Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan bagi umat muslim kepada
muslim lainnya yang telah meninggal dunia. Hukum melaksanakan shalat jenazah
ini adalah fardhu kifayah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menemukan beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya, antara bid’ah dan sunnah
serta hal yang masih diperbincangkan. Maka dari itu penulis mencoba
mengangkat beberapa masalah tersebut dan mengkajinya dalam makalah ini.

2. Permasalahan
a. Pengertian solat jenazah
b. Syarat Penyelenggaraan
c. Rukun Shalat Jenazah
d. Pembahasan permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Shalat Jenazah
A. Pengertian Shalat Jenazah dan Hukumnya
Shalat jenazah adalah jenis shalat yang dilakukan pada muslim laki-laki
maupun muslim perempuan yang telah meninggal dunia, yang dishalatkan oleh
muslim lainnya yang masih hidup. Hukum pelaksanaan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah yang artinya wajib bagi setiap muslim untuk melakukannya, tetapi
kewajiban tersebut gugur apabila telah ada muslim lainnya yang melakukannya.

B. Syarat Penyelenggaraan
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan shalat ini
adalah:
1) Yang melakukan shalat ini harus memenuhi syarat sah shalat secara
umum (menutup aurat, suci dari hadas, menghadap kiblat dst.)
2) Jenazah/Mayit harus sudah dimandikan dan dikafani, kecuali
fiisabilillah.
3) Jenazah diletakkan di depan mereka yang menyalati, kecuali shalat
ghaib.
4) Pembagian shaf dalam shalat jenazah hendaknya dibariskan menjadi
tiga baris. Begitu juga apabila yang menyalati jumlahnya hanya tiga
orang, maka imam berdiri di shaf pertama, makmum pertama berada di
shaf kedua dan makmum ketiga berada di shaf ketiga
5) Dalam pelaksanaan shalat jenazah posisi imam berbeda-beda
sesuaidengan keadaan jenazah. Perbedaan tersebut adalah:
a. Apabila jenazah laki-laki maka posisi imam berada tepat di dekat
kepala jenazah.
b. Apabila perempuan, imam berada di tengah badan jenazah.
Sesuai dengan hadits berikut “Saya melihat Anas bin Malik
menyembahyangkan jenazah laki-laki dia berdiri di arah kepalanya.
Setelah jenazah itu diangkat dan digantikan pula dengan satu jenazah
wanita, dia menyembahyangkannya dan berdiri di tengah-tengahnya.
Seorang sahabat bertanya: “Hai Abu Hamzah, apakah Nabi
menyembahyangkan jenazah laki-laki dan wanita seperti arahmu berdiri
tadi?” Anas menjawab “Ya.”” (HR. Ahmad dan Turmuzi dan Ibn Majah
dari Abi Ghalib al-Hannath).

c. Apabila jenazah yang disalati jumlahnya banyak dan terdiri dari laki-laki
dan perempuan, maka posisi imam berada di depan kepala jenazah.
Jenazah laki-laki diletakkan di depan kemudian diikuti oleh jenazah
perempuan. Selain itu juga diperbolehkan untuk menyalati jenazah
tersebut satu-persatu secara bergiliran. Posisi imam shalat jenazah yang
berbeda-beda ini juga berlaku bagi orang yang shalat jenazah sendirian.

C. Rukun Shalat Jenazah


Shalat jenazah itu terdiri dari delapan rukun.
1) Niat
Shalat jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya tidak dianggap sah
kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah untuk melakukan ibadah kepada Allah.
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan
sesuai niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi).
2) Membaca takbir pertama dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah.
3) Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat :
4) Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
‫َع ْنُه َو اْعُف ِفِه َو َعا َحْم ُه َو اْر َلُه اْغ ِفْر َالَّلُهَّم‬
Atau dilanjutkan dengan membaca
‫ َو َنِّقِه ِم َن اْلَخ َطاَيا َآَم ا َنَّقْيَت الَّثْو َب ْاَألْبَيَض ِم َن‬، ‫ َو اْغ ِس ْلُه ِباْلَم اِء َو الَّثْلِج َو اْلَبَرِد‬،‫ َو َو ِّسْع َم ْدَخ َلُه‬، ‫َو َأْآِر ْم ُنُزَلُه‬
‫ َو َأِع ْذ ُه ِم ْن‬،‫ َو َأْد ِخ ْلُه اْلَج َّنَة‬،‫ َو َز ْو ًجا َخْيًرا ِم ْن َز ْو ِج ِه‬،‫ َو َأْهًال َخْيًرا ِم ْن َأْهِلِه‬،‫ َو َأْبِد ْلُه َداًرا َخْيًرا ِم ْن َداِر ِه‬،‫الَّدَنِس‬

‫َع َذ اِب اْلَقْبِر َو َع َذ اِب الَّناِر‬


5) Selesai takbir yang keempat, lalu membaca:
‫َو اْغ ِفرلناوَلُه َبعَد ُه َتفِتَّنا َو اَل َأجَر ُه َتحِر مَنا اَل الَّلُهَّم‬
Atau membaca :
‫ َوِقَنا َع َذ اَب الَّنار‬، ‫ َوِفي اآلِخَرِة َح َس َنًة‬، ‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد نَيا َح َس َنًة‬
6) Salam

2. Pembahasan Permasalahan
A. Mengangkat tangan hanya ketika pada takbir pertama atau pada setiap
takbir.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairoh bahwa “Rasulullah saw
mengucapkan takbir di dalam shalat jenazah dan mengangkat kedua
tangannya pada takbir pertama dan meletakan tangan kanan diatas
tangan kirinya.” Lalu Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini gharib dan
kita tidak mengetahuinya kecuali dari sisi ini.
Para ahli ilmu telah berbeda pendapat di dalam permasalahan ini :
a. Kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi dan yang lainnya
berpendapat untuk mengangkat kedua tangan pada setiap takbir
didalam shalat jenazah, demikian pula pedapat Ibnul Mubarok,
Syafi’i, Ahmad dan Ishaq.
b. Sedangkan sebagian ahli ilmu yang lain berpendapat untuk tidak
mengangkat kedua tangan kecuali hanya pada takbir pertama, ini
adalah pendapat ats Tsauriy dan ahli Kuffah. (Sunan at Tirmidzi
juz IV hal 350).
Syeikh al Albani didalam “Ahkam al Janaiz hal 115 – 116”
menyebutkan bahwa dalam hal disyariatkannya mengangkat kedua
tangan pada takbir pertama terdapat dua buah hadits :
Dari Abu Hurairoh bahwa “Rasulullah SAW mengucapkan takbir
dalam shalat jenazah dan mengangkat kedua tangannya pada takbir
pertama dan meletakan tangan kanan diatas tangan kirinya.”
Diriwayatkan oleh at Tirmidzi (2/165), ad Daruquthni (192), al
Baihaqi (284), Abu asy Syeikh didalam “Thabaqat al Ashbaniyin”
(262) dengan sanad lemah akan tetapi diperkuat oleh hadits kedua
dari Abdullah bin Abbas bahwa “Rasulullah SAW mengangkat
kedua tangannya di dalam shalat jenazah pada takbir pertama dan
tidak mengulanginya lagi.” Diriwayatkan oleh ad Daruquthni
dengan sanad yang orang-orangnya bisa dipercaya kecuali al Fadhl
bin as Sakan, dia adalah orang yang tidak dikenal. Ibnu at
Turkumai tidak memberikan pendapat tentangnya didalam “al
Jauhar an Naqiy” (4/44). Dengan demikian permasalahan
mengangkat kedua tangan saat takbir didalam shalat jenazah adalah
permasalahan khilafiyah atau yang masih diperselisihkan oleh para
ulama sehingga tidak perlu menjadikan sebagian dari kita
menyalahkan sebagian yang lain.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan
umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan
shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah, di lakukan dengan 4 takbir dan bacaan
pada masing-masing takbir adalah Al-Fatihah, Shalawat kepada Nabi SAW,
membaca do’a ”Allahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihii wa’fu ‘anhu,” dan
doa “Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa
lahu,” serta di akhiri dengan salam.
Meskipun dalam pelaksanaannya kita menemukan perbedaan, tidak
seharusnya kita saling menyalahkan dan menyatakan siapa yang benar. Justru
sebaliknya kita saling menghargai satu sama lain, duduk bersama dan mengkaji
hal tersebut bersama-sama.
Daftar Pustaka

1. Malik Kamal bin as-Sayyid Salim,Abu.2006.Shahih Fikih


Sunnah.Jakarta:Pustaka at-Tazkia.
2. Nasiruddin Al-Albani,Muhammad.2008.Fikih Sunnah.jilid
2.Jakarta:PT.Cakrawala.
3. Rasyid,Sulaiman.1986.Fiqih Islam.Bandung:PT.Sinar Baru Algensindo.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH MENGSHOLAT KAN JENAZAH

DI SUSUN OLEH:

 ELIN FADLINA .
 SISKA SRI NURHAYATI .
 DEWI FITRIYANI .
 ANIDA SITI N .
 IKHSAN JAKARIA .
 IRWAN SUTIAWAN .
 RIPKI MAULANA .

Anda mungkin juga menyukai