku dalam shalat selain shalat
jenazah. Sementara untuk shalat jenazah tidak dikenal takbiratul
intiqal (takbir yang menandakan perpindahan antara satu rukun
dengan rukun yang lain).

5. Membaca Al-Fatihah

Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah


(menurut ahli hadist).

6. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW

Imam syafi’i berkata, sebagaimana yang tercantum dalam


musnadnya, dari Abu memberitahukan kepadanya bahwa yang
disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah adalah
hendaknya imam takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah
setelah takbir yang pertama. Setelah itu membaca shalawat
kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa untuk jenazah pada
takbir selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.

7. Doa kepada jenazah

Membaca doa setelah shalat jenazah itu merupakan


rukunnya.Dari HR.Muslim berkata, Rasulullah bersabda :

‫سعْ لَ ْهُ نُ ُْز مْ َوأَكرْ فهْ َو َعا ر َحم ْهُ ا َْو لَ ْهُ غفرْ ا للَّ ُه َّْم ا‬
َّ ‫َوبَ َرد َونَقهْ َوثَلجْ ب َماءْ َواغسل ْهُ َخلَ ْهُ ُمدْ َو َو‬
َْ‫طا مْن‬ ُْ ‫ض الثَّو‬
َ ‫ب يُنَقَّى َك َما يَا ال َخ‬ ُْ َ‫منَْ األَبي‬
َّ‫اراخَي ًرامنْ ل ْهُ بدْ َوْأ َ نَسْ ال ْد‬
ً َ‫لً َوْأ َ دَارهْ د‬
ْ ‫َوقهْ وجهْ زَْ منْ ا خَي ًْر َوزَ و ًجا هلهْ ْأ َ منْ خَي ًرا ه‬
‫فتنَةَالقَبر َو َعذَا َبالنَّار‬

“ Ya Allah, ampunilah (dosanya), sayangilah dia, maafkanlah


(kesalahannya), muliakan tempatnya, luaskan jalan masuknya,
mandikan ia dengan air dan embun, bersihkan dirinya dari segala
kesalahan sebagaimana baju putih yang telah dibersihkan dari
segala kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
dan gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik dan
gantilah pasangannya dengan pasangan yang lebih baik, juga
selamatkan dari fitnah kubur dan siksa neraka.”

8. Membaca doa setelah takbir keempat

Meskipun sudah membaca setelah takbir ketiga, berdoa setelah


takbir keempat juga dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hadits
yang diriwayatkan Imam dari Abdullah bin Aufa.Imam syafi’i
berkata, setelah takbir keempat, hendaknya orang yang shalat
membaca doa,

ْ‫لَ اللَّ ُه َّم‬


ْ ْ‫لَ َْو ْهُ ج َْر ْأ َ منَا تَحر‬
ْ ‫لَن ََاولَ ْهُ اغفرْ َْو بَعدَْهُ تَفتنَّا‬

“ Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari


mendaptkan ganjarannya, janganlah Engkau beri kami fitnah
sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia”(Riwayat Hakim).

9. Salam

Ibnu Mas’ud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya


dengan salam dalam shalat yang lain. Adapun lafal salam yang
paling sederhana adalah
“as-Salamualaikum Warahmatullahhiwabara’katuh.”
F. Cara Menyalati Jenazah

Posisi imam saat menyalati jenazah perempuan dan lelaki.


Diantara cara yang diajarkan Rasulullah saw. Bagi imam dalam
meyalati jenazah lelaki adalah hendaknya berada persis di bagian
kepala jenazah. Dan untuk jenazah perempuan, hendaknya imam
berada di bagian tengah (perut).

Sebagai landasan atas hal ini adalah sebuah hadits yang


bersumber dari Anas ra.bahwasanya ada seseorang yang
melakukan shalat tepat dibagian kepalanya. Setelah jenazahnya
dipangkat, kemudian di datangkan dengan jenazah perempuan
dan ia merubah posisinya tepat di bagian tengah jenazah.(HR
Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).

G. Hukum menyalati orang yang mati syahid

Syahid adalah orang yang meninggal dunia ditangan-tangan


orang-orang kafir saat peperangan. Ada beberapa hadits yang
dengan jelas menyatakan bahwa orang yang syahid tidah perlu
dishslati. Di antaranya adalah;
1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bahwasannya
Rasulullah saw.memerintahkan untuk mengebumikan para
sahabat yang meninggalkan dunia saat perang Uhud
dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak
dishalati.
2. Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmmidzi meriwayatkan dari
Anas ra.bahwasannya mereka yang syahid di bukit Uhud
tidak dishalati , jenazahnya langsung dikebumikan dengan
darahnya dan juga tidak dimandikan.

Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah


para syuhada tetap dishalati. Di antaranya adalah:
1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Amar
bahwasannya rasulullah saw.pernah keluar lalu beliu
melakukan shalat untuk mereka yang gugur dibukit Uhud
sebagaimana beliu shalat jenazah setelah delapan tahun
berlalu layaknya orang yang sedang berpamitan baik
kepada orang yang masih hidup ataupun orang yang sudah
meninggal dunia.
2. Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, “mereka yang
terbunuh pada saat perang Uhud sebanyak sembilan orang,
sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan kepada
Rasulullah saw.lalu di datangkan sembilan jenazah yang
lain, sementara jenazah Hamzah dibiarkan pada tempat
semula.
Kemudian Rasulullah saw.melaksanakan shalat untuk ke
sembilan jenazah tersebut.”HR.Baihaki.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang


dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal
dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu
kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang
meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban kaum muslim
yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.
Kemudian shalat jenazah sudah ada syarat dan rukun-rukunnya
yang berpegang pada dasar-dasar sunnah Rasulullah saw. Selain
itu bahwa menyolatkan jenazah yang matinya syahid boleh dan
tidak disholatkan karena Rasulullah pernah mengerjakan kedua-
duanya, pernyataan ini didasarkan pada hadist-hadist yang ada,
kemudian telah diamati bahwa nash-nashnya shahih.

B. PENUTUP

Demikianlah makalah ini saya buat, mohon maaf apabila terjadi


kesalahan dalam penulisan mohon dimaafkan. Terimakasih

BAB IV
SUMBER BACAAN

www.awitrom.com-tentang-shalat-jenazah
https://supriyadicfc.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai